• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kandungan Provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil) Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektroskopi Nir (Near Infrared)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengukuran Kandungan Provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil) Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektroskopi Nir (Near Infrared)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengukuran Kandungan Provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil)

Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektroskopi Nir (Near

Infrared)

Istianingrum,Suryasatriya Trihandaru, dan Martanto Martosupono Magister Biologi, Program Pascasarjana-Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60. Salatiga 50711 e-mail korespondensi: sietya@gmail.com 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kandungan Provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil) menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan spektroskopi Nir (Near Infrared). Dalam penelitian ini menggunakan sampel CPO yang di ambil dari PTPN IV Bandar Pasir Mandoge, Medan, Sumatera Utara. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan ekstraksi sampel CPO untuk kemudian diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan Spektroskopi Nir (Near Infrared). Dengan menggunakan spektra turunan kedua untuk spektra yang di hasilkan dari pengukuran menggunakan Spektroskopi Nir (Near Infrared) dapat memberikan informasi mengenai kandungan dalam sampel. Kesimpulan Pengukuran dengan spektrometer UV-Vis menghasilkan dua puncak gelombang yaitu pada 448 nm dan 471 nm, berdasarkan perhitungan Line structure % III/II yaitu sebesar 5%. Dari tabel UV/Visible absorption data for common food carotenoids memperlihatkan bahwa daerah yang dianalisa merupakan senyawa karotenoid β karoten. Pengukuran dengan NIR flex N-500 memberikan informasi spektrum larutan (ekstrak CPO) memang benar menunjukkan β-karoten karena pola spektrum yang terbentuk sama dengan spektrum β-karoten. Hanya ada beberapa daerah yang beda yaitu pada spektrum 4490 dan 5333 wavenumber. Dimana pada daerah ini diperlukan penelitian lebih lanjut.

Kata Kunci: Spektrofotometer UV-Vis, spektroskopi Nir (Near Infrared), β-karoten, CPO PENDAHULUAN

Indonesia menjadi penghasil utama minyak sawit dunia yang memproduksi lebih dari 44% minyak sawit dunia. Minyak sawit (Crude Palm Oil, CPO) merupakan minyak yang diperoleh dari bagian mesokarp buah sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Data yang bersumber dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) (2007) menunjukkan bahwa pada tahun 2006 Indonesia memproduksi CPO sebesar 15.67 juta ton. Produksi yang tinggi tersebut harus disertai dengan usaha untuk memperkuat industri pengolahan minyak sawit serta meningkatkan nilai ekonomi CPO, misalnya dengan penyelamatan kandungan karotenoid selama proses pemurnian.

Karotenoid merupakan pigmen alami dalam CPO (500-700 ppm), berwarna kuning sampai merah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, namun karotenoid akan terdegradasi dan terbuang selama proses pemurnian CPO. Pada umumnya proses pemurnian CPO dilakukan secara fisik melalui tahapan proses degumming (penghilangan gum), bleaching (penghilangan warna), dan deodorisasi

(penghilangan bau), dan penurunan kadar asam lemak bebas atau deasidifikasi yang menggunakan suhu tinggi (Ketaren 2005). Dengan karakteristik unik yang dimilikinya; terutama dalam hal potensi kandungan vitamin E dan karotenoid, serta tidak mengandung asam lemak trans, maka berbagai penelitian telah banyak yang menunjukan adanya manfaat kesehatan dari penggunaan CPO. Penggunaan minyak sawit merah (Red Palm Oil, RPO) misalnya, telah terbukti efektif meningkatkan status vitamin A pada anak-anak dan ibu-ibu (Panorama dkk. 1997). Pada anak-anak yang diberi makan dengan biskuit yang mengandung RPO, hasilnya ada peningkatan vitamin A yang signifikan, diukur dengan serum retinol, hasil tersebut sebanding dengan anak-anak yang telah diberi makan dengan biskuit yang ditambahkan β-karoten sintetis (Van Stuijvenberg dkk. 2001).

