Mahmudah & Lestariningsih, Profil Kemampuan ...
124
PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL LINGKARAN BERDASARKAN KECERDASAN EMOSIONAL
Mahmudah
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo Lestariningsih
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo lestari.med@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan kecerdasan emosional dalam mendukung pemecahan masalah matematika dengan topik lingkaran di kelas IX. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk mendiskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal keliling dan luas lingkaran berdasarkan kecerdasan emosional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tampilan emosi mempunyai konsekuensi langsung atas pengaruh yang ditimbulkannya. Dalam hal ini peranan kecerdasan emosional dapat digunakan dalam pembelajaran pemecahan masalah. Berdasarkan hasil penelitian di kelas, pada pra-survei peneliti, hasil tes tulis, angket kecerdasan emosional dan wawancara diketahui bahwa ada kesesuaian antara kecerdasan emosional dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada topik lingkaran. Kata Kunci: kemampuan, memecahkan masalah, kecerdasan emosional
Abstract
This study aims to determine the role of emotional intelligence to support students in solving mathematics problem in the topic of circle on class IX. This reserch used the qualitative approach, to describe the students` ability to solve problems based on the circumference and area of a circle using emotional intelligence. The result showed that the appearance of emotion has a direct consequence from the effects that appeared. In this case the role of emotional intelligence can be used for solving the problem. Under the terms of its appropriates in the classroom, in the research survey, the result of a written test, emotional intelligence questionnaire and interviews that there is comformity between emotional intelligence and the ability of students to solve math problems.
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
125
Pendahuluan
Pendidikan merupakan
rangkaian yang jelas serta merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia tumbuh dan berkembang dari belajar. (Uno, 2009:02) dalam bukunya
“mengelolah kecerdasan dalam
pembelajaran” potensi sumber daya manusia dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu, yang dikelolah secara seimbang dengan memperhatikan pengembangan peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (unggul), yaitu dengan cara penyelenggaraan program
pembelajaran yang mampu
mengembangkan
keunggulan-keunggulan tersebut, baik keunggulan-keunggulan dalam potensi intelektual maupun bakat kusus yang bersifat keterampilan (gifted and talented).
Pembelajaran matematika
disekolah dasar dan menengah pada
umumnya masih didominasi oleh
metode ceramah, yaitu guru
menerangkan dan siswa mendengarkan, Disamping itu ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas
pendidikan, antara lain pesatnya
tuntutan masyarakat tentang mutu lulusan yang terampil, yang mampu
mengikuti perkembangan dan
perubahan peradaban dunia yang makin
mendunia dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi (Nur, 2001:7). Hal ini memberikan implikasi terhadap penyediaan lulusan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk mengatasi hal itu perlu dipikirkan agar pembelajaran yang merangsang peserta didik berpikir secara kritis dan kreatif, salah satu indikatornya adalah siswa aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya, maka pembelajaran matematika melalui metode pemecahan masalah (problem
solving). Kemampuan memecahkan
masalah pada dasarnya sangat
diperlukan siswa dalam hidupnya, baik di Sekolah maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan berbekal
kemampuan meemecahkan masalah
yang diperoleh dari pembelajaran matematika, diharapkan siswa mampu
menghadapi dan menyelesaikan
masalah dalam matematika maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Mahmudah & Lestariningsih, Profil Kemampuan ...
126
mengemukakan “kemampuan
memecahkan masalah dapat
ditempatkan sebagai kemampuan
sentral dan dapat diupayakan mencakup berbagai kemampuan lain. Tentu saja harus disesuaikan dengan jenjang kelas yang ditangani dan dapat ditingkatkan dasar kemampuannya”.
Ruseffendi (1991:336)
menyatakan bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah bagi seseorang, bila orang itu belum mempunyai prosedur
dan algoritma tertentu untuk
menyelesaikannya. Selain dari itu pertanyaan yang menantang merupakan masalah bagi seseorang, bila orang itu menerima tantangan orang itu. Dengan demikian apabila orang itu tidak menerima tantangan tersebut maka pertanyaan itu bukan masalah baginya. Tampak disini bahwa suatu pertanyaan merupakna masalah bergantung kepada individu. Artinya suatu pertanyaan merupakan sutu masalah bagi siswa, tetapi bukan merupakan masalah bagi peserta didik lain. Pertanyaan yang dihadapkan bagi siswa haruslah dapat diterima oleh siswa tersebut, jadi pertanyaan itu harus sesuai dengan struktur kognitif peserta didik. Di dalam matematika “suatu pertanyaaan akan
merupakan suatu masalah apabila tidak terdapat aturan/hukum tertentu yang
segera dapat digunakan untuk
menjawab atau menyelesaikannya” (Hudojo, 2005:162). Hal ini berarti bahwa suatu soal matematika akan menjadi masalah apabila tidak segera
ditemukan petunjuk pemecahan
masalah berdasarkan data yang terdapat pada soal tersebut.
