• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Model Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Model Pembelajaran"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ImplementasI model pembelajaran

ekonomI berbasIs kompetensI dengan

pendekatan kontekstual (

Contextual

teaChing and learning) dalam

menIngkatkan kemampuan mahasIswa

mengkonstruksI/membangun

suatu konsep ekonomI

Studi pada Mahasiswa Fakultas ekonomi unimal

Hal. 409-421

junI ahyar dan IkramuddIn

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikusslaeh, Lhokseumawe

The purpose of this study is to determine how much the contextual approach (con-textual teaching and learning) are able to solve practical problems in dealing with the weak ability of students to construct a concept. This study is an action research participants (participatory action research). Which is the object of this research are as many as 100 students of the first semester students are assigned to the purposive sampling method. How the study was conducted through several stages as follows: stage of planning, action implementation, monitoring and evaluation stages, analysis and reflection. Based on the data analysis, obtained the following conclusions : 1. In the first cycle to answer the questions, the quality of student answers given less weight, the frequency of expression tends to be a little, student interaction with the students was very low. And the time is less, because the division of the group and the number of students is too much so that much of the time, 2 . The method can be used to enhance CTL : student participation in discussions. The quality of the results of the discussion of exposure, how students deliver oral description review, the student ‘s ability to construct meaning/concept . In the application of CTL encountered some disadvantages such as: the use of CTL method continuously saturated student can make, use CTL method requires more funding, both to the media and for the purpos-es of observation, for students of high learning motivation will feel happy because many opportunity to express their opinions, for students who tend to be passive low learning motivation and cheerful alone.

(2)

LatarBeLakang

Proses pendidikan yang ideal adalah proses pendidikan yang dikemas dengan memperhatikan adanya berbagai aspek,baik kognitif, afektifmau-pun psikomotor. Apabila proses didikan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan adanya kes-eimbangan dari ketiga aspek tersebut, output pen-didikan akan mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Lulusan yang kreatif mampu menganti-sipasi perubahan dan kemauan masyarakat. Se-baliknya, apabila proses pedidikan mengabaikan aspek-aspek tersebut dan hanya menitikberatkan pada salah satu aspek, misalnya aspek kognitif saja, akan menghasilkan output pendidikan yang tidak kreatif, tidak akan mampu menerjemahkan-serta mengantisipasi kemajuan dan perkembangan masyarakat yang telah berjalan demikian cepat.

Proses pendidikan yang hanya menitikberat-kan pada aspek kognitif saja tidak dapat meng-hasilkan output pendidikan yang kreatif. Oleh ka-renanya, pendidikan kita harus mampu mengemas proses pendidikan yang dapat menghasilkan out-put yang kreatif. Dengan kata lain, proses pemb-elajaran kita harus memperhatikan aspek kreativi-tas. Kreativitas peserta didik perlu dikembangkan atau merupakan potensi yang harus dikembangka apabila kita ingi menjadi bangsa yang mampu ber-saing dalam percaturan dunia secara global. Ung-gulan kompetitif baru dapat diciptakan melelui in-san-insan yang kreatif. Lulusan yang kreatif inilah yang dibutuhkan dalam kehidupan global abad 21. Tanpa adanya kreativitas, kita sulit memiliki keunggulan kompetitif di tengah-tengah bangsa ini. Pengembangan kreativitas pada peserta didik yang mulai sejak awal akan mampu membentuk kebiasaan cara berpikir peserta didik yang sangat bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri ataupun bagi masarakat di kemudian hari.

Mengapa proses pembelajaran perlu meny-entuh kreativitas peserta didik? Hampir semua proses pembelajaran di negara kita kurang meny-entuh dan mengembangkan aspek kreativitas. Ak-ibatnya, banyak peserta didik masa kini yag tidak mampu berdiri pada kemampuannya sendiri. Bu-kankah sekarang banyak sarjana yang mengang-gur? Angka pengangguran membengkak karena mahasiswa tidak mampu dan tidak dipersiapkan

untuk menciptakan lapangan kerja sendiri (Raya, 2012:1).Oleh karena itu, mereka lebih suka men-jadi pegawai negeri. Padahal, pemeritah sekarang telah menerapkan kebijakan zerogrowth dalam re-krutmen pegawai negeri.

Salah satu cara untuk meningkatkan kreativi-tas peserta didik di sekolah adalah melalui model pembelajaran yang harus dirubah dan dikondisi-kan. Pengubahan dan pengondisian bertujuan un-tuk memunculkan berbagai pemikiran alternatif dan divergen pada peserta didik. Oleh karena itu, para dosen harus berani mengajar secara dinamik, tematik, dan kontekstual.

Model pembelajaran yang dapat memuncul-kan berbagai pemikiran alternatif dan divergen dari para peserta didiknya adalah model pemb-elajaran kontekstual dengan pendekatan keter-ampilan proses. Dalam pendekatan ketrketer-ampilan proses ini, peserta didik diberikan kebebasan un-tuk mengadakan pengamatan,pengklasifikasian, penafsiran, peramalan, penerapan, perencanaan, penelitian, kemudian mengkomunikasikan hasil pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Den-gan pendekatan ini diharapkan kreativitas peserta didik dapat berkembang.

