• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA CHART GAME KOMPETISI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA CHART GAME KOMPETISI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

336

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DENGAN MEDIA CHART GAME KOMPETISI UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA

KELAS VIII H DI SMP NEGERI 8 MATARAM

Ummy Athiq

Guru PKn SMP Negeri 8 Mataram

E-mail: [email protected]

ABSTRAK: Implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media chart game kompetisi untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar PKn siswa kelas VIII H di SMP Negeri 8 Mataram. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) siklus selama 4 (empat) kali pertemuan, dengan proses pembelajaran sebagai berikut : (1) Pada pertemuan pertama siswa menyelesaikan lembar kerja bersama kelompok kerja dengan jumlah 4–5 siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa dan gender, (2) Presentasi siswa dikolaborasikan dengan media chart game kompetisi, dimana siswa berkompetisi untuk menyusun chart dalam format tertutup yang tersusun secara acak, (3) kelompok tercepat dan mampu menyusun dengan benar keluar sebagai pemenang dan berhak mendapatkan reward. (4) Pada pertemuan kedua siswa kembali ke kelompoknya untuk menyelesaikan lembar kerja, (5) Presentasi siswa dikolaborasikan dengan media chart game kompetisi, dimana siswa berkompetisi untuk menjelaskan konsep dalam chart, (6) Kelompok yang seluruh anggotanya dapat menjelaskan konsep dengan benar dan lancar akan keluar sebagai pemenang dan berhak mendapatkan reward. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media chart game kompetisi dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar PKn siswa kelas VIII H di SMP Negeri 8 Mataram. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 10,24 dengan prosentase ketuntasan pada siklus I sebesar 63,50% dan siklus II sebesar 87,64%. Atifitas siswa dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut: (1) Mampu bergabung dengan kelompokya dengan tertib dan cepat meningkat 32,69%, Aktif berdiskusi meningkat 15,62%, Setiap anggota kelompok berpartisipasi dengan baik meningkat 22,80%, Efektivitas pemanfaatan waktu saat berdiskusi meningkat 42,85%, Kemampuan menjawab lembar kerja dengan benar meningkat 1,33%, Setiap kelompok berbaris dengan cepat dan tertib saat mulai game meningkat 22.80%, Setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan menyusun chart meningkat 38,46%, Efektivitas pemanfaatan waktu saat menyusun chart meningkat 17,24%, Dapat menyusun chart dengan benar meningkat 5,56%, Setiap anggota kelompok mampu menjelaskan makna konsep dalam chart terpilih meningkat 44,4%, Efektivitas pemanfaatan waktu saat menjelaskan chart meningkat 18,52%. Semua aspek aktifitas siswa tersebut memperoleh kualifikasi sangat baik pada siklus II. Dengan demikian pada siklus II dinyatakan sudah berhasil dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Kata Kunci: Tipe STAD, Chart game kompetisi, Aktifitas, hasil belajar. PENDAHULUAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan wahana bagi guru untuk lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum ini, pada dasarnya mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian, yang juga berarti siswa dirangsang untuk membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan apa yang mereka ketahui. Salah satu prinsip dari pada kurikulum ini adalah mengubah peran guru dari seorang instruktur menjadi seorang fasilitator, dengan orientasi pembelajaran berfokus pada siswa. Jadi peran guru dalam menentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh didaktik

metodik “apa yang akan dipelajari”, melainkan “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Demikian halnya dengan pembelajaran PKn, yang mana ciri utama PKn tidak lagi menekankan pada mengajar tentang PKn, tetapi lebih berorientasi pada membelajarkan PKn atau pada upaya-upaya guru untuk ber-PKn atau melaksanakan PKn. Sesungguhnya menurut Anderson, karakteristik manusia meliputi cara tipical berpikir, berbuat dan perasaan. Hal ini analog dengan konsep Benjamin S.Bloom tentang kemampuan peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dan dalam PKn aspek tersebut disebut dengan civic

(2)

337

knowledge, civic skill dan civic disposition.

