• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan dikarenakan peace building dianggap sebagai sebuah metode untuk mengatasi dampak buruk dari suatu konflik. Meskipun pasca berakhirnya perang dingin terjadi penurunan kuantitas interstate conflict, hal tersebut tidak serta merta membuat dunia menjadi lebih damai (UNDP, 2002). Justru pasca berakhirnya perang dingin muncul fenomena konflik baru yang dikenal dengan sebutan intrastate conflict. Data menunjukkan dari tahun 1989-2007 jumlah konflik mencapai 63 kasus, dari jumlah tersebut 54 kasus merupakan intrastate conflict dan hanya 9 kasus yang tergolong interstate conflict (Dzuverovic, 2012). Banyaknya kasus intrastate conflict lebih disebabkan karena mudahnya sentimen primordial untuk disulut.

Sentimen primordial yang biasanya menyulut intrastate conflict seperti persoalan agama, etnis, dan budaya. Sentimen primordial tersebut disulut dengan cara membangkitkan ethnic sentiment terhadap kelompok lain. Pada banyak kasus, intrastate conflict cenderung melibatkan relasi antara kelompok mayoritas dengan kelompok minoritas, sehingga tidak mengherankan intrastate conflict identik dengan minority separatism (Cook, 2003). Temuan dari Brian Bearly (2008) menyebutkan bahwa Asia merupakan benua dengan jumlah kelompok separatis terbanyak yaitu 22 kelompok separatis. Banyaknya jumlah separatisme

(2)

tentu menimbulkan beragam dampak sosial. Guna mengurangi dampak sosial pasca konflik PBB telah banyak mengirim misi perdamaian. Tercatat telah ada 19 misi peace building yang dilakukan oleh PBB ke negara-negara post-conflict selama selang waktu 1989-2004 (Zurcher, 2013). Salah satu negara post-conflict yang pernah menjalani misi peace building adalah Sri Lanka.

Gambar 1.1. Peta Sri Lanka

(Sumber: http://www.ephotopix.com)

Sri Lanka adalah sebuah negara pulau yang terletak di sebelah selatan India. Negara ini memiliki dua etnis besar yaitu etnis Sinhala dan Tamil (Swearer, 1991). Mayoritas etnis Sinhala adalah penganut Agama Buddha Theravada dan etnis Tamil mayoritas menganut Agama Hindu (Cheetham, Pratt, dan Thomas, 2013). Etnis Sinhala adalah etnis yang memegang kendali atas pemerintahan Sri Lanka yang berpusat di Kolombo, sementara etnis Tamil mayoritas mendiami Provinsi Utara dan Timur Sri Lanka. Semenjak Sri Lanka merdeka dari Inggris tahun 1948, Pemerintah Sri Lanka banyak menerapkan kebijakan diskriminatif terhadap etnis Tamil (Wilson, 2000). Kebijakan diskriminatif yang diterapkan oleh Pemerintah Sri Lanka inilah yang pada akhirnya memicu konflik dengan etnis Tamil.

(3)

Kebijakan diskriminatif yang dinilai menjadi awal mula perpecahan antara etnis Tamil dengan etnis Sinhala adalah diberlakukannya “Sinhala Only Act” (Penggunaan Bahasa Sinhala) yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Solomon Bandarnaike tahun 1956 (Sukarjaputra, 2010). Kebijakan itu disusul dengan kebijakan lainnya seperti pelarangan penggunaan Bahasa Tamil, dihilangkannya kewarganegaraan sebagian besar orang-orang Tamil, dan pelarangan buku dan film yang berbahasa Tamil. Hal tersebut mengakibatkan kemarahan orang-orang Tamil yang berujung pada terbentuknya aksi-aksi solidaritas yang dilakukan warga Tamil guna melawan Pemerintah Sri Lanka.

Aksi-aksi solidaritas ini akhirnya berkembang dan berubah menjadi aksi yang lebih teroganisir dalam bentuk-bentuk kelompok militan. Puncaknya terjadi pada tahun 1976 dengan terbentuk organisasi yang bernama Macan Pembebasan Tamil Eelam/Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) atau yang lebih dikenal di dunia internasional dengan sebutan Macan Tamil (Tamil Tigers). Tujuan didirikannya Macan Tamil adalah untuk membentuk negara merdeka di Provinsi Utara dan Timur Sri Lanka (Sukarjaputra, 2010). Dalam mewujudkan tujuannya itu, Macan Tamil melakukan beragam aksi, mulai dari bom bunuh diri, penyanderaan, hingga konflik terbuka dengan tentara Pemerintah Sri Lanka.

Beragam upaya damai telah dilakukan untuk mengakhiri konflik ini. Namun, semua upaya yang dilakukan selalu berakhir dengan jalan buntu. Pada tahun 2009, tentara Sri Lanka memutuskan untuk melakukan serangan besar-besaran ke markas Macan Tamil yang berpusat di wilayah Hutan Mullaitivitu. Hasilnya pimpinan Macan Tamil, Velupillai Prabhakaran tewas dalam operasi

(4)

tersebut (Sukarjaputra, 2010). Tewasnya Prabhakaran merupakan sebuah akhir dari konflik panjang yang berlangsung selama kurang lebih 30 tahun antara Macan Tamil dan Pemerintah Sri Lanka.