Jika dicermati secara lebih teliti, penerapan dari proses ini bertumpu pada pengembangan kemampuan-kemampuan dasar yang telah di-miliki peserta didik. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi kemampuan fisik dan mental yang memang telah dimiliki oleh siswa. Dalam kesempatan ini pertayaan yang muncul hanyalah bagaimana proses pendidikan mampu memberi-kan motivasi dan rangsangan yang lebih optimal agar kemampuan-kemampuan tersebut dapat berkembang.

Dalam proses pembelajaran, keterampilan proses akan menghasilkan suatu cara belajar yang disebut dengan cara belajar siswa aktif (CBSA). Dengan cara ini, akan tampak dosen aktif berper-an sebagai fasilitator di dalam membberper-antu peserta didik, sedangkan peserta didik sediri juga harus aktif untuk mengembangkan potensi dirinya.

Sejalan dengan perkembangan kebijakan pedidikan yang dilakukan oleh Direktorat PLP dan PMU, dewasa ini sedang dikembangkan pen-dekatan pembelajaran dalam bentuk pepen-dekatan kontekstual (contextual teaching and learning).

(3)

Melalui pendekatan kontekstualdiharapkanmaha-siswa akan semakin akrap dengan lingkungannya. Ia mampu untuk menemukan dan memecahkan permasalahan yangada di lingkungannya. Secara iduktif ia dapat membangun konsep keilmuan yang didasarkan pada fakta-fakta yang ia temukan di dalam lingkungan hidupnya.

tinjauan teoritis

Komite Penasihat Nasional Bidang Pendidi-kan Kreatif dan PendidiPendidi-kan Budaya (dalam Craft, 2000:1) mengemukakan bahwa kreativitas seba-gai bentuk aktivitas imajinatif yang mampu meng-hasilkan sesuatu yang bersifat original (murni/ asli) dan memiliki nilai. Selanjutnya, menurut Horace (dalam Asmani, 2009:25) kreativitas ada-lah kemampuan untuk menemukan cara baru bagi pemecahan masalah-masalah, baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seni sastra maupun seni-seni lainnya yang mengandung suatu hasil atau pendekatan yang sama sekali baru walaupun orang lain menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah lama.

Seseorang dikatakan kreatif apabila memiliki ciri-ciri antara lain:

1. Bersifat ingin tahu,

2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik, 3. Memberikan banyak gagasan dan usul-usul

terhadap masalah,

4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan tanpa malu-malu,

5. Tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, 6. Mampu mengajukan gagasan pendapat yang

berbeda dengan orang lain (De Porter dan Mike, 2003:292).

Strategi Pengajaran yang Bersosiasi Den-ganCTL adalah:

1. CBSA

2. Pendekatan proses 3. Life Skill Education 4. Authentik Instruyction 5. Inquiry – Base Learning 6. Problem – Based Learning 7. Coopratif – Learning 8. Service Learning

Pendekatan kontektual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:

1. Proses Belajar

• Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

• Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan buka begitu saja dibantu oleh dosen. • Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang di-miliki seseorang itu terorganisasi dan mencer-minkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan (subjectmatter).

• Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fkta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.

• Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

• Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirin-ya, dan bergelut dengan ide-ide.

• Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seir-ing dengan perkembangan organisasi peng-etahuan dan ketrampilan seseorang. Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar yang salah dan terus menerus dipajankan akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempen-garuhi cara seseorang berperilaku.

2. transfer Belajar

• Siswa belajar dari megalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

• Keterampilan dan pengetahuan itu diper-luas dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit.

• Penting bagi siswa tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.

3. siswa sebagai Pembelajaran

• Manusia mempunyai kecenderungan utuk be-lajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderugan untuk belajar den-gan cepat hal-hal baru.

(4)

mu-dah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk yang sulit, stategi belajar amat penting.

• Peran dosen memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan strategi merka sendiri.

4. Pentingnya Lingkungan Belajar

• Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari dosen akting di depan kelas,siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, dosen mengarah. • Pengajaran harus berpusat pada bagaimana

cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

• Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar. • Menumbuhkan komunitas belajar dalam

ben-tuk kerja kelompok itu penting.

• Hakikat pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu dosen men-gaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan meli-batkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learningcommunity), per-modelan (modeling) dan penilaian sebenarnya (authenticassesment).

Metode PeneLitian

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan partisipan (participatoryactionresearch). Ga-gasan sentral penelitian ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Mereka tidak hanya menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara jiwaraga akan ter-libat dalam program tindakan tersebut. Dengan cara tersebut, permasalahan nyata yang dihadapi peneliti akan tampak di permukaan karena terlibat langsung dengan tindakan tersebut.Maka, ia akan

dapat segera melakukan langkah-langkah antisi-pasi dan perbaikan. Sampel penelitian dilakukan pada 100 orang mahasiswa semester 1 (satu).

rincian Prosedur Penelitian

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, cara penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah yang berupa; Mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data pendukung, merumuskan masalah dan menganalisis untuk menentukan hipotesis tindakan. Perumusan masalah dilaku-kan bersama-sama antara dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu ekonomi dengan ma-hasiswa. Permasalahan ditemukan dengan cara mengadakan diskusi dengan mahasiswa tentang permasalahan apa yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi antara dosen dan mahasiswa dalam membangun suatu makna,permasalahan yang terjadi adalah karena metode pembelajaran yang kurang bisa men-dorong kemampuan siswa untuk membangun sua-tu konsep maupun lemahnya kemampuan mene-mukan dan memecahkan persoalan yang dihadapi.

Indikasinya terlihat pada ciri-ciri berikut: a. Lemahnya mahasiswa dalam membangun

sua-tu makna.

Hal ini terlihat ketika mahasiswa diberi per-tanyaan untuk mengungkapkan makna/konsep yang telah diajarkan jawabannya hanya men-gulang apa yang telah disampaikan dosen. Be-gitu pula pada saat ujian jawaban yang ditulis mahasiswa persis seperti apa yang disampai-kan kuliah atau persis dengan buku sumber. b. Lemahnya kemampuan menemukan dan

me-mecahkan persoalan yang dihadapi.

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat dalam proses pembelajaran setiap dosen melontarkan kasus tentang permasalahan ekonomiyang men-dasar yang dihadapi masyarakat hanya beberapa mahasiswa yang memberi tanggapan. Sebagian besar mahasiswa bersifat pasif (diam).

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan di atas, peneliti berupaya untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa memban-gun konsep dasar ekonomi dengan

(5)

mengimple-mentasikan model pembelajaran ekonomi berba-sis kompetensi dengan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning).

a. Diskusi antara tim peneliti dan mahasiswa un-tuk merumuskan hipotesis tindakan dan mebi-carakan rencana tindakan yang akan diambil berdasarkan masalah yang ditentukan.

b. Merumuskan desain pembelajaran ekonomi yang dapat meningkatkan kemampuan ma-hasiswa untuk membangun suatu makna dari apa yang telah dipelajari khususnya makna/ konsep-konsep dasar dalam ilmu ekonomi. Desain pembelajaran ini diterapkan pada pokok bahasan: kelangkaan, motive dan prin-sip ekonomi dan permintaan, penawaran dan keseimbangan harga pasar.

c. Metode yang digunakan adalah metode dis-kusi dengan membagi mahasiswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang.

Tahap perencanaan pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut:

Siklus Pertama;

Penerapan rancangan pembelajaran yang ber-nuansa CTL pada pokok bahasan kelangkaan. Dalam tahap ini tindakan dimulai dengan pem-betukan kelompok kecil. Setelah dibentuk kelom-pok, kemudian setiap kelompok diberi tugas: a. Menginventarisasi kebutuhan sehari-hari

dirinya masing-masing.

b. Hasil catatan masing-masing anggota kelom-pok dikumpukan kemudian dibuat rangkuman, kebutuhan yang sama diambil salah satu. c. Setelah tersusun laporan kemudian dilakukan

diskusi kelas dipantau oleh Dosen.

d. Pada saat diskusi Dosen membuat suatu ilus-trasi berupa gambar Bayi, Gambar anak SD dan mahaiswa serta gambar uang. Gambar ini untuk media diskusi sampai terbentuk makna kebutuhan dan keinginan, pengelompokan kebutuhan, konsep alat pemuas kebutuhan, konsep kelangkaan. Hasil tindakan ini diada-kan pemantauan dan untuk dievaluasi secara kualitatif dari hasil pemaknaan laporan yang telah disusun dan hasil pelaksanaan diskusi. Tahap selanjutnya adalah melakukan refleksi dan merencanakan upaya perbaikan.

Siklus Kedua;

Penerapan rancangan pembelajaran yang ber-nuansaCTL pada pokok bahasan motif dan prinsip ekonomi. Dalam tahap ini tindakan dimulai den-gan pembentukan kelompok kecil. Setelah diben-tuk kelompok, kemudian setiap kelompok diberi tugas:

a. Menginventarisasi kebutuhan sehari-hari ang-gota keluarganya masing-masing.

b. Hasil catatan masing-masing anggota kelom-pok dikumpukan kemudian dibuat rangkuman, kebutuhan yang sama diambil salah satu. c. Setelah tersusun laporan, kemudian dilakukan

diskusi kelas dipantau oleh dosen.

d. Pada saat diskusi dosen membuat suatu ilus-trasi berupa gambar kegiatan sehari- hari yang dilakukan masyarakat. Gambar ini untuk me-dia diskusi sampai terbentuk makna kebutuhan ekonomi yang dilakukan berdasarka prinsip ekonomi dan motif ekonomi.

e. Hasil tindakan ini diadakan pmantauan dan untuk dievaluasi secara kualitatif dari hasil pemaknaan laporan yang telah disusun dan hasil pelaksanaan diskusi.

f. Tahap selanjutnya adalah melakukan refleksi dan merencanakan upaya perbaikan.

Siklus Ketiga;

Pada akhir siklus kedua talah disusun rencana upaya perbaikan berdasarkan kelemahan-kelema-han yang terjadi pada siklus kedua. Pada siklus ketiga ini dilakukan kembali penerapan proses pembelajaran yang telah disusun pada akhir siklus kedua setelah memperhatikan kelemahan-kelema-han pada pelaksanaan tindakan pada siklus per-tama. Siklus kedua penerapan rancangan pemb-elajaran berbasis CTL pada pokok bahasan pasar. Dalam tahapan ini tindakan dimulai dengan pembetukan kelompok kecil. Setelah dibentuk kelompok, kemudian setiap kelompok diberi tu-gas.

a. Setiap kelompok diberi tugas ke pasar untuk mengamati apa yang ada di pasar dan peris-tiwa apa yang terjadi di pasar.

b. Setelah tersusun laporan kemudian dilakukan diskusi kelas dipantau oleh dosen.

c. Pada saat diskusi dosen membuat suatu ilus-trasi berupa gambar pasar. Gambar ini untuk

(6)

media diskusi sampai terbentuk makna per-mintaan, penawaran, dan pasar, membuat daftar permintaan, penawaran dan menggam-barkan kurve permintaan, penawaran dan ke-seimbangan harga pasar. Hasil tindakan ini diadakan pemantauan dan untuk dievaluasi secara kumulatif dari hasil pemaknaan laporan yang telah disusun dan hasil pelaksanaan dis-kusi.