Profil kemampuan siswa
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah gambaran kemampuan siswa dalam memecahkan soal lingkaran. Pada penelitian ini, peneliti mengacu
pada empat langkah pemecahan
masalah menurut Polya (1996:250),
yaitu: 1).Memahami masalah,
2).Merencanakan permasalahan,
3).Menyelesaikan permasalahan sesuai rencana, 4).Memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah soal matematika ternyata tidak hanya dilakukan oleh
Intelligent Quotient (IQ). Teori
Goleman sesuai dengan judul bukunya memberikan definisi baru terhadap kiat cerdas. Walaupun Emotional Quotien (EQ) merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, Sebuah penelitian
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
127 mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting dari pada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang, (Maliki, 2009:15) penelitian ini telah mengisaratkan kecerdasan emosional tidak kalah ampuhnya dengan IQ.
Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan seseoranag untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya. Menurut Harmoko (2005) kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelolah dan
mengekspresikan dengan tepat,
termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain.
Tampilan emosi mempunyai
konsekuensi langsung atas pengaruh yang ditimbulkannya pada orang yang terkena. Jika kita terampil menampilkan emosi maka akan mengoptimalkan pengaruhnya. Tapi jika melakukannya dengan buruk berarti menimbulkan kekacuan emosi. Dalam hal ini dibutuhkan adanya keseimbanagan antara tulus pada diri sendiri dan
terampil secara sosial serta
memanfaatkan keduanya secara terpadu. Uno dalam Goleman (2009:15) berpendapat bahwa faktor emosi sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan pribadi. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional. Lima wilayah tersebut antara lain 1).Kemampuan Mengenali Emosi Diri,
2).Kemampuan Mengelolah Emosi,
3).Kemampuan Memotivasi Diri,
4).Kemampuan Memotivasi Diri,
5).Kemampuan Membina Hubungan Anak dengan IQ tinggi atau sangat cerdas pasti akan diterima disekolah terbaik dan akan mendapat pekerjaan ditempat yang baik pula dimasa dewasanya. Itulah pandangan yang diyakini salama ini tetapi pada kenyataannya tidak semua anak yang ber-IQ tinggi bisa mencapai kesuksesan masa dewasanya, sebaliknya anak dengan IQ rata-rata justru bisa lebih berhasil dengan teman-temannya yang
ber-IQ tinggi. Sebagian ahli
mengatakan bahwa hal ini disebabkan faktor IQ hanya mempengaruhi sebagian kecil dari kondisi masa depan (Goleman, 1997:46). Sisanya ditetukan oleh kemampuan seseorang untuk
Mahmudah & Lestariningsih, Profil Kemampuan ...
128 mengatasi masalah kehidupan yang berkaitan dengan IQ melainkan dengan tingkat kecerdasan emosinya, namun hal ini tidak berarti bahwa antara IQ dengan kecerdasan emosi adalah bertentangan. Hal ini sesuai pendapat Goleman bahwa kecerdasan emosi mempunyai pengaruh besar dalam kesuksesan kerja atau kehidupan anak-anak dimasa datang. Orang dengan
keterampilan emosional yang
berkembang baik, kemungkinan akan
bahagia dan berhasil dalam
kehidupannya, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka (Goleman, 1997:404)
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode kualitatif karena menggunakan data kualitatif yang dideskripsikan untuk menghasilkan
gambaran yang mendalam serta
terperinci mengenai kemampuan yang digunakan siswa dalam memecahkan soal lingkaran berdasarkan kecerdasan emosional.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus permasalahan menjadi jelas maka
kemungkinan akan dikembangkan
instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan data yang telah
ditemukan melalui angket kecerdasan
emosional dan tes kemampuan
pemecahan masalah soal keliling dan luas lingkaran. Instrumen pendukung dari penelitian ini meliputi 1).Soal tes, 2).Angket kecerdasan emosional, dan 3).Wawancara
Hasil dan Pembahasan
Pada saat tahap awal penelitian, dilakukan validasi soal tes tertulis dan angket kecerdasan emosional. Untuk memperoleh data tersebut peneliti
mengambil data kemampuan
matematika siswa, data angket
kecerdasan emosional dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
IX-I SMPN 1 Sukodono yang
berjumlah 25 siswa. Subjek penelitian sebenarnya 36 siswa, tetapi yang digunakan sebanyak 25 siswa. Kegiatan penelitian setelah pemilihan subjek dimulai dengan memberikan sedikit materi pokok untuk pembahasan awal dan dilanjutkan dengan pemberian soal tes keliling dan luas lingkaran yang terdiri dari 2 soal. Angket ini terdiri
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
129 dari 30 butir yang terbagi atas 29 butir berupa angket tertutup (siswa hanya memilih jawaban yang tersedia), dan 1 butir berupa angket terbuka (siswa bebas memberi jawaban sesuai dengan perasaannya).
