• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru terhadap ujian nasional : studi kasus pada SMU negeri dan swasta di Kabupaten Gunungkidul - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi guru terhadap ujian nasional : studi kasus pada SMU negeri dan swasta di Kabupaten Gunungkidul - USD Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL

Studi Kasus Pada SMU Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

DIDIK BINTARA 021334O81

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL

Studi Kasus Pada SMU Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

DIDIK BINTARA 021334O81

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv M otto

H anya penderitaan hidup yang mengajarkan manusia untuk menghargai kebahagiaan dan kebaikan serta kebagusan hidup.

K ebaikan tidak bernilai selama hanya diucapkan, kecuali baru bernilai setelah dikerjakan.

(6)

v

H AL AM AN PE RSE M BAH AN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

¯

Bapak dan I bu

¯

AdikkU

¯

Keluarga besarku

¯

Sahabat-sahabatku

¯

H atiku
(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 November 2007

(8)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL

Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA Negeri dan Swasta

di Kabupaten Gunungkidul

Didik Bintara Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis; (2) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Sosial dan Psikologis; (3) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Yuridis; (4) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Ekonomi.

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Gunungkidul pada bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul. Sampel penelitian berjumlah 60 guru. Teknik penga mbilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji chi Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis ( Chi square= 15,152 dengan p < 0,05); (2) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Sosial dan Psikologis ( Chi Square = 6,787 dengan p < 0,05); (3) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Yurid is ( Chi Square = 7,937 dengan p < 0,05); (4) tidak ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Ekonomi (Chi square= 1,067 dengan p > 0,05).

(9)

viii

ABSTRACT

The Teachers’ Perceptions toward National Examination A Case Study on State and Private Senior High School Teachers

In GunungKidul Regency

Didik Bintara

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The aims of this research are to know whether the teachers of state and private senior high schools have different perceptions toward national examination: (1) on pedagogic aspect; (2) on social and psychological aspect; (3) on juridical aspect; (4) on economic aspect.

This research was conducted in state and private senior high schools in Gunungkidul Regency in August 2007. The data collection techniques were questionnaire and documentation. The populations of this research were the teachers of state and private senior high schools in Gunungkidul regency. The samples of this research were 60 teachers. The sample was taken by using

purposive sampling. The data analysis technique was chi square test.

(10)

ix

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional”. Studi kasus pada Guru Di SMA Negeri dan SMA Swasta Di Kabupaten Gunungkidul.

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai

masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Falkutas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma, yang telah banyak memberikan

petunjuk, dukungan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar

selalu memberikan bimbingan, petunjuk, dukungan, dan masukan dalam

penulisan skripsi ini.

5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA., yang telah bersedia menyumbangkan

(11)

x

Fakultas KIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta umumnya, yang telah

membimbing, mendidik, dan bekerjasama dengan baik selama penulis belajar

di kampus tercinta ini.

7. Seluruh Kepala Sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul

yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian guna

kepentingan penulisan skripsi ini.

8. Bapak Ibu guru di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul yang

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Kedua orang tuaku Bapak Sarja dan Ibu Supeni yang dengan sabar

memberikan dorongan semangat, biaya, nasehat dan selalu berdoa untuk

penulis.

10.Adikku Vivi trimakasih atas doa dan dan dukunganya, doakan terus ya nok

semoga apa yang kamu harapkan biasa terkabul. Amin.

11.Keluarga besarku, trimakasih atas doa dan dukunganya semoga apa yang

diharapkan pada penulis dapat terkabul. Amin.

12.Sahabat sejatiku Wiwin Andriany trimakasih atas kesetiaanya menemani dan

memberikan dorongan rohani walau lewat telepon. Semoga harapanku sama

dengan harapanmu, dan dapat terkabul. Amien.

13.Saudaraku, Eny, Dina, Rossi, Heny, Ucik, Dewik, Nila, Tutik. Trimakasih

telah mau menghabiskan waktu bersamaku walau sesaat.

(12)

xi

Veri,Sinyo, ayo maju dab, buktikan pada dunia kalau kita biasa berhasil. Maju

terus.

16.Seluruh keluarga besar PT.Gerbang Madani Group, trimakasi telah

memberikan kesempatan bergabung di sana.

17.Sahabat-sahabatku adi, krewol, goris, bowo, boim, ciprut(wiwin),iin,

lamdos,yuni, lusi, bulan, dwi, sipok, Yoyok, erma, indri, eri, imas, ayo maju

terus pantang mundur.

18.Teman-temanku angkatan 2002 Pendidikan Akuntansi B, dan semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang

berarti dalam penulisan skripsi ini.

Semoga semua kebaikan dan bantua nnya mendapat imbalan yang sepantasnya

dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Yogyakarta, 2 November 2007

Penulis

(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 10

1. Evaluasi... 10

a. Hakekat evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar ... 10

b. Ujian Nasional ... 15

c. Ujian Akhir ... 17

2. Persepsi... 19

a Pengertian persepsi ... 19

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 20

3. Guru... 21

B. Kerangka berfikir. ... 22

(14)

xiii

A. Jenis Penelitian... 28

B. Lokasi dan waktu Penelitian ... 28

C. Subjek, Objek Penelitian dan Unit Penelitian... 28

D. Populasi dan Sampel ... 29

E. Variabel Penelitian... 29

F. Teknik Pengumpulan Data... 30

1. Kuesioner ... 30

2. Dokumentasi ... 30

G. Kuesioner Penelitian ... 31

H. Pengujian kuesioner ... 32

1. Uji Validitas instrumen... 32

2. Uji Realibilitas instrumen ... 34

J. Teknik Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrepsi Hasil Penelitian... 43

1. Aspek Pedagogis... 45

2. Aspek Sosial dan Psikologis ... 47

3. Aspek Yuridis ... 49

4. Aspek Ekonomi ... 50

B. Pengujian Hipotesisi ... 52

1. Perbedaan Persepsi Aspek Pedagogis ... 55

2. Perbedaan Persepsi Aspek Sosial dan Psikologis ... 57

3. Perbedaan Persepsi Aspek Yuridis ... 60

4. Perbedaan Persepsi Aspek Ekonomi... 62

C. Pembahasan ... 65

1. Perbedaan Persepsi Aspek Pedagogis ... 65

2. Perbedaan Persepsi Aspek Sosial dan Psikologis ... 67

3. Perbedaan Persepsi Aspek Yuridis ... 69

(15)

xiv

A. Kesimpulan... 73 B. Keterbatasan... 74

C. Saran... 75

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Contoh pedoman penilaian... 11

Tabel II Kisi-kisi Kuesioner... 31

Tabel IV Hasil Pengujian Validitas ... 33

Tabel V Hasil pengujian Reaibilitas ... 35

Tabel VI Distibusi data persepsi guru terhadap Ujian Nasional SMA ... 43

TabelVII. Distibusi data Aspek Pedagogis ... 45

TabelVIII.Distibusi data Aspek Sosial dan Psikologis ... 47

Tabel IX Distibusi data Aspek Yuridis ... 49

Tabel X Distibusi data Aspek Ekonomi ... 51

Tabel XI Perbedaan Persepsi terhadap UN antara Guru SMA ... 53

Tabel XII Perbedaan Persepsi terhadap UN Aspek Pedagogis ... 55

TabelXIII Perbedaan Persepsi terhadap UN Aspek Sosial dan Psikologis 58 Tabel XIV Perbedaan Persepsi terhadap UN Aspek Yuridis ... 60

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN I Kuesioner Penelitian... 76

LAMPIRAN II Data Mentah ... 80

LAMPIRAN III Data Induk ... 82

LAMPIRAN IV Pengujian Validitas dan Realibilitas ... 88

LAMPIRAN V Deskrepsi Data ... 97

LAMPIRAN VI Pengujian Hipotesis ... 98

(18)

1

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang berkualitas dibentuk dari proses pendidikan.