2. Tahap Refleksi.

indikator keberhasilan pelaksanaan

Imple-mentasi penelitian tindakan ini dievaluasi denga menggunakan penilaian autentik (authenticasses-ment), yang meliputi:

a. Hasil lembar kerja yang telah diisi kelompok. b. Partisipasi mahasiswa dalam kerja kelompok. c. Kualitas pemaparan hasil pengamatan d. Partisipasi dalam diskusi

e. Cara mahasiswa menyampaikan ulasan disk-ripsi secara lisan

f. Kemampuan mengkonstruksi suatu makna/ konsep yang didiskusikan

g. Kemampuan menemukan permasalahan. h. Kemampuan memecahkan permasalahan. i. Hasil catatan.

j. Hasil ujian mid semester maupun semester. k. Tugas individu.

3. Implementasi Tindakan

Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemempuan siswa untuk mem-bangun suatu konsep maupun lemahnyakemam-puan menemukan dan memecahkan persoalan yang dihadapi.Untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk membangun suatu konsep maupun lemahnya kemampuan menemukan dan memec-ahkan persoalan yang dihadapi strategi yang dita-warkan adalah dengan penerapan model

pemb-elajaran ekonomi berbasis kompetensi dengan pendekatan kontekstual (contextualteachingan-dlearning) dalam mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi. Mata kuliah ini memiliki bobot 2 sks, diberikan pada semester I dan didikuti oleh kurang lebih 52 mahasiswa. Peneliti membuat desain pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Secara garis besar implementasi tindakan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Menerapkan desain pembelajaran ekonomi yang bernuansa CTL hasil rancangan peneliti dengan menggunakan metode diskusi.

b. Mengimplementasikan desain pembelajaran yang telah direvisi.

4. Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Setelah penerapan tindakan dilakukan, tahap berikutnya adalah memonitor pelaksanaan tinda-kan secara kontinyu. Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut a. Mengamati proses tindakan yang dilakukan

untuk dievaluasi kelebihan dan kekurangan-nya.

b. Mengamati dan mencatat adanya kendala-ken-dala yang timbul kendala-ken-dalam pelaksanaan tindakan. c. Mengamati kegiatan pembelajaran yang

meli-puti:

• Partisipasi mahasiswa dalam kerja kelom-pok

• Kualitas pemaparan hasil diskusi • Cara mahasiswa dalam diskusi

• Cara mahasiswa meyampaikan ulasan dis-kripsi secara lisan

• Kemampuan mahasiswa dalam mengkon-struksi suatu konsep pengumpulan data yag dilakukan dengan teknik observasi ke-las, wawancara, dan data-data hasil tulisan yang berupa ringkasan materi yang tertera dalam silabus.

tabel 1

indikator keberhasilan tindakan

No Indikator Keberhasilan Instrumen

1. Hasil lembar kerja yang telah diisi kelompok Observasi, tugas, daftar hadir 2. Partisipasi mahasiswa dalam kerja kelompok Observasi

3. Kualitas pemaparan hasil pengamatan Observasi 4. Partisipasi dalam diskusi Tugas 5. Cara mahasiswa menyampaikan ulasan diskripsi

(7)

5. Analisis dan refleksi

Setelah dilakukan pemantauan dan evaluasi, tahap selanjutnya adalah melakukan refleksi dan merencanakan upaya perbaikan. Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Merencanakan kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan dengan mengacu pada data ten-tang adaya kekurangan maupun kelemahan pada tindakan yang telah diterapkan.

b. Menentukan rencana strategis pembelajaran yang akan dilakukan dengan cara merumus-kan tujuan pembelajaran, menentumerumus-kan materi pembelajaran, menentukan metode pemb-elajaran yang paling tepat, menentukan media pembelajaran yang akan digunakan, dan me-nentukan alat evaluasi.

c. Mengantisipasi adanya kendala yang tim-bul dengan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaannya.

d. Menindaklanjuti tindakan yang perlu dilaku-kan dalam rangka meningkatdilaku-kan kreativitas mahasiswa dalam bidang ekonomi.

Semua rencana kegiatan pembelajaran itu dirancang secara matang melalui diskusi dengan kelompok sejawat. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kualitatif. Analisis data dilakukan menurut karakteristik masing-masing data yang terkumpul. Dari data yang terkumpul diklasifikasikan dan dikategorikan secara sistema-tik dan menurut karkaterissistema-tiknya, yang fokusnya diarahkan pada pembelajaran ekonomi. Temuan ini akan digunakan untuk melaksanakan tindakan selanjutnya.