Analisis data pertama yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan peneliti seperti yang telah dikemukakan dibagian awal yang menitikberatkan pada analisis data siswa SMPN 1 Sukodono Kelas IX-I Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam memecahkan soal lingkaran tahapan Polya berdasarkan kecerdasan emosional. Dalam bab ini akan dijelaskan secara rinci analisa terhadap 6 subjek penelitian yang masing-masing terdiri dari 1 subjek berkemampuan kecerdasan emosional tinggi, nilai matematika tinggi, 1 subjek berkemampaun kecerdasan emosional tinggi, nilai matematika sedang, 1 subjek berkemampuan kecerdasan emosional tinggi, nilai matematika rendah, 1 subjek berkemampuan kecerdasan emosional sedang, nilai
matematika tinggi, 1 subjek
berkemampuan kecerdasan emosional sedang, nilai matematika sedang, 1 subjek berkemampuan kecerdasan emosional sedang, nilai matematika
rendah dan untuk kecerdasan emosional rendah dalam penelitian saya tidak terdapat subjek yang memenuhi kriteria tersebut, oleh karenanya peneliti tidak bahas lebih lanjut.
Spencer&Spencer (dalam Uno,
2008: 129) mendefinisikan
“kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi”. Dalam penelitian ini fokus pada profil kemampuan siswa dalam memcahkan masalah soal keliling dan luas lingkaran berdasarkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosi pada dasarnya merupakan suatu kemampuan untuk mengenali dan mengontrol emosi agar seseorang mampu merespon secara positif terhadap setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi akan memiliki sifat-sifat diantaranya adalah mental yang baik. Sifat-sifat ini diperlukan agar seorang dapat belajar yang baik. Jika seorang belajar dengan baik maka ia dapat memecahkan masalah dengan baik pula.
Pada penelitian yang
Mahmudah & Lestariningsih, Profil Kemampuan ...
130 Sukodono tahun Pelajaran 2013/2014 pada kelas IX-I yang menunujukkan profil kemampuan siswanya rata-rata
sudah bisa untuk mencari
pengembangan pengetahuan dari
penyelesaian suatu masalah ataupun penyelesaian soal sendiri. Hal itu dikarenakan siswa terbiasa dengan pembelajaran sebelumnya.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa profil kemampuan siswa kelas
IX-I SMPN 1 Sukodono Tahun
Pelajaran 2013/2014 dalam
memecahkan masalah soal lingkaran berdasarkan kecerdasan emosional, bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan lebih mudah dalam memecahkan masalah dan siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, akan mengakibatkan sedikit terganggunya kemajuan untuk belajar dengan baik, dengan demikian ada kesesuaian antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka
Goleman, D. (1997). Emotional
Intelligence. New York: Bantam Books
Harmoko, R.A. (2005). Kecerdasan Emosional. Binuscareer.com Hudojo, H. (2005). Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang:
Universitas Negri Malang Press Maliki, S. (2009). Manajemen Pribadi
untuk Kesuksesan Hidup.
Yogyakarta: Kertajaya
Nur Aksin, Miyanto. 2001.
Model-model pembelajaran kreatif.
Klaten: PT Intan Pariwara Polya, G. (1996). How To Solve It A
new Aspect Of Mathematical
Method. By Princeton
University Press.
Russeffendi, E. T. (1991). Penilitian Pendidikan dan Hasil Belajar
Siswa Khususnya dalam
Pembelajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Tarsito
Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan
Matematika di Indonesia.
jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Nasional Uno. (2008). Pendidikan Sebagai
Praktek Pembebasan. Jakarta: Gramedia
Uno, Dr. Hamzah B & Masri. (2009). Mengelolah kecerdasan dalam pembelajaran. Gorontalo: Bumi Aksara.