• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Resiko Dan Prediksi Kejadian Karies Gigi Dengan Metode Irene Donat Di TK Betlehem Oesapa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Resiko Dan Prediksi Kejadian Karies Gigi Dengan Metode Irene Donat Di TK Betlehem Oesapa Barat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor Resiko Dan Prediksi Kejadian Karies Gigi Dengan Metode

“Irene Donat” Di TK Betlehem Oesapa Barat

Risk Factors and Prediction of Dental Caries Occurrence by the

"Irene Donut" Method in West Bethesem Kindergarten

Melkisedek O. Nubatonis

Program Studi Kesehatan Gigi, Poltekkes Kemenkes Kupang Email: melkhyshedhek@gmail.com

Abstrak

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal fundamental bagi kesehatan umum karena mulut yang sehat memungkinkan individu untuk berbicara, makan, bersosialisasi tanpa mengalami rasa sakit, rasa tidak nyaman, maupun rasa malu. Kesehatan gigi dan mulut perlu jaga, apa bila tidak dijaga akan timbul masalah salah satunya karies gigi. Karies merupakan penyakit yang menyerang permukaan gigi dan dapat menyebabkan sakit gigi serta kehilangan gigi. Sebanyak 89% anak di Indonesia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut terutama karies Tujuan penelitian untuk mengetahui factor resiko dan besaran resiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada siswa pra sekolah di TK Betlehem Oesapa Barat. Tujuan penelitian, untuk mengetahui faktor risiko dan besaran resiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada siswa pra sekolah di TK Betlehem Oesapa Barat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertempat di TK Betlehem Oesapa Barat dengan jumlah responden sebanyak 30 responden dengan variabel independennya adalah faktor resiko dan variabel dependennya besar resiko karies. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi simulator manual dan Saliva PH Paper. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan aplikasi Irene donat. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor resiko karies gigi pada anak yang paling dominan adalah faktor pengasuh (anggota keluarga) sendiri 100%, dengan besar resiko terjadinya karies gigi sebesar 66,7%. Saran yang harus dilakukan ibu dengan presentasi ≥50% membantu anak menggosok gigi tiap malam dan pencegahan yang harus dilakukan yaitu batasi makanan manis

Kata Kunci: Faktor resiko, prediksi kejadian karies gigi, “Irene donat”

Abstract

Dental and oral health is fundamental to general health because a healthy mouth make it possible individuals to talk, eat, socialize without experiencing pain, discomfort, or shame. Dental and oral health need to be taken care of, what if not maintained will arise one of them is dental caries. Caries is a disease that attacks the surface of the teeth and can cause toothache and tooth loss. As many as 89% of children in Indonesia under 12 years suffer from dental and oral diseases, especially caries. The purpose of this study was to determine the risk factors and the magnitude of the risk of cavities or caries occurrence in pre-school students in West Bethesda Oesapa Kindergarten.This type of research is a descriptive study with a cross sectional approach which is located in West Bethesda Oesapa Kindergarten with 30 respondents. The instrument used was a questionnaire containing a manual simulator and Saliva PH Paper. Analysis of the data used is using the Irene Donut application. The results showed that the risk factor for dental caries in the most dominant child was a caregiver factor (family member) itself 100%, with a large risk of dental caries of 66.7%.Advice that should be done by the mother with a presentation of ≥50% to help

(2)

children brush their teeth every night and prevention that must be done is to limit sweet foods.

Keywords: Risk factors, prediction of dental caries events, "Irene donuts” Pendahuluan

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang kariogenik. Makanan yang kariogenik adalah makanan yang lengket menempel di gigi seperti gula-gula (permen) dan coklat. Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di pasaran dan sudah sampai pelosok desa. Makanan ini sangat digemari anak, sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh substrat karbohidarat kariogenik dengan kejadian karies gigi (Besford, 1996).

Sebanyak 89% anak di Indonesia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut terutama karies. Sedangkan hasil evaluasi karies gigi pada anak balita tahun 1993 menemukan bahwa 44,4% anak mengalami susah makan karena keluhan sakit gigi, dan hal ini berdampak 13,1% anak mempunyai status gizi di bawah normal. Akibat penyakit karies antara lain: rasa sakit, gangguan fungsi kunyah yang menghambat konsumsi makanan atau nutrisi, gangguan kenyamanan berupa gangguan tidur, dan gangguan konsentrasi belajar. Faktor penyebab yang karies gigi bukan hanya makanan kariogenik tetapi ada faktor risiko lain berupa faktor fisik dan biologis.

