• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Balai Informasi dan Konservasi Kebumian GEOLOGI REGIONAL, POTENSI SUMBERDAYA DAN BENCANA DI KEPULAUAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Balai Informasi dan Konservasi Kebumian GEOLOGI REGIONAL, POTENSI SUMBERDAYA DAN BENCANA DI KEPULAUAN INDONESIA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

GEOLOGI REGIONAL, POTENSI SUMBERDAYA DAN

BENCANA DI KEPULAUAN INDONESIA

Oleh:

Edi Hidayat

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Balai Informasi dan Konservasi Kebumian

(2)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN... A. MATERI PENYUSUN BUMI……… B. TEKTONIK LEMPENG DAN DINAMIKA BUMI……… C. BATUAN PENYUSUN KERAK BUMI……….…………

1 1 2 4 II. GEOLOGI INDONESIA...

A. KARAKTERISTIK UMUM……….……… B. POTENSI GEOLOGI INDONESIA……….…… 1. POTENSI SUMBER DAYA MINERAL DAN MIGAS DI INDONESIA……… 2. POTENSI BENCANA GEOLOGI………..

9 9 10 12 14 DAFTAR PUSTAKA... 21

(3)

GEOLOGI REGIONAL, POTENSI SUMBERDAYA DAN BENCANA

DI KEPULAUAN INDONESIA

Oleh: Edi Hidayat

Balai Informasi dan Konservasi Kebumian - LIPI Email: edihidayat.karsam@yahoo.com

I. PENDAHULUAN

Geologi merupakan salah satu cabang ilmu-ilmu kebumian (earth sciences), yaitu kelompok ilmu yang membahas tentang berbagai aspek dan fenomena yang ada di bumi. Kata geologi dewasa ini dianggap sebagai sinonim dari kata solid earth sciences yaitu ilmu-ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, proses-proses yang terjadi di bumi dan pada benda angkasa lain (asal-usul, perkembangan, penyebaran, kegunaan berbagai material penyusun bumi secara keseluruhan) serta interaksi antara bagian padat bumi dengan atmosfir dan hidrosfir.

Geologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari planet bumi terutama mengenai materi penyusunnya, proses yang terjadi, hasil prosesnya, sejarah planet itu, dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk (Bates dan Jackson, 1990).

Ilmu geologi sangat berkaitan erat dengan disiplin ilmu yang lain, yaitu :

 Ilmu Fisika, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang ada di bumi

 Ilmu Kimia, yang berkaitan dengan materi penyusun bumi

 Ilmu Biologi, yang berkaitan dengan kehidupan masa lampau yang kini dijumpai dalam bentuk fosil.

A. MATERI PENYUSUN BUMI

Bumi apabila diiris seperti semangka akan menunjukan kenampakan 5 bagian, dari luar ke dalam bumi, yaitu (Gambar 1) :

a. Litosfer, merupakan lapisan yang rigid, solid, dan kuat, kedalaman sekitar 100 km dari permukaan bumi.

(4)

b. Astenosfer, lapisan yang bersifat lembut dan plastis, kedalamannya dari 100 km hingga 200 km dari permukaan bumi

c. Mantel, lapisan yang bersifat solid, kedalamannya dari 200 km hingga 2900 km dari permukaan bumi.

d. Inti luar, inti bumi bagian luar yang bersifat cair, kedalamannya 2900 km hingga 5100 km dari permukaan bumi.

e. Inti dalam, inti bumi bagian dalam, bersifat solid, kedalamannya 5100 km hingga 7000 km dari permukaan.

Gambar 1. Penampang lapisan bumi yang memperlihatkan adanya perbedaan komposisi

dari dalam sampai bagian terluar (inti, mantel dan kerak). Kerak benua lebih tebal dibandingkan kerak samudra (Skinner, 2004).

B. TEKTONIK LEMPENG DAN DINAMIKA BUMI

Pada awal abad ke-20 telah terjadi suatu revolusi dalam pemikiran yang berkaitan dengan ilmu kebumian. Dengan munculnya suatu usulan yang sangat radikal pada zamanya, yaitu pandangan mengenai keadaan permukaan bumi dimana benua-benua digambarkan sebagai benda-benda yang mengapung, bergeser dan berpindah dari

(5)

kedudukan awalnya. Pandangan tersebut dikenal dengan hipotesa pengpungan benua

(continental drift).