6. Tahap Diagnosis Ulang

Pada tahap ini dilakukan langkah mengevalu-asi pelaksanaan tindakan dan perbaikan yang telah dilakukan, kemudian merumuskan hipotesis tindakan. Hasil dari diagnosis ulang ini dikaji dan didiskusikan untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang spesifik yang belum terpec-ahkan, menganalisis sumber penyebabnya, serta titik lemah tindakan yang telah dilakukan. Hasil pengkajian ini digunakan sebagai masukan untuk menentukan hipotesis tindakan selanjutnya.

7. Tahap Terapi Ulang

Pada tahap ini dilakukan upaya untuk mer-ancang tindakan dan perbaikan yang perlu di-lakukan untuk langkah selanjutnya. Kemudian, peneliti melaksanakan dan memonitor tindakan dan perbaikan tersebut serta melakukan refleksi. Berdasarkan refleksi, disusun rencana perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya.

HasiL PeneLitian siklus Pertama

1. Tindakan Siklus Pertama

Berdasarkan hasil analisis pada tahap persia-pan, sebagai upaya untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dilakukan tindakan yang dilakukan adalah penerapan pendekatan kontektual dalam pembelajaran mata kuliah Pendekatan ini dicoba-kan pada pokok bahasan Kelangkaan, Motif dan Prinsip Ekonomi serta Pasar.

Pada tindakan siklus pertama, aktivitas belajar siswa yang diamati adalah:

a. Mengamati proses tindakan yang dilakukan untuk dievaluasi kelebihan dan kekurangan-nya.

b. Mengamati dan mencatat adanya kendala-ken-dala yang timbul kendala-ken-dalam pelaksanaan tindakan. c. Mengamati kegiatan pembelajaran yang

meli-puti:

• Partisipasi mahasiswa dalm kerja kelmpok • Kualitas pemaparan hasil diskusi

• Partisipasi mahasiswa dalam diskusi • Cara mahasiswa menyampaikan ulasan

diskripsi secara lisan

• Kemampuan mahasiswa dalam mengkon-struksi suatu konsep

Evaluasi dan monitoring dilaksanakan untuk melihat sejauh mana efektivitas mengajar dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkonstruksi suatu konsep. Pengamatan di-lakukan oleh pengamat, yaitu dua orang dosen yang sekaligus sebagai peneliti, serta dosen itu sendiri. Dalam melaksanakan monitoring digu-nakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebalumnya.

(8)

2. Hasil Tindakan Siklus Pertama

Dari hasil analisis dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, dan penilaian terhadap tugas, diperoleh temuan beri-kut:

a. Partisipasi Mahasiswa dalam Kerja Kelompok tabel 2

Hasil analisis Partisipasi Mahasiswa dalam kerja kelompok

Kategori Prosentase Tinggi 54% Sedang 31% Rendah 19%

Pada siklus pertama mahasiswa yang aktif ikut berpartisipasi dalam kerja kelompok cukup banyak walaupun masih banyak juga yang masih malu, ragu, dan belum terbiasa dengan metode yang diterapkan. Hal ini tercermin bahwa saat diberi tugas untuk diselesaikan secara bersama-sama dalam kelompok untuk merumuskan konsep kebutuhan dan kelangkaan diperoleh hasil dengan kategori mahasiswa yang berpartisipasi tinggi 54%, yang berpastisipasi sedang 31%, dan yang berpartisipasi rendah 19%.

b. Kualitas Pemaparan Hasil Diskusi tabel 3

Hasil analis kualitas pemaparan Hasil diskusi Kategori Jumlah Prosentasi

Baik 2 28,6% Sedang 3 42,9% Kurang baik 3 28,6% Jumlah 7 100%

Dari 10 kelompok yang dipilih 7 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Penen-tuan kelompok presentasi berdasarkan yang pal-ing cepat menyelesaikan tugas:

• Keberanian dalam mengemukakan pendapat kelompoknya

• Cara mempresentasikan hasil diskusi

• Cara menanggapi saran, tanggapan dan pertan-yaan dari kelompok lain.

Berdasarkan hasil analisis tugas, menunjukkan 28,6% dalam kategori baik, 42,9% dalam kategori sedang, dan 28,6% dalam kategori kurang baik.

c. Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi Kelas tabel 4

Hasil analisis kualitas Pemaparan Hasil diskusi Keterangan Jumlah Prosentase Mahasiswa yang

ingin berpartisipasi 35 59,6% Mahasiswa yang

diberi kesempatan 21 40,4%

Setelah kelompok mempresentasikan hasil kerjanya dilanjutkan diskusi kelas dengan mem-berikan kesempatan pada seluruh mahasiswa untuk memberikan saran, tanggapan dan penda-patnya. Berdasarkan hasil pengamatan 59,6% mahasiswa mengangkat tangan untuk ikut berpartisipasi,tetapi karena keterbatasan waktu hanya 40,4% mahasiswa yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya.

d. Cara Mahasiswa Menyampaikan Ulasan Deskripsi Secara Lisan

tabel 5

Cara Mahasiswa Menyampaikan ulasan deskripsi secara Lisan Kategori Jumlah Prosentase

Menarik 8 33.3% Sedang 10 41.7% Kurang menarik 6 25.0% Jumlah 24 100%

Pengamatan cara mahasiswa menyampaikan ulasan deskripsi secara lisan dilakukan pada wak-tu diskusi kelas. Penilaian berdasarkan pada ke-beranian, antusiasme, dan kepercayaan diri pada waktu mengemukakan pendapatnya. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data sebagai berikut: 33,3% masuk dalam kategori bagus, 41,7% masuk dalam kategori sedang dan 25% masuk dalam ka-tegori kurang bagus.