Faktor risiko fisik dan biologis untuk karies gigi email meliputi aliran dan komposisi saliva, tebalnya biofilm, kematangan biofilm, bakteri kariogenik dalam jumlah banyak, kurangnya paparan fluor, komponen imunologi, kebutuhan akan perawatan kesehatan khusus, riwayat karies gigi sulung, serta faktor genetik. Faktor risiko karies gigi yang lain meliputi kemiskinan, status sosial, keadaan anak sebagai perokok pasif, pendidikan orangtua, ada tidaknya asuransi kesehatan gigi, umur ibu, anak dengan orangtua/pengasuh yang mempunyai riwayat karies gigi yang cukup parah, serta perilaku orangtua/pengasuh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko dan besaran resiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada siswa pra sekolah di TK Betlehem Oesapa Barat.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional pada tanggal 20 Agustus hingga 20 September 2018 yang bertempat di TK Betlehem Oesapa Barat dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 30 responden dan variabel yang diteliti adalah adalah faktor resiko dan besar resiko karies.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi simulator dan Saliva PH Paper.Variabel penelitian ini adalah Faktor Resiko Karies dan cara analisis menggunakan aplikasi irene donat yakni simulator irene donat dengan menampilkan 15 pertanyaan faktor

(3)

resiko gigi berlubang pada anak yang akan dijawab oleh orang tua. Dari hasil jawaban maka akan keluar perkiraan besanya resiko gigi berlubang pada anak.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu dari anak-anak TK Betlehem Oesapa Barat Kota Kupang untuk mengetahui Resiko Karis Gigi Pada Anak sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Subyek Berdasarkan Faktor Resiko Karies Gigi pada anak TK Betlehem Oesapa Barat

Faktor resiko Jumlah Presentase

Pengasuh (anggota keluarga) 30 100%

Pendidikan ibu 25 83%

Suka permen 24 80%

Terdapat Gigi yang Berlubang 24 80%

Praktek ibu untuk memeriksa gigi anak secara

langsung 23 76.6% Ph Saliva 22 73% Umur anak 22 73% Umur ibu 18 60% Soft drink 16 53% Fisure hitam 15 50%

Frekuensi minum susu 9 30%

Lama asi 8 27%

Ngemut makanan 7 23%

White spot 3 10%

Lama susu menggunakan botol 2 6.6%

Pada tabel 1, diketahui bahwa faktor pengasuh merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya karies gigi pada anak sebesar 100%. Pendidikan Ibu, suka permen dan adanya gigi yang berlubang juga merupakan faktor kaires gigi yang dominan untuk timbulnya karies gigi.

Tabel 2. Distribusi Subyek Berdasarkan Kategori Resiko Karies Gigi pada anak TK Betlehem Oesapa Barat

Kriteria Resiko Jumlah Presentase

Tinggi 20 66.

Sedang 9 30.0

Rendah 1 3.3

(4)

Pada tabel 2, menunjukkan bahwa resiko untuk mengalami karies gigi pada siswa TK Betlehem Oesapa Barat sebanyak 66,7 % beresiko tinggi (20 siswa) sedangkan 30% beresiko sedang.

Tabel 3. Distribusi Subyek Berdasarkan Tindakan Yang Harus Dilakukan pada anak TK Betlehem Oesapa Barat

Tindakan Yang Harus Dilakukan Ibu Jumlah Persentase

Membantu anak menggosok gigi tiap malam 30 100%

Untuk anak 2 tahun ke atas gunakan pasta gigi sedikit saja, seukuran kacang polong untuk 2 tahun kebawah pasta gigi hanya di oleskan tipis

29 97%

Mengganti permen dengan aktifitas bermain 25 83%

Memeriksa gigi depan atas dan gigi belakang bawah, untuk

memastikan tidak ada gigi anak yang berlubang 15 50%

Kurangi frekuensi minum softdrink 14 47%

Perlu dilakukan surface protention( pelapisan permukaan gigi) 13 43% Latih anak untuk tidak mengemut makanannya . periksa apakah

ada gigi yang sakit sehingga anak malas makan 9 30% Perlu dilakukan profilasis dengan CPP- ACP (krim calcium

phospat). 6 20%

Latih anak menggunakan menggunakan gelas jika minum susu

atau sari buah yang manis. 5 17%

Anak di bawah usia 6 tahun harus selalu didampingi saat

menggosok gigi 1 3%

Anak yang diasuh oleh keluarga sendiri harus lebih diperhatikan.