Dengan demikian guru hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran PKn yang dapat mengasah kemampuan peserta didik yang mencakup civic knowledge, civic skill dan civic disposition.

Pada kenyataannya, guru kurang kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran hingga terkesan bersifat monoton, tentu saja proses pembelajaran terasa kurang menyenangkan dan belum bisa meningkatkan aktivitas belajar dan daya kritis siswa terhadap materi atau permasalahan yang ada. Rata-rata guru lebih banyak menggunakan metode ceramah bervariasi dan penugasan, sehingga siswa menjadi kurang bersemangat, cenderung pasif dan tak jarang siswa hanya sibuk dengan urusan masing-masing atau bermain-main dengan siswa yang lainnya. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VIII H SMP Negeri 8 Mataram, ditemukan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran antara lain: (1) rendahnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran PKn seperti bertanya atau menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, (2) rendahnya kerjasama siswa pada saat mengerjakan tugas kelompok, siswa aktif sulit untuk berbagi dengan siswa pasif, dan siswa pasif maunya terima jadi, sehingga tak jarang timbul perselisihan. (3) rata-rata hasil belajar siswa rendah.

Dari hasil merefleksi diri, peneliti menyimpulkan bahwa adanya permasalahan tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa meliputi: (1) rendahnya motivasi dari diri siswa untuk belajar, (2) materi dianggap terlalu luas dan minat baca siswa rendah (3) siswa sulit berkonsentrasi pada saat kegiatan pembelajaran. Faktor ektern yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa meliputi: (1) penggunaan metode dan media pembelajaran yang kurang optimal, (2) guru belum menemukan strategi pembelajaran yang tepat yang bisa menantang siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang menuntut peran aktif siswa.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Lerning tipe STAD, yang dikolaborasikan dengan penggunaan media chart game kompetisi. Cooperative

Learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Kemudian metode Student Teams-Achievement Divisions (STAD) atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi, merupakan salah satu metode dari pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunaakan STAD, juga mengacu kepada kelompok belajar siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa dan menggunakan presentasi verbal atau teks. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang asyik dan menyenangkan, presentasi siswa akan dikolaborasikan dengan penggunaan media chart game kompetisi. Dalam hal ini siswa dalam kelompok berkompetisi dengan kelompok lain untuk menyusun chart yang sudah disiapkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis mengadakan penelitian tindakan Kelas dengan judul : Implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Chart Game kompetisi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas VIII H di SMP Negeri 8 Mataram

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini, apabila guru dapat melaksakanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan diikuti keterlibatan/partisipasi aktif siswa, Indikator lain ditunjukkan dari peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 8 Mataram. Sumber data dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas VIII H SMP Negeri 8 Mataram yang berjumlah 42 siswa terdiri atas 18 siswa puteri dan 24 siswa putra, guru, dokumen dan proses pembelajaran. Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif (aktivitas dan hasil belajar) dan data kualitatif (observasi pra-tindakan, observasi selama tindakan, dan semua aktivitas siswa yang tercatat di catatan lapangan).

Analisis data dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengelola data mentah, menyajikan data, menarik kesimpulan dan melakukan refleksi. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data aktivitas dan hasil belajar siswa. peneliti akan menggunakan

(3)

338

analisis kuantitatif menggunakan tabel

persentase dan tabel skor. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan melalui 2 (dua) siklus selama 4 (empat) kali pertemuan. Pada tiap siklus dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap yaitu: a) Tahap perencanaan, b) Tahap pelaksanaan, c) Tahap observasi, d) Tahap refleksi.

A. Siklus I

1. Pertemuan 1 ( 2 x 40 Menit)

Hasil observasi guru mencapai nilai rata-rata 3,80. Sedangkan hasil observasi siswa ditunjukkan dalam tabel 1 berikut ini:

Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok

Mata pelajaran : PKn

Pada sekolah : SMPN 8 Mataram

Siklus ke/Pertemuan ke : I / I Tabel 1. Hasil observasi siklus I pertemuan I.