Perkembangan yang menakjubkan dalam ilmu geologi itu adalah penemuan Alfred Wegener (1880-1930). Pada tahun 1912 ia mengemukakan teori pengapungan benua yang menyebutkan bahwa benua di muka bumi ini sesungguhnya terapung-apung dan bergerak saling menjauhi. Hal itu didasarkan atas kemiripan bentuk-bentuk pantai Amerika Selatan dan pantai Afrika Barat, dan kemiripan batuan dan fosil-fosilnya. Tetapi ketika itu gagasannya ditolak oleh sebagian besar ilmuwan, karena ia tidak dapat menerangkan bagaimana benua-benua itu bisa bergerak.

Pada tahun 1960-an para ahli menemukan jawaban atas apa yang dulu pernah dikemukakan Wegener. Mereka menamakan penemuan ini sebagai Teori Tektonik Lempeng. Teori ini menunjukkan bahwa kulit bumi itu terpecah-pecah seperti kulit telur yang retak. Potongan-potongan yang dinamakan lempengan ini mengambang di atas masa yang yang lebih plastis. Lempengan-lempengan ini bersifat mobile, bergerak satu sama lain pada arah dan kecepatan tertentu selama kurun waktu geologi, persis seperti apa yang dikemukakan oleh Wegener. Teori Tektonik Lempeng bukan saja dapat menerangkan tentang penyebab pergerakan lempeng-lempeng itu, melainkan dapat pula memberi penjelasan mengenai terbentuknya deretan gunungapi, peristiwa gempa bumi, terjadinya peristiwa gelombang tsunami dan terbentuknya zona-zona mineral.

(6)

Pergerakan lempeng-lempeng tadi menyebabkan adanya interaksi antara lempeng, diantaranya; (a) saling bertemu/bertubrukan (convergen), (b) saling menjauh/merenggang (divergen), dan (c) saling berpapasan (transform fault) (Gambar 2).

Gambar 3. Blok diagram yang memperlihatkan proses terjadinya pergerakan lempeng

akibat adanya arus konveksi (Teori Tektonik Lempeng). Adanya interaksi antar lempeng:

A. Convergen, B. Divergen, C. Transform Fault.

C. BATUAN PENYUSUN KERAK BUMI

Bagian terbesar pembentuk bumi adalah dari material batuan. Bagian terluar bumi yang disebut litosfer disusun oleh masa batuan padat yang keras dan kaku. Batuan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf:

(1) Batuan beku atau sering dikenal sebagai batuan magma (igneous rock), terbentuk dari magma yang asalnya dari dalam bumi, yang menuju ke permukaan dan membeku sebagai batuan yang padat, pada titik bekunya. Contoh: granit, granodiorit, riolit, diorite, basalt, gabro, andesit dll.

A B

(7)

(2) Batuan sedimen atau sering dikenal sebagai batuan endapan (sedimentary rock), terbentuk dari hasil pengumpulan, pengendapan dan kompaksi dari fragmen-fragmen batuan sebelumnya yang telah lepas karena erosi, bahan organi, dan bahan-bahan yang terlarut dalam air (sungai, laut danau, dll). Contoh: batupasir, batulempung, batugamping dll.

(3) Batuan metamorf atau sering dikenal sebagai batuan malihan / batuan ubahan

(metamorphic rock), berasal dari jenis batuan apapun, terubah karena pengarus

kenaikan temperatur (T) dan tekanan (P). Contoh: batusabak (slate), gneis, sekis, marmer dll.

(8)

a. Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Magma adalah zat cair-liat-pijar sangat panas yang merupakan senyawa silikat mengandung oksida, sulfida serta volatiles (CO2, sulfur, fluorin dan Boron) dan ada di

bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi (mantle atau crust). Temperatur magma berkisar antara 600°C (magma asam) sampai 1250°C (magma basa).

Lingkungan Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Lingkungan pembekuan magma dapat dibedakan menjadi tiga macam kondisi yang berbeda, yaitu : 1. Plutonik, terbentuk dalam lingkungan yang jauh di perut bumi dalam kondisi tekanan

tinggi. Ukuran kristal umumnya relatif kasar karena magma membeku relatif lambat. 2. Hypabisal, terbentuk dalam lingkungan yang tidak jauh dari permukaan bumi. Ukuran

kristal umumnya campuan kasar – halus karena magma membeku ada yang lambat dan ada yang cepat.