Pastikan anak menggosok gigi sebelum tidur malam 1 3% Tidak memberikan asi ditengah waktu tidur malam 1 3% Tingkat pengetahuan dan sikap ibu mengenai kesehatan gigi 1 3%

Pada tabel 3, diketahui bahwa ada 4 tindakan yang harus dilakukan ibu dengan presentasi cukup tinggi ≥ 50% yaitu membantu anak menggosok gigi tiap malam, untuk anak 2 tahun keatas gunakan pasta gigi sedikit saja, seukuran kacang polong untuk 2 tahun kebawah pasta gigi hanya diloeskan tipis, membantu anak menggosok gigi pada malam hari sebelum tidur, dan mengganti permen dengan aktifitas lain.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, menjelaskan bahwa faktor resiko karies gigi pada anak TK Betlehem Oesapa tertinggi adalah faktor pengasuh sebesar 100% (seluruh responden diasuh oleh ibu dan keluarga sendiri). Anak yang tidak memiliki pengasuh berisiko 1,16 kali lebih besar untuk terjadi karies gigi dibanding anak yang punya pengasuh. Selain itu anak yang diasuh hanya oleh keluarga sendiri juga berisiko karies gigi anak 1,20 kali lebih besar dibanding anak yang pengasuhannya dilakukan oleh ibu dengan dibantu pengasuh (Adyatmaka, 2012), Selanjutnya ibu dengan pendidikan rendah (83%)

(5)

berisiko lebih tinggi memiliki anak dengan gigi berlubang, sedangkan pada anak yang menyukai permen (80%) banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa semakin sering konsumsi gula, makin besar resiko karies gigi dan bukan banyaknya gula yang dimakan melainkan cara makannya terutama frekuensinya, konsistensi makanannya, serta praktik kebersihan mulutnya yang menentukan tingginya kariogenisitas. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut (Arisman, 2009).

Faktor resiko karies gigi pada anak berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 menjelaskan bahwa resiko karies gigi pada anak di TK Betlehem Oesapa ada pada kriteria tinggi (66,7 %). Hal ini terjadi karena tingkat pengetahuan dan cara mengasuh anak yang kurang diperhatikan oleh orang tua dimana pada saat sebelum tidur malam anak tidak dibiasakan menggosok gigi, dan juga anak suka makan makanan dan minum yang manis, anak mempunyai kebiasaan mengemut makanan hal ini dapat memicu terjadinya gigi berlubang (karies). Hal yang sama terjadi pada makanan yang mengandung tepung, karena sifatnya yang lengket jadi bisa berakumulasi dan membuat gigi menjadi rusak (Suryawati, 2010). Hasil penelitian ini dibuktikan oleh peneliatan Widayanti N, 2014 yang menyatakan Kebiasan makan-makanan yang manis dan mudah melekat serta minum susu botol sebagai faktor penyabab karies gigi.

Menurut Notoadmodjo (2005), pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terancana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 menjelaskan bahwa 4 jenis tindakan yang harus dilakukan ibu dengan presentasi tertinggi ≥ 50% adalah tindakan membantu anak menggosok gigi tiap malam, untuk anak dua tahun ke atas gunakan pasta gigi sedikit seukuran kacang polong untuk dua tahun kebawah pasta gigi hanya dioleskan tipis dan Memeriksa gigi depan atas dan gigi belakang bawah, untuk memastikan tidak ada gigi anak yang berlubang. Hal ini menunjukan peran orang tua dalam membimbing, mengingatkan dan memberi pengetahuan yang kurang kepada anak tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berisiko untuk terjadinya lubang gigi pada anak.