No Aspek yang diobservasi Kelompok Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Mampu bergabung dengan kelompoknya

dengan tertib dan cepat 2 4 3 4 2 3 4 3 25 62,5

2 Aktif berdiskusi 4 4 4 3 5 4 4 4 32 80

3

Setiap anggota kelompok berpartisipasi dengan

baik 5 4 4 3 3 2 3 4 28 70

4 Efektivitas pemanfaatan waktu saat berdiskusi 4 4 3 3 3 3 3 4 27 67,5 5

Kemampuan menjawab lembar kerja dengan

benar 5 5 4 5 5 4 5 5 38 95

6

Setiap kelompok berbaris dengan dengan cepat

dan tertib saat mulai game 4 4 4 3 4 3 2 4 28 70 7

Setiap anggota kelompok mendapatkan

kesempatan menyusun chart 4 4 1 2 4 3 4 4 26 65 8

Efektivitas pemanfaatan waktu saat menyusun

chart 4 4 4 3 4 3 4 3 29 72,5

9 Dapat menyusun chart dengan benar 5 5 3 5 3 5 5 5 36 90 Penilaian hasil belajar

pertemuan I siklus I dengan nilai rata-rata 75,9. Sedangkan penilaian dalam proses pembelajaran (kerja Kelompok) LKS I dengan nilai rata-rata 85. 2. Pertemuan 2 ( 2 x 40 Menit)

Hasil observasi guru dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Chart game kompetisi pada pertemuan

II siklus I, dengan rata-rata nilai 4,65. Sedangkan hasil observasi siswa, ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini: Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok

Mata pelajaran : PKn Pada sekolah : SMPN 8 Mataram

Siklus ke/Pertemuan ke : I / II Tabel 2. Hasil observasi siklus I pertemuan II.

No Aspek yang diobservasi Kelompok Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Mampu bergabung dengan kelompokya dengan

tertib dan cepat 3 4 3 4 3 3 4 3 27 67,5

2 Aktif berdiskusi 5 5 4 3 4 3 4 4 32 80

3

Setiap anggota kelompok berpartisipasi dengan

baik 5 4 4 3 3 3 3 4 29 72,5

4 Efektivitas pemanfaatan waktu saat berdiskusi 4 4 3 4 3 4 3 4 29 72,5 5

Kemampuan menjawab lembar kerja dengan

benar 4 5 4 5 4 4 5 4 35 87,5

6

Setiap kelompok berbaris dengan dengan cepat

dan ter tib saat mulai game 3 3 4 3 4 4 4 4 29 72,5

7

Setiap anggota kelompok mampu menjelaskan makna perundang-undangan dalam chart

(4)

339

8

Efektivitas pemanfaatan waktu saat

menjelaskan chart 3 3 4 3 3 3 4 4 27 67,5

Hasil penilaian Post Test Siklus I Pertemuan II dengan nilai rata-rata mencapai 79,41. Sedangkan penilaian dalam proses pembelajaran (kerja Kelompok) LKS II dengan nilai rata-rata mencapai : 85,44

Melihat dari hasil pengamatan pada siklus I, menunjukkan bahwa Kemampuan menjawab lembar kerja dengan benar, dapat menyusun chart dengan benar, mendapatkan kualifikasi sangat baik dengan rentang nilai 86-100. Aktif berdiskusi, setiap anggota kelompok berpartisipasi dengan baik, setiap kelompok berbaris dengan cepat dan tertib saat mulai game dengan hasil baik dengan rentang nilai 71-85. Sedangkan Mampu bergabung dengan kelompokya dengan tertib dan cepat, Efektivitas pemanfaatan waktu saat berdiskusi, Setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan menyusun chart, Setiap anggota kelompok mampu menjelaskan makna perundang-undangan dalam chart terpilih, efektivitas pemanfaatan waktu saat menjelaskan chart masih cukup dengan rentang nilai 60-70, hal ini lebih disebabkan oleh siswa yang Belum terbiasa dengan model pembelajaran seperti ini, Namun peneliti yakin bila dilakukan berulang-ulang siswa akan terbiasa sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini aktifitas dan hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan. Dengan demikian siklus II harus dilakukan, tentu saja dengan melakukan penyempurnaan terhadap kekurangan pada siklus I.