3. Volkanik, terbentuk di permukaan bumi dalam kondisi tekanan rendah. Ukuran kristal umumnya relatif halus karena magma membeku relatif cepat bahkan dapat tidak terbentuk kristal.

Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku di bagi atas :

1. Batuan beku dalam (intrusive igneous rock), batuan beku yang terbentuk akibat pembekuan magma jauh di bawah permukaan bumi. Contoh granit, diorit, gabro, dan peridotit.

2. Batuan beku luar (extrusive igneous rock), batuan beku yang terbentuk akibat pembekuan magma dekat atau di permukaan bumi. Contoh riolit, andesit, basalt, dan obsidian.

Batuan beku berdasarkan sifat kimianya (Williams, 1954) terbagi menjadi : 1. Batuan Beku Asam (contohnya batu granit dan riolit)

2. Batuan Beku Menengah (Contohnya batu diorit dan andesit) 3. Batuan Beku Basa (contohnya batu gabro dan basalt)

(9)

Batuan Sedimen

Andesit Basalt Obsidian

Gabro Granit Diorit

Gambar 5. Beberapa contoh batuan beku

b. Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau litifikasi dari hancuran batuan lain (Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf) atau litifikasi hasil reaksi kimia maupun biokimia.

Pembatuan atau litifikasi adalah proses terubahnya materi pembentuk batuan yang lepas-lepas (unconsolidated rock – forming materials) menjadi batuan yang kompak keras (consolidate, coherent rocks).

Batuan sedimen diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu :

1. Batuan sedimen klastik, yang berasal dari fragmen-fragmen batuan sebelumnya. 2. Batuan sedimen kimiawi, yang terbentuk biasanya di laut atau di danau dari

presipitasi bahan mineral yang terlarut.

3. Batuan sedimen organik, yang terbentuk dari bekas atau cangkang binatang atau tumbuhan. Itulah sebabnya fosil hanya dijumpai pada batuan sedimen.

(10)

Gambar 6. Contoh batuan sedimen, batupasir dengan struktur perlapisan (kiri) dan

batugamping dengan fosil Numulites (kanan)

c. Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang telah berubah karena bertambahnya pengaruh tekanan dan temperatur (Katili & Marks, 1963 : 90).

Grout (1932, lihat Soetoto, 1974:1) menyebutkan bahwa batuan metamorfik adalah batuan yang mempunyai sifat-sifat nyata yang dihasilkan oleh proses metamorfisme. Perubahan dalam batuan metamorfik adalah kristalisasi baru.

Turner (1954, lihat Williams dkk, 1954:161-162) menyebutkan bahwa batuan metamorfik adalah batuan yang telah mengalami perubahan mineralogik dan struktur oleh metamorfisme dan terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui fase cair.

Gneis (gneiss) Sekis (schist) Filit (phylite)

(11)

II. GEOLOGI INDONESIA

A KARAKTERISTIK UMUM

Bangsa Indonesia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa tanah air sebagai Negara Kepulauan yang terdiri atas 13.700 pulau yang dikelilingi laut dengan luas wilayah lebih dari 7 km2. Selain itu Kepulauan Indonesia letak geografisnya membentang tepat digaris khatulistiwa. Kepulau ini juga sangat khas karena berada diantara dua benua, Asia dan Australia, serta diapit oleh dua samudera, Samudra Pasifik dan Samudra India. Keunikan yang lain, di Indonesia terdapat lebih dari 400 gunungapi yang 128 buah diantaranya masih aktif. Gunungapi ini berjajar membentuk jalur gunungapi mulai dari ujung barat Pulau Sumatra, Pulau Jawa, menjalar ke Nusa Tenggara hingga ke Kepulauan Maluku dan Sulawesi Utara. Jalur gunungapi ini juga ternyata berdampingan dengan jalur gempabumi. Selain itu, Indonesia juga disebutkan sebagai Negara yang memiliki potensi kekayaan alam: sumberdaya mineral dan energi (Sukamto, 2000). Dapatlah dikatakan, bumi selain mengandung potensi sumberdaya mineral dan energi yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, bumi pun memiliki potensi yang dapat menimbulkan bencana alam.

Lalu apakah yang menyebabkan bentuk dan posisi geografis Kepulauan Indonesia seperti itu? Apa pula yang menyebabkan terbentuknya jalur gunungapi, jalur gempabumi dan kandungan potensi sumberdaya mineral dan energi di Kepulauan Indonesia? Menurut para ahli geologi, aspek yang mengontrol bentuk, posisi geografis serta potensi kebumian yang dikandungnya adalah dipengarui oleh proses yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar permukaan bumi.