e. Kemampuan mengontruksi makna tabel 6

kemampuan Mengkontruksi Makna Kategori Jumlah Prosentase

Tinggi 3 30% Sedang 5 50% Rendah 2 20% Jumlah 10 100%

(9)

Pengamatan kemampuan mengkontruksi makna dinilai dari hasil tugas kelompok yang di-kumpulkan oleh mahasiswa untuk membuat kon-sep tentang kebutuhan, keinginan dan kelangkaan. Brdasarkan hasil pengamatan diperoleh data se-bagai berikut : 30% masuk dalam kategori tinggi, 50% masuk dalam kategori sedang dan 20% mas-uk dalam kategori rendah.

3. Evaluasi dan Refleksi

Berdasarkan hasil temuan tersebut, dilakukan diskusi diantara tim peneliti untuk membahas be-berapa kekurangan dalam pelaksanaan pada siklus pertama. Beberapa kelemahan yang ditemukan pada tindakan siklus pertama antara lain:

a. Dilihat dari cara menjawab pertanyaan, kuali-tas jawaban yang disampaikan siswa relatif rendah.

b. Dilihat dari frekuensi dalam mengemukakan pendapat cenderung masih rendah.

c. Ditinjau dari variasi interaksi siswa dengan siswa masih sangat rendah.

d. Waktunya kurang, karena proses pembagian kelompok dan jumlah mahasiswa yang terlalu banyak sehingga banyak menyita waktu. 4. Tindak Lanjut

Untuk mengatasi beberapa kekurangan di atas khususnya aktivitas siswa dalam bertanya, men-jawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan mendidkusikan dilakukan tindakan kedua yaitu dengan cara menunjukkan gambar-gambar yang diambil dari koran, majalah dan artikel sebagai contoh kongkrit dari materi yan akan didiskusi-kan. Untuk mengantisipasi kekurangan waktu, dengan melakukan persiapan awal yang lebih baik dan dimulai 7 menit lebih awal dari jam kuliah yang ditentukan.

siklus kedua

1. Perencanaan

Mahasiswa diberi tugas secara kelompok un-tuk mengamati dan menginvestarisasi tindakan yang didorong oleh motif ekonomi ataupun motif nonekonomi dan prinsip ekonomi, kemudian mer-umuskan konsep motif dan prinsip ekonomi. Hasil

diskusi kelompok mereka diminta mempresenta-sikan dan mendiskumempresenta-sikan dalam diskusi kelas. 2. Hasil Tindakan Siklus Kedua

Dari hasil analisis yang dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, dan penilaian terhadap tugas, diperoleh temuan berikut:

a. Partisipasi Mahasiswa dalam Kerja Kelompok tabel 7

Hasil analisis Pertisipasi Mahasiswa dalam kerja kelompok Kategori Prosentase

Tinggi 63% Sedang 24% Rendah 13%

Pada siklus kedua mahasiswa mulai me-nyesuaikan diri dengan metode ini. Mahasiswa yang aktif mulai lebih banyak,tetapi ada juga be-berapa mahasiswa yang masih diam dan kurang konsentrasi. Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut: tingkat partisipasi mahasiswa dalam kerja kelompok dengan kategori tinggi 63%, yang berpartisipasi sedang 24% yang ber-partisipasi rendah 13%.

b. Kualitas Pemaparan Hasil Diskusi tabel 8

Hasil analis kualitas Pemaparan Hasil diskusi Kategori Jumlah Prosentasi Baik 2 66,7% Sedang 1 33.3% Kurang baik 0 0,0%

Jumlah 3 100.0%

Dari 10 kelompok yang dipilih 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Penen-tuan kelompok presentasi berdasarkan yang pal-ing cepat menyelesaikan tugas:

• Keberanian dalam mengemukakan pendapat kelompoknya

• Cara mempresentasikan hasil diskusi

• Cara menanggapi saran, tanggapan dan pertan-yaan dari kelompok lain.

Berdasarkan hasil analisis tugas juga menun-jukkan 66,7% dalam kategori baik, 33,3% dalam kategori sedang dan tidak ada yang masuk dalam kategori kurang baik.

(10)

c. Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi Kelas tabel 9

Hasil analisis kualitas Pemaparan Hasil diskusi Keterangan Jumlah Prosentase Mahasiswa yang

ingin berpartisipasi 33 63,5% Mahasiswa yang

diberi kesempatan 9 17,3%

Setelah kelompok mempresentasikan hasil kerjanya dilanjutkan diskusi kelas dengan mem-berikan kesempatan pada seluruh mahasiswa untuk memberikan saran, tanggapan dan penda-patnya. Berdasarkan hasil pengamatan, 63,5% mahasiswa mengangkat tangan untuk ikut ber-partisipasi tapi karena keterbatasan waktu hanya 17,3% mahasiswa yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya.

d. Cara Mahasiswa Menyampaikan Ulasan Deskripsi Secara Lisan

tabel 10

Cara Mahasiswa Menyampaikan ulasan deskripsi secara Lisan

Kategori Jumlah Prosentase Menarik 5 41,7% Sedang 4 33,3% Kurang menarik 3 25.0% Jumlah 12 100%