Hasil dari proses pendidikan tersebut akan menentukan nasib sebuah bangsa.

Masalahnya adalah bagaimana proses pendidikan mampu mencapai tujuan

pendidikan yang yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan nasional menurut

Undang-Undang No 20 tahun 2003 menyatakan pendidikan bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Tujuan pendidikan itu diuraikan dalam bentuk yang lebih operasional yaitu

peserta didik yang mempunyai kompetensi yang meliputi aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Pencapaian tujuan pendidikan dapat diketahui melalui kegiatan

pengukuran yang disebut evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi adalah Ujian

Nasional (UN). UN merupakan alat ukur yang terstandar (standardized test) yang

dikeluarkan pemerintah. Sistem penilaian melalui UN yang diselenggarakan oleh

pemerintah menunjukkan suatu sistem evaluasi yang terpusat.

Pemberlakuan sistem pengukuran terpusat menimbulkan kontroversi sejak

awal. Keberatan-keberatan yang muncul dengan sistem evaluasi yang terpusat

seperti dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini. Menurut Ngadirin (2004) UN

yang dilaksanakan untuk mata pelajaran tertentu seperti Matematika, Bahasa

(19)

perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pendidikan. UN

dirasakan belum mampu memberikan informasi menyeluruh tentang

perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pendidikan yang

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Penyimpangan dalam pelaksanaan UN yang digulirkan Depdiknas tidak

hanya minim sosialisasi dan tertutup, tetapi juga lebih pada hal- hal yang bersifat

fundamental, baik secara yuridis, pedagogis, sosial dan psikologis, dan ekonomi

(Tempo, 4 Februari 2005). Hasil kajian dimensi-dimensi tersebut yang dilakukan

oleh Koalisi Pendidikan disajikan secara rinci seperti berikut ini:

1. Aspek pedagogis. Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik

mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), ketrampilan

(psikomotorik) dan sikap (afektif). Sebaliknya, dalam UN hanya mengukur

aspek kemampuan kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai

penentu kelulusan.

2. Aspek yuridis. Berapa pasal dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tela h dilanggar. Pelanggaran itu terjadi pada

pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri

atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan

prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus

ditingkatkan secara berencana dan berkala. UN hanya mengukur kemampuan

pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara

sepihak oleh pemerintah. Hal ini diperkuat oleh Pasal 58 ayat 1 yang

(20)

pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar

peserta didik secara berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak

guru melakukan penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa

proses. Dalam pasal 59 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah

daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan. Sebaliknya, dalam UN, pemerintah hanya melakukan terhadap

hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik.

3. Aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang

diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan tahun

2002/2003 sebesar 3,01, tahun 2003/2004 menjad 4,01, tahun 2004/2005

menjadi 4,26 tahun 2005/2006 menjadi 4,51 tahun 2006/2007 menjadi 5,00.

Tuntutan nilai ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi guru dan peserta

didik. Siswa dipaksakan menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di

UN-kan di sekolah ataupun di rumah.

4. Aspek ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya.

Tahun lalu, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum

ditambah dana dari APBN dan masyarakat. Pada tahun 2005 telah disebutkan

pendanaan UN berasal dari pemerintah, tetapi tidak dijelaskan sumber

pendanaan tersebut. Kondisi ini memungkinkan masyarakat kembali akan

dibebani biaya pelaksanaan UN. Selain itu, sistem yang belum jelas masih

sulit mencegah terjadinya penyimpangan finansial dana UN. Sistem

(21)

pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya

penyimpangan (korupsi) dana UN.

Sementara ada kelompok yang kontra terhadap pelaksanaan UN, di lain

pihak juga terdapat kelompok yang setuju dengan pelaksanaan UN. Alasan-alasan

yang melatarbelakangi persetujuan untuk dilaksanakannya UN akan dijelaskan

berikut ini. Furqon (Masih Perlukah Ujian Akhir Nasional Pikiran Rakyat, 23

Desember 2004 – On line) menyebutkan sedikitnya ada lima alasan mendukung

pelaksanaan UN.

Petama, alasan akuntabilitas publik (public accountability), yaitu ujian

dalam pendidikan diharapkan mampu menyediakan dan memberikan informasi

kepada masyarakat mengenai kemajuan dan prestasi. Dengan demikian, publik

dapat mengetahui manfaat setiap rupiah yang dibelanjakan dalam kegiatan

pendidikan.

Kedua, alasan pengendalian mutu (quality control) pendidikan. Ujian

diharapkan dapat menjadi instrumen untuk mengendalikan dan menjamin bahwa

setiap keluaran (lulusan) pendidikan telah memenuhi kualifikasi, kompetensi, atau

standar tertentu yang telah ditetapkan.

Ketiga, alasan motivator (pressure to achieve), yaitu evaluasi diharapkan

menjadi instrumen untuk mendorong dan “memaksa” pengelola, penyelenggara

dan pelaksanaan (guru dan siswa) pendidikan untuk berusaha lebih keras dalam

mencapai hasil yang diharapkan.

Keempat, alasan seleksi dan penempatan yaitu hasil evaluasi pendidikan

(22)

seorang pelamar. Selain itu, hasil evaluasi juga dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam menentukan ke mana seseorang dianjurkan untuk

melanjutkan pendidikannya atau bekerja.

Kelima, alasan diagnostik yaitu bahwa evaluasi dapat memberikan umpan

balik (feedback) terhadap kekuatan dan kelemahan suatu sistem sehingga dapat

ditentukan upaya tindak lanjut yang diperlukan. Fungsi ini sering juga dikaitkan

dengan fungsi peningkatan mutu (quality improvement) karena balikan yang tepat

dapat mendorong kegiatan dan program pendidikan untuk senantiasa melakukan

peningkatan mutu layanan pendidikan dan keluaran yang dihasilkannya.

Furqon (2004) mengemukakan bahwa ujian memegang peranan strategis

dalam manajemen mutu pendidikan. Suatu studi yang dilakukan oleh tim Bank

Dunia menunjukkan bahwa ujian akhir merupakan strategi peningkatan mutu

pendidikan yang banyak dipilih dan digunakan negara-negara berkembang yang

sumber dayanya relatif terbatas.