CPO kasar mengandung karotenoid (pro-vitamin A) yang sangat tinggi Karotenoid bisa berfungsi ganda; yaitu sebagai antioksidan dan sumber vitamin A bagi tubuh. Minyak goreng sawit yang beredar di pasaran telah mengalami proses pemurnian

(2)

dan pemucatan, sehingga kandungan karotenoidnya telah turun dengan tajam. Karena itu perlu diperkenalkan ke konsumen, RPO yang diproduksi dengan teknik permurnian khusus tidak menyebabkan hilangnya karotenoid. CPO secara alami merupakan sumber vitamin E yang potensial, tertutama dalam bentuk tokoferol dan tokotrienol (Mensink dkk. 1999). Komponen ini merupakan zat penting dalam diet yang berfungsi sebagai antioksidan; yaitu senyawa yang mencegah oksidasi. Radikal bebas secara alami terdapat di dalam tubuh sebagai hasil metabolisme normal. Kandungan radikal bebas dapat meningkat pada kondisi

stress dan kerja keras. Selain itu, radikal

bebas dapat berasal dari polutan dan makanan. Radikal bebas ini berperan sebagai oksidan yang kuat bagi komponen disebut sebagai kerusakan oksidatif, bisa menyebabkan penyimpangan pada fungsi sel. Tokoferol dan tokotrienol dari CPO dapat berperan sebagai antioksidan alami, menangkap radikal bebas, karena itu berperan melindungi sel-sel dari proses kerusakan (Mustard dkk. 2002). Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah pengukuran kandungan provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil) menggunakan Spektroskopi UV-Vis dan Nir (Near Infrared). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran dengan spektrometer UV-Vis menghasilkan dua puncak gelombang yaitu pada 448 nm dan 471 nm, berdasarkan perhitungan Line structure % III/II yaitu sebesar 5%. Dari tabel UV/Visible absorption

data for common food carotenoids

memperlihatkan bahwa daerah yang dianalisa merupakan senyawa karotenoid β karoten. Hasil tersebut diperkuat dengan, pengukuran NIR flex N-500 yang memberikan informasi bahwa spektrum larutan (ekstrak CPO) memang benar menunjukkan β-karoten karena pola spektrum yang terbentuk sama dengan spektrum β-karoten. Hanya ada beberapa daerah yang beda yaitu pada spektrum 4490 dan 5333 wavenumber. Dimana pada daerah ini diperlukan penelitian lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)

ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.

Analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis hanya dipakai untuk data sekunder atau data pendukung. Pada analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis yang dapat ditentukan ada 2 yaitu pemeriksaan kemurnian spektrum UV-Vis dan penentuan panjang gelombang maximum. Pada penentuan panjang gelombang maksimum didasarkan atas perhitungan pergeseran panjang gelombang maximum karena adanya penambahan gugus pada sistem kromofor induk.

Metode Near Infrared (NIR)

Metode infra merah dekat atau sering disebut dengan nama near infrared (NIR) merupakan salah satu teknik yang menggunakan wilayah panjang gelombang infra merah pada spektrum elektromagnetik antara 700 sampai 2500 nm (Dryden, 2003). Hal yang terpenting dari teori NIR reflektan dan absorban elektromagnetik ini adalah menganalisis komponen, deteksi kualitas, dan pemasakan (Mohsenin, 1984).

Kisaran panjang gelombang NIR telah lama dipelajari dan digunakan sebagai metode analitik. Cahaya tampak diterima oleh mata sesuai dengan besarnya pantulan, seperti halnya warna dihasilkan dari cahaya yang dipantulkan dari suatu objek. Setiap bahan memiliki spektrum gabungan pantulan NIR yang unik dan beragam yang dihasilkan dari efek penyebaran, penyerapan dan pantulan cahaya oleh bahan.