Pasca berakhirnya konflik bersenjata di Sri Lanka, dampak sosial saat konflik tidak serta merta hilang. Salah satu persoalan yang mendapat sorotan adalah masalah kemiskinan dikalangan etnis Tamil yang mayoritas bermukim di wilayah Provinsi Utara dan Timur Sri Lanka. Data dari Remnant dan Cader (2008) menunjukkan pendapatan rumah tangga rata-rata per bulan pada tahun 2002 untuk Provinsi Utara dan Timur adalah Rs. 8.155 (US$ 2,04/hari) dan Rs. 7.640 (US$ 1,91/hari), sangat jauh dari rata-rata pendapatan nasional yang mencapai Rs. 12.803 per bulan (US$ 3,20/hari). Lima puluh persen rumah tangga di Provinsi Utara dan Timur menerima kurang dari Rs. 5.858 per bulan (US$ 1,46/hari) dan Rs. 5 500 per bulan (US$ 1,37). Guna mengatasi persoalan kemiskinan tersebut, banyak lembaga internasional yang fokus pada program peace building berdiri di Sri Lanka.

Salah satu lembaga yang melakukan program peace building di Sri Lanka adalah United Nations Development Programme (UNDP). UNDP merupakan salah satu badan PBB yang bermarkas besar di New York, Amerika Serikat. Di Sri Lanka UNDP meluncurkan program socio-economic recovery sebagai bagian dari program transformasi pasca konflik.

Sasaran utama dari program socio-economic recovery ini adalah etnis Tamil yang bermukim di wilayah Provinsi Utara dan Timur Sri Lanka. Etnis Tamil yang mayoritas bermukim di wilayah tersebut memiliki tingkat

(5)

perekonomian yang jauh lebih rendah daripada etnis Sinhala. Jika kesenjangan sosial antara etnis Tamil dan Sinhala dibiarkan, maka bukan tidak mungkin konflik yang sama dapat muncul lagi. Maka peran dari UNDP dalam hal ini sangat penting mengingat menjadi salah satu sarana dalam mewujudkan terjadinya positive peace (keadaan dimana keadilan, dialog dan kerjasama terjadi).

Selama program ini dilaksanakan dari tahun 2008-2012 banyak kemajuan yang telah dicapai. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain, seperti dibangunnya beragam infrastuktur-infrastruktur dasar dan penyaluran kredit usaha guna membantu penduduk Tamil yang miskin. Usaha-usaha yang dilakukan oleh UNDP membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh terkait dengan peran yang dilakukannya dalam proses penanggulangan kemiskinan pasca konflik di wilayah Provinsi Utara dan Timur Sri Lanka.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran dari United Nations Development Programme (UNDP) dalam menanggulangi kemiskinan etnis Tamil di Sri Lanka sebagai bagian dari program peace building?”

1.3. Batasan Masalah

Fokus dari penelitian ini adalah penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh UNDP. Lokasi dalam penelitian ini adalah Provinsi Utara dan Timur Sri Lanka. Dipilihnya kedua wilayah ini selain dikarenakan populasi etnis

(6)

Tamil paling besar berada di wilayah ini, juga dikarenakan penduduk di kedua wilayah inilah yang paling parah terkena dampak konflik. Jangka waktu dalam penelitian ini adalah (5 tahun) dari tahun 2008-2012. Jangka waktu ini dipilih karena “UNDP Country Programme Action Plan (CPAP)” yang merupakan pogram socio economic-recovery juga berlangsung pada tahun ini.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan oleh UNDP dalam menanggulangi kemiskinan etnis Tamil di Sri Lanka. Pelaksanaan dari program pengentasan kemiskinan tersebut dikaitkan dengan aspek peace building.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah bertambahnya pengetahuan, khususnya mengenai masalah konflik etnis, peace building, penanggulangan kemiskinan, dan intergovernmental organization.

1.5.2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai media informasi dan pertimbangan ilmiah bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya pihak-pihak yang tengah berupaya dalam melakukan program peace building di Sri Lanka.

(7)

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab 1: Dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2: Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka konsep, dan teori yang digunakan untuk menganalisis masalah yang ada. BAB 3: Dalam bab ini penulis akan menjelaskan metodologi yang dipakai dalam

penelitian ini. Penelitian ini dari 6 sub-bab yaitu jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian data.

BAB 4: Dalam bab ini penulis akan menguraikan gambaran umum terkait penelitian yang dilakukan dan menjelaskan hasil temuan dan analisis. Gambaran umum dalam penelitian ini ada dua yaitu kemiskinan di Provinsi Utara dan Timur Sri Lanka dan faktor-faktor yang memicu kemiskinan tersebut. Sementara itu, dalam sub bab hasil temuan dan analisis penulis akan mendeskripsikan tentang peran-peran yang telah dilakukan oleh UNDP dalam menanggulangi kemiskinan etnis Tamil di Provinsi Utara dan Timur Sri Lanka.

Gambar

Gambar 1.1. Peta Sri Lanka

Referensi

Dokumen terkait

Setelah data - data yang ditemukan dianalisis dan dijelaskan menurut konsep- konsep yang ada, maka langkah selanjutnya adalah menyandingkan dengan teori-teori yang

Dengan demikian adanya pemahaman karakteristik, identifikasi kebutuhan dan pelanggan Perguruan Tinggi memberikan harapan bahwa pelayanan yang diberikan akan

Keputusan ini sebagai Instruktur Pendidikan dan Latihan profesi Guru (PLPG) Tahap II Prryram Setifikasi Guru dalam labatan tahun 2014 yang dilaksanakan pada Rayon

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gliserol terhadap karakteristik edible film dan konsentrasi yang terbaik yang ditambahkan dalam pembuatan

Manfaat, peran dan fungsi Teknologi Pendidikan adalah sebagai peralatan untuk mendukung konstruksi pengetahuan, informasi untuk menyelidiki pengetahuan yang mendukung

Dapat digunakan pula untuk mencari kombinasi gerakan untuk n banyak orang agar pada akhir lagu pasangan penari akan bertukar tempat dan menyelesaikan tarian ini tanpa

Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ) dan dampaknya terhadap