Letak Kepulauan Indonesia yang merupakan hasil dari pertemuan tiga lempeng besar (lempeng Eurasia, Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik) menyebabkan Indonesia mempunyai fenomena geologi yang khas.

Salah satu lokasi yang mempunyai rekaman sejarah pembentukan muka bumi adalah di daerah Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Secara administratif, fenomena geologi ini melampar ke Wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Daerah ini merupakan salah satu dari tiga tempat singkapan batuan pra-Tersier di Pulau Jawa. Dua daerah lainnya masing-masing terdapat di Celetuh (Jawa

(12)

Barat) dan Perbukitan Jiwo (Bayat, Jawa Tengah). Beberapa singkapan batuan yang merupakan “artefak bumi” di daerah Karangsambung dan `sekitarnya menunjukkan kondisi yang menghawatirkan akibat terkikis oleh proses alam maupun oleh aktivitas manusia. Sehingga konservasi merupakan hal yang sangat penting guna melindungi dan menjaga kelestarian artefak tersebut untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Gambar 8. Kondisi geologi Kepulauan Indonesia yang rumit akibat dari interaksi tiga

lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng India-Australia

B. POTENSI GEOLOGI INDONESIA

Kepulauan Indonesia terdiri lebih dari 113.700 daratan pulau-pulau (Sukamto, 2000a) dan telah dikenal mempunyai karakter dan sejarah kebumian yang unik dengan menghasilkan berbagai macam sumberdaya geologi. Kepulauan Indonesia telah dikenal sebagai wilayah yang mempunyai keunikan dan kerumitan geologinya akibat interaksi tiga lempeng raksasa yaitu Eurasia, India-Australia dan Pasifik. Akibat interaksi ketiga lempeng raksasa tersebut, Kawasan Nusantara diuntungkan dengan proses dan sejarah geologi yang rumit sehingga menghasilkan kekayaan sumberdaya energi.

Halmahera Arc EURASIAN PLATE North Sulawesi Arc Maluk u PACIPIC PLATE PHILIPPINE PLATE Banda Arc Sunda Arc

(13)

Proses-proses geologi selain membentuk konfigurasi kepulauan Indonesia juga menghasilkan susunan batuan dengan kandungan mineral dan energi tertentu sebagai potensi geologi yang dapat dipergunakan bagi kehidupan manusia.

Gambar 9. Peta Geologi Regional Indonesia

Sebaran potensi geologi Indonesia kini telah dapat dipelajari melalui peta geologi bersistem skala 1:100.000 di Jawa dan Madura, 1:250.000 di luar Jawa dan Madura dan 1:1.000.000 dan 1:5.000.000 di seluruh kawasan Indonesia. Satuan-satuan yang tergambar di dalam peta geologi skala 1:5.000.000 telah menunjukkan luas sebarannya secara regional, misalnya batuan karbonat ±154.000 km2, batuan gunungapi kuarter ±140.800 km2, batuan gunungapi tersier ±118.300 km2, batuan granitan ±66.400 km2, batuan sedimen tersier ±474.500 km2, batuan sedimen kuarter ±570.700 km2, dan batuan ofiolit ±36.900 km2. Satuan-satuan batuan seluas itu memberikan informasi untuk penelitian dan perhitungan kembali sumberdaya kebumian Indonesia secara lebih detail.

(14)

1. POTENSI SUMBER DAYA MINERAL DAN MIGAS DI INDONESIA

Akibat aktivitas geologinya, Indonesia menjadi kaya akan berbagai mineral dan sumber energi yang sangat dibutuhkan manusia. Salah satu jalur timah terkaya di dunia memanjang di wilayah Riau Kepulauan sampai Bangka-Belitung, berbagai jalur mineralisasi emas, perak, dan tembaga dapat ditemukan Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua. Tambang emas dan tembaga di Pegunungan Tengah Papua termasuk deposit emas terkaya di dunia. Indonesia juga kaya akan mineralisasi nikel dan kromit berkat tersingkapnya beberapa massa kerak samudera di wilayah Indonesia Timur (Sulawesi Timur, Kepulauan Maluku, utara Papua).

Gambar 10. Peta Sebaran Bahan Tambang di Kepulauan Indonesia

Potensi sumberdaya migas di Indonesia sangat melimpah tersebar hampir

diseluruh kepulauan Indonesia. Lokasi cekungan migas di Indonesia terlihat dalam beberapa peta dibah ini.