Kelebihan-kelebihan yang dijumpai selama pelaksanaan tindakan pada siklus I akan peneliti terapkan kembali dan akan dikembangkan pada siklus II, begitu juga sebaliknya, kelemahan-kelemahan yang ditemukan akan diperbaiki dan sempurnakan pada sikuls II. Dengan menganalisa hasil observasi tersebut di atas terdapat kelemahan pada aspek : Mampu bergabung dengan kelompokya dengan tertib dan cepat, Efektivitas pemanfaatan waktu saat berdiskusi, Setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan menyusun chart, Setiap anggota kelompok mampu menjelaskan makna perundang-undangan dalam chart terpilih, efektivitas pemanfaatan waktu saat menjelaskan chart

masih cukup dengan rentang nilai 60-70 artinya kelemahan ini harus diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih bersemangat lagi, yaitu dengan memberikan reward berupa bolpoin pada anggota kelompok terbaik, dan memberikan pujian kepada siswa yang mampu melakukan semuanya dengan baik, Guru juga harus memotivasi siswa agar lebih meningkatkan kerjasama, sebab kunci utama keberhasilan dalam kegiatan game kompetisi ini ádalah kerjasama. Disamping itu guru harus lebih memotivasi kepada siswa prestasi untuk lebih aktif membimbing siswa yang berkemampuan kurang dalam kelompoknya. Dari hasil postes siklus I diperoleh rata-rata nilai 77,65 berarti jika dibandingkan dengan nilai sebelum tindakan dengan nilai rata-rata 69,56 maka hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 10,41 %

Berdasarkan catatan khusus observer, Guru sudah melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik, peran aktif siswa sudah terlihat pada saat kegiatan pendahuluan tetapi belum optimal, maka pada siklus II harus dioptimalakan. Guru sudah melaksanakan kgiatan inti sesuai dengan skenario pembelajaran namun ada beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus II diantaranya : Ketika guru berkeliling membimbing siswa hendaknya sambil mencatat hasil observasi siswa, pada saat membimbing siswa hendaknya guru memberikan pengarahan yang detil tentang pembagian tugas masing-masing anggota kelompok sehingga siswa dapat menyelesaikan lembar kerja sesuai waktu yang sudah ditetapkan, guru harus tegas dalam hal pembagian waktu, dan diupayakan pada kegiatan game kompetisi diberikan waktu yang lebih banyak, pada saat siswa berkompetisi menyusun chart terlihat kurang tertib maka perlu dibuatkan semacam tongkat estafet sebagai pembatas antara siswa yang satu dengan siswa lain yang mendapatkan giliran memasang chart. Pada kegiatan penutup hendaknya guru menetapkan waktu dengan lebih tepat sehingga tidak terbur-buru, pada saat kegiatan penyimpulan hendaknya guru melibatkan siswa. Lembar observasi guru

(5)

340

pada pertemuan pertama dengan hasil 3,80

sedangkan pada pertemuan ke-2 dengan hasil 4,65 berarti rata2 nilai hasil observasi guru pada siklus I sebesar 4,23.

B. Siklus II

1. Pertemuan 1 ( 2 x 40 Menit)

Hasil observasi guru dengan nilai rata-rata mencapai 4,14.

Sedangkan hasil observasi siswa ditunjukkan dalam tabel 3 berikut ini : Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok

Mata pelajaran : PKn Pada sekolah : SMPN 8 Mataram

Siklus ke/Pertemuan ke : II / I Tabel 3. Hasil observasi siklus II pertemuan I

No Aspek yang diobservasi Kelompok Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Mampu bergabung dengan kelompokya dengan

tertib dan cepat 4 4 4 4 4 4 4 4 32 80

2 Aktif berdiskusi 5 5 4 4 4 4 5 5 36 90

3

Setiap anggota kelompok berpartisipasi dengan

baik 5 4 4 4 4 4 4 4 33 82,5

4 Efektivitas pemanfaatan waktu saat berdiskusi 5 5 4 4 4 4 4 4 34 85 5

Kemampuan menjawab lembar kerja dengan

benar 5 5 5 5 4 5 4 5 38 95

6

Setiap kelompok berbaris dengan dengan cepat

dan tertib saat mulai game 4 4 4 4 4 5 4 4 33 82,5 7

Setiap anggota kelompok mendapatkan

kesempatan menyusun chart 5 5 4 4 5 4 4 5 36 90

8

Efektivitas pemanfaatan waktu saat menyusun

chart 5 5 4 4 4 4 4 4 34 85

9 Dapat menyusun chart dengan benar 5 5 4 5 4 5 5 5 38 95 Penilaian dalam proses

pembelajaran (kerja Kelompok) LKS 3 mencapai nilai rata-rata 89,84. Sedangkan penilaian hasil belajar pertemuan I siklus II mencapai nilai rata-rata 87,5

2. Pertemuan 2 ( 2 x 40 Menit)

Hasil observasi guru dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Chart game kompetisi pada pertemuan II siklus II dengan nilai rata-rata 4,86. Sedangkan hasil observasi siswa digambarkan dalam tabel 4 berikut ini: Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok

Mata pelajaran : PKn Pada sekolah : SMPN 8 Mataram

Siklus ke/Pertemuan ke : II / II Tabel 4. Hasil observasi siklus II pertemuan II

No Aspek yang diobservasi Kelompok Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Mampu bergabung dengan kelompokya dengan

tertib dan cepat 5 5 5 5 4 4 4 5 37 92,5

2 Aktif berdiskusi 5 5 4 5 5 4 5 5 38 95

3

Setiap anggota kelompok berpartisipasi dengan

baik 5 5 5 4 5 5 4 4 37 92,5

4 Efektivitas pemanfaatan waktu saat berdiskusi 5 5 5 4 5 4 5 5 38 95 5

Kemampuan menjawab lembar kerja dengan

benar 5 5 5 4 5 5 5 4 38 95

6

Setiap kelompok berbaris dengan dengan cepat

dan tertib saat mulai game 5 5 4 5 4 5 4 5 37 92,5

7

Setiap anggota kelompok mampu menjelaskan makna perundang-undangan dalam chart

(6)

341

8

Efektivitas pemanfaatan waktu saat

menjelaskan chart 4 4 4 4 4 4 4 4 32 80

Penilaian dalam proses pembelajaran (kerja Kelompok) LKS II dengan nilai rata-rata 92,43. Sedangkan penilaian hasil belajar pertemuan II sikus II mencapai nilai rata-rata 88,28.