Peran orang tua sangat penting dalam kesehatan gigi anak, mengingat pada anak-anak banyak sekali didapatkan gigi berlubang atau karies gigi. Orang tua diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas pada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga

(6)

mempunyai peran yang cukup besar didalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak (Hendrastuti,2003). Adapun penelitian dari Abadi

NYW dan

Suparno, 2019. yang menyatakan Perspektif orang tua terhadap kesehatan gigi anak mempengaruhi sikap dan perilaku orang tua dalam menjaga kesehatan gigi anak berbanding lurus dengan kesehatan gigi anak.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan pada anak TK Betlehem Oesapa maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Faktor resiko karies gigi pada anak TK Betlehem Oesapa yang dominan adalah pengasuh oleh keluarga sendiri 100%, pendidikan ibu rendah (83%) anak yang menyukai permen (80%), Terdapat Gigi yang Berlubang (80 %), Praktek ibu untuk memeriksa gigi anak secara langsung (76,6 %) dan Besar Resiko untuk terjadinya karies gigi adalah tinggi (66,7%) dan beresiko sedang sebesar 30%. Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya perubahan perilaku pada anak-anak TK Betlehem Oesapa untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gigi berlubang atau karies dan peran serta orang tua secara aktif dalam usaha mengurangi resiko terjadinya karies gigi.

Daftar Pustaka

Abadi NYW, Suparno, 2019. Perspektif Orang Tua pada Kesehatan Gigi Anak Usia Dini.Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol 3 No 1:161-169.

Adyatmaka, I. Donut Irene versi Manual 1.3. “Simulator Risiko Karies”. Kementerian Pendidikan Nasional. CHAMPS-FKMUniversitas Indonesia. Jakarta. 2012; 1-16 Arisman, MB. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Edisi 2; Jakarta.

Budiharto. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi.EGC. Jakarta. 2009

Bratthall, D., Cariogram Internet version Indonesian Language, I. Adyatmaka, Editor. 2000, Department of Cariology, Malmo University, Sweden: Malmo

Indriana T. Perbedaan laju aliran saliva dan pH karena pengaruh stimulus kimiawi dan mekanis. J. Kedokt Meditek 2011

Karmawati, I.A., S.N.Tauchid dan N.N.Harahap. Perbedaan Risiko Terjadinya Karies Baru pada Anak Usia 12 Tahun Murid SD UKGS dan SD Non UKGS di Wilayah Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2011. Jurnal Health Quality. 2012 Kemenkes. R.I. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Jakarta. 2012

Li, Y. and W. Wang, Predicting Caries in Permanent Teeth from Caries in Primary Teeth: An Eight--year Cohort Study. J.Dent Res 2002.

Zero, D., M. Fontana, and A.M. Lennon, Clinical Applications and Outcomes of Using Indicators of Risk in Caries Management. Journal of Dental Education, 2001.

(7)

Suwelo, I.S. Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagai Etiologi (Kajian Pada Anak Usia Prasekolah). EGC. Jakarta. 1992

Widayati N. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia 4–6 Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 4: 196-20.

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Subyek  Berdasarkan  Faktor  Resiko  Karies  Gigi  pada  anak  TK  Betlehem Oesapa Barat
Tabel 3. Distribusi Subyek Berdasarkan Tindakan Yang Harus Dilakukan pada anak TK                 Betlehem Oesapa Barat

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu sapaan dan sebutan khusus apa saja yang digunakan dalam bahasa Minangkabau di Sicincin, faktor-faktor yang mempengaruhi

Menurut Dimyati dalam Ngilawajan, seseorang dengan gaya kognitif field independent akan lebih mudah menguraikan hal-hal yang kompleks dan memecahkan persoalan,

KARYA CIPTA UTAMA GUGUR TEKNIS.. P6

Penghentian pengakuan atas suatu aset keuangan (atau, apabila dapat diterapkan untuk bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan sejenis) terjadi bila: (1)

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2013 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Panitia

JUMLAH PERALATAN PADA UNIT PEMINDAH TENAGA. KEMUDI, REM DAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui adanya pengaruh kualitas pelayanan, fasilitas, harga dan lokasi terhadap keputusan