(15)
(16)

2. POTENSI BENCANA GEOLOGI

Indonesia diciptakan Tuhan sebagai Negara yang kaya dengan potensi sumberdaya alam, tetapi disisi lain Indonesia pun kaya dengan potensi bencana alam. Belakangan ini Indonesia sering dilanda bencana alam yang memakan korban nyawa dan harta benda yang tidak cukup sedikit. Untuk itulah diperlukan pengetahuan serta pemahaman terhadap berbagai bencana alam yang mungkin akan terjadi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya. Modul ini akan membahas bencana alam yang sering terjadi dan berdampak besar terhadap manusia terutama bencana geologi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti yaitu: sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam. Bencana alam, jika ditinjau dari penyebabnya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: bencana alam geologis, klimatologis, dan ekstra-terestrial (Tabel 1). Bencana geologi adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam bumi (gaya endogen). Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim, suhu atau cuaca. Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial, yaitu bencana alam yang disebabkan oleh gaya/energi dari luar bumi, bencana alam geologis dan klimatologis lebih sering berdampak terhadap manusia.

Tabel 1. Jenis Bencana Alam

Jenis Penyebab Bencana Alam Beberapa contoh kejadiannya

Bencana alam geologis Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, longsor/gerakan tanah, amblesan tanah

Bencana alam klimatologis Banjir, banjir bandang, badai, angin puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan (bukan oleh manusia)

Bencana alam ekstra-terestrial Impact/hantaman meteor atau benda dari

angkasa luar

Dalam modul akan akan dibahas lebih jauh mengenai bencana geologi. Tidak seperti bencana alam yang ditimbulkan oleh cuaca (klimatologis) yang sudah dapat diprediksi kedatangannya, arah dan di lokasi mana daerah yang akan dilanda, bencana geologi terutama gempa bumi sampai sekarang masih sulit untuk diprediksi, sehingga

(17)

fenomena alam itu sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Namun demikian, fenomena atau peristiwa alam pada dasarnya mempunyai karakteristik umum, yakni gejala awal, gejala utama, dan gejala akhir. Tetapi masalahnya, pada kejadian-kejadian bencana geologi, gejala awal tersebut sering kali berjalan terlalu cepat dan berjangka waktu sangat singkat ke gejala utama sehingga tidak ada waktu untuk mengantisipasi datangnya gejala utama. Maka, usaha untuk mendeteksi datangnya gejala awal sangat penting dalam mengantisipasi bencana alam. Tabel 2 adalah beberapa gejala awal dari bencana geologi dan bencana alam klimatologis yang menyangkut aspek morfologi muka bumi yang bisa diamati dan dipelajari sebelum munculnya gejala utama.

Tabel 2. Jenis dan gejala awal bencana alam geologis dan klimatologis Jenis

Bencana Alam

Daerah Rawan Gejala Awal

Banjir Dataran banjir, sempadan sungai bermeander, lekukan lekukan di dataran aluvial

Curah hujan tinggi, hujan berlangsung lama, naiknya muka air sungai di stasiun pengamatan

Banjir bandang

Daerah bantaran sungai pada transisi dataran ke pegunungan

Daerah pegunungan gundul, batuan mudah longsor, curah hujan tinggi, hujan berlangsung lama, terjadi pembendungan di hulu sungai

Gerakan tanah

Daerah dengan batuan lepas, batu lempung, tanah tebal, lereng curam

Curah hujan tinggi, hujan berlangsung lama, munculnya retak-retak pada tanah di lereng atas; tiang listrik, pohon, benteng menjadi miring

Amblesan Tanah

Daerah plateau karst

(dataran tinggi berbatu gamping), daerah dengan eksploitasi air tanah tinggi

Timbulnya lubang dan/atau retakan dalam di permukaan tanah; dinding, tembok, lantai retak-retak

Letusan gunung berapi

Lereng dan kaki gunung berapi, terutama yang menghadap ke arah kawah sumbing (breached crater)

Naiknya suhu air kawah, perubahan komposisi kimiawi air dan gas di kawah, guguran kubah lava, adanya gempa, peningkatan tremor pada seismograf Tsunami Pantai-pantai yang

ber-hadapan dengan palung tektonik atau gunungapi laut

Terjadinya gempa bumi, air laut surut

Gempa bumi Jalur-jalur tektonik, sesar (patahan) aktif

Peningkatan tremor pada seismograf (yang umumnya sangat singkat ke gejala utama)

(18)

Gempabumi dan letusan gunungapi adalah gejala geologi yang sudah dikenal

menimbulkan bencana alam. Bencana ini umumnya terjadi pada wilayah yang secara geologi merupakan zona pertemuan dua lempeng, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Dengan berbekal pengetahuan itu, kita dapat mengantisipasi daerah-daerah mana saja di Indonesia yang memilki potensi bencana gempabumi dan gunungapi.