Melihat dari hasil pengamatan pada siklus II, Mampu bergabung dengan kelompokya dengan tertib dan cepat, Aktif berdiskusi, Setiap anggota kelompok berpartisipasi dengan baik, Efektivitas pemanfaatan waktu saat berdiskusi , Kemampuan menjawab lembar kerja dengan benar, Setiap kelompok berbaris dengan dengan cepat dan tertib saat mulai game, Setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan menyusun chart, Dapat menyusun chart dengan benar , Setiap anggota kelompok mampu menjelaskan makna perundang-undangan dalam chart terpilih, mendapatkan nilai sangat baik , dengan rentang nilai 86-100. Sedangkan Efektivitas pemanfaatan waktu saat menyusun chart, Efektivitas pemanfaatan waktu saat menjelaskan chart mendapatkan nilai baik dengan retang nilai 71-85, kendati demikian sudah terjadi peningkatan dari siklus I sebesar 21,42% untuk Efektivitas pemanfaatan waktu saat menyusun chart, dan 17,24% untuk Efektivitas pemanfaatan waktu saat menjelaskan chart. Berdasarkan siklus II diperoleh hasil belajar siswa dengan rata-rata 87,89 yang berarti ada kenaikan sebesar 13,19% dari siklus I. Jika dilihat dari peningkatan ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajara kooperatif tipe STAD dengan media chart game kompetisi benar-benar menunjukkan kemajuan yang sangat berarti. Dengan demikian pada siklus II dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan catatan khusus observer, guru sudah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP, guru sudah mampu membangkitkan semangat belajar siswa sejak kegiatan pendahuluan, appersepsi dan motivasi dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dengan penuh kehangatan. Pada kegiatan inti guru tidak lagi terlalu banyak ceramah tentang materi tetapi lebih banyak mengarahkan siswa dalam pelaksanaan diskusi dan memotivasi siswa untuk saling berbagi. Iming-iming reward berupa bolpoin mampu membangkitkan semangat siswa untuk menjadi pemenang dalam game kompetisi kali ini, hal ini berdampak pada proses pembelajaran yang berlangsung dengan penuh gairah, siswa dapat menyelesaikan LKS dengan lebih cepat dengan hasil yang optimal, dan semua siswa timbul keberanian dan rasa percaya dirinya saat presentasi dihadapan teman-temannya, keterlibatan guru saat presentasi sudah berkurang, guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa pada saat kegiatan penyimpulan. Ketegasan guru dalam pembagian alokasi waktu sudah terlihat, sehingga kegiatan berjalan dengan tertib dan lancar sampai dengan kegiatan evaluasi. Hasil observasi guru pada siklus II dengan kualifikasi sangat baik yaitu 4,50 dan telah mengalami peningkatan sebesar 6,38 % dari siklus I, artinya guru sudah tuntas dan berhasil menerapkan metode sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.

Hasil observasi kegiatan siswa siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel

5 berikut

:

Tabel 5. Hasil observasi kegiatan siswa siklus I dan siklus II

No Kegiatan/Aspek yang diamati Siklus I Siklus II Peningkatan Prosentase Peningkatan 1 Mampu bergabung dengan

kelompokya dengan tertib dan cepat. 65 86,25 21,25 32,69%

2 Aktif berdiskusi 80 92,5 12,5 15,62%

3 Setiap anggota kelompok

berpartisipasi dengan baik 71,25 87,5 16,25 22,80% 4 Efektivitas pemanfaatan waktu saat

berdiskusi 70 90 30 42,85%

5 Kemampuan menjawab lembar kerja

dengan benar 93,75 95 1,25 1,33%

6 Setiap kelompok berbaris dengan

(7)

342

game.

7 Setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan menyusun chart

65 90 25 38,46%

8 Efektivitas pemanfaatan waktu saat

menyusun chart 72,5 85 12,5 17,24%

9 Dapat menyusun chart dengan benar 90 95 5 5,56%

10 Setiap anggota kelompok mampu menjelaskan makna perundang-undangan dalam chart terpilih

67,5 97,5 30 44,4%

11 Efektivitas pemanfaatan waktu saat

menjelaskan chart 67,5 80 12,5 18,52%

Hasil Belajar siswa pada sebelum tindakan, Siklus I dan Siklus II disajikan dalam tabel 6 berikut:

Tabel 6. Hasil Belajar siswa pada sebelum tindakan siklus I dan siklus II Kelas Rata-rata Pra siklus Rata-rata Siklus I Peningkatan Nilai Prosentase peningkatan Rata-rata Siklus I Rata-rata Siklus II Peningkatan Nilai Prosentase peningkatan VIII H 69,56 77,65 8,09 10,41% 77,65 87,89 10.24 13,19%

Hasil penilaian proses dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Hasil penilaian proses

Kelas Rata-rata Siklus I Rata-rata Siklus II Peningkatan Nilai Prosentase peningkatan VIII H 85,22 91,64 6,42 7,53%