Semua bahan organik terdiri dari atom, karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, phospor, sulfur dengan sejumlah kecil elemen lain. Atom-atom ini berkombinasi melalui ikatan kovalen atau elektrovalen membentuk molekul. Karena sifat ikatannya, gaya elektrostatik ada dalam atom dan molekul tersebut, sehingga molekul bergerak secara konstan, ini dikenal sebagai keadaan stabil. Molekul bervibrasi pada frekuensi yang berkaitan dengan λ dalam daerah infra merah dari spektrum elektromagnetik. Setelah

(3)

dipancarkan maka radiasi ini akan diserap oleh semua bahan organik dan informasi utama yang dapat diekstrak adalah stretching dan bending ikatan kimia C-H (seperti bahan organik turunan minyak bumi), O-H (seperti kadar air, karbohidrat, dan lemak), C-N, dan N-H (seperti protein dan asam amino) yang merupakan ikatan dasar dari semua ikatan kimia bahan-bahan organik.

Informasi tersebut dapat dilihat dari pantulan NIR yang dihasilkan dalam bentuk spektrum pantulan. Radiasi infra merah tidak mempunyai energi yang cukup untuk mengeksitasi elektron pada senyawa tetapi dapat menyebabkan senyawa organik mengalami rotasi dan getaran (vibrasi) ikatan

inter-atomic (Osborne dkk. 1993). Vibrasi stretching adalah pergerakan atom yang

teratur sepanjang ikatan antara dua atom sehingga jarak antara atom dapat bertambah atau berkurang. Vibrasi bending adalah pergerakan atom yang menyebabkan perubahan sudut ikatan antar dua atau pergerakan dari sekelompok atom terhadap atom lainnya.

Gambar 1. Diagram penampakkan specular (a) diffuse, (b) reflectances, dan (c) absorption

radiasi near infrared dari sebuah sampel (Dryden, 2003). Cahaya infra merah dekat yang mengenai bahan memiliki energi yang kecil dan hanya menembus sekitar satu milimeter permukaan bahan, tergantung dari komposisi bahan tersebut. Jika cahaya mengalami penyebaran, spektrum tersebut tetap mengandung informasi contoh penyerapan permukaan bahan tetapi terjadi distorsi pada puncak gelombang (Dryden, 2003). Variasi pada ukuran dan suhu partikel sampel mempengaruhi penyebaran radiasi infra merah pada saat melewati sampel. Partikel berukuran besar tidak dapat menyebarkan radiasi infra merah sebanyak partikel kecil. Makin banyak radiasi yang diserap dapat memberikan nilai absorban yang tinggi dan

efeknya besar pada panjang gelombang yang diserap lebih kuat (Dryden, 2003). Pada Gambar 1 menunjukkan diagram penampakkan specular radiasi near infrared dari sebuah sampel (Dryden, 2003).

Dalam penerapannya, metode NIR memiliki beberapa kelebihan, antara lain: dapat menurunkan biaya tenaga kerja penganalisis komposisi, penggunaan preparat contoh yang sederhana, waktu pendugaan komposisi yang singkat, analisis contoh yang tidak merusak (non-destructive), tidak menggunakan bahan-bahan kimia (analisis yang bebas limbah), dan dapat menganalisis komposisi dengan kecepatan dan ketepatan tinggi (Williams, 1987). Keunggulan dari gelombang infra merah dekat menurut Osborne dkk (1993) dalam analisis bahan makanan adalah merupakan gabungan antara tingkat ketepatan, kecepatan, dan kemudahan dalam melakukan percobaan (prosedur tidak rumit).

Karotenoid

Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, atau merah orange, yang ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang / kerangka luar (eksoskeleton) hewan air serta hasil laut lainnya seperti molusca (calm, oyster, scallop), crustacea (lobster, kepiting, udang) dan ikan (salmon, trout, sea beam, kakap merah dan tuna). Karotenoid juga banyak ditemukan pada kelompok bakteri, jamur, ganggang dan tanaman hijau. (Desiana, 2000).

Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik atau alisiklik yang pada umumnya disusun oleh delapan unit isoprena, dimana kedua gugus metil yang dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil lainnya terletak pada posisi C1 dan C5 serta diantaranya terdapat ikatan ganda terkonjugasi.

Gambar 2. Rumus struktur β-karoten (Herianto, 2008).

(4)

Semua senyawa karotenoid mengandung sekurang-kurangnya empat gugus metil dan selalu terdapat ikatan ganda terkonjugasi diantara gugus metil tersebut. Adanya ikatan ganda terkonjugasi dalam ikatan karotenoid menandakan adanya gugus kromofora yang menyebabkan terbentuknya warna pada karotenoid. Semakin banyak ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat warna pada karotenoid tersebut yang mengarah ke warna merah (Herianto, 2008).

Karotenoid mempunyai sifat-sifat tertentu, diantaranya tidak larut dalam air, larut sedikit dalam minyak, larut dalam hidrokarbon alifatik dan aromatik seperti heksana dan benzene serta larut dalam kloroform dan metilen klorida. Karotenoid harus selalu disimpan dalam ruangan gelap (tidak ada cahaya) dan dalam ruangan vakum, pada suhu -20 0C. Karotenoid yang terbaik disimpan dalam bentuk padatan kristal dan didalamnya terdapat pelarut hidrokarbon seperti petroleum, heksana atau benzena. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan resiko kontaminasi dengan air sebelum dianalisa lebih lanjut. Berdasarkan unsur-unsur penyusunnya karotenoid dapat digolongkan dalam dua kelompok pigmen yaitu karoten dan xantofil. Karoten mempunyai susunan kimia yang hanya terdiri dari C dan H seperti α-karoten, β-karoten dan γ-karoten. Sedangkan xantofil terdiri dari atom-atom C, H dan O. Contoh senyawa yang termasuk dalam xantofil antara lain: cantaxanthin, astaxanthin, rodoxanthin dan torularhodin. (Gama, 2005)

Minyak Kelapa Sawit.

Minyak yang dihasilkan dari bagian kulit atau sabut kelapa sawit dikenal dengan nama

Crude Palm Oil ( CPO ). Minyak kelapa

sawit digunakan sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, margarin, dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang ikatannya mudah dipisahkan dengan alkali (Pasaribu, 2004). Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit ( Elaeis

guinensis jacq ) terdiri dari gliserida

campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Umumnya, komposisi asam lemak minyak sawit seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel I. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit Nama Asam Lemak Rumus Asam Lemak Komposisi Laurat C12:0 0,2% Myristat C14:0 1,1% Palmitat C16:0 44,0% Stearat C18:0 4,5% Oleat C18:1 39,2% Linoleat C18:2 10,1% Lainya - 0,9% (Pahan, I. 2008) Selain dari asam lemak, minyak sawit masih memiliki komponen minor. Kandungan minor minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel II. Kandungan Minor Minyak Sawit. No Komponen Konsentrasi (ppm) 1 Karoten 500-700 2 Tokofenol 400-600 3 Sterol Mendekati 300 4 Phospatida 500 5 Besi (Fe) 10 6 Tembaga (Cu) 0,5 7 Air 0,07-0,18 8 Kotoran-kotoran 0,01 (Ketaren,S. 2005)  BAHAN DAN METODE

Sampel yang digunakan adalah CPO yang diperoleh dari PTPN 4 Bandar Pasir Mandoge, Medan-Sumatera Utara. Bahan kimia yang digunakan adalah CaCO3, aseton, asam askorbat. β-karoten Calbiochem 1 gr dilarutkan dalam 6 ml aseton, setelah itu larutan β-karoten diukur beserta pelarutnya. Spektrum yang diperoleh adalah spektrum β-karoten dan aseton (pelarut).

Ekstraksi sampel dilakukan berdasarkan panduan metode Britton dkk (1995) dan Rodriguez- Amala (2004). Pemisahan lemak dan karoten dari CPO, yaitu dengan melarutkan 0,9 gr CPO dalam 100 ml aseton 100%. Pada waktu ekstraksi ditambahkan CaCO3 sebagai agen penetral. Setelah itu larutan tersebut dimasukkan dalam freezer selama 4 jam, lalu lemak CPO akan membeku sehingga tersisa karoten yang larut

(5)

dalam aseton (bentuk cair). Karoten disaring dengan kertas saring whatman 42, dan di pekatkan dengan gas N2. Karoten dan pelarut (aseton), kemudian di ukur dengan spektroskopi UV-vis.

Pengukuran dengan NIR flex N-500, sampel diletakkan pada cawan petri dengan ukuran diameter 10 cm. Pengukuran sampel CPO tersebut dilakukan dengan menggunakan spektroskopi NIR flex N-500  buatan BUCHI. Selain itu ditetapkan pengambilan data untuk setiap sampel adalah sebanyak satu kali. Larutan (sampel) dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan

transreflectance cover. Lapisan tipis larutan

kira 0,5 mm, dibentuk antara transreflectance

cover dengan cawan petri untuk pengukuran.

Spektra hasil dari pengukuran kemudian dianalisa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran CPO dengan Spektro-fotometer Varian Carry

Spektra CPO untuk fraksi cair diperoleh dengan melarutkan sampel yaitu ekstrak CPO dalam pelarut aseton. Dari fraksi cair CPO yang dibandingkan dengan marker aseton, diperoleh spektra yang menunjukkan CPO mengandung karotenoid (Gambar 3). Spektra yang diperoleh hampir sama dengan marker (Gross, 1991; Britton, 1995).

Gambar 3. Pola spektra CPO dalam pelarut aseton.

Dari pola spektra di atas menghasilkan dua puncak gelombang yaitu pada panjang gelombang 448 nm dengan nilai absorbansi 1.003249 dan panjang gelombang 471 nm dengan nilai absorbansi 0.884074. Nilai baseline sebagai titik zero 0.877895 yaitu pada panjang gelombang 466 nm.

  Gambar 4. Spectral fine structure, %III/II

(Rodrigez- Amala, 2004).

Perhitungan dari % III/II (III/II x 100) merupakan indikasi dari spectral fine

structure. Dari formulasi tersebut dapat dicari

% III/II (Rodriguez- Amala, 2004). Dari hasil perhitungan % III/II, nilai fine structure yaitu sebesar 5. Nilai tersebut cukup rendah hal itu menunjukkan bahwa kemungkinan besar merupakan β karoten walaupun dari tabel 3 sebesar 15. Identifikasi penyerapan spektrum tampak dari UV menjelaskan petunjuk pertama untuk mengidentifikasi karotenoid. Kedua panjang gelombang dari penyerapan maksimum (λmax) dan bentuk dari spektrum (spectral fine structure) merupakan karakteristik kromofor. Nilai λ maksimum dari karotenoid umumnya ditemukan di makanan tercantum dalam Tabel III. Dalam pembahasan dibawah, nilai-nilai λ maksimum yang disebutkan dari karotenoid yang ada dalam petroleum eter.

(6)

Tabel III. Data Penyerapan Uv-Vis Untuk Karotenoid Pada Makanan (Uv/Visible Absorption Data For Common Food Carotenoids)

Carotenoid Solvent λmax (nm) % III/II

α-karoten aseton 424 448 476 55

kloroform 433 457 484

etanol 423 444 473

heksana, petroleum eter 422 445 473 55

β-Karoten aseton (429) 452 478 15

kloroform (435) 461 485

etanol (425) 450 478 25

heksana, petroleum eter (425) 450 477 25

α- Kriptoxantin/Zeinoxantin kloroform 435 459 487 etanol 423 446 473 60 heksana 421 445 475 60 β-Kriptoxantin kloroform (435) 459 485 etanol (428) 450 478 27 petroleum eter (425) 449 476 25 Lutein kloroform 435 458 485 etanol 422 445 474 60 petroleum eter 421 445 474 60 Likopen aseton 448 474 505 kloroform 458 484 518 etanol 446 472 503 65 petroleum eter 444 470 502 65 Zeaxanthin Zeaxanthin (430) 452 479 Kloroform (433) 462 493 etanol (428) 450 478 26 petroleum eter (424) 449 476 25

Referensi: Britton 1995, Davies, 1976.

Tanda kurung menunjukkan tepi. % III / II adalah rasio dari tinggi puncak penyerapan panjang gelombang terpanjang yang ditunjukkan dengan III, sedangkan tengah puncak penyerapan ditunjukkan dengan II. Mengambil minimum antara dua puncak sebagai garis dasar (baseline) . Kemudian hasilnya dikalikan 100.

Pengukuran CPO dengan Spektroskopi NIR flex N-500

Sebelum melakukan pengukuran NIR, terlebih dahulu CPO di ekstraksi dengan 0,9 CaCO3 gr dan dilarutkan dalam 100 ml aseton 100% sampai dipastikan larut dengan sempurna. Jenis tempat sampel yang digunakan yaitu petri. Untuk pengambilan sampel ini jumlah scan adalah sebanyak 1 kali tiap sampel. Selain itu ditetapkan pengambilan data untuk setiap sampel adalah sebanyak satu kali. Larutan (sampel) dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan

transreflectance cover. Lapisan tipis larutan

kira 0,5 mm, dibentuk antara transreflectance

cover dengan cawan petri untuk pengukuran.

Spektra hasil pengukuran dianalisa dengan

menggunakan program Matlab. Dalam menganalisis spektra, ada beberapa metode yang digunakan diantaranya menggunakan

polynomial smoothing filters, membuat

turunan kedua dari spektra untuk menghilangkan baseline spektra. Data hasil pengukuran CPO dengan Spektrometer NIR diplotkan menggunakan program Matlab agar dapat ditampilkan dalam bentuk spektrum. Untuk menganalisis spektrum tersebut maka diperlukan turunan kedua (second derivative) dan menghilangkan baseline dari setiap spektrum. Hasil dari turunan kedua dapat dilihat pada Gambar 5.

(7)

4000 4500 5000 5500 6000 6500 -0.015 -0.01 -0.005 0 0.005 0.01 0.015 Betacarotenoid ekstrak cpo

Gambar 5. Hasil dari second derivative (turunan kedua) perbandingan antara Betakarotenoid dan

ekstrak CPO.

Dari hasil turunan kedua dengan NIR, spektrum pada gambar 6 merupakan spektrum β-karoten karena pola spektrum yang terbentuk sama dengan spektrum β-karoten. Hanya ada beberapa daerah yang beda yaitu pada spektrum 4490 dan 5333

wavenumber. Dimana pada daerah ini

diperlukan penelitian lebih lanjut. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan spektrometer UV-Vis menghasilkan dua puncak gelombang yaitu pada 448 nm dan 471 nm, berdasarkan perhitungan Line structure % III/II yaitu sebesar 5%. Dari tabel UV/Visible absorption

data for common food carotenoids

memperlihatkan bahwa daerah yang dianalisa merupakan senyawa karotenoid β karoten. Hasil tersebut juga diperkuat dengan pengukuran dengan NIR flex N-500 yang memberikan informasi spektrum larutan (ekstrak CPO) memang benar menunjukkan β-karoten karena pola spektrum yang terbentuk sama dengan spektrum β-karoten. Hanya ada beberapa daerah yang beda yaitu pada spektrum 4490 dan 5333 wavenumber. Dimana pada daerah ini diperlukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Britton, G., S. Liaaen-Jensen, & H. Pfander. 1995. Carotenoids Volume 1A:

Isolation and Analysis. Berlin:

Birkhauser Verlag.

Britton, G., S. Liaaen-Jensen, & H. Pfander. 1995. Carotenoids Volume 1B:

Spectroscopy. Berlin: Birkhauser

Verlag.

Desiana. 2000. Ekstraksi Pigmen Karotenoid

dari Limbah Udang Windu.

Skripsi. Bogor: IPB.

Dryden, G. M. 2003. Near Infrared

Reflectance Spectroscopy: Application in Deer Nutrition Rural Industries Research and Development Corporation.

Australia: Kingston.

Gama,J.J.T., Stylos, C.M. 2005. Major carotenoid composition of Brazilian Valencia orange juice: Identification and quantification by HPLC, Department of Food and Nutrition. FCF-UNESP. pp. 14801-14902.

Gross, J. 1991. Pigment in vegetables:

chlorophylls and carotenoids. New

York: Van Nostrand Reinhold. Harianto, E. 2008. Pertumbuhan Produksi

Minyak Sawit Indonesia 1964 – 2007. Jurnal Ekonomi Kelapa

Sawit. Jakarta.

Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak

Pangan. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Mensink, R.P., A.C. Houwelingen, D. Kromhout, & G. Hornstra. 1999. A vitamin E concentrate rich in tocotreinols had no effect on serum lipids, lipoproteins, or platelet function in men with mildly elevated serum lipid concentrations.

Am J Clin Nutr. 69: 213-219.

Miller, B. K., Michael, J. D. 1990. Spectral Analysis of Peach Surface Defect.

American Society of Agricultural Engineers. 90: 6040.

Mohsenin, N. M. 1984. Electromagnetic

Radiation Properties of Food and Agricultural Products. New York:

Gordon dan Breach Science Publisher.

Mustard, V.A., C.A. Smith, P.P. Ruey, N.K. Edens, & S.J. De Michele. 2002. Supplementation with 3 compositionally different tocotrienol supplements does not

improve cardiovascular disease risk factors in men and women with hypercholesterolemia. Am J Clin

Nutr. 76: 1237-1243.

Osborne, B. G. T. Fearn, and P. H. Hindle. 1993. Partial NIRS, with Applications in Food and Beverage

(8)

Analysis. 2nd Eds. United

Kingdom: Longman Scientific and Technical.

Panorama, R. & S. Mahapatra. 1997. The protective effect of red palm oil in comparison with massive vitamin A dose combating vitamin A deficiency in Orissa, India. Asia Pac

J Clin Nutr. 6: 56-59.

Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah Kelapa

Sawit. Medan: USU Repository.

Rodriguez-Amaya Delia, B, & Mieko Kimura. 2004. Harvestplus

Handbook for Carotenoid Analysis.

Washington, DC and Cali: International Food Policy Research Institute (IFPRI) and International Center for Tropical Agriculture (CIAT).

Van Stuijvenberg M.E., M.A. Dhansay, C.J. Lombard, M. Faber, & A.J. Benadé. 2001. The effect of a biscuit with red palm oil as a source of beta-carotene on the vitamin A status of primary school children: a comparison with beta-carotene from a synthetic source in a randomised controlled trial. Eur J

Clin Nutr. 55: 657-662.

Williams, P. C. 1987. Variable Affecting

NIRS Analysis in NIR Technology in the Agriculture and Food Industries. Ed. By Williams, P. dan Norris, K. Minnesota, USA:

American Association of Cereal Gordon dan Breach Science Publisher.

Williams, P., & K. Norris. 1990.

NearInfrared Technology in the Agricultural and Food Industries.

Minnesota, USA: American Association of Cereal Chemist, Inc. St.Paul.

Gambar

Gambar 2.  Rumus struktur β-karoten (Herianto,  2008).
Gambar 3. Pola spektra CPO dalam  pelarut aseton.
Tabel III. Data Penyerapan Uv-Vis Untuk Karotenoid Pada Makanan (Uv/Visible Absorption Data For  Common Food Carotenoids)
Gambar 5. Hasil dari second derivative (turunan  kedua) perbandingan antara Betakarotenoid dan

Referensi

Dokumen terkait

53 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pembelian Responden Pelanggan Makro Cash and Carry Wholesale Semarang Berdasarkan Status Marital ……… 55 Tabel 4.3 Distribusi

Tempurung kelapa selain dapat digunakan sebagai bahan bakar langsung maupun dalam bentuk arang, dapat juga ditingkatkan kegunaannya di dalam industri yaitu sebagai bahan

[r]

Jadi, orang seperti Lester ini ingin agar kaum Muslim melepaskan keyakinannya, bahwa AI-Qur' an adalah kata- kata Tuhan (kalam Allah) yang tidak berubah. Untuk men- jebol

Berdasarkan perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis termotivasi ingin menganalisis serta melakukan suatu penelitian dengan mengajukan judul “Pengaruh

d) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan

Dari beberapa fenomena dan hasil penelitian–penelitian terdahulu tentang pengaruh motivasi dan profesionalisme terhadap kualitas audit tersebut, maka peneliti