TUGAS DAN PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN
By. Weldan Firnando Smith, S.Pd.,M.AP
Abstrak
kepala sekolah termasuk pemimpin formal dalam lembaga pendidikan. Diartikan sebagai kepala, karena kepala sekolah adalah penjabat tertinggi disekolah, misalnya disekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah umum. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama secar structural dan administratif disekolah. Oleh karena itu, ia memiliki staf atau pejabat yang berada di bawah pimpinannya. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Supervisi ini merupakan dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti dalam bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pengajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh pengajaran dan sebagainya. Singkatnya, supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif
A. Pendahuluan
Kepala sekolah juga harus memiliki pengetahuan dan kecakapan tinggi yang sesuai bidang tanggung jawabnya dalam sekolah tersebut, Dengan demikian, dia dapat menjalankan peranannya sebagai pimpinan organisasi yang baik. Kepala sekolah juga harus memiliki ide-ide kreatif yang dapat meningkatkan perkembangan sekolah. Dengan bantuan para guru, ia dapat mendiskusikan ide-ide tersebut untuk diterapkan ada sekolah. Bila dicapai kesepakatan antara kepala sekolah dan guru, ide-ide tersebut dapat direalisasikan (Yusak Burhanuddin, 2005:119-120).
Sebagai pemimpin, kepala sekolah memiliki tugas-tugas yang sangat strategis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Tugas-tugas kepala sekolah itu adalah sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan; perencanaan ini berkaitan dengan rogram pengajaran, kesiswaan, pembinaan guru, pengembangan kurikulum, dan pelaksanaan pengembanngan aktivitas siswa yang bersifat intra dan ekstrakurikuler;
2. Pengembangan dan pemberdayaan kepegawaian; 3. pengolahan administrasi keuangan sekolah; 4. Pengembangan sarana dan prasarana;
B. Pembahasan
Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan sekolah. Jika kepemimpinan kepala sekolah dipertaruhkan dalam proses pembinaan para guru, pegawai tata usaha, dan pegawai sekolah lainnya. Sebagai pemimpin, ia harus mengetahui, mengerti, dan memahami semua hal yang berkaitan dengan administrasi sekolah. Bahkan, ia harus memahami potensi yang dimiliki oleh para gurunya, sehingga komunikasi dengan para guru dan karyawan sekolah akan membantu kinerjanya, terutama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh sekolah yang dipimpinnya.
Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah juga harus memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dalam melakukan hal-hal sebagai beriku:
1. Pelaksanaan kegiatan yang arif dan bijaksana, serta tidak memaksakan kehendak;
2. Pemimpin yang berwibawa dan loyal terhadap tugas dan kewajibannya; 3. Seorang yang ahli dan terampil;
4. Perencanaan yang enuh dedikasi kepada yang telah direncanakannya; 5. Pengambilah keputusan sigap, akurat, dan penuh perhitungan kedepan; 6. perilakunya sebagai representasi dari semua bawahannya;
7. Pengawas yang member teladan dengan pedomaning ngarso asung tulodo,
Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani;
8. Motivator dan stabilisator untuk segala situasi dan kondisi;
9. Pemberi penghargaan dan saksi bagi bawahannya yang berprestasi; 10. Bertindak sebagai wasit yang adil dalam menyelesaikan konflik terjadi di
lembaganya;
11. Panutan ibarat anak kepada ayahnya, para guru dan bawahannya dapat berkomunikasi dengan suasana hati yang senang dan mnyejukkan.
Sebagai seorang emimin, kepala sekolah dituntut bijaksana dalam mengambil keputusan, terutama dalam situasi yang dilematik. Pengambilan keputusan ini merupakan fungsi kepemimpinan yang turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri. Mengingat kembali pentingnya pengambilan keputusan itu, Ngalim Purwanto (1998:67-68).
Menjelaskan langkah-langkah dan beberapa model pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut:
1. Mendefenisikan dan atau menetapkan masalah. Dalam langkah pertama, seorang pemimpin terlebih dahulu harus mengetahui duduk ermasalahannya, terutama latar belakang masalah dan bentuk masalahnya yang konkret. Jika realitas dari rmasalahnya telah diketahui, barulah ditetapkan sebagai masalah, bukan dengan masalah adalah adanya pertentangan antara kenyataan yang dihadapi dengan rencana yang telah ditetapkan atau realita tidak sejalan dengan teori.