Gambar 12. Penyebaran pusat gempa di Indonesia sangat dipengaruhi oleh interkasi

antara Lempeng Eurasia, Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik. Titik gempabumi memperlihatkan kedalaman sumber gempa (Sumber: USGS, 2007)

(19)

Gambar 13. Peta daerah potensi bencana alam yang disebabkan oleh gempa bumi dan gunung api di seluruh Indonesia. Warna hijau

(20)

Getaran gempabumi dapat menyebabkan bencana yang besar karena dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Gempabumi yang bersumber dilaut dapat juga mengakibatkan terjadinya tsunami. Seperti gempabumi tahun 2004 yang terjadi dibarat Sumatera tepatnya di barat Aceh yang menghasilkan tsunami dengan gelombang yang gesar dan menimbulkan korban jiwa hampir 200 ribu orang meninggal.

Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang Tsu artinya pelabuhan dan nami

artinya gelombang laut. Dari kisah inilah muncul istilah tsunami. Awalnya tsunami berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan. Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor jarang terjadi.

Tidak semua gempabumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya tsunami akibat gempabumi adalah:

1. Pusat gempa terjadi di dasar laut

2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km

Pada tanggal 26 Desember 2004,

gempabumi dengan kekuatan 9 Skala Richter di kedalaman 30 km dasar laut sebelah baratdaya Aceh membangkitkan gelombang tsunami dengan kecepatan awal sekitar 700 km/jam. Gelombang ini menjalar ke segala arah dari pusat tsunami dan menyapu wilayah Aceh dan Sumatera Utara dengan kecepatan antara 15 - 40 km per jam dan tinggi gelombang 2 hingga 48 meter. Korban jiwa mencapai 250.000 orang lebih. Dalam 3 jam setelah gempabumi, negara-negara di kawasan Samudera Hindia juga terkena tsunami.

(21)

Dilain pihak wilayah Indonesia yang terletak pada daerah beriklim tropis memiliki intensitas sinar ultraviolet dan curah hujan sangat tinggi. Hal ini menyebabkan laju pelapukan batuan menjadi tinggi, sehingga banyak terbentuk lapisan tanah-tanah hasil pelapukan yang tebal. Kekhasan ini berdampak pada problematika tersendiri yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah fenomena tanah longsor. Longsor adalah suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan yang terjadi, baik yang terjadi secara alamiah maupun akibat aktivitas manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor, diantaranya adalah curah hujan, jenis batuan, vegetasi, kelerengan dan iklim. Yang perlu menjadi perhatian kita adalah bumi selain mengandung sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, bumi juga mengandung potensi bencana geologi yang harus dicermati.

Penyebab dan faktor pengontrol gerakan tanah

Suatu lereng mengalami gerakan karena kestabilan tanah/batuan pada lereng tersebut terganggu, baik oleh berbagai proses yang berasal dari dalam lereng ataupun dari luar lereng. Kestabilan suatu lereng dapat dikontrol oleh berbagai faktor, terutama yang meliputi morfologi (kemiringan dan bentuk lereng), stratigrafi tanah/ batuan penyusun lereng, struktur geologi, kondisi hidrologi lereng dan jenis pemanfaatan lahan pada lereng (Karnawati, 1996, 2005). Apabila lereng terbentuk dengan kemiringan curam (misal lebih dari 30o), dan tersusun oleh perlapisan batuan yang miring mengarah ke arah luar lereng, dengan kemiringan perlapisan lebih landai dari kemiringan lereng (misal 20o), dan batuan tersebut terpotong-potong oleh bidang – bidang kekar yang juga miring ke arah luar lereng, maka lereng tersebut berada pada kondisi batas kestabilan kritis. Hal ini berarti lereng dalam fase rentan, berpotensi untuk mengalami gerakan, meskipun gerakan belum terjadi.

