• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

73

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI PENELITIAN

Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) adalah sebuah organisasi gereja yang terdapat di Propinsi Sulawesi Tengah. Gereja ini berdiri pada tanggal 18 Oktober 1947 dengan pusat sinodenya di kota kecil yang bernama Tentena. Secara historis GKST adalah hasil pekabaran Injil Dr.A.C.Kruyt dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) yang tiba di Poso pada tahun 1892; dan Dr. N. Adriani dari Nederlandsch Bijbelgenootschap yang tiba tahun 1895. GKST tergolong gereja dengan wilayah pelayanan terluas di pulau Sulawesi Tengah.

Pada penelitian ini, data diperoleh melalui skala psikologi yang disebarkan pada 100 orang pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah mulai tanggal 30 Maret sampai dengan 30 April 2012. Data yang dgunakan adalah data try out terpakai, artinya memperlakukan sampel try out sebagai sampel penelitian yang sesungguhnya sehingga hasil uji coba atau try out juga sekaligus akan digunakan sebagai data penelitian dimana item skala yang gugur tidak digunakan dalam penelitian. Penggunaan try out terpakai ini didasarkan pada pertimbangan budaya dimana para pendeta yang melayani di Gereja Kristen Sulawesi Tengah berasal dari suku yang sama yaitu PAMONA. Kata pamona berasal dari tiga suku kata, yang didalamnya terurai makna yang sangat dalam yaitu, Pa = pakaroso, Mo = sintuwu, Na = napolanto; artinya wujudkan hidup bersama yang kuat. Uraian makna ini menjadi modal sosial dan

(2)

74 sumber kearifan lokal yang disemboyankan dengan ungkapan “Sintuwu Maroso” yang artinya “Hidup untuk saling menghidupkan dalam satu kebersamaan” (Tampake, 2009). Artinya budaya membentuk hubungan manusia dalam berbagai cara. Keunikan budaya ini tentunya akan berbeda dengan budaya pendeta di tempat lain yang terdiri dari budaya yang beragam. Dengan menggunakan data try out terpakai akan lebih menggambarkan orisinalitas item yang digunakan dalam penelitian ini.

4.2 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

4.2.1 Penyebaran dan Penerimaan Alat Ukur Responden

Data yang diolah pada penelitian ini adalah data primer dalam bentuk skala psikologi dari hasil jawaban responden terkait dengan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan servant leadership. Skala psikologi sebagai alat ukur didistribusikan langsung oleh peneliti kepada pendeta di Gereja Kristen Sulawesi Tengah yang telah dipilih untuk menjadi responden. Skala psikologi yang disebarkan berjumlah 100 skala, semua responden mengembalikan skala secara lengkap sehingga secara keseluruhan skala dapat dipergunakan sesuai kebutuhan dalam penelitian ini.

4.2.2 Distribusi Frekuensi Identitas Responden

Merujuk pada data yang diperoleh dari 100 responden pada Gereja Kristen Sulawesi Tengah berikut ini dipaparkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja secara berturut-turut yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(3)

75 Tabel 4.1

Demografi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden

Persentase

Laki-laki 42 42%

Perempuan 58 58%

Total 100 100

Sumber: data primer 2012.

Tabel 4.1 di atas memberikan informasi bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah berjumlah 42 orang atau sebesar 42% dan berjenis kelamin perempuan adalah berjumlah 58 orang atau sebesar 58%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki.

Tabel 4.2

Demografi Responden Menurut Usia

Usia Jumlah Responden Persentase

26-33 tahun 39 39%

34-41 tahun 32 32%

42-49 tahun 29 29%

Total 100 100%

Sumber: data primer 2012.

Tabel 4.2 di atas memberikan informasi tentang gambaran responden berdasarkan usia yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu rentang usia dari 26-33 tahun adalah sebesar 39%, responden dengan rentang usia 34 - 41 sebesar 32%, responden dengan rentang usia 42 - 49 sebesar 29%.

(4)

76 Tabel 4.3

Demografi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase S1 100 100% Total 100 100%

Sumber: data primer 2012.

Tabel 4.3 di atas memberikan informasi bahwa secara keseluruhan responden mempunyai tingkat pendidikan yang sama yaitu strata satu.

Tabel 4.4

Demografi Responden Menurut Masa Kerja

Masa Kerja Jumlah

Responden Persentase 19-26 43 43% 11-18 37 37% 3-10 20 20% Total 100 100%

Sumber: data primer 2012.

Tabel 4.4 di atas memberikan informasi tentang gambaran responden berdasarkan masa kerja yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok. Responden dengan rentang masa kerja dari 19-26 menempati jumlah terbesar yaitu 43% kemudian diikuti rentang masa kerja 11-18 tahun sebesar 20%, dan rentang masa kerja 11-18 tahun sebesar 37%, selebihnya telah bekerja 19-26 tahun 43% tahun. Berdasarkan persentase rentang masa kerja ini diketahui bahwa pengalaman pelayanan yang dimiliki oleh responden relatif tinggi.