Tarik menarik yang terjadi karena adanya pihak-pihak yang setuju dan

tidak setuju ini menimbulkan suatu keprihatinan bagi banyak kalangan. UN

sebagai suatu sistem evaluasi yang meliputi penentuan mata pelajaran yang

diujikan, pembuatan item- item soal, penentuan standar kelulusan, dan mekanisme

penilaian bagi beberapa pihak menjadi beban psikologis. Beberapa pihak yang

paling merasakan dampak dari UN adalah peserta didik, orang tua siswa dan guru.

Mereka masing- masing mempunyai beban sesuai dengan kapasitasnya dalam

rangka menghadapi UN. Beban psikologis yang dirasakan tersebut antara lain

(23)

Bagi guru, tuntutan standar minimal 4, 26 dan sekaligus penentu kelulusan

menjadi beban karena mereka harus mempersiapkan peserta didik yang

masing-masing memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut berupa tingkat kecerdasan, latar

belakang, sarana-prasarana yang mendukung kegiatan belajar di rumah, dan

lain-lain. Selain itu, terbatasnya sumber dana dan sarana dan prasarana di sekolah juga

menjadi hambatan tersendiri bagi guru untuk melaksanakan proses belajar yang

optimal. Kondisi yang semacam ini tentu menimbulkan persoalan bagi guru

apakah siswa-siswi dapat berhasil dalam UN. Persoalan tersebut tentu disebabkan

oleh persepsi guru tentang sulitnya mencapai standar minimal dengan situasi dan

kondisi yang ada.

Masalah lain bagi guru juga disebabkan karena kelulusan siswa – siswi

menjadi penentu bagi mereka untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi. Dalam menghadapi masalah ini, guru tentu memberikan tanggapan yang

tidak sama. Hal ini ditentukan oleh kualitas siswa – siswi, sarana prasarana, dan

jumlah siswa. Sekolah yang memiliki siswa berkualitas baik dan sarana dan

prasarana yang memadai tentu mempunyai persepsi yang lebih positif

dibandingkan dengan sekolah yang memiliki siswa yang berkualitas sedang atau

rendah dan sarana prasarana yang terbatas. Dalam penelitian ini, dikelompokkan

dalam sekolah negeri dan sekolah swasta.

Sebenarnya persepsi terhadap UN tidak hanya dibatasi oleh tuntutan

standar nilai kelulusan tetapi UN sebagai suatu keseluruhan. Item- item soal yang

(24)

yang disamaratakan menimbulkan berbagai pemahaman yang berbeda terhadap

Ujian Nasional.

Penelitian ini dilakukan di sekolah negeri dan swasta di kabupaten

gunungkidul karna dilihat dari kualitas siswanya. Standar nilai (NEM) penerimaan

siswa pada sekolah negeri umumnya lebih tinggi dibanding sekolah swasta.

Sarana dan prasarana pada sekolah negeri pada umumnya lebih lengkap dibanding

sekolah swasta.

Berdasarkan fenomena yang berkembang di masyarakat mengenai UN

sebagai penentu kelulusan menimbulkan kontroversi. Dengan alasan inilah

peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan persepsi guru terhadap UN dari sekolah

Negeri dan sekolah swasta. Peneliti menduga bahwa perbedaan kategorisasi

sekolah yang menunjukkan kualitas sekolah akan mempengaruhi persepsi guru di

sekolah tersebut. Topik yang akan dibahas adalah “Persepsi Guru terhadap Ujian

Nasional”. Studi Empirik pada Sekolah Menengah Atas “di Kabupaten

Gunungkidul Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian

Nasional dalam aspek pedagogis antara guru yang mengajar di

Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di

(25)

2. Apakah ada perbedaan persepsi terhadap yang signifikan Ujian

Nasional dalam aspek yuridis antara guru yang mengajar di Sekolah

Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah

Menengah Atas Swasta

3. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian

Nasional dalam aspek sosial dan psikologis antara guru yang mengajar

di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di

Sekolah Menengah Atas Swasta

4. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian

Nasional dalam aspek ekonomis antara guru yang mengajar di

Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di

Sekolah Menengah Atas Swasta

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui:

1 Perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis antara

guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang

mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta.

2 Perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional dalam aspek yuridis antara guru

yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar

(26)

3 Perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional dalam aspek sosial dan psikologis

antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru

yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta

4 Perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional dalam aspek ekonomis antara

guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang

mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Depdiknas.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah,

khususnya yang berkaitan dengan sistem evaluasi, sehingga tujuan

pendidikan yang dirumuskan dalam UU No 20 tahun 2004 dapat

diwujudkan.

2. Bagi Universitas Sanata Darma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mena mbah kepustakaan dan dapat

dipergunakan sebagai salah satu masukan bagi peneliti yang akan datang.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang sistem

pendidikan formal di Indonesia.

4. Bagi sekolah menengah umum.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa lebih meningkatkan persiapan sekolah

(27)

10

A. Tinjauan Teoritis 1. Evaluasi

a. Hakekat Evaluasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Berdasarkan Undang - Undang No 20 Tahun 2003, evaluasi dilakukan

dalam rangka pengendalian mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas

penyelenggara pendidikan kepada pihak–pihak yang berkepentingan. Evaluasi

dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan jalur

formal dan nonformal untuk semua jenjang. Penilaian merupakan rangkaian

untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan

hasil belajar warga yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna bagi pengambilan keputusan

(Mukarto Waspodo, artikel Peranan Pamong Belajar dalam Implementasi

Kurikulum). Menurut Dr. Suharsimi Arikunto Penilaian adalah mengambil

suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Menurut

pendapat Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989: 119), penilaian adalah suatu

proses menentukan nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam konteks situasi

tertentu.

Jenis-jenis evaluasi menurut Dr.Suharsimi Arikunto meliputi:

1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap selesai

dipelajari suatu unit pelajaran tertentu yang digunakan untuk mengetahui

(28)

2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir

pengajaran suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu.

3) Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan utuk mengetahui

kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan

tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

Sebelum guru menilai prestasi belajar siswa, ia harus terlebih

dahulu mengukur prestasi belajar siswa. Kegiatan pengukuran dapat

dilakukan melalui ulangan, ujian, tugas dan sebagainya. Kegiatan

pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan yang menentukan

kuantitas sifat suatu objek melalui aturan-aturan tertentu yang benar-benar

mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud (Masidjo, 1995: 14).

Kuantitas yang diperoleh dari suatu pengukuran disebut skor. Contoh skor:

66, 33, 43 dsb.