Apabila suatu saat lereng tersebut mengalami gangguan kestabilan baik oleh proses yang berasal dari luar lereng ataupun dari dalam lereng, maka kestabilan lereng akan berkurang sehingga kondisi kestabilan tersebut berada di bawah batas kritis, dan akhirnya lereng ini bergerak longsor. Gangguan kestabilan yang berasal dari luar lereng dapat terjadi misalnya akibat infiltrasi air hujan, pembebanan yang berlebihan ataupun

(22)

R

W N

T £

terjadi pemotongan pada kaki lereng, sedangkan gangguan yang berasal dari dalam lereng dapat berupa guncangan gempabumi atau kenaikan tekanan air dalam tanah (sebagai akibat dari infiltrasi air ke dalam lereng).

K Keetteerraannggaann :: W W == BBeerraatt BBeennddaa T T == GGaayyaa PPeennddoorroonngg (( TT==WW SSiinn ££)) NN == GGaayaya NNoorrmmaall ( (NN==WW CCooss ££ )) R R == GGaayyaa PPeennaahhaan/n/TTaahhaannaann ggeesseerr J Jiikkaa :: RR//TT << 11 BBeennddaa aakkaan n bbeerrggeerraakk RR//TT == 11 BBeennddaa ddaallaamm kkeeaaddaaaan n sseeiimmbbaanngg RR//TT >> 11 BBeennddaa ddiiaamm ((ssttaabbiill))

Gambar 15. Keseimbangan benda pada bidang miring

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 1992, Excursion Guide Book, International Geological Correlation Programme (IGCP) 246 and Indonesian Association of Geologist (IAGI).

Ardley, N., Ian Ridpath and Peter Harben dan tim penerbit Gramedia, 1979, Alam Semesta dan Bumi, Pustaka, Gramedia, Jakarta.

Http://earthquake.usgs.gov/regional/

Munasri, (2003), Pengantar Ilmu Geologi, Kumpulan Makalah Diklat Mitigasi Bencana Gerakan Tanah, UPT. BIKK Karangsambung – LIPI, Kebumen.

Sukamto, R., 2000, PENGETAHUAN GEOLOGI INDONESIA : Tantangan dan Pemanfaatan, Publikasi Khusus No. 22, Pusat Penelitian dan pengembangan Geologi, Bandung. Watt, A., 1982, Longman Illustrated Dictionary of Geology, Longman Group Ltd, Burnt

Mill, Harlow, Essex.

Whitten, D.G.A. and J.R.V. Brooks, 1979, The Penguin Dictionary of GEOLOGY, Hazell Watson & Viney Ltd, Aylesbury, Bucks, Great Britain.

Gambar

Gambar 1. Penampang lapisan bumi yang memperlihatkan adanya perbedaan komposisi  dari dalam sampai bagian terluar (inti, mantel dan kerak)
Gambar 2. Batas lempeng, arah panah menunjukkan arah pergerakan lempeng saat ini.
Gambar 3. Blok diagram yang memperlihatkan proses terjadinya pergerakan lempeng
Gambar 4.  Siklus Batuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jawaban : Formulir izin cuti diteruskan ke Kasubbag Perencanaan Pegawai untuk dicocokkan dengan kartu cuti dan membubuhkan sisa cuti pegawai ybs., yang selanjutnya diserahkan

Pola anomali Bouguer hasil pemetaan gaya berat regional Pusat Survei Geologi (dahulu Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, P3G) merupakan salah satu data dasar

disimpan bila terjadi page fault, proses dapat dimulai lagi pada tempat dan status yang sama, kecuali page yang cocok sedang di memori dan sedang diakses.. Prosedur untuk

(tanda tangan dan cap Kementerian) Nama Lengkap Tembusan: 1. Kop kantor yang sudah tercetak Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwin, tanggal pembuatan Alamat tujuan

dikembangkan. Ada pembabakan zaman praaksara ditinjau dari corak kehidupannya dan juga pembabakan zaman didasarkan pada hasil kebudayaannya yang akan memberi gambaran lebih

serta pembelajarannya tidak bermutu maka kualitas pembelajaran tidak akan optimal. Dalam pembenahan proses belajar me- ngajar, diharapkan dapat meningkatkan hasil

Hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukkan bahwa sirup glukosa yang paling baik kandungan gula reduksinya adalah produk dengan variasi waktu hidrolisis 150 menit

(3) Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Energi, dan Sumber Daya Mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IX.A yang