Berdasarkan tabel 2, pada siklus I Mampu bergabung dengan kelompokya dengan tertib dan cepat dengan hasil cukup hal ini disebabkan siswa belum terbiasa untuk berkelompok dengan teman lawan jenisnya, sehingga terkesan malu-malu akibatnya prosesnya berjalan agak lamban. Dengan berjalannya waktu pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dengan temannya maka siswa mampu bergabung dengan kelompoknya dengan tertib dan lancar dengan hasil sangat baik dan mengalami peningkatan 32,69% dari siklus I. Aktif berdiskusi, dan setiap anggota kelompok berpartisipasi dengan baik pada siklus I baik, hal ini disebabkan guru menginformasikan bahwa aktifitas belajar mereka juga dinilai, keberadaan observer yang mengawasi mereka juga membawa dampak positif sehingga siswa bekerja dengan serius. Hasil baik pada aspek ini jelas belum optimal hal ini lebih disebabkan siswa masih canggung dan belum akrab dengan teman sekelompoknya, setelah empat kali pertemuan mereka bekerja bersama maka aspek ini mengalami peningkatan sehingga pada siklus II memperoleh hasil sangat baik hal ini berpengaruh pada aspek kemampuan menjawab lembar kerja dengan benar dengan hasil sangat baik pada siklus I maupun II, dengan perbedaan pada siklus II siswa bekerja lebih cepat dibandingkan dengan siklus I. Rasa malu dan canggung mengikuti perintah guru untuk membentuk barisan saat memulai game kompetisi turut menghambat kelancaran proses

pada siklus I namun pada siklus II siswa sudah terbiasa dengan metode ini hingga memperoleh hasil sangat baik. Pada siklus I Setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan menyusun chart dengan hasil cukup, hal ini disebabkan pada diri siswa belum muncul rasa kebersamaaan, solidaritas terhadap kelompok, masing-masing anggota kelompok cenderung memikirkan kepentingannya sendiri namun pada siklus II hal semacam ini tidak dijumpai lagi karena siswa sudah faham walaupun mereka mampu menjadi yang tercepat namun bila tidak taat aturan maka tidak akan bisa menjadi pemenang. Dapat menyusun chart dengan benar pada siklus I maupun II memperoleh hasil sangant baik, perbedaannya pada siklus II siswa lebih cepat dalam menyusun chart dibandingkan dengan siklus I. Setiap anggota kelompok mampu menjelaskan makna perundang-undangan dalam chart terpilih, pada siklus I berjalan agak lamban siswa masih kurang percaya diri karena belum terbiasa berbicara di depan teman-temannya, dalam hal ini peran guru masih dominan namun pada siklus II siswa mulai terbiasa sehingga terjadi lonjakan nilai sebesar 44,4 % dari siklus I dengan hasil sangat baik, pengaruh pemberian reward dan pujian kepada pemenang kompetisi dan siswa yang bermain dengan sportif membawa dampak yang cukup besar terhadap aktifitas belajar siswa.

Berdasarkan data 6 terlihat kenaikan hasil belajar pada siklus I sebesar 8,09

(8)

343

dibandingkan dengan sebelun siklus yang

berarti ada kenaikan sebesar 10,41%, bahkan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 10,24 dibandingkan dengan siklus I dengan prosentase 13,19%. Sedangkan penilaian proses, sejak siklus I memperoleh hasil yang sangat baik yaitu 85,22 dan pada siklus II meningkat menjadi 91,64 hal ini lebih disebabkan guru telah merancang lembar kerja siswa dengan sistematis sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, disamping itu semua siswa memiliki buku teks sehingga siswa mudah mengerjakannya sekaligus memahaminya. Hasil yang luar biasa, kenyataan ini di luar dugaan guru selaku peneliti, ternyata pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media chart game kompetisi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang dipelajari. Dengan demikian

penelitian dihentikan pada siklus II dan pencapaian hasil ini diharapkan dapat dipertahankan atau ditingkatkan pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya di luar pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

Untuk mendapatkan gambaran manfaat penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media chart game kompetisi dalam upaya meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa, peneliti menyebar 10 (sepuluh) angket yang diberikan kepada siswa secara acak. Angket ini harus diisi sesuai dengan hati nurani dan kondisi yang sebenar-benarnya dan ditegaskan bahwa angket ini tidak berpengaruh terhadap nilai siswa. Dari angket siswa diperoleh hasil sangat baik dengan nilai 96. Adapun hasil angket dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:

(9)

344

SIMPULAN

Dilihat dari data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan dan berdasarkan hasil belajar siswa kls VIII H di SMP Negeri 8 Mataram, pada Kopentensi Dasar 3.1 Mengidentifikasi tata urutan peraturan perundang-undangan nasional, dan3.2 Mendeskripsikan proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional. Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media chart game kompetisi yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dipersiapkan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terjadi perubahan dalam proses pembelajaran yang meliputi peningkatan keterampilan sosial, interaksi dan kerja sama antar siswa, saling menghargai, sportifitas, tanggung jawab serta timbulnya keberanian mengemukakan pendapat pada siswa.