Agar skor-skor yang diperoleh dapat berarti bagi pihak-pihak yang

terkait khususnya guru dan siswa, skor-skor tersebut perlu diberi arti atau

makna. Skor-skor tersebut akan bermakna apabila diperbandingkan

dengan suatu acuan yang relevan, yang sesuai dengan sifat suatu objek,

dalam hal ini adalah prestasi belajar siswa dalam penguasaan suatu mata

pelajaran (Masidjo, 1995: 17-18). Tabel 1 berikut ini adalah contoh

pedoman penilaian.

Tabel 1. Contoh Pedoman Penilaian

Kelas interval Kualifikasi Kualitas/ nilai

49 – 60 40 – 48

Amat baik Baik

(29)

34 - 39 28 – 33 0 – 27

Cukup

Kurang/ meragukan Kurang sekali/ gagal

C D E

Berdasarkan contoh di atas skor-skor tersebut dapat diubah menjadi

kualitas. Dengan demikian, penilaian suatu objek adalah kegiatan

membandingkan antara hasil pengukuran yang berupa skor dengan acuan

yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan nilai.

Menurut Masidjo (1995:23-26), prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan

pengukuran dan penilaian suatu objek sebagai berikut:

1) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan

secara terus menerus atau kontinyu.

Dengan dilaksanakannya kegiatan pengukuran dan penilaian secara

kontinyu akan membuat siswa makin dapat melaksanakan kegiatan belajar

secara teratur. Dengan demikian guru dapat mengetahui perkembangan

prestasi belajar siswa secara lebih mantap.

2) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan

secara menyeluruh atau komprehensif.

Kegiatan pengukuran dan penilaian harus menyentuh semua bahan

pelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sifat

menyeluruh dari isi kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar

siswa ini tampak pada isi tes prestasi belajar yang mencakup berbagai

(30)

3) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilakukan

secara objektif.

Objektivitas pelaksanaan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa

dapat dicapai dengan mentaati aturan-aturan yang dituntut oleh kedua

kegiatan tersebut secara bertanggungjawab, berusaha mengatasi

keterbatasan-keterbatasannya dengan bertindak secara lugas dan apa

adanya. Tantangan godaan yang dihadapi dalam melaksanakan kedua

kegiatan tersebut berasal dari pandangan yang keliru tentang tugas guru,

yang karena keadaannya seolah-olah dapat dibeli, sehingga dapat mengikis

dan meruntuhkan sikap objektif guru dalam penentuan skor dan nilai

prestasi belajar siswa.

4) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan

secara kooperatif.

Dalam melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian harus ada

kerjasama antar guru, antara guru dengan kepala sekolah atau guru lain

yang berpengalaman. Kerjasama dapat berupa perencanaan dan

penyusunan tes prestasi belajar yang akan dipakai, sehingga tes tersebut

diyakini sebagai tes yang bermutu. Di samping itu juga perlu kerjasama

guru dalam pemahaman kondisi belajar siswa dengan mengadakan

penelitian tentang kondisi belajar siswa, kerjasama dalam penentuan acuan

penilaian yang dipakai oleh sekolah. Bentuk kerjasama lain dapat berupa

penataran atau lokakarya dari para ahli, diskusi yang terarah antara guru

(31)

bertanggungjawab. Dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan susunan

atau profil nilai prestasi belajar siswa dalam laporan resmi seperti rapor

dapat menunjukkan taraf keseimbangan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003, Indonesia menerapkan

kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum itu sendiri digunakan

sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam KBK, kita

mengenal adanya diversifikasi kurikulum yaitu kurikulum yang

disesuaikan, diperluas, diperdalam atau dirancang untuk melayani

keberagaman maupun minat peserta didik serta kebutuhan dan

kemampuan daerah dan sekolah ditinjau dari segi geografis dan budaya

(Ketentuan Umum KBK).

Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan

indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Pencapaian kompetensi dapat

melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan

pelajaran secara kontekstual. Dalam penerapan kurikulum berbasis

kompetensi, evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian

kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan. Penilaian pada KBK

adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian ini merupakan kegiatan

pengumpulan informasi mengenai proses dan hasil belajar peserta didik

yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang

ditetapkan. Penilaian ini dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Sekolah

(32)

penilaian yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan sebagai

berikut:

1) Berorientasi pada kompetensi

2) Mengacu pada patokan atau kriteria yang ditetapkan sendiri sesuai

dengan kondisi dan kebutuhannya

3) Ketuntasan belajar, pencapaian tingkat kompetensi yang memadai dan

dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan

kompetensi lebih lanjut

4) Menggunakan berbagai cara, pengumpulan informasi dapat

menggunakan tes maupun non tes

5) Valid, adil, terbuka dan berkesinambungan

b. Ujian Nasional

Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan Ujian Nasional

(UN) sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. UN merupakan penilaian

pada akhir proses pembelajaran di sekolah. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2005 dinyatakan bahwa UN adalah

kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional

untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah (pasal 1 ayat a). Ujian Nasional

bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan pada mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka pencapaian standar

nasional pendidikan (pasal 3). Menurut Keputusan Menteri Pendidikan

(33)

2003/ 2004 disebutkan bahwa tujuan UN adalah untuk mengukur pencapaian

hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan

tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas. Selain itu, UN bertujuan

untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan

penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten sampai

tingkat sekolah (Ngadirin, 8 Desember 2004). UN berfungsi sebagai alat

pengendali mutu pendidikan secara nasional, pendorong peningkatan mutu

pendidikan nasional, bahan dalam menentukan kelulusan peserta didik, dan

sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. UN merupakan salah satu bentuk evaluasi

belajar pada akhir tahun pelajaran yang diterapkan pada beberapa mata

pelajaran yang dianggap penting, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, dan Matematika.

UN yang bertujuan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa

hendaknya sejalan dengan hakekat evaluasi dan landasan hukum evaluasi

sebagaimana yang tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional.

Beberapa aspek yang berkaitan dengan UN antara lain (Tempo, 4

Februari 2005) :

1) Aspek pedagogis

Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek,

yakni pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik), dan sikap

(afektif).

(34)

Pasal 35 ayat 1 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,

proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan , sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus

ditingkatkan secara berencana dan berkala. Pasal 58 ayat 1 menyatakan

evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk

memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik

secara berkesinambungan. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan,

pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap

pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

3) Aspek sosial dan psikologis

Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah

mema tok standar nilai kelulusan kelulusan tahun 2002/2003 sebesar 3,01,

tahun 2003/2004 menjad 4,01, tahun 2004/2005 menjadi 4,26 tahun

2005/2006 menjadi 4,51 tahun 2006/2007 menjadi 5,00. Kenaikan standar

kelulusan dari tahun ke tahun menimbulkan kecemasan psikologis bagi

guru dan peserta didik.

4) Aspek ekonomi

Seharusnya biaya pelaksanaan UN ditanggung oleh pemerintah, dengan

(35)

c. Ujian Akhir

Ujian akhir adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir program di setiap

satuan dan jenjang pendidikan, termasuk program Paket A, Paket B dan Paket

C yang berfungsi sebagai (Suara Merdeka, 4 Mei 2004):

1) Pengendalian mutu dalam sistem pendidikan.