4.3 UJI DAYA DISKRIMINASI DAN RELIABILITAS SKALA Untuk mengetahui kualitas skala yang akan digunakan, terlebih dahulu dilakukan seleksi item skala dan reliabilitas skala dengan tujuan untuk memilih item yang hasil ukurnya sesuai dengan

(5)

77 hasil ukur skala secara keseluruhan dan sejauh mana konsistensi alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini seleksi item skala dilakukan sebanyak dua kali putaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

4.3.1 Daya Diskriminasi Item

Pengujian daya diskriminasi item dalam penelitian ini menggunakan analisis butir (item) yakni dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total per konstruk (contruct) dan skor total seluruh item. Output SPSS for windows version 17 menyebutkan bahwa analisis item/butir tersebut dinyatakan sebagai Corrected Item-Total Correlation dengan batas kritis skor total skala ≥ 0,30 (Azwar, 2009).

4.3.1.1 Daya Diskriminasi Skala Servant Leadership

Item yang digunakan untuk menjaring data servant leadership adalah sebanyak 67 item. Setelah dilakukan diskriminasi item melalui corrected item-total correlation pada putaran pertama diperoleh 57 item yang memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dan 10 item yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dengan rentang nilai bergerak dari 0,308 sampai dengan 0,589. Adapun item yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 adalah nomor: 1, 2, 7, 9, 27, 30, 45, 48, 54, 65. Hasil lengkap terlampir dan rangkumannya ditampilkan dalam tabel dibawah ini:

(6)

78 Tabel 4.5

Sebaran Item Valid dan Item Gugur S kal a S erva nt Lead ers hi p

No

Aspek Jumlah Item

Nomor Item Valid Nomor Item Gugur 1 Orientasi karakter 19 3,4,5,6,8,10,11,12,13,14, 15,16,17,18,19 1,2,7,9 2 Orientasi Orang 15 20,21,22,23,24,25,26,28, 29,31,32,33,34 27,30 3 Orientasi Tugas 17 35,36,37,38,39,40,41,42,43, 44,46,47,49,50,51 45,48 4 Orientasi Proses 16 52,53,55,56,57,58,59,60, 61,62,63,64,66,67 54,65 Total 67 57 10

Sumber: data primer yang diolah, 2012.

Setelah item yang gugur dihilangkan, selanjutnya dilakukan seleksi item putaran dua. Hasil seleksi item melalui corrected item-total correlation diketahui bahwa dari 57 item yang tersisa semuanya memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dengan rentang nilai bergerak dari 0,301 sampai 0,581.

4.3.1.2 Daya diskriminasi Item Skala Kecerdasan Emosional

Item yang digunakan untuk menjaring data kecerdasan emosional adalah sebanyak 76 item. Setelah dilakukan seleksi item melalui corrected item-total correlation diperoleh 69 item yang memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dan 7 item yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dengan rentang nilai bergerak dari 0,320 sampai dengan 0,606. Adapun item yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 adalah nomor: 5, 17, 39, 40, 42, 43, 74, Hasil lengkap terlampir dan rangkumannya ditampilkan dalam tabel dibawah ini:

(7)

79 Tabel 4.6

Sebaran Item Valid dan Item Gugur Skala Kecerdasan Emosional

No Aspek Jumlah

Item Nomor Item Valid

Nomor Item Gugur 1 Kesadaran Diri 11 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11 5 2 Pengaturan Diri 32 12,13,14,15,16,18,19,20, 21,22,23,24,25,26,27, 28,29,30,31,32,33,34,35 36,37,38,41 17,39,40 42,43 3 Kesadaran Sosial 12 44,45,46,47,48,49,50,51, 52,53,54,55 _ 4 Pengelolaan Relasi 21 56,57,58,59,60,61,62,63 64,65,66,67,68,69,70,71, 72,73,75,76 74 Total 76 69 7

Sumber: data primer yang diolah, 2012

Setelah item gugur dihilangkan, selanjutnya dilakukan seleksi item putaran dua. Hasil seleksi item melalui corrected item-total correlation diketahui bahwa dari 69 item yang tersisa semuanya memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dengan rentang nilai bergerak dari 0,316 sampai 0,615.

4.3.1.3 Daya diskriminasi Item Skala Kecerdasan Spiritual

Item yang digunakan untuk menjaring data kecerdasan spiritual adalah sebanyak 24 item. Setelah dilakukan seleksi item melalui corrected item-total correlation diketahui bahwa semua item memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dengan rentang nilai bergerak dari 0,316 sampai 0,658. Hasil lengkap terlampir dan rangkumannya ditampilkan dalam tabel dibawah ini:

(8)

80 Tabel 4.7

Sebaran Item Valid dan Item Gugur S kal a K ec er d as an S p ir it ual

No Aspek Jumlah

Item Nomor Item Valid

Nomor Item Gugur 1 Critical Existential Thinking 7 1,2,3,4,5,6,7 - 2 Personal Meaning Production 5 8,9,10,11,12 - 3 Transendental Awarenes 7 13,14,15,16,17,18,19 - 4 Conscious State Expansion 5 20,21,22,23,24 - Total 24 24

Sumber: data primer yang diolah, 2012

4.3.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian menggunakan ini pengujian reliabilitas internal konsistensi. dengan melihat koefisien cronbach’s alpha. Koefisien cronbach’s alpha yang mendekati satu menandakan reliabilitas konsistensi yang tinggi. Umumnya, koefisien reliabilitas cronbach’s alpha kurang dari 0,60 menandakan reliabilitas yang buruk. Reliabilitas yang dapat diterima berada diantara nilai 0,60-0,79 dan reliabilitas yang sangat tinggi adalah yang lebih dari 0,80 (Ghozali, 2001). Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari seleksi item putaran dua setelah semua item gugur dalam putaran pertama dihilangkan. Hasil lengkap terlampir dan rangkumannya ditampilkan dalam tabel berikut ini:

(9)

81 Tabel 4.8

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

Variabel

Koefisien

Alpha Batas Makna

Servant leadership 0, 923 0,6 Reliabel

Kecerdasan emosional 0, 949 0,6 Reliabel

Kecerdasan spiritual 0, 892 0,6 Reliabel Sumber: data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas, diketahui bahwa seluruh variabel memiliki koefisien alpha cronbach lebih dari batas minimal yang ditetapkan, yaitu >0,60 maka seluruh item skala dinyatakan reliabel.