Pengamatan cara mahasiswa menyampaikan ulasan deskripsi secara lesan dilakukan pada wak-tu diskusi kelas. Penilaian berdasarkan pada ke-beranian, antusiasme, dan kepercayaan diri pada waktu mengemukakan pendapatnya. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut: 41,7% masuk dalam kategori bagus, 33,3% masuk dalam kategori sedang dan 25% masuk dalam kat-egori kurang bagus.

e. Kemampuan Mengontruksi Makna tabel 11

kemampuan Mengkontruksi Makna Kategori Jumlah Prosentase

Tinggi 4 40% Sedang 5 50% Rendah 1 10% Jumlah 10 100%

Pengamatan kemampuan mengkontruksi makna dinilai dari hasil tugas kelompok yang

di-kumpulkan oleh mahasiswa untuk membuat kon-sep tentang kebutuhan, keinginan dan kelangkaan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data se-bagai berikut: 30% masuk dalam kategori tinggi, 50% masuk dalam kategori sedang, dan 20% mas-uk dalam kategori rendah.

3. Evaluasi dan Refleksi

Berdasarkan haisl temuan tersebut, dilakukan diskusi diantara tim peneliti untuk membahas perkembangan pelaksanaan pada siklus kedua. a. Partisipasi anggota lebih tinggi dari siklus

pertama. Hal ini karena mahasiswa mulai me-nyesuaikan dengan metode CTL.

b. Kualitas pemaparan hasil diskusi lebih baik dari siklus pertama. Hal ini karena mahasiswa makin percaya diri.

c. Partisipasi mahasiswa dalam diskusi makin meningkat karena mahasiswa semakin berani menyampaikan pandapatnya.

d. Cara mahasiswa menyampaikan ulasan disk-ripsi secara lesan semakin baik karena maha-siswa semakin berani menyampaikan penda-patnya.

e. Kemampuan mengkonstruksi makna/konsep meningkat sedikit.

siklus ketiga

1. Perencanaan

Mahasiswa diberi tugas untuk observasi kepasar, kemudian menginventaisir apa saja yang ada dipasar dan mengamati apa yang terjadi di-pasar. Hasil dari observasi kemudian didiskusikan dan dipresentasika dikelas.

2. Hasil Tindakan Siklus Ketiga

Dari hasil analisis yang dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, dan penilaian terhadap tugas, diperoleh temuan berikut:

a. Partisipasi Mahasiswa dalam Kerja Kelompok tabel 12

Hasil analisis Pertisipasi Mahasiswa dalam kerja kelompok Kategori Prosentase

Tinggi 71% Sedang 18% Rendah 11%

(11)

Pada siklus kedua mahasiswa mulai me-nyesuaikan diri dengan metode ini. Mahasiswa yang aktif makin bertambah banyak,tetapi masih ada 1 dan 2 mahasiswa yang tetap pasif dan kurang interes. Dari hasil pengamatan, diperoleh data sebagai berikut: tingkat partisipasi maha-siswa dalam kerja kelompok dengan kategori tinggi 71%, yang berpartisipasi sedang 18%, yang berpartisipasi rendah 11%.

b. Kualitas Pemaparan Hasil Diskusi tabel 13

Hasil analis kualitas Pemaparan Hasil diskusi Kategori Jumlah Prosentasi

Baik 2 66,7% Sedang 1 33.3% Kurang baik 0 0,0%

Jumlah 3 100.0%

Dari 10 kelompok yang dipilih 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Penen-tuan kelompok presentasi berdasarkan yang pal-ing cepat menyelesaikan tugas:

• Keberanian dalam mengemukakan pendapat kelompoknya

• Cara mempresentasikan hasil diskusi

• Cara menanggapi saran, tanggapan dan pertan-yaan dari kelompok lain.

Berdasarkan hasil analisis tugas juga menun-jukkan 66,7% dalam kategori baik, 33,3% dalam kategori sedang, dan tidak ada yang masuk dalam kategori kurang baik.

c. Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi Kelas tabel 14

Hasil analisis kualitas Pemaparan Hasil diskusi Keterangan Jumlah Prosentase Mahasiswa yang

ingin berpartisipasi 25 48,1% Mahasiswa yang

diberi kesempatan 11 21,2%

Setelah kelompok mempresentasikan hasil ker-janya dilanjutkan diskusi kelas dengan memberi-kan kesempatan pada seluruh mahasiswa untuk memberikan saran, tanggapan dan pendapatnya. Berdasarkan hasil pengamatan 48,1% mahasiswa mengangkat tangan untuk ikut berpartisipasi,tetapi karena keterbatasan waktu, hanya 21,2%

maha-siswa yang diberi kesempatan untuk menyam-paikan pendapatnya. Pada siklus ketiga terjadi penurunan jumlah mahasiswa yang ingin berpar-tisipasi dalam diskusi kelas, hal tersebut mungkin disebabkan mahasiswa mulai jenuh,yang diberi kesempatan hanya sedikit sehingga bagi yang me-motivasinya lemah cenderung putus asa dan tidak berebut untuk mendapatkan peluang tersebut. d. Cara Mahasiswa Menyampaikan Ulasan

Desk-ripsi Secara Lisan tabel 15

Cara Mahasiswa Menyampaikan ulasan deskripsi secara Lisan Kategori Jumlah Prosentase