2. menentukan pedoman pemecahan masalah, sehingga pemecah masalah yang dilakukan oleh semua anggotamya berjalan seirama dan sinergis.
3. Mengidentifikasi alternative. Pengambilan keputusan berusaha mengidentifikasi sebanyak-banyaknya cara pemecahan masalah yang mungkin dapat dilaksanakan. Semakin banyak alternative pemecahan masalah, semakin luas peluang terpecahkannya masalah. Akan tetapi, harus dipilih alternative yang paling memungkinkan dan lebih mempercepat penyelesaian dengan carayang efektif dan efesien. Jangan memecahkan masalah dengan alternative
pemecahan masalah yang di luar kemampuan sehingga akan melahirkan masalah baru.
4. Mengadakan penilaian terhadap alternative. Semua alternative dikaji dan diuji dengan sebaik mungkin sebelum diambil keputusan terbaik dan skala perioritas. Denagn demekian, alternative tersebut merupakan cara terbaik, termudah, termurah, tercepat, dan sesuai dengan kemampuan pelaku alternatifpemecahan masalah.
5. Dampak yang ditimbulkan oleh alternative yang dipilih sebagai problem saving adalah dampak terbaik dan membawa kemasalahatan untuk umum, naiksecara personal maupun kelengkapannya.
Keterujukan kepala sekolah sebagai pemimpin adalah dalam menghadapi masalah dan melibatkan semua bahwasanya untuk ikut serta memecahkan masalah sesuai dengan kaasitas dan keahliannya. Gagasan pemecahan masalah data ditampung sedemikian rupa dari seluruh bawahannya diberi kesempatan untuk member contoh pemecahan masalah. Dengan cara ini, seorang pemimpin telah melakukan suatu preoses kaderisasi kepemimpinan.
Sikap pemimpin model di atas dicirikan dengan hal-hal dibawah ini: 1. Semua masalah dikemukakan kepada bawahannya sekaligus bawahannya
diminta pendapat dan gagasannya yang dapat dijadikan solusi alternative permasalahn yang dihadapi;
2. bawahannya diminta untuk memecahkan masalahnya dengan musyawarah mufakat atau suara terbanyak, terutama menghadapi permasalahan yang menyangkut nasib dan masa depan bawahannya. Dengan demikina, pengambilan keputusan secara substansial merupakan kehendak bawahannya secara keseluruhan;
3. Jika bawahannya tidak memiliki cara andang yang akurat dan musyawarah tidak berjalan mulus, seorang pemimpin harus berani mangambil keputusan yang terpahit sekalipun demi kemaslahatan bersama.
Proses engambilan keputusan bagi pimpinan berkaitan dengan kecerdasan pemimpin menelaah kinerja staffnya. Suatu telaah yang dibuat oleh pemimpin tidaklah semata-mata membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan yang
tepat. Hendaknya, suatu telaah mengandung pula pertimbangan-pertimbangan tentang penerimaan dan pelaksanaan keputusan yang diambil oleh pimpinan tersebut.
Pada hakikatnya, telaahan dapat diergunakan untuk semua pemasalahan yang memelukan keputusan, mulai masalah rutin sampai masalah rumit, kritism dan fundamental. Tujuan telaah staff adalah membantu pimpinan dalam mengambil keputusan tehadap masalah tetentu yang dihadapi. Hasil yang dipeoleh dai suatu masalah tetentu yang dihadapi. Hasil yang diperoleh dari suatu penelaahan adalah ekomendasi yang memuat alternative yang perlu ditmpuh dalam memecahkan suatu pemasalahan. Pada umumnya, suatu penelaahan memiliki karakteristik tentu, yaitu sebagai beikut:
1. Investigasi tentang apa yang diingin dicapai oleh pembuat keputusan. Suatu penelaahan baru dapat dijalankan dapat timbul bila terdapat ketidak puasan tehadap suatu keadaan. Untuk mengubah keadaan demikian dipelukan suatu keputusan. Mungkin, piminan memunyai ide untuk mengubah keadaan yang tidak memuaskan itu, namun mungkin saja tujuan keputusan yang akan diambil tehadap masalah yang dihadapinya. Oleh sebab itu, penentuan tujuan dari suatu keputusan meupakan unsur yang penting bagi suatu telaahan.