4.4 Analisis Data

Untuk mempermudah pengolahan data dalam penelitian ini digunakan bantuan aplikasi SPSS 17.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh descriptive statistics sebagai berikut:

Tabel 4.9 Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Servant Leadership 184.07 15.967 100 Kecerdasan Emosional 211.87 20.903 100 Kecerdasan Spiritual 77.68 7.705 100

Sumber: data primer yang diolah, 2012

Untuk mempelajari kualitas servant leadership (Y), kecerdasan emosional (X1) dan kecerdasan spiritual melalui responden maka langkah pertama yang dilakukan adalah

(10)

82 menginterpretasikan hasil output pada tabel 4,9 (Descriptive Statistics) sebagai berikut:

1. Variabel servant leadership memiliki rata-rata hitung sebesar 184,07 dengan standar deviasi sebesar 15.967, artinya bahwa variabel servant leadership berada pada daerah positif atau interval jawaban sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa responden/pendeta menilai item skala tentang variabel servant leadership sesuai dengan dirinya.

2. Variabel kecerdasan emosional memiliki rata-rata hitung sebesar 211,87 dengan standar deviasi 20,903, artinya bahwa variabel kecerdasan emosional berada pada daerah positif atau interval jawaban sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa responden/pendeta menilai item skala tentang variabel kecerdasan emosional sesuai dengan dirinya.

3. Variabel kecerdasan spiritual memiliki rata-rata hitung sebesar 77.68 dengan standar deviasi 7.705, Artinya variabel kecerdasan spiritual berada pada interval jawaban sangat sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa responden/pendeta menilai item skala kecerdasan spiritual sangat sesuai dengan dirinya.

4.5 Identifikasi Skor Servant leadership

Dalam menentukan tinggi rendahnya variabel servant leadership, digunakan 4 kategori yakni, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur variabel servant leadership adalah 57 item valid, maka skor yang mungkin diperoleh bergerak dari 57 sampai dengan 228 (57 x 4)

(11)

83 = − ℎ i =228 − 57 4 i =171 4 i = 43

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari servant leadership dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel Tabel 4.10

Interpretasi Nilai Variabel Y dan X1, X2

No Skor Kategori N persentase

1 185 ≤ x <228 Sangat tinggi 39 39%

2 142 ≤ x < 185 Tinggi 61 61%

3 99≤ x <142 Sedang - -

4 56 ≤ x < 99 Rendah - -

Jumlah 100 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2012

Tabel 4.11 di atas, memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 185 sampai dengan 228, skor tinggi bergerak dari 142 sampai dengan 185, skor kelompok sedang bergerak dari 99 sampai dengan 144, dan skor rendah bergerak 56 sampai dengan 99. Hal ini menunjukkan bahwa 61% pendeta GKST menunjukkan perilaku servant leadership berada pada kategori tinggi, 39% berada pada kategori sangat tinggi.

4.5.1 Identifikasi Skor Variabel Kecerdasan Emosional

Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel kecerdasan emosional, maka ada 4 kategori yakni, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah item valid pada variabel kecerdasan emosional adalah 69, maka skor yang diperoleh kemungkinan bergerak dari 69 sampai dengan 276 (69 x 4)

(12)

84 i =276 − 69 4 i =207 4 i = 52

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya variabel kecerdasan emosional dapat dikategorikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11

Deskripsi Pengukuran Kecerdasan Emosional

No Skor Kategori N persentase

1 224≤ x < 276 Sangat tinggi 22 22%

2 172≤ x < 224 Tinggi 76 76%

3 120≤ x < 172 sedang 2 2%

4 68≤ x <120 Rendah - -

Jumlah 100 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2012.

Tabel 4.12 di atas, menunjukkan bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 224 sampai dengan 276, skor tinggi bergerak dari 171 sampai dengan 224, skor kelompok sedang bergerak dari 120 sampai dengan 172, dan skor buruk bergerak 68 sampai dengan 120. Hal ini menunjukkan bahwa 22% pendeta GKST memiliki kualitas kecerdasan emosional yang sangat tinggi, 76% pendeta GKST memiliki kualitas kecerdasan emosional yang tinggi, 22% berada pada kategori kualitas kecerdasan emosional yang sangat tinggi, 2% pada kategori sedang.

4.5.2 Identifikasi Skor Variabel Kecerdasan Spiritual

Dalam menentukan tinggi rendahnya variabel kecerdasan spiritual, maka diperlukan 4 kategori yaitu, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah item valid pada variabel kecerdasan spiritual adalah 24, maka skor yang diperoleh kemungkinan bergerak dari 24 sampai dengan 96 (24 x 4)

(13)

85 = − ℎ i =96 − 24 4 i =72 4 i = 18

Dengan demikian, baik buruknya variabel kecerdasan spiritual dapat dikategorikan pada table berikut ini:

Tabel 4.12

Deskripsi Pengukuran Kecerdasan Spiritual

No Skor Kategori N persentase

1 78 ≤ x < 96 Sangat tinggi 51 51%

2 60≤ x <78 Tinggi 49 49%

3 42 ≤ x < 60 Sedang - -

4 24 ≤ x < 42 Rendah - -

Jumlah 100 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2012

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 78 sampai dengan 96, skor tinggi bergerak dari 59 sampai dengan 77, skor kelompok sedang bergerak dari 118 sampai dengan 170, dan skor rendah bergerak 78 sampai dengan 96. Hal ini menunjukkan bahwa 51% pendeta GKST memiliki kualitas kecerdasan spiritual yang sangat tinggi, 49% pada kategori tinggi. Dengan demikian dapat diambil simpulan sementara bahwa pendeta GKST memiliki kualitas kecerdasan spiritual yang tinggi mengarah ke sangat tinggi.

4.6 PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS REGRESI 4.6.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum menggunakan analisis regresi terlebih dahulu harus diketahui bahwa data penelitian memenuhi kriteria Best Linear

(14)

86 Unbiased Estimator supaya variabel independent sebagai estimator atas variabel dependent tidak bias. Untuk mencapai tujuan itu maka dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan linearitas.

4.6.2 Uji Normalitas

Uji noramalitas dalam penelitian ini menggunakan metode grafik dan statistik. Metode grafik yang handal adalah dengan melihat grafik histogram dan P-P Plot Test. Secara statistik, normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Santoso (2000) mengemukakan bahwa data dikatakan berdistribusi normal apabila histogram berbentuk lonceng (bell shaped curve). Berdasarkan hasil komputasi data dengan bantuan aplikasi SPSS, maka dihasilkan histogram sebagai berikut:

Gambar 4.1

Gambar di atas menunjukkan bahwa bentuk histogram menggambarkan data yang berdistribusi normal sebab kurva membentuk seperti lonceng (bell shaped curve). Selain menggunakan bentuk histogram, normalitas data dapat dideteksi

(15)

87 melalui P-P Plot Test. Berdasarkan hasil komputasi data dengan bantuan aplikasi SPSS, maka dihasilkan histogram sebagai berikut:

Gambar 4.2

P-P Plot Test di atas, menunjukkan bahwa sebaran data menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sehingga asumsi normalitas dipenuhi. Di samping menggunakan grafik, uji normalitas data dapat juga dilakukan secara statistik, yaitu dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal secara statistik bila tingkat signifikansi pada tabel Kolmogorov-Smirnov diatas 0.05 (derajat kepercayaan yang digunakan). Hasil uji Normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

(16)

88 Tabel 4.13

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 14.00448517 Most Extreme Differences Absolute .068 Positive .068 Negative -.044 Kolmogorov-Smirnov Z .676

Asymp. Sig. (2-tailed) .750

a. Test distribution is Normal. b.Calculated from data.

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai residual hasil uji regresi memiliki nilai koefisien kolmogorov sebesar 0,676 dengan signifikansi sebesar 0,750. Karena nilai Signifikansi Kolmogorov-Smirnov berada diatas cut off value yang telah disepakati, yaitu 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Dengan demikian secara keseluruhan metode yang digunakan baik grafik maupun statsistik menunjukkan bahwa data berdistribusi secara normal sehingga dapat dinyatakan bahwa asumsi normalitas dalam penelitian ini terpenuhi dan model regresi layak digunakan untuk menjadi penaksir potensial servant leadership berdasarkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

4.6.3 Uji Multikolinearitas

Pengujian multikoliniaritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≤ 10 (Ghozali, 2009,

(17)

89 wijaya, 2009). Hasil uji tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Coefficientsa

Tabel di atas dapat menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang digunakan memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Selain melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), matriks korelasi antar variabel independen (zero order correlation matrix) juga dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi, jika antar variabel bebas (independen) ada korelasi yang tinggi (umumnya di atas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2009). Hasil uji zero order correlation matrix dapat dilihat pada tabel berikut:

Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Kecerdasan Emosional .838 1.194 Kecerdasan Spiritual .838 1.194

(18)

90 Tabel 4.16 Coefficient Correlationsa Model Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Emosional Correlations Kecerdasan Spiritual 1.000 -.403 Kecerdasan Emosional -.403 1.000 Covariances Kecerdasan Spiritual . .041 -.006 Kecerdasan Emosional -.006 .006

a. Dependent Variable: Servant Leadership

Tabel di atas menunjukan bahwa besaran koefisien korelasi antar variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berada dibawah 0,90 yaitu, -0,403. Berpijak dari kedua model uji multikolinearitas di atas, dapat diambil simpulan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas.

4.6.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini mengggunakan metode grafik dengan cara menghubungkan nilai variabel dependen yang diprediksi (predicted) dengan residualnya (Y prediksi - Y sesungguhnya) dimana sumbu X adalah nilai variabel dependen yang diprediksi dan sumbu Y adalah residualnya. Apabila noktah (titik) dalam grafik membentuk pola menyebar lalu menyempit atau sebaliknya di sekitar garis diagonal (funnel shape) maka bisa dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Jika titik-titik menyebar dengan tidak membentuk pola tertentu di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y (clouds shape) maka dikatakan terjadi homoskedastisitas (Ghozali, 2009).

(19)

91 Berdasarkan hasil komputasi data dengan menggunakan bantuan SPSS 17 maka hubungan antar nilai variabel yang diprediksi dengan residualnya digambarkan dalam gambar di bawah ini:

Gambar 4.3

Scatterplot di atas menunjukkan bahwa noktah-noktah terpencar dengan tidak membentuk pola-pola tertentu seperti cerobong asap di sekitar garis diagonal tetapi noktah-noktah menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini memberikan informasi bahwa model regresi dalam penelitian ini terjadi homoskedastisitas daripada heteroskedastisitas.

4.6.5 Uji linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan linear antar variabel. suatu data dikatakan mempunyai hubungan linear apabila nilai p pada deviation from linearity adalah >0.05. Hasil uji linearitas terhadap kecerdasan emosional dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(20)

92 Tabel 4.16

Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dengan Servant Leadership ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Servant Leadership * Kecerdasan Emosional Between Groups (Combined) 16023.343 53 302.327 1.509 .078 Linearity 3830.840 1 3830.840 19.119 .000 Deviation from Linearity 12192.504 52 234.471 1.170 .295 Within Groups 9217.167 46 200.373 Total 25240.510 99

Sumber: data primer yang diolah, 2012

Dari tabel di atas diketahui nilai Fbeda sebesar 1.170 dan nilai

p sebesar 0,295 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang linear antara kecerdasan emosional dan servant leadership. Selanjutnya, uji linearitas kecerdasan spiritual dengan servant leadership dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.17

Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Spiritual dengan Servant Leadership ANOVA Table Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Servant Leadership * Kecerdasan Spiriual Between Groups (Combined) 11591.921 30 386.397 1.953 .012 Linearity 4328.921 1 4328.921 21.885 .000 Deviation from Linearity 7263.000 29 250.448 1.266 .211 Within Groups 13648.589 69 197.806 Total 25240.510 99

(21)

93 Dari tabel di atas diketahui nilai Fbeda sebesar 1.266 dan

nilai p sebesar 0,211 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang linear antara kecerdasan spiritual dan servant leadership. Dengan demikian semua output SPSS yang telah ditampilkan diketahui bahwa semua nilai p > 0,05, maka asumsi linearitas terpenuhi.

4.7 ANALISIS REGRESI BERGANDA

Setelah melalui proses dan tahapan analisis asumsi klasik, diketahui bahwa model regresi linear dalam penelitian ini benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai dengan kaidah Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) atau bebas dari penyimpangan asumsi klasik. Oleh karena Best Linier Unbiased Estimator dalam penelitian terpenuhi maka selanjutnya dilakukan analisis regresi linear berganda untuk mendapatkan persamaan regresi serta untuk mengetahui sejauh mana arah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional (X1), dan kecerdasan spiritual (X2), sedangkan variabel dependen adalah servant leadership (Y). Koefisien beta yang digunakan adalah standardized coefficients karena tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dan sekaligus untuk mengetahui kontribusi relatif masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Berikut ini hasil analisisnya:

(22)

94 Tabel 4.18

Hasil Analisis Regresi Berganda Nilai Koefisien Beta dan Nilai t Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 91.612 17.221 5.320 .000 Kecerdasan Emosional .203 .074 .266 2.733 .007 Kecerdasan Spiritual .636 .202 .307 3.156 .002

a. Dependent Variable: Servant Leadership

Berdasarkan hasil analisis pada tabel koefisien di atas ditemukan persamaan regresi adalah Y = 91.612 + 0,266 X1 + 0,307

X2. Koefisien regresi menunjukkan tanda positif (+), hal ini berarti

ada suatu kondisi yang searah yaitu peningkatan variabel X1 dan X2

akan menyebabkan peningkatan variabel Y.

Persamaan regresi berganda di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a) Konstata (a) sebesar 91.612 memberikan pemahaman bahwa jika semua vaiabel independent (kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual) bernilai 0, maka nilai servant leadership pendeta GKST sebesar 91.612

b) Koefisien regresi kecerdasan emosional sebesar 0,266 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan nilai kecerdasan emosional akan berdampak pada meningkatnya nilai servant leadership sebesar 0,266 atau 26,6%. Dengan kata lain semakin baik kualitas kecerdasan emosional yang dimiliki oleh pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah akan berdampak pada

(23)

95 peningkatan kualitas nilai servant leadership yang ditampilkan pendeta dalam melayani orang lain. Dengan asumsi variabel independen lainnya dalam hal ini kecerdasan spiritual konstan

c) Koefisien regresi kecerdasan spiritual sebesar 0,307 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan nilai kecerdasan spiritual akan berdampak pada meningkatnya nilai servant leadership sebesar 0,307 atau 30,7%. Dengan kata lain semakin baik kualitas kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah akan berdampak pada peningkatan kualitas nilai servant leadership yang ditampilkan pendeta dalam melayani orang lain. Dengan asumsi variabel independen lainnya dalam hal ini kecerdasan emosional konstan.

4.8 Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda baik secara simultan maupun parsial.

Hipotesis: kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama dapat dijadikan sebagai prediktor servant leadership pendeta di Gereja Kristen Sulawesi Tengah Untuk membuktikan hipotesis digunakan uji signifikansi simultan (uji F) dengan tujuan untuk mengetahui keberartian koefisien regresi secara bersama-sama dan uji signifikansi parameter individual (uji statistil t) untuk mengetahui keberartian koefisien secara parsial.