Menarik 6 50% Sedang 4 33% Kurang menarik 1 7%

Jumlah 12 100%

Pengamatan cara mahasiswa menyampaikan ulasan deskripsi secara lisan dilakukan pada wak-tu diskusi kelas. Penilaian berdasarkan pada ke-beranian, antusiasme, dan kepercayaan diri pada waktu mengemukakan pendapatnya. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut: 41,7% masuk dalam kategori bagus, 33,3% masuk dalam kategori sedang dan 25% masuk dalam kat-egori kurang bagus.

e. Kemampuan Mengontruksi Makna tabel 16

kemampuan Mengkontruksi Makna Kategori Jumlah Prosentase

Tinggi 5 50% Sedang 5 50%

Rendah 0 0%

Jumlah 10 100%

Pengamatan kemampuan mengkontruksi makna dinilai dari hasil tugas kelompok yang di-kumpulkan oleh mahasiswa untuk membuat kon-sep tentang kebutuhan, keinginan dan kelangkaan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data se-bagai berikut: 50% masuk dalam kategori tinggi, 50% masuk dalam kategori sedang dan 0% masuk dalam kategori rendah.

f. Evaluasi dan Refleksi

(12)

diskusi diantara tim peneliti untuk membahas perkembangan pelaksanaan pada siklus kedua. a. Partisipasi anggota lebih tinggi dari siklus

per-tama. Hal ini karena mahasiswa mulai tebiasa dengan metode CTL.

b. Kualitas pemaparan hasil diskusi sama baikn-ya dengan siklus kedua.

c. Partisipasi mahasiswa dalam diskusi justru makin menurun, hal ini disebabkan mahasiswa merasa jenuh karena metode CTL diterapkan selama 3 kali berturut-turut dan karena jumlah mahasiswanya terlalu banyak sehingga bagi mahasiswa yang motivasinya lemah cende-rung enggan bersaing dalam berpartisipasi. d. Cara mahasiswa menyampaikan ulasan

disk-ripsi secara lesan semakin baik karena maha-siswa semakin berani menyampaikan penda-patnya.

e. Kemampuan mengkonstruksi makna/konsep semakin meningkat karena mahasiswa sema-kin terlatih dan tertantang.

kesiMPuLan

Pada siklus pertama cara menjawab pertan-yaan, kualitas jawaban yang disampaikan maha-siswa kurang berbobot, frekuensi dalam

menge-mukakan pandapat cenderung masih sedikit, interaksi siswa dengan siswa lain masih sangat rendah, waktu yang kurang karena proses pemba-gian kelompok dan jumlah mahasiswa yang ter-lalu banyak sehingga menyita waktu.

1. Metode CTL dapat digunakan untuk mening-katkan:

a. Partisipasi mahasiswa dalam diskusi. b. Kualitas pemaparan hasil diskusi.

c. Cara mahasiswa menyampaikan ulasan diskripsi secara lisan

d. Kemampuan mahasiswa mengkonstruksi makna/konsep.

2. Beberapa temuan dalam penerapan CTL ada-lah:

a. Penggunaan metoded CTL secara terus menerus dapat membuat mahasiswa jenuh. b. Penggunaan metode CTL memerlukan dan

yang lebih bayak, baik untuk pembuatan media maupun untuk keperluan observasi. c. Bagi mahasiswa yang motivasi belajarnya

tinggi akan merasa senang karena banyak kesempatan untuk menyampaikan penda-patnya, bagi mahasiswa yang motivasi be-lajarnya rendah cenderung pasif dan cerita sendiri (tidak interest).

(13)

referensi

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Inovatif, dan Kreatif. Diva Press,

Jogja-karta.

Craft, Anna. 2000. Membangun Kreativitas Anak. Inisiani Press, Depok.

De Porter, Bobbi dan Hernacki Mike. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa, Bandung.

Hakim, Andri. 2010. Hypnosis in Teaching: Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar. Visi Media, Jakarta. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Depdiknas,

Jakarta.

Raya, Gusty Masan. 2012. Sarjana, Demam PNS, dan Dosa Perguruan Tinggi. www.tabloidjubi.com Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi Pustaka,

Jakarta.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelompok siswa dengan kategori KAM tinggi dan sedang, peningkatan literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan MEAs lebih baik dibandingkan

Kesimpulan berikut dapat ditarik berdasarkan temuan analisis penelitian: (1) Pembelajaran Online pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNM berada pada

Rata-rata peningkatan disposisi berpikir kritis matematis mahasiswa yang mendapat pembelajaran CIRC di setiap kelompok KAM (atas, sedang, bawah) berada pada kategori

Model pembelajaran SiMaYang dapat menumbuhkan model mental stoikiometri mahasiswa dengan kategori “sedang” (skor = 0,56) yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang

Dengan ketentuan sebagai berikut: Kelompok 1 adalah tahun terbit dokumen Kelompok 2 adalah inisial kategori dapat dilihat di standard kategori Digital Library Kelompok 3 adalah inisial

Uji coba lapangan dilakukan pada mahasiswa yang sedang mengampu mata kuliah praktikum fitokimia dengan tahapan : 1 Pembagian kelompok yang terdiri dari 2-3 mahasiswa tiap kelompok,

SIMPULAN Simpulan yang didapat adalah sebagai berikut: 1 Motivasi belajar peserta didik pada kelas kontrol termasuk dalam kategori rendah dan pada kelompok ekperimen termasuk dalam