Hal ini berarti ujian akhir diharapkan menjadi salah satu mekanisme

dan instrumen pengendalian mutu lulusan agar sesuai dengan

kualifikasi atau standar minimal yang telah ditetapkan.

2) Instrumen akuntabilitas.

Hasil ujian akhir merupakan informasi kepada orangtua dan

masyarakat mengenai keberhasilan dan manfaat dari dana yang

dikeluarkan untuk pendidikan dan menginformasikan kemajuan dan

kemunduran prestasi akademik para lulusan setiap tahunnya, sehingga

pertanggungjawaban sekolah tidak hanya kepada Dinas Pendidikan

tetapi juga kepada masyarakat, baik prestasi akademik maupun

peringkat sekolah.

3) Bahan pertimbangan untuk seleksi, penempatan dan penjurusan peserta

didik. Nilai ujian akhir dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam penjurusan peserta didik. Nilai ujian akhir dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam penjurusan seorang lulusan. Di

samping itu, nilai ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan

untuk menerima atau menolak seorang lulusan yang mendaftar ke

(36)

4) Alat diagnostik.

Ujian akhir sebagai alat untuk menge valuasi sistem maupun kebijakan

yang telah diambil, serta mengidentifikasi variabel- variabel yang

menentukan keberhasilan pada suatu kebijakan maupun pada sistem

secara keseluruhan.

5) Evaluasi eksternal

Ujian akhir diharapkan berfungsi sebagai alat pendorong atau pemberi

motivasi kepada peserta didik untuk belajar lebih sungguh-sungguh

dalam mencapai standar nasional ya ng telah ditetapkan. Ujian

diharapkan pula berfungsi sebagai alat pendorong kepada orangtua

murid dalam mempersiapkan masa depannya (Badan Litbang

Depdiknas 2003).

2. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh

setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik

lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman

(Thoha, 1988: 138). Menurut Rakmanto (1985: 64). persepsi adalah

pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hasil hubungan-hubungan yang

(37)

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan

yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat reseptornya (Walgito, 1994: 53). Menurut Davidof melalui

stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Persepsi

adalah proses mengorganisasikan, menginterpretasikan sehingga individu

mengerti tentang apa yang diinderakan (1981, Walgito, 1994: 64).

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, sejak itu secara langsung ia

berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu pula ia menerima stimulus

atau rangsang dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Ia merasa

kedinginan, sakit dan sebagainya, kesan tersebut diperoleh dari

lingkungannya, merupakan hasil dari proses persepsi. Karena persepsi

merupakan proses memahami dunianya. Setelah manusia menginderakan

objek di lingkungannya, ia memproses hasil penginderaannya itu, dan

timbullah makna tentang obyek itu pada diri manusia yang bersangkutan

(Sarwono, 1992: 47).

Dari pengertian persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa, persepsi

mahasiswa adalah pandangan mahasiswa tentang suatu obyek (dalam hal ini

adalah profesi guru) yang diperoleh dengan mengumpulkan dan

menginterpretasikan informasi, sehingga mahasiswa tersebut dapat mengerti

tentang apa yang diinderakan.

(38)

Persepsi terhadap suatu stimulus mungkin berbeda antara satu

individu dengan individu lainnya, walaupun stimulus disampaikan oleh orang

yang sama. Hal ini dapat terjadi karena tergantung dari individu, apa yang

hendak dipersepsi/bagaimana sesuatu yang akan dipersepsi tersebut

diorganisasikan dan diinterpretasikan, tetapi hal ini tidak berarti persepsi

orang satu dengan lainnya tidak mungkin terjadi kesamaan. Hal ini lebih

banyak tergantung proses di dalam otak (Sarwono. 1992: 67).

Menurut Mulyadi (1989: 234-235), persepsi yang terbentuk

sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri

Kondisi intern atau karakteristik pribadi, sangat menentukan persepsi yang

dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan,

kelelahan, kecemasan, sikap, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu, dan

kepribadian.

b. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu

Obyek yang diamati (benda, orang, peristiwa, proses, dan lain- lain) ikut juga

menentukan persepsi yang dibentuk oleh seseorang. Masing- masing obyek

tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Kecuali itu setiap

obyek juga memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Karakteristik yang

dianggap paling menonjol oleh seseorang biasanya paling menentukan

persepsi yang dibentuk. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi terdapat

(39)

berpakaiannya selalu rapi, sopan, rajin, ramah, dan mudah bergaul akibatnya

anggota lain umumnya segera membentuk persepsi positif terhadapnya.

c. Situasi dimana pembentukan persepsi itu terjadi

Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga berpengaruh terhadap

persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini antara lain:

tempat, waktu, suasana (sedih, gembira), dan lain- lain.

3. Pengertian Guru

Dalam kamus Bahasa Indonesia (1976) guru diartikan sebagai seseorang

yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru merupakan profesi

atau jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru

(Usman, 1995: 6). Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak

memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.

Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat

disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus

yang dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Sedangkan

menurut Masidjo (1992: 10), guru adalah seorang pekerja profesional yang

diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh atasan yang berwenang

untuk melaksanakan pendidikan di sekolah khususnya dalam kegiatan PBM

dan kegiatan instruksional dari mata pelajaran yang diampunya. Dari ketiga

pengertian di atas sama-sama menunjuk bahwa guru merupakan pekerjaan.

Menurut Samana (1994: 11), guru atau tenaga pendidik yang

dikutipnya dari PP No. 38/ 1992, Bab I, Pasal I, ayat I adalah warga

(40)

lembaga pendidikan tertentu. Dengan demikian guru merupakan tenaga

pendidik yang bekerja di lembaga pendidikan. Sedangkan pengertian guru

profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus

dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya

sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Usman, 1995: 15).

B. Kerangka Berpikir

a. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek

pedagogis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang

mengajar di SMA swasta.

Persepsi setiap guru swasta dan negeri terhadap ujian nasional

dilihat dari aspek pedagogis berbeda-beda. Ada guru yang memiliki

persepsi positif, namun ada pula yang mempunyai persepsi negatif.

Perbedaan persepsi tersebut diduga dipengaruhi oleh kualitas sekolah

yang tercermin dari kualitas siswa, sarana prasarana yang memadai, dan

lain- lain. Pengklasifikasian yang dilakukan ini berdasarkan sekolah yang

berstatus negeri dan swasta.

Pelaksanaan Ujian Nasional dilihat dari aspek pedagogis dalam

ilmu kependidikan mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif),

ketrampilan (psikomotorik ) dan sikap (afektif). Sebaliknya, dalam UN

hanya mengukur aspek kemampuan kognitif, sedangkan kedua aspek lain

(41)

b Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek

Yuridis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang

mengajar di SMA swasta

Menurut penilaian yang dilaksanakan oleh Badan Akreditasi

Sekolah menyatakan bahwa Sekolah negeri merupakan kelompok sekolah

yang memiliki nilai Ujian Nasional dan sarana dan prasarana yang paling

baik dibandingkan dengan sekolah swasta.

Pelaksanaan ujian nasional dilihat dari aspek Yuridis ada beberapa

pelanggaran yang dilakukan. Berapa pasal dalam Undang- undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar. Pelanggaran

itu terjadi pada pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional

pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan

penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan

berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan

standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Hal

ini diperkuat oleh Pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa evaluasi hasil

belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,

kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan

penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Dalam

pasal 59 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah

(42)

pendidikan. Sebaliknya, dalam UN, pemerintah hanya melakukan terhadap

hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik.

c. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek sosial

psikologis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang

mengajar di SMA swasta

Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa yang ada dalam

diri individu yang mempersepsi (segi kejasmanian dan psikologis),

sedangkan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan. Stimulus dan

lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal

saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi (Bimo Walgito,

1991: 54 – 55).

Persepsi guru terhadap suatu objek, dalam hal ini adalah Ujian

Nasional dipengaruhi oleh faktor- faktor di atas. Lima tahun terakhir

pemerintah Indonesia menetapkan hasil Ujian Nasional sebagai penentu

kelulusan siswa SMP dan SMA. Nilai standar kelulusan siswa dinaikkan

dari tahun ke tahun. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut

menimbulkan kontroversi di berbagai lapisan masyarakat. Ada tiga pihak

yang sungguh merasakan dampak kebijakan pemerintah tersebut salah

satunya guru.

Kebijakan pemerintah untuk melaksanaan ujian nasional dilihat

dari aspek sosial psikologis menimbulkan kontroversi pada guru sekolah

(43)

pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan tahun 2002/2003

sebesar 3,01, tahun 2003/2004 menjad 4,01, tahun 2004/2005 menjadi

4,26 tahun 2005/2006 menjadi 4,51 tahun 2006/2007 menjadi 5,00.

Tuntutan nilai ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi guru, karena

Siswa dipaksakan menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di UN-kan

di sekolah ataupun di rumah.

d. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek

ekonomi antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang

mengajar di SMA swasta

Sekolah-sekolah negeri cenderung memiliki persepsi yang lebih

positif dibandingkan dengan sekolah swasta. Dengan demikian diduga

para guru yang mengajar di sekolah negeri akan mempunyai persepsi yang

lebih baik (positif) terhadap Ujian Nasiona l dibandingkan dengan guru

yang mengajar disekolah swasta

Dugaan ini berdasarkan pemikiran bahwa guru yang mengajar di

sekolah negeri yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai

tentunya akan lebih mudah dalam mempersiapkan siswanya menghadapi

Ujian Nasional dengan standar kelulusan yang dinaikkan dari tahun ke

tahun.

Pelaksanaan ujian nasional dilihat dari aspek ekonomis

menimbulkan kontroversi bagi guru sekolah negeri dan swasta Secara

ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun lalu, dana yang

(44)

dari APBN dan masyarakat. Pada tahun 2005 telah disebutkan pendanaan

UN berasal dari pemerintah, tetapi tidak dijelaskan sumber pendanaan

tersebut. Kondisi ini memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani

biaya pelaksanaan UN. Selain itu, sistem yang belum jelas masih sulit

mencegah terjadinya penyimpangan finansial dana UN. Sistem

pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas

pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya

penyimpangan (korupsi) dana UN.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiyono, 2004: 82). Hipotesis yang dirumuskan untuk masing- masing rumusan

masalah sebagai berikut

1. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam

aspek pedagogis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas

Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta.

2. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam

aspek yuridis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas

Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta

3. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam

aspek sosial dan psikologis antara guru yang mengajar di Sekolah

Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah

(45)

4. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam

aspek ekonomis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas

(46)

29

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian ex post facto yaitu data dikumpulkan

setelah semua peristiwa yang diperhatikan terjadi. Berdasarkan tingkat kedalaman

analisisnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif – eksploratif yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan

variabel-variabel penelitian yang berupa variabel-variabel- variabel-variabel persepsi guru terhadap UN.

B. Lokasi da n Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Gunungkidul karena kualitas siswa

antara siswa di sekolah negeri dan siswa di sekolah swasta berbeda. Perbedaan itu

antara lain dapat dibuktikan pada waktu penerimaan siswa baru yaitu standar nilai

(NEM) penerimaan siswa negeri lebih tinggi dibanding sekolah swasta.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007.

C. Subjek , Objek Penelitian, dan Unit Penelitian

Subjek penelitian ini meliputi :

1. Para guru bidang mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa

Inggris.

Obyek penelitian ini adalah Ujian Nasional.

Unit penelitian ini adalah meliputi seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA)

di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Populasi dan Sampel

(47)

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sesuai dengan masalah

yang akan diteliti yang hubungannya dengan persepsi guru terhadap ujian

nasional, maka populasi penelitian ini adalah guru-guru tiga bidang studi yaitu

guru bidang studi Matematika, Ekonomi, Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris, di SMA Negeri dan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul

2. Sampel.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam

penelitian ini adalah guru kelas tiga bidang studi yang diujikan dalam ujian

nasional yaitu guru Matematika, Ekonomi, Bahasa Indonesia, dan Bahasa

Inggris. Penelitian ini dilakukan di Lima sekolah negeri dan lima sekolah

swasta se- Kabupaten Gunungkidul karena keterbatasan dana dan waktu.

Teknik pengambilan sampel yang dipakai menggunakan purposive sampling

(sampling bertujuan), yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri–

ciri atau sifat-sifat populasi tertentu yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat

yang sudah diketahui sebelumnya.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah persepsi guru di tingkat Sekolah Menengah

Atas terhadap Ujian Nasional. Secara rinci variabel penelitian ini adalah sebagai

(48)

1. Variabel persepsi guru adalah pemahaman, penerimaan, pengorganisasian,

dan penginterpretasian oleh siswa terhadap suatu rangsangan yaitu Ujian

Nasional.

2. Variabel status sekolah ditentukan berdasarkan pengklasifikasian sekolah

Negeri dan sekolah swasta.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Data yang akan dinalisis dalam penelitian ini adalah data primer mengenai

persepsi guru di Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Gunung kidul Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan

mengenai beberapa atribut Ujian Nasional. Kueisioner disusun menggunakan

skala Likert. Skala Likert yang digunakan adalah skala 5. Setiap pilihan jawaban

diberi skor berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk pernyataan positif yaitu mulai

sangat tidak setuju , tidak setuju, setuju, dan sangat setuju dan 5, 4, 3, 2, dan 1

untuk pernyataan negatif yaitu mulai sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan

sangat setuju. Pertanyaan - pertanyaan dalam kuesioner yang dibagikan kepada

responden dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan melihat dan mempelajari

(49)

daftar nama- nama sekolah di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta berdasarkan

status sekolah yaitu sekolah Negeri dan sekolah Swasta.

G. Kuesioner Penelitian

Kuesioner yang digunakan untuk menilai persepsi guru terhadap UN

disusun berdasarkan Kisi – Kisi sebagai berikut ini:

Tabel 2. Kisi – Kisi Kuesioner Penelitian tentang Persepsi Guru Terhadap UN

No Dimensi Indikator Pernyataan

Positif (Nomor item dalam kuesioner) Pernyataan Negatif (Nomor item dalam kuesioner)

1. Aspek pedagogis a. Kognitif (Pengetahuan b. Afektif (Sikap) c. Psikomotorik (Ketrampilan)

1. Soal–soal yang bisa mengungkap/mengukur tentang pengetahuan siswa

2. Soal-soal yang bisa mengungkap/mengukur tentang sikap siswa. 3. Soal-soal yang bisa

mengungkap/mengukur ketrampilan siswa. 1, 2, 3, 4 5, 6 8,9,10

2. Aspek sosial dan psikologis :

a. Ujian Nasional mampu memenuhi tuntutan masyarakat

b. Ujian Nasio nal tidak menimbulkan

kecemasan.

11, 13, 14,

15

3. Aspek yuridis : a. Penentuan kelulusan siswa sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

(50)

4. Aspek ekonomi : a. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional tidak membebani orang tua dan sekolah.

18,19

H. Pengujian Kuesioner

H.1 Uji Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid bila dapat mengungkap data

yang diteliti dengan tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang variabel yang dimaksud. Suatu instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk pengujian validitas butir

instrumen, dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product

moment dari Pearson sebagai berikut:

xy

r =

(

)( )

(

)

{

Ν

}

{

Ν

( )

}

− Ν 2 2 2 2 Y Y X X Y X XY Keterangan:

X = Variabel bebas (sekolah negeri dan swasta)

Y = Variabel terikat (persepsi guru terhadap ujian nasional)

(51)

Ν = Jumlah subyek

X = Jumlah nilai X

Y = Jumlah nilai Y

XY = Jumlah Produk dari X dan Y

2

X = Jumlah Kuadrat nilai X

2

Y = Jumlah Kuadrat nilai Y

Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi (r hitung) bernilai

lebih besar atau sama dengan r table dengan taraf signifikansi 5%.

Demikian sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (r

hitung) lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikansi 5%.

1. Uji Validitas Instrumen

Intrumen persepsi guru terhadap ujian nasional pada penelitian ini terdiri

dari 19 butir pertanyaan, dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat 1 pertanyaan

yang dinyatakan guru, yaitu pertanyaan nomor 9, sehingga diperoleh 18 butir yang

dinyatakan valid (sahih). Dari 18 butir yang dinyatakan valid masih memenuhi

indikator- indikator persepsi guru terhadap ujian nasional. Hasil secara ringkas uji

validitas pada setiap aspek-aspeknya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Ringkasan Uji Validitas Instrumen

No. Aspek Persepsi Guru Terhadap UN Jumlah Pertanyaan Jumlah Butir Gugur Nomor Butir Gugur 1. 2. Pedagogis Sosial dan Psikologis

(52)

3. 4. Yuridis Ekonomi 2 2 0 0 - -

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sebagai berikut

TabelHasil Pengukuran Validitas

Faktor No. r xy r bt p Status

1 0. 500 0. 296 0. 010 sahih

2 0. 616 0. 234 0. 000 sahih

3 0. 420 0. 252 0. 024 sahih

4 0. 470 0. 267 0. 018 sahih

5 0. 577 0. 402 0. 001 sahih

6 0. 458 0. 274 0. 016 sahih

7 0. 497 0. 232 0. 006 sahih

8 0. 557 0. 397 0. 001 sahih

9 0. 275 0. 101 0. 277 gugur

10 0. 500 0. 275 0. 016 sahih

11 0. 623 0. 382 0.001 sahih

12 0. 709 0. 525 0. 000 sahih

13 0. 707 0. 396 0. 001 sahih

14 0. 754 0. 589 0. 000 sahih

15 0. 547 0. 352 0. 003 sahih

16 0. 817 0. 492 0. 000 sahih

17 0. 904 0. 492 0. 000 sahih

18 0. 872 0. 442 0. 000 sahih

19 0. 824 0. 442 0. 000 sahih

Pelaksanaan perhitungan butir-butir soal analisis dengan

menggunakan bantuan komputer Program SPS.

H.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2002) reliabilitas menunjuk pada

satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya unt uk

(53)

baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel

artinya, dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2002).

Lebih lanjut dalam buku Suharsimi Arikunto uji reliabilitas menggunakan

rumus Alpha (2002):

[ ]

(

)

[

t

]

b r 2 2 1 1 σ σ

− − Κ Κ = Keterangan:

r = Reliabilitas Instrumen

Κ =Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b

σ2

= Jumlah varians butir

t

2

σ = Varians total

Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas atau keandalan pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Rangkuman uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang Diuji Koefisien

Alpha

Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional

- Aspek Pedagogis

- Aspek Sosial dan Psikologis - Aspek Yuridis

- Aspek Ekonomi

0,837

0,645 0,680 0,640 0,608

Dengan taraf signifikan sebesar ( α ) = 5%, jika nilai rhitung lebih besar dari

(54)

sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka soal tersebut tidak reliabel.

Perhitungan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan dengan bantuan

komputer program SPSS. Dari hasil pengujian instrumen diperoleh rhitung

untuk persepsi guru terhadap Ujian Nasional 0,837, persepsi guru

terhadap ujian Nasional dalam aspek pedagogis 0,645, persepsi guru

terhadap ujian Nasional dalam aspek Sosial Psikologis 0,680, persepsi

guru terhadap ujian Nasional dalam aspek Yuridis 0,640 dan persepsi guru

terhadap ujian Nasional dalam aspek Ekonomi 0,608 sedangkan rtabel

dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,239 maka kuesioner tersebut dapat

dipercaya atau dapat diandalkan sebagai alat ukur.

Dengan berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas di atas

dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah dapat dianggap

memenuhi persyaratan, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur

pengumpulan data.

I Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis Chi Kuadrat (χ2 )

untuk mengetahui adanya perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional

pada sekolah menengah umum di kabupaten gunung kidul.

I.1 Untuk menjawab masalah pertama yaitu persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek pedagogis, langkah- langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat Hipotesa Nol ( H 0

) dan Hipotesa Alternatif( H

(55)

H

O = tidak terdapat perbedaaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek pedagogis.

H

A = terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian nasional

menurut aspek pedagogis.

b. Menentukan nilai kritis pada tingkat signifikansi = 0,05

Dalam penelitian ini interval keyakinan ditentukan sebesar 95% yaitu

mentolerir kesalahan sebesar 5%.

c. Menghitung harga (χ2 ) dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi,

1988 : 337) :

χ2 =

(

)

h h o f f f 2 Dimana:

fo = frekuensi yang diperoleh dari observasi

fh = frekuensi teoritis yang diharapkan

χ 2

= chi kuadrat

3. Menghitung (frekuensi yang diharapkan) dengan rumus sebagai

berikut:

fh =

( )

(56)

fh = Frekensi yang diharapkan

g

n = jumlah golongan

k

n = jumlah kategori

Ν = total jendral

4. Menentukan harga tabel dengan derajat kebebasan

dk = (Baris – 1)(Kolom – 1)

5. Menentukan daerah penolakan

Apabila χ2 hitung χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 diterima

Apabila χ2 hitung > χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 ditolak

6. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari χ2 perhitungan

hitung dengan χ2 tabel akan diambil kesimpulan apakah H0

diterima atau ditolak.

I.2 Untuk menjawab masalah kedua yaitu persepsi guru terhadap ujian

nasional terhadap menurut aspek yuridis, langkah- langkahnya sebagai

berikut:

a. Membuat Hipotesa Nol ( H 0

) dan Hipotesa Alternatif( H

A )

H

0 = tidak terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian

(57)

HA = terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek yuridis.

b. Menentukan nilai kritis pada tingkat signifikansi = 0,05

Dalam penelitian ini interval keyakinan ditentukan sebesar 95% yaitu

mentolerir kesalahan sebesar 5%.

c. Menghitung harga dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1988 :

337) : χ2 =

(

)

h h o f f f 2 Dimana:

fo = frekuensi yang diperoleh dari observasi

fh = frekuensi teoritis yang diharapkan

χ2 = chi kuadrat

d. Menghitung (frekuensi yang diharapkan) dengan rumus sebagai

berikut:

fh =

( )

( )

Ν − k g n n Dimana :

fh = Frekensi yang diharapkan

g

n = jumlah golongan

k

(58)

N = total jendral

e. Menentukan harga tabel dengan derajat kebebasan

dk = (Baris – 1)(Kolom – 1)

f. Menentukan daerah penolakan

Apabila χ2 hitung ≤ χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 diterima

Apabila χ2 hitung > χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 ditolak

g. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari χ2 perhitungan

hitung dengan χ2 tabel akan diambil kesimpulan apakah H0

diterima atau ditolak.

I.3 Untuk menjawab masalah ketiga yaitu persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek sosial dan psikologis, langkah- langkahnya sebagai

berikut:

a. Membuat Hipotesa Nol ( H

0 ) dan Hipotesa Alternatif( HA )

H

0 = tidak terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek sosial dan psikologis.

H

A = terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek sosial dan psikologis.

(59)

Dalam penelitian ini interval keyakinan ditentukan sebesar 95% yaitu

mentolerir kesalahan (error estimed) sebesar 5%.

c. Menghitung harga (χ2) dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi,

1988: 337):

X2 =

(

)

h h o f f f 2 Dimana:

fo = frekuensi yang diperoleh dari observasi

fh = frekuensi teoritis yang diharapkan

X2 = chi kuadrat

f. Menghitung (frekuensi yang diharapkan) dengan rumus sebagai

berikut:

fh =

( )

( )

Ν − k g n n Dimana :

fh = Frekensi yang diharapkan

g

n = jumlah golongan

k

n = jumlah kategori

N = total jendral

e. Menentukan harga χ2 tabel dengan derajat kebebasan

(60)

f. Menentukan daerah penolakan

Apabila χ2 hitung ≤ χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 diterima

Apabila χ2 hitung > χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 ditolak

g. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari χ2 perhitungan

hitung dengan χ2 tabel akan diambil kesimpulan apakah H0 diterima

atau ditolak.

I.4 Untuk menjawab masalah keempat yaitu persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek ekonomi, langkah- langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat Hipotesa Nol ( H 0

) dan Hipotesa Alternatif( H

A )

H

0 = tidak terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek ekonomi.

H

A = terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek ekonomi.

b. Menentukan nilai kritis pada tingkat signifikansi = 0,05

Dalam penelitian ini interval keyakinan ditentukan sebesar 95% yaitu

mentolerir kesalahan sebesar 5%.

c. Menghitung harga (χ2) dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi,

(61)

X2 =

(

)

h h o f f f 2 Dimana:

fo = frekuensi yang diperoleh dari observasi

fh = frekuensi teoritis yang diharapkan

X2 = chi kuadrat

g. Menghitung (frekuensi yang diharapkan) dengan rumus sebagai

berikut:

fh =

( )

( )

Ν − k g n n Dimana :

fh = Frekensi yang diharapkan

g

n = jumlah golongan

k

n = jumlah kategori

N = total jendral

f. Menentukan harga χ2 tabel dengan derajat kebebasan

dk = (Baris – 1)(Kolom – 1)

f. Menentukan daerah penolakan

Apabila χ2 hitung ≤ χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 diterima

Apabila χ2 hitung > χ2 tabel (0,05 dk) maka H

(62)

g. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari χ2 perhitungan

hitung dengan χ2 tabel akan diambil kesimpulan apakah H

0 diterima

(63)

46

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Data pada penelitian ini diambil dengan angket, dengan lima alternatif

jawaban dan dengan interval skor 1 sampai dengan 5. Persepsi guru terhadap ujian

nasional pada penelitian ini terdiri dari 4 aspek, jumlah pertanyaan pada setiap

aspeknya tidaklah sama. Oleh karena itu analisis deskripsi pada penelitian ini

menggunakan skor standart, dengan cara jumlah skor dibagi dengan jumlah

pertanyaan, sehingga diperoleh

Persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul

Yogyakarta pada penelitian ini diukur angket yang berjumlah 18 butir

pertanyaan/pernyataan. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis deng

Gambar

Tabel 1. Contoh Pedoman Penilaian
Tabel 2. Kisi – Kisi Kuesioner Penelitian tentang Persepsi Guru Terhadap UN
Tabel 4. Ringkasan Uji Validitas Instrumen
Tabel 5.  Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa struktur yang dihasilkan dari powder TiO 2 -M adalah anatase dengan ukuran kristalin berkisar antara 9 sampai 16

UPS didisain untuk menghasilkan daya selama periode yang panjang dimana daya dari sumber utama atau sumber normal di luar batas yang dapat diterima,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengukur tingkat kualitas audit dengan menggunakan variabel perencanaan audit, kompetensi auditor dan independensi

Makalah ini melaporkan hasil penelitian tentang (1) formulasi dan evaluasi tablet kitosan yang dibuat secara cetak langsung dan (2) uji efektifitas sifat mukoadesif kitosan secara

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

Through this game, I have learnt more about “how to make and accept apologies”.. (Tick any box that corresponds to

PEMILIHAN LOKASI PEKERJAAN LELANG / SELEKSI SUMBER DANA JENIS BELANJA MELALUI PENYEDIA. Rencana Umum Pengadaan Pemerintah Kabupaten Batang

Fasilitator dalam Pendidikan Kemitraan (Materi IV-4-1).. seorang guru adalah seorang pembimbing sekaligus penunjuk jalan dalam proses belajar mengajar, mengingat