• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL PEBELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN AWAL PEBELAJAR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL

PEBELAJAR

Pendahuluan

Pada paket 3 dikatakan bahwa desain pembelajaran berbasis kompetensi diawali dengan spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi yang mendasar. Spesifikasi asumsi-asumsi adalah suatu langkah dalam perencanaan

pembelajaran untuk mencari kemampuan awal pebelajar. Untuk itu, paket 4 ini akan difokuskan pada identifikasi kemampuan awal pebelajar sebagai

prasyarat dalam merencanakan pembelajaran.

Kegiatan utama dalam perkuliahan dimulai dengan pemodelan dosen tentang penggalian awal kemampuan pebelajar dengan memilih salah satu cara, mahasiswa-mahasiswi mengamati dan mengidentifikasi cara penggalian kemampuan awal pebelajar secara individu dengan menggunakan LK 4.1, Tabel Kerja 4.1. Selanjutnya, secara berpasangan mereka diharapkan menemukan cara lain untuk penggalian awal kemampuan pebelajar dengan menggunakan LK 4.1, Tabel Kerja 4.2. Mahasiswa-mahasiswi berkelompok dengan anggota 5 pasangan. Setiap pasangan menceritakan hasil yang ditemukan, selanjutnya dirangkum dalam kelompok dengan menggunakan LK 4.1, Tabel Kerja 4.3, dan membuat penyimpulan bersama dengan cara

memajang (display) produk. Secara individu mahasiswa-mahasiswi diminta untuk menuliskan rumusan pengertian analisis kemampuan awal pebelajar dan fungsinya dalam pembelajaran. Setelah evaluasi diadakan refleksi dan sebagai tindak lanjut mahasiswa-mahasiswi diminta untuk mempraktikkan ke salah satu siswa-siswi dengan diberi contoh angket. Hasilnya dilaporkan dua minggu setelah pertemuan ini.

(2)

4 - 2 Paket 4 Analisis Kemampuan Awal Pebelajar

Kompetensi Dasar

Mahasiswa-mahasiswi mampu mengembangkan rancangan pembelajaran

pada komponen analisis kemampuan awal pebelajar.

Indikator

Pada akhir perkuliahan mahasiswa-mahasiswi diharapkan dapat: 1. menjelaskan pengertian analisis kegiatan awal pebelajar, 2. menjelaskan fungsi analisis kegiatan awal pebelajar, 3. menjelaskan jenis-jenis kemampuan awal pebelajar, 4. mengklasifikasi jenis kemampuan awal pebelajar, dan

5. menetapkan langkah-langkah identifikasi kemampuan awal pebelajar.

Waktu

3 x 50 menit

Materi Pokok

1. Pengertian dan fungsi analisis kemampuan awal pebelajar

2. Jenis-jenis kemampuan awal pebelajar meliputi: pengetahuan bermakna tak terorganisasi, pengetahuan analogis, pengetahuan tingkat yang lebih tinggi, pegetahuan setingkat, pengetahuan tingkat yang lebih rendah, pengetahuan pangalaman, dan strategi kognitif

3. Klasifikasi jenis kemampuan awal pebelajar berdasarkan penguasaannya terdiri dari kemampuan awal siap pakai/guna, kemampuan awal siap ulang, dan kemampuan awal pengenalan

4. Langkah-langkah identifikasi kemampuan awal pebelajar

Kelengkapan Bahan Perkuliahan

1. Lembar Kegiatan 4.1 2. Uraian Materi 4.2 3. Lembar PowerPoint 4.3 4. Lembar Penilaian 4.4

5. Alat: komputer dan LCD proyektor

(3)

Langkah-langkah Perkuliahan

2

3.

Slide

(4)

4 - 4 Paket 4 Analisis Kemampuan Awal Pebelajar

(5)

2

Slide

PowerPoint 4.3

Slide

PowerPoint 4.3

Slide

(6)

4 - 6 Paket 4 Analisis Kemampuan Awal Pebelajar

Lembar Kegiatan 4.1

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL

PEBELAJAR

(Pengamatan Modeling)

Pengantar

Analisis kemampuan awal pebelajar sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik dan kebutuhan pebelajar, sehingga sangat dibutuhkan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut,

dibutuhkan kemampuan mahasiswa-mahasiswi untuk menemukan cara untuk menggali kