• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Abstrak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY,

VISUAL, INTELECTUAL (SAVI) BERBANTUAN BAHAN AJAR

TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SD GUGUS RADEN AJENG KARTINI

Ni Putu Dita Wisna Wati

1

, I Wayan Darsana

2

, I Wayan Rinda Suardika

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email : dita_wisna@ymail.com

1

, w_darsana@ymail.com

2

,

suardikarinda@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian

Non Equivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas V di SD Gugus Raden Ajeng Kartini yang berjumlah 531 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling yang diacak adalah kelasnya untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan hasil pengundian yaitu siswa kelas VB SD Negeri 19 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 41 orang siswa dan siswa kelas VA SD Negeri 27 Pemecutan sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 42 orang siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode tes jenis objektif bentuk pilihan ganda biasa. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 4,95 > ttab = 1,990 pada taraf

signifikansi 5% dan dk=81. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata hasil belajar IPS juga menunjukkan bahwa kelompok eksperimen

X

= 82,21 >

X

= 72,30 pada kelompok kontrol. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat.

Kata-kata kunci : model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar, pembelajaran konvensional, hasil belajar IPS

(2)

Abstract

This research was aimed to know the significant differences of social science learning result between students who were taught by using Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI) learning model assisted instructional materials with students who learned with the conventional learning in fifth grade SD Gugus Raden Ajeng Kartini West Denpasar District of academic year 2013/2014. Kind of this research was a quasi-experimental study with research design that used is Non Equivalent Control Group Design. The population in this research were all students of fifth grade in SD Gugus Raden Ajeng Kartini West Denpasar District of academic year 2013/2014 as many as 531 students. The samples was selected by using random sampling technique where some classes were randomized to determine the eksperimental group and control group. After randoming those classes, 41 fifth grade students of SD Negeri 19 Pemecutan were determined as eksperimental group and 42 fifth grade students of SD Negeri 27 Pemecutan were determined as control group. The data in this research was collected by giving objective test in the form of multiple choice to the eksperimental and control group. The collected data was analyzed by using statistic descriptive analysis and infertial statistic (t-test).

The result of data analysis showed that tcount = 4,95 > ttable = 1,990 with 5%

significance level and degree of freedom is 81. The finding reveald that, there is a significant effect on social science learning result between students who were taught by using Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI) learning model assisted instructional materials with students who learned with the conventional learning, and mean score of eksperimental group also showed

X

= 82,21, it is bigger than the mean score of control group which was

X

= 72,30. Therefore, it can be conclude that Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI) learning model assisted instructional materials has obvious effect toward social science learning result of fifth grade students at SD Gugus Raden Ajeng Kartini West Denpasar District.

Keywords : SAVI learning model assisted instructional materials, conventional learning, and social science learning result

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari kian bertambah pesat. Salah satu kunci dari perkembangan tersebut adalah bidang pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Pendidikan sangat berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Saondi dan Suherman, 2010:1). Sehingga pendidikan perlu mendapat

perhatian, penanganan dan prioritas secara intensif dari pemerintah, masyarakat, maupun pengelola pendidikan.

Masalah pendidikan di Indonesia, salah satunya yaitu masih berkutat pada persoalan mutu dan kualitas pendidikan. Indonesia, sampai saat ini masih ketinggalan jauh mutu pendidikannya dibandingkan negara-negara lain di dunia. Mutu pendidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya mutu sumber daya manusia. Apabila mutu sumber daya manusianya rendah, maka akan sulit untuk hidup di era globalisasi seperti saat ini. Menurut Degeng (dalam Astari,dkk., 2010) manusia yang dapat „hidup‟ di abad 21 adalah manusia yang kompetitif, cerdas, dan siap menghadapi perubahan. Oleh karena itu, dunia pendidikan mendapatkan sorotan yang sangat tajam untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber

(3)

daya manusia yang berkualitas harus ditunjang dengan kemajuan pendidikan. Kemajuan pendidikan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan seperti, perubahan kurikulum, peningkatan kesejahteraan guru sebagai penghargaan kepada guru karena melaksanakan tugasnya dengan baik, perbaikan sarana dan prasarana sekolah dengan program BOS, mengadakan sertifikasi untuk penjaminan mutu pengajaran, pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran, mengadakan seminar-seminar nasional bidang pendidikan, serta melakukan pembaharuan dalam pembelajaran. Pembaharuan pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang bersifat konstruktivisme dimana siswa yang lebih berperan aktif membangun sendiri pengetahuannya sedangkan guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing sehingga kegiatan belajar peserta didik menjadi lebih terarah (Sardiman, 2010:38). Namun upaya-upaya tersebut belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan pendidikan pada umumnya.

Sehingga untuk membangun masyarakat terdidik dan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu adanya peningkatkan dalam mutu pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan mengacu pada masukan, proses luaran, dan dampaknya (Minarti, 2011: 329). Kualitas pembelajaran yang optimal dapat tercermin dari keterlibatan siswa secara fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud adalah pembelajaran berpusat pada siswa dan peran guru cenderung sebagai motivator dan fasilitator yang bertugas memotivasi siswa dan menyediakan fasilitas penunjang pembelajaran berupa media dan sumber belajar. Sehingga usaha yang perlu dilakukan sekarang bukanlah menghapus formalitas yang telah berjalan melainkan menata kembali sistem pendidikan yang

ada dengan paradigma pembelajaran baru yang lebih baik (Aunurrahman, 2012:2).

Proses pembelajaran di sekolah mengadopsi beberapa mata pelajaran salah satunya adalah pembelajaran IPS. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar (Susanto, 2013:137). IPS sebagai bidang studi memiliki ruang lingkup kajian mata pelajaran meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat.

Di tingkat Sekolah Dasar (SD) diharapkan ada penekanan pembelajaran IPS guna membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang bermanfaat dalam kehidupannya kelak di masyarakat. Sehingga mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain itu, peserta didik secara langsung dapat mengamati dan mempelajari norma-norma atau peraturan serta kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku dalam masyarakat tersebut sehingga peserta didik mendapat pengalaman secara langsung.

IPS menurut Sumaatmadja (2008: 10) diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat, mempelajari gejala dan masalah sosial yang terjadi dari bagian kehidupan tersebut. Sehingga IPS menjadi salah satu mata pelajaran penting yang harus dikuasai oleh peserta didik, namun dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di SD belum terjadi proses pembelajaran secara efektif yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar IPS siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti masih banyaknya guru yang beranggapan bahwa pembelajaran IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi peserta didik

(4)

dibandingkan dengan pembelajaran IPA dan matematika (Susanto, 2013:138) serta pemahaman terhadap materi pembelajaran yang masih kurang, karena guru belum menggunakan model dan bahan ajar pembelajaran yang variatif dan inovatif. Guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Pembelajaran konvensional biasanya berpusat pada guru sehingga peran peserta didik dalam proses pembelajaran cenderung pasif dan peserta didik merasa cepat bosan. Dengan pasifnya peran peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga menyebabkan p e m b e la j a r a n y a n g berlangsung kurang bermakna, s er t a hasil belajar peserta didik menjadi kurang optimal.

Dalam hal ini, guru sebagai ujung tombak pendidikan secara langsung hendaknya berupaya melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Perbaikan pertama yang perlu dilakukan dalam pembelajaran IPS adalah menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan menarik perhatian peserta didik. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara menjadikan peserta didik aktif mencari informasi dan pengetahuan yang diperlukan sehingga peserta didik tidak pasif dan tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain, pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi pembelajaran berpusat pada peserta didik (Sanjaya, 2009:99). Untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, guru harus menggunakan model pembelajaran dan bahan ajar yang kreatif dan inovatif. Menurut Prastowo (2011:14) “Guru pada umumnya hanya menyediakan bahan ajar yang monoton atau bahan ajar siap pakai, tanpa harus bersusah payah untuk membuatnya”.

Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa, salah satu model

pembelajaran yang dapat

membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar yaitu model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI). Menurut Suyatno (2009:65), model pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan

bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki peserta didik. Dalam pembelajaran SAVI terdapat 4 komponen sebagai ciri khas dari model ini yaitu Somatic, Auditory, Visual, Intelectual. Somatic adalah gerakan tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami atau melakukan. Auditory adalah pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visual adalah pengelihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui mengamati, menggambar, melukis, mendemostrasikan media pembelajaran dan alat peraga. Intelectual adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan (Meier, 2002: 92-99).

Pembelajaran dengan model SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan aktivitas fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada hasil belajar siswa. Model pembelajaran SAVI akan menjadi lebih efektif digunakan dalam proses pembelajaran apabila didukung dengan penggunaan bahan ajar yang kreatif dan inovatif. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas (Prastowo, 2011:16). Bahan ajar yang dimaksud berupa bahan ajar tertulis. Bahan ajar memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar ini dapat bersumber dari buku, lingkungan sekitar, dan internet. Bahan ajar disusun oleh guru secara sistematis dan dapat menarik minat siswa untuk belajar, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi yang dibelajarkan. Apabila siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik saat proses pembelajaran, maka tentu saja hasil belajar siswa dapat dioptimalkan. Dengan digunakannya model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar diharapkan dapat

(5)

mempengaruhi hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar (SD) di Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar terhadap hasil belajar IPS siswa, dengan memanipulasi variabel bebas yaitu model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar dan variabel terikat yaitu hasil belajar IPS siswa yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasy Eksperiment).

Dengan desain penelitian yang digunakan pada penelitian eksperimen ini adalah ”Nonequivalent Control Group Design”. Pemilihan desain ini karena menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya tanpa adanya campur tangan peneliti (Darmadi, 2011: 202).

Dalam suatu penelitian tidak lepas dari objek yang akan diteliti, subjek yang akan diteliti diistilahkan sebagai populasi dan sampel. Dalam suatu penelitian populasi dan sampel memiliki hubungan saling keterkaitan. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011: 80). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014 yang jumlahnya 531 siswa yang terdiri dari 13 kelas dan 5 sekolah diantaranya SD Negeri 15 Pemecutan, SD Negeri 19 Pemecutan, SD Negeri 26 Pemecutan, SD Negeri 27 Pemecutan, dan SD Negeri 32 Pemecutan.

Dalam melaksanakan suatu penelitian tidak dimungkinkan mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga, dan waktu, maka dapat digunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel adalah objek dari populasi yang diambil melalui teknik sampling, yakni cara-cara mereduksi objek penelitian dengan mengambil sebagian saja yang dapat dianggap representatif terhadap populasi (Darmadi, 2011: 53). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

random sampling. Teknik random

sampling adalah teknik penentuan

sampel secara acak (Sugiyono, 2011:124). Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas yang dipilih telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

Cara acak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara undian yang dilakukan dengan memberi nomor urut pada setiap sekolah yang ada di Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat kemudian dilakukan

randomisasi sebanyak dua kali.

Berdasarkan hasil random pertama, didapatkan dua sekolah dasar sebagai sampel.

Setelah mendapatkan dua sampel, peneliti melakukan pencarian data nilai sumatif siswa yang digunakan sebagai data awal untuk melihat kesetaraan sampel yang akan dipilih. Namun untuk mendapatkan data yang lebih akurat maka kelas sampel yang telah ditentukan, diuji kesetaraannya berdasarkan data hasil pre test dengan menggunakan uji-t. Jika keadaan sampel setara, maka akan dilanjutkan dengan randomisasi kedua yang bertujuan untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil pengundian didapatkan SD Negeri 19 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 27 Pemecutan sebagai kelompok kontrol. Sebelum dilakukan uji kesetaraan menggunakan uji-t, terlebih dahulu

(6)

dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk menguji kesetaraan sampel digunakan uji-t dengan rumus polled varians.

Sugiyono (2006: 2-3) menyatakan variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas (Independent Variabel) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012: 39). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil yang terjadi akibat pengaruh variabel bebas, dalam hal ini variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS siswa kelas V.

Data hasil belajar IPS yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar pada ranah kognitif. Untuk mengumpulkan data pada ranah kognitif diperlukan tes untuk mengukur hasil belajar IPS. Menurut Arikunto (2009: 53) “tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Tes yang diberikan berupa tes objektif dengan tipe pilihan ganda biasa.

Sebelum digunakan, tes tersebut terlebih dahulu divalidasi secara teoritis dengan menyusun kisi-kisi soal dan dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya dilakukan validasi secara empirik dengan jumlah responden sebanyak 51 orang. Dari hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, dan indeks kesukaran diperoleh 31 butir tes yang dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 50 butir tes yang diujicobakan.

Analisis data dilakukan setelah semua data dikumpulkan. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar IPS dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar dan data hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Statistik inferensial digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian dengan menggunakan rumus Uji-t. Analisis Uji-t tersebut dapat dilakukan apabila data sudah memenuhi prasyarat data, yaitu sebaran data telah berdistribusi normal dan homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 19 Pemecutan dan SD Negeri 27 Pemecutan, dilakukan 6 kali pemberian

treatment pada masing-masing

kelompok. Pada akhir penelitian dilakukan post-test untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa. Data hasil belajar tersebut adalah data hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar dan data hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Hasil analisis data menunjukkan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar adalah 82,21 dengan nilai maksimal sebesar 100 dan nilai minimal 60. Standar deviasi kelompok eksperimen adalah s = 9,56 dan varians (s2) = 91,48. Dari perhitungan tingkat hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 19 Pemecutan yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar didapatkan klasifikasi tingkat kategori nilai hasil belajar IPS siswa, yaitu 73,17% dengan kategori sangat baik dan 26,83% dengan kategori baik. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas kontrol yang dibelajarkan melalui penerapan pembelajaran konvensional adalah 72,30 dengan nilai maksimal

(7)

sebesar 87 dan nilai minimal 50. Standar deviasi kelompok kontrol adalah s = 8,34 dan varians (s2) = 69,58. Dari perhitungan tingkat hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 27 Pemecutan yang dibelajarkan melalui penerapan pembelajaran konvensional didapatkan klasifikasi tingkat kategori nilai hasil belajar IPS siswa, yaitu 45,23% dengan kategori sangat baik, 47,63% dengan kategori baik, dan 7,14% dengan kategori cukup.

Sebelum dilakukan analisis data dengan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengetahui sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square.

Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan

frekuensi empirik (fe) dari data hasil

belajar IPS siswa pada kelompok eksperimen diperoleh X2hit =

= 2,93 dan pada taraf signifikan 5% (α= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel = 2(α=0,05,5) = 11,07. Karena 2hit = 2,93 < 2tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil belajar IPS pada kelompok kontrol diperoleh X2hit = = 4,58. Nilai 2tabel pada taraf signifikan 5% (α= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel =

2

(α=0,05,5) = 11,07. Karena 2hit = 4,58 < 2

tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPS pada kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian dilakukan setelah uji normalitas data. Uji homogenitas dilakukan dengan uji F dari Havley. Kriteria pengujian homogenitas varians adalah jika Fhit < Ftabel, maka data homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2-1.

Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,314 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = 40 dan db penyebut = 41 adalah 1,69. Ini berarti Fhitung = 1,314 < Ftabel (40,41) = 1,69 maka Ho diterima sehingga data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kontrol memiliki varians yang homogen. Setelah data berdistribusi normal dan varians dinyatakan homogen, maka analisis data dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.

Data post-test atau hasil belajar IPS siswa yang dikumpulkan diuji hipotesisnya menggunakan analisis uji-t dengan rumus polled varians. Uji signifikansinya adalah jika thitung < ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan (dk) = n1+ n2 -2.

Ha (hipotesis alternatif) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visual Intelectual) berbantuan bahan ajar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014.

Sedangkan Ho (hipotesis nihil) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visual

Intelectual) berbantuan bahan ajar

dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014.

Adapun rekapitulasi hasil analisis data penghitungan uji hipotesis data dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

(8)

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Kelompok s2 n thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 82,21 91,48 41

4,95 1,990

thitung > ttabel (H0 ditolak, Ha diterima) Kontrol 72,30 69,58 42

Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varians diperoleh thitung = 4,95 dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk = 81 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 1,990. Berarti thitung > ttabel maka hipotesis nihil yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014.

Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada materi masa persiapan kemerdekaan Indonesia dan peristiwa proklamasi kemerdekaan.

Hal ini disebabkan karena siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar, lebih mampu memunculkan suasana belajar yang menarik dan siswa belajar secara aktif mengkombinasikan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual. Hal ini juga tidak terlepas dari pendapat Meier (2002:90) yang menyatakan bahwa model pembelajaran SAVI adalah suatu model pembelajaran yang mengandung prinsip Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) yang berarti bergerak fisik secara aktif ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat dalam proses belajar. Belajar dengan memanfaatkan seluruh indera yang dimiliki dan membuat

suatu proses pembelajaran jauh lebih efektif dalam menggali informasi dan mengingat dengan baik. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, siswa juga diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri dan berinteraksi langsung dengan berbagai sumber belajar, salah satunya yaitu dengan penggunaan bahan ajar.

Berbeda dengan pembelajaran IPS yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Pembelajaran konvensional dimulai dengan menyampaikan pokok bahasan atau materi, kemudian siswa hanya mendengarkan penjelasan guru yang membuat siswa cenderung pasif dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya dan kurang adanya interaksi dalam kelompok pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran ini belum sepenuhnya optimal membawa siswa dalam kegiatan pembelajaran yang efektif. Siswa hanya terpusat pada guru yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat bergantung pada guru. Hal ini dapat mengakibatkan aktivitas siswa kurang optimal sehingga siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan proses pembelajaran cenderung membosankan.

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Somatic,

Auditory, Visual, Intelectual (SAVI)

berbantuan bahan ajar, dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan

(9)

Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

PENUTUP

Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh, bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen = 82,21 lebih besar daripada rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol = 72,30 dan berdasarkan kriteria pengujian taraf signifikansi 5% diperoleh thitung = 4,95 > ttabel = 1,990 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014.

Maka dapat disimpulkan bahwa (1) rata-rata hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar pada kelas VB SD Negeri 19 Pemecutan tahun pelajaran 2013/2014 sebagai kelompok eksperimen sebesar 82,21, dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 31,71%, di bawah rata-rata sebesar 41,45%, dan di atas rata-rata sebesar 26,82%. Hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar berada pada kategori sangat baik dengan presentase 73,17% dan pada kategori baik dengan presentase 26,83%; (2) rata-rata hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas VA SD Negeri 27 Pemecutan tahun pelajaran 2013/2014 sebagai kelompok kontrol sebesar 72,30, dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 33,33%, di bawah rata-rata sebesar 54,76%, dan di

atas rata-rata sebanyak 11,9%. Hasil belajar IPS siswa kelas kontrol dengan

menggunakan pembelajaran

konvensional berada pada kategori sangat baik dengan presentase 45,23%, kategori baik dengan presentase 47,63% dan kategori cukup dengan presentase 7,14%; (3) berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh = 4,95 dan dalam taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan 81 diperoleh ttabel = 1,990. Dengan membandingkan hasil thitung dan ttabel dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel (4,95 > 1,990) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Somatic,

Auditory, Visual, Intelectual (SAVI)

berbantuan bahan ajar, dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) berbantuan bahan ajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yaitu bagi siswa diharapkan lebih aktif selama pembelajaran dan tidak takut atau malu dalam mengeluarkan gagasan mapun pendapat dan mencari solusi sendiri terhadap materi yang sedang dipelajarinya.

Bagi guru sekolah dasar diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif misalnya seperti menerapkan model pembelajaran SAVI berbantuan bahan ajar yang mampu memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa.

Bagi sekolah diharapkan dapat menyiapkan sarana dan prasana yang lebih lengkap untuk penyempurnaan dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah.

Bagi peneliti lain diharapkan dapat melaksanakan penelitian lebih kreatif, inovatif, dan bervariasi dalam

(10)

menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran sehingga mampu memberikan pengaruh yang positif di bidang pendidikan dan tentunya dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Astari, Anik Putu, dkk. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum dan Setting Kooperatif Terhadap Hasil Belajar. Program Kreatifitas Mahasiswa (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP UNDIKSHA.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Meier, Dave. 2002. The Accelerated

Learning Handbook. Bandung : Kaifa

Minarti, Sri. 2011. Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri). Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press.

Sanjaya, A. 2009. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Saondi, Ondi dan Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT. Refika Aditama

Sardiman A.M. 2010. Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sumaatmadja, Nursid, dkk. 2008. Konsep

Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. ---. 2011. Statistika untuk

Penelitian. Bandung: CV.

Alfabeta.

---. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai kentuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau pendalaman

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Untuk menghasilkan hasil cluster dengan tingkat similarity terbaik secara umum tahapan dan kerangka kerja penelitian yang digunakan adalah dengan

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

 Guru memberikan sebuah narasi informasi secara menarik dengan konsep interaktif untuk menghubungkan materi tentang organ gerak pada hewan vertebrata dengan isi