2. Adanya peningkatan kemampuan Guru dalam mengajar, yang bisa memotifasi siswa dalam belajar yang lebih aktif, kerja sama siswa lebih meningkat, kemampuan mengelola kelas dan mengalokasikan waktu sesuai dengan desain pembelajaran. 3. Adanya peningkatan aktivitas belajar PKn

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media chart game kompetisi. 4. Dengan mengoptimalkan pores

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media chart game kompetisi, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Karena hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan telah memenuhi harapan dan sangat signifikan, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dihentikan pada siklus II.

SARAN

1. Disarankan agar semua guru mata pelajaran PKn lebih variatif lagi dalam merancang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran, agar siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran PKn akan tercapai, siswa merasa senang dalan aktivitas belajarnya, dan tumbuh kecintaan pada mata pelajaran PKn.

2. Bagi semua Guru mata pelajaran, hendaknya mencoba mengadakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam

upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas yang pada akhirnya mampu meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.

3. Kepada Kepala Sekolah untuk lebih memberikan dukungan kepada rekan-rekan Guru untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jalan mensubsidi biaya penelitian dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi guru melalui PTK.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Gafur. (2002) Strategi dan metode

Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Arikunto, Suharsimi. (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aqib, Zaenal, Sujak, Kawentar dkk. (2009) Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV YRama Widya.

Muchson AR, Ngadilah, Suprapto dkk.(2002 ) Teori Belajar dan Pembelajaran, Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran PPKn.

Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Senduk (2004) Pembelajaran Kontektual dan Penerapannya dalam KBK, Universitas Negeri Malang.

Trianto. (2007) Model-model Pembelajaran Inofatif Berorentasi Kontruktivistik, Konsep, landasan Teorirtis-Praktis dan Impelmensinya, JakartaHasil Pustaka Publisher.

Sardiman A.M. (2008). Interaksi & Motifasi Belajar Mengajar,Raja wali Pers Divisi Buku Perguruan Tinggi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Susilo. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Pustaka Book Publister.

Lie, A. (2008) Cooperatif Learning Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang- ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta M. Sobry Sutikno, Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa: http://gurupkn.wordpress.com

Gambar

Tabel 8. Data hasil angket siswa.

Referensi

Dokumen terkait

1) Wawancara dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Kotawaringin Barat.. Beliau mengatakan bahwa pihak dinas telah melakukan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis; (2) perbedaan persepsi guru SMA

Dengan menggunakan permainan, murid tidak merasa sedang belajar sehingga proses belajar mengajar akan terasa menyenangkan.Konsep permainan yang digunakan adalah cultural toys

Diambil dari konsep dasar media audiovisual, yaitu media yang bisa didengar dan dilihat secara bersama, maka muncullah berbagai perkembangan teknologi audiovisual yang mengadopsi

Faktor internal melibatkan human sensory (lebih pada penciuman), pengujian dengan test merokok, analisis kimia, sedangkan faktor eksternal melalui( human vision )

Praktik jual beli tanah yang menjadi Sengketa di Grumbul Karanggandul, Desa Babakan, Kecamatan Karanglewas dalam Prespektif Hukum Ekonomi Syariah adalah tidak sah

Masa Ekspansi Islam, pada masa Abu bakar dalam bidang ekonomi dan keuangan ada masalah besar yang muncul: Jumlah harta rampasan perang dari sekian banyak tentu saja

Bertolak dari pembahasan di atas maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) bagaimanakah peningkatan kecakapan