(24)

96

4.8.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil uji statistik secara simultan untuk variabel independen X1 (kecerdasan emosional) dan X2 (kecerdasan spiritual) terhadap

variabel dependen Y (servant leadership) diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.19 ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5824.075 2 2912.038 14.548 .000a Residual 19416.435 97 200.169

Total 25240.510 99

Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional b. Dependent Variable: Servant Leadership

Melalui tabel anova di atas, diketahui nilai Fhitung sebesar

14.397 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05), maka dapat dikatakan bahwa secara simultan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap servant leadership. Dari hasil ini maka hipotesis dalam penelitian diterima. Selanjutnya dilakukan uji statistik t untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership.

4.8.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)

Hasil uji statistik secara parsial untuk variabel independen X1

(kecerdasan emosional) dan X2 (kecerdasan spiritual) terhadap

variabel dependen Y (servant leadership) diperoleh hasil sebagai berikut:

(25)

97 Tabel 4.20

Hasil uji signifikansi parameter individual (uji statistil t)

No Variabel thitung signifikansi

1 Kecerdasan Emosional 2.733 .007

2 Kecerdasan Spiritual 3.156 .002

a. Dependent Variable: Servant Leadership

Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa nilai thitung

kecerdasan emosional sebesar 2.733 dengan tingkat signifikansi 0,007 (p<0,05). Hasil ini memberikan pemahaman bahwa variabel kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap servant leadership. Selanjutnya diketahui nilai thitung kecerdasan

spiritual adalah sebesar 3.156 dengan tingkat signifikansi 0,002 (p<0,05). Hasil ini memberikan pemahaman bahwa variabel kecerdasan spiritual berpengaruh positif signifikan terhadap servant leadership.

4.8.3 Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership pendeta di Gereja Kristen sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh tabel summary untuk menunjukan koefiesien determinasi sebagai berikut:

Tabel 4.21 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .480a .231 .215 14.148

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional b. Dependent Variable: Servant Leadership

(26)

98 Dari tampilan output di atas diketahui nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,0480 menggambarkan bahwa terdapat korelasi secara simultan antara kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,231, menggambarkan bahwa sumbangan pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership sebesar 23,1% sedangkan sisanya 76,9 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil analisis data diketahui bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dapat dijadikan sebagai prediktor servant leadership.

4.8.4 Sumbangan Prediktor

Sumbangan prediktor digunakan untuk mengetahui berapa besar sumbangan efektif masing-masing variabel bebas. Sumbangan efektif semua variabel bebas sama dengan koefisen determinasi (Budiono, 2004).

4.8.4.1 Sumbangan efektif

a. Sumbangan efektif kecerdasan emosional SE (X1)% = βx1 X rxy1 X 100%

= 0,266 x 0,390 x 100% = 10,4%

b. Sumbangan efektif kecerdasan spiritual SE (X2)% = βx2 x rxy2 x 100%

(27)

99 Tabel 4.22

Rangkuman sumbangan efektif dan relatif Variabel X1, X2 terhadap variabel Y

No Sumbangan Variabel Sumbangan Efektif

1 Kecerdasan emosional terhadap servant leadership

10,4%

2 Kecerdasan spiritual terhadap servant leadership

12,7%

Total sumbangan 23,1%

Tabel 4.27 menunjukkan bahwa besarnya sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap servant leadership sebesar 10,4% sedangkan sumbangan efektif kecerdasan spiritual terhadap servant leadership sebesar 12,7%. Berdasarkan hasil analisis sumbangan efektif diketahui bahwa kecerdasan spiritual memberikan sumbangan yang dominan terhadap servant leadership.

Tabel 4.23

Koefisien Beta dari masing-masing aspek variabel independen terhadap variabel dependen

Variabel Aspek Beta Sig

Kecerdasan Emosional Kesadaran diri 0,294 0,045 Pengaturan diri -0,081 0,668 Kesadaran sosial 0,260 0,055 Pengelolaan relasi 0,080 0,906 Kecerdasan Spiritual

Critical Existential Thinking 0,114 0,374 Personal Meaning Production 0,123 0,302 Transendental Awarenes 0,126 0,320 Conscious State Expansion 0,141 0,300

Tabel 4.28 menunjukkan bahwa aspek kecerdasan emosional yang secara positif berpengaruh terhadap servant leadership adalah kesadaran diri dan kesadaran sosial. sedangkan pengaturan dan pengelolaan relasi tidak memiliki pengaruh terhadap servant leadership. Aspek kecerdasan emosional yang paling dominan memengaruhi servant leadership adalah aspek kesadaran diri,

(28)

100 sedangkan untuk aspek kecerdasan spiritual secara keseluruhan berpengaruh positif signifikan terhadap servant leadership. Aspek kecerdasan spiritual yang paling dominan memengaruhi servant leadership adalah aspek conscious state expansion.

4.9 DISKUSI

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh langsung yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership. Besarnya pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership tercermin dalam nilai R Square (R2) sebesar 0,213 yang menjelaskan bahwa 21,3% dari total varians servant leadership pendeta GKST dapat dijelaskan secara simultan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Lebih lanjut hasil temuan ini juga didukung oleh nilai Fhitung 14.397 dengan nilai signifikansi

sebesar 0.000 (p<0.05), juga besarnya hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam memprediksi servant leadership pendeta GKST yang tercermin dalam nilai koefisien korelasi regresi pada tabel 4.27 dimana kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual masing-masing memiliki nilai koefisien sebesar 0,390 dan 0,414 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih menguatkan kenyataan bahwa kapasitas prediksi variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual bukan sebagai faktor kebetulan sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dapat dijadikan prediktor terhadap servant leadership. Selanjutnya kekuatan pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership pendeta GKST

(29)

101 dapat juga dilihat melalui hasil analisis regresi berganda dimana koefisien regresi menunjukkan tanda positif (searah) yang memberikan informasi bahwa semakin baik kualitas kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pendeta akan berdampak pada meningkatnya kualitas nilai-nilai servant leadership yang ditransformasikan oleh pendeta GKST dalam pelayanan. Adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership disebabkan karena secara psikologis kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual saling berinteraksi dan saling melengkapi dalam meningkatkan mutu atau kualitas servant ledaership pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah. Selanjutnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mampu membentuk pendeta GKST yang berkarakter dimana karakter merupakan sesuatu yang berasal dari dalam diri setiap pendeta sebagai cerminan dari keyakinan spiritual yang terpancar keluar mewarnai emosi seseorang yang memungkinkan para pendeta GKST mentransformasikan nilai-nilai servant leadership secara optimal dalam pelayanan. Sebagaimana Chin, Anantharaman & Kin Tong (2011) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mengacu pada perasaan terdalam atau jiwa dari seseorang, sehingga kecerdasan emosional dan spiritual secara bersama-sama memungkinkan setiap orang termotivasi secara instrinsik untuk meningkatkan efektivitas servant leadership. Selain itu, Animasahun (2010) menemukan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual saling terkait satu sama lain dalam proses penyesuaian diri. Hal ini yang memungkinkan pendeta GKST dapat membangun hubungan yang

(30)

102 baik dengan warga jemaat sehingga mampu meningkatkan kualitas nilai-nilai servant leadership guna mencapai efektivitas pelayanan. Selanjutnya hasil temuan ini mendapat dukungan empirik dari penelitian sebelumnya diantaranya adalah Hartsfiel (2003), Hannay (2009), Amram (2009, 2010), dan Samiyanto (2011) yang menemukan bahwa perilaku servant leadership akan lebih cenderung diperlihatkan oleh pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual yang tinggi. Untuk itu guna mencapai efektivitas pelayanan maka pengembangan kepemimpinan pendeta GKST harus difokuskan pada kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Ditinjau dari determinasi parsial diketahui bahwa variabel kecerdasan spiritual memberikan kontribusi dominan terhadap servant leadership yaitu sebesar 0,307. Artinya naik turunnya servant leadership yang mampu dijelaskan oleh kecerdasan spiritual adalah sebesar 30,7% sebagaimana dinyatakan pada tabel 4.24. Hasil temuan ini didukung oleh hasil koefisien korelasi regresi yang menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai nilai yang lebih besar daripada kecerdasan emosional demikian pula dengan hasil uji sumbangan efektif sebesar 12,7%. Hal ini bisa terjadi karena kecerdasan spiritual sangat erat hubungannya dengan kemampuan pendeta dalam memaknai eksistensi kehidupan melampaui kekinian dan pengalaman manusia, membuat pendeta benar-benar memahami siapa dirinya dan apa makna terdalam dari pelayanan. Kesadaran inilah yang mendorong pendeta memaknai bahwa servant leadership merupakan suatu panggilan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan dan sesama dengan mengedepankan

(31)

103 karakter dan hati. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lynton (2009) yang menemukan pentingnya kecerdasan spiritual bagi pemimpin dalam membangun hubungan yang erat, membangun norma-norma berperilaku, memiliki kemurahan hati, dan mempunyai keterampilan untuk menentukan arah yang jelas dan benar yang menginspirasi para pengikut untuk bertindak bersama. Searah dengan itu Freeman (2011) berpendapat bahwa kecerdasan spiritual memiliki pengaruh terhadap pembentukan dan efektivitas servant leadership. Hasil ini lebih lanjut memperkuat hasil temuan Chakraborty dan Chakraborty (2004) tentang peran penting kecerdasan spiritual terhadap kepemimpinan. Kecerdasan spiritual memungkinkan pendeta untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal, menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain, memandang semua orang sebagai pribadi yang utuh hidup berdampingan untuk saling melengkapi sehingga hidup semakin kaya akan makna (Martin, 2006; Ginanjar, 2006; Sukidi 2004; Berman 2001; Zhohar & Marshal, 2000).

Aspek kecerdasan spiritual yang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap servant leadership adalah conscious state expansion yaitu kemampuan untuk masuk dan keluar kepada keadaan kesadaran spiritual yang diaktualisasikan melalui praktek-praktek spiritual seperti perenungan, meditasi, dan doa. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pendeta dalam membangun relasi yang intim bersama dengan Tuhan memberikan kesadaran kepada para pendeta untuk mewujudkan nilai-nilai spiritual melalui integritas, kepercayaan, etika, komunikasi yang jujur, dan

(32)

104 kerendahan hati serta menunjukkan nilai-nilai spiritual melalui sikap hidup dengan menunjukkan hormat, memperlakukan orang lain secara manusiawi, mengungkapkan perhatian dan kepedulian, menghargai kontribusi orang lain (Fry, 2003; Reave, 2005). Selain itu praktek-praktek spiritual dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga mampu menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Dengan demikian kecerdasan spiritual secara komprehensif mampu memberikan makna terhadap pikiran, perilaku, dan aktivitas pelayanan pendeta baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia, sebab sejatinya seorang pemimpin harus memiliki komitmen perjalanan batin secara spiritual yang akan memberi kesadaran untuk membangkitkan spirit dalam memahami nilai diri sendiri, membimbing dalam pencarian makna dan kebenaran yang memungkinkan seseorang untuk bertahan di dalam tekanan serta bangkit dari keterpurukan sekaligus menampilkan keutuhan dan keaslian yang pada gilirannya menghasilkan pemahaman diri seutuhnya sebagai dasar untuk memahami dan menerima orang lain (Hope, 2005).