2. Pencarian alternative dalam mencapai tujuan sesuatu keputusan. Bila tujuan dai suatu keputusan yang akan diambil oleh pimpinan telah dapat dirumuskan secaa lebih jelas, pencarian alternative mulai dijalankan dengan memfokuskan pada perancangan dan penemuan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Perbandingan tehadap altenatif-alternatif yang tesedia, terutama terhadap pengauh yang ditimbulkannya. Pengaruh yang ditimbulkan oleh setiap altenatif diperbandingkan satu sama lain. Dalam melakukan perbandingan terhadap alternative-alternatif ini sekaligus diusahakan untuk memperoleh tingkat penerimaan dan pelaksanaan dai alternatif yang bersangkutan.
4. Pertimbangan aspek-aspek pemasalahan yang dianggap penting. Sejauh mana aspek-aspek pemasalahan yang dianggap penting. Sejauh mana aspek-aspek
pemasalahan itu dapat dipecahkan melalui altenatif-altenatif yang ditemukan, suatu penilaian perlu dilakukan.
5. Pendekan irerative. Pendekatan irerative ini mengandung makna bila alternative-alternative yang telah diusahakan tidak akan untuk dapat mencapai tujuan dai suatu keputusan, perlu diusahakan untuk mencari alternative baru. Bila alternative baru ini dianggap masih kurang sempurna dalam mencapai tujuan keputusan, tujuan dari suatu keputusan perlu diteliti kembali. Hasil dari penelitian ini dapat saja mengubah tujuan semula dengam menyempurnakan yang diperlukan.
6. Dari karakteristik telaahan, sebagaimana digambarkan diatas, dapat diperoleh pula sifat hakikat dai suatu telaahan yang dibuat oleh pimpinan, yaitu memberikan alternative/ pilihan; terhadap pimpinan, terhadap pemecah masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam hubungan ini, perlu pula dikemukakan bahwa suatu telaahan bukanlah merupakan satu-satunya sumber alternative yang tersedia bagi pimpinan. masih terdapat sumber alternative lain, yaitu sebagai berikut:
Pengertian dan Seluk Beluk Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi mempunyai pengertian luas, sebagimana pengertian-pengertian dibawah ini.
Supervisi pendidikan ialah bantuan yang diberikan kepada personal pendidikan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik dan upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Meyampaikan gagasan, prosedur dan bahan material untuk menilai dan mengembangkan kurikulum;
2) Mengembangkan pedoman, petunjuk, cara dan bahan penunjang lainnya untuk melaksanakan kurikulum;
3) Merencanakan perbaikan metode proses belajar-mengajar secara formal melalui penataran, lokakarya seminar sanggar kerja, diskusi dan kunjungan dinas;
4) Membina dan mengembangkan organisasi profesi seperti: Musyawarah Guru Bidang Studi, Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Pemilik Sekolah (KKPS); 5) Membina, membimbing dan mengarahkan guru-guru pada peningkatan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan melaksanakan proses belajar mengajar. Menilai kurikulum, srana prasarana, prosedur berdasarkan tujuan pendidikan (Daryanto, 2006:174).
C. Kesimpulan
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap terbentuknya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan, dan perkembangan mutu profesional diantara para guru.
Selain sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah juga sebagai Administrator, bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah, seperti; proses belajar-mengajar, kesiswaan, personalia, sarana prasarana, ketatausahaan dan keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan sekolahnya. Kepala sekolah juga sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana yang belum ada atau kurang secara maksimal. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya hasil supervisi itu antara lain:
1. Lingkungan masyarakat dimana sekolah berada.
2. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. 3. Tingkatan dan jenis sekolah.
4. Keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia. 5. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M. Ngalim. 1897. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya..
Rifai, M. Moh. 1986. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Edisi ke-3. Bandung: Jemmars.
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 1897, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 106.