Hasil temuan selanjutnya menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memberikan Sumbangan efektif terhadap servant leadership sebesar 10,4%. Adanya sumbangan efektif ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya para pendeta GKST telah mengedepankan pentingnya nilai-nilai kecerdasan emosional dalam proses kepemimpinan. Pernyataan ini didukung oleh hasil identifikasi skor kecerdasan emosional pada tabel 4.12 yang telah memberikan informasi bahwa nilai skor kecerdasan emosional berada pada kategori yang tinggi. Hal inilah yang memungkinkan

(33)

105 pendeta GKST mampu mengimplentasikan nilai-nilai servant leadership dalam pelayanan. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil temuan sebelumnya, diantaranya: Peters, Roberts, Leonard & Sparkman (2012), Mills (2009), Fiedeldey, Dijk, Freedman (2007), Waterhouse (2006), Hayashi (2005), Gardner & Stough (2002), Goleman, Boyatzis & McKee (2002) yang telah menekankan nilai kecerdasan emosional dalam efektivitas kepemimpinan. Bahkan Higgs & Aitken (2003), mengemukakan pemimpin yang memiliki kualitas kecerdasan emosional yang lebih baik akan mampu mengoptimalkan potensi kepemimpinan sekaligus mampu menciptakan iklim kerja yang mendorong orang lain untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi organisasi (Cherniss dan Goleman, 2001).

Aspek kecerdasan emosional yang memiliki kontribusi dominan terhadap servant leadership pendeta GKST adalah kesadaran diri. Hal ini dapat terjadi karena kedasaran diri merupakan fondasi dasar dalam membangun kecerdasan emosional. Menurut Goleman (2007); Bradberry dan Greaves (2007) kesadaran diri bertindak sebagai barometer batiniah, yang mengukur apakah yang sedang dikerjakan bernilai sekaligus menjadi pedoman bahwa keputusan-keputusan yang diambil dalam pelayanan selaras dengan nilai-nilai hidup. Kesadaran diri memungkinkan seseorang memiliki penilaian diri yang akurat sehingga menyadari kelebihan dan kelemahannya, membuka ruang bagi dirinya untuk merenung dan belajar dari pengalaman, terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif baru, terus belajar dan memiliki rasa

(34)

106 humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas yang memberi kemampuan untuk membuka diri serta secara tulus menerima kritikan orang lain yang melaluinya setiap orang belajar untuk mengembangkan diri, untuk menghargai diri sendiri sekaligus menghargai orang lain. Berani tampil dengan keyakinan diri, bersedia berkorban demi kebenaran serta tegas dan mampu mengambil keputusan yang baik sekalipun berada dalam situasi yang sulit. Menurut Palmer dan Stough (2001) kesadaran diri memungkinkan seseorang untuk secara efektif memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara profesional di tempat kerja. Selanjutnya, kesadaran sosial berpengaruh positif terhadap servant leadership hal ini mungkin saja terjadi karena pengaruh fiolosofi budaya suku Pamona yaitu hidup saling menghidupkan dalam satu kebersamaan yang telah membudaya dalam kehidupan bermasyarakat yang menyebabkan kepedulian terhadap sesama semakin tinggi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dengan dukungan dari penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual menjadi prediktor potensial yang bisa meningkatkan kualitas perilaku servant leadership pendeta. Untuk itu, pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual perlu dilakukan dan itu menuntut komitmen pribadi, sebab emosi dan spiritual bersumber dari hati dan jiwa yang mengalir keluar melalui sikap dan perilaku sehari-hari.

Gambar

Tabel  4.1  di  atas  memberikan  informasi  bahwa  responden  yang  berjenis  kelamin  laki-laki  adalah  berjumlah  42  orang  atau  sebesar  42%  dan  berjenis  kelamin  perempuan  adalah  berjumlah  58  orang  atau  sebesar  58%
Tabel  4.3  di  atas  memberikan  informasi  bahwa    secara  keseluruhan  responden  mempunyai  tingkat  pendidikan  yang  sama  yaitu strata satu
Tabel 4.9                 Descriptive Statistics  Mean  Std. Deviation  N  Servant Leadership  184.07  15.967  100  Kecerdasan Emosional  211.87  20.903  100  Kecerdasan Spiritual  77.68  7.705  100
Tabel Tabel 4.10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha ini adalah bertujuan untuk melahirkan warganegara Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai

Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang

Demikian pula jawaban kedua juga batil, karena jika Allah menciptakan makhluk dengan posisi sama tinggi dengan Allah, maka Allah dan mahkluk (alam) berada pada

Oleh karena itu, jika disimpulkan substrat yang paling banyak untuk produksi enzim adalah jerami, hal tersebut jika dilihat dari total jumlah xilan dan selulosa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK AWAL (TANGGAL) AWAL (TANGGAL) SELESAI (TANGGAL) SELESAI (TANGGAL) PELAKSANAAN PEKERJAAN KET KODE

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik. Universitas

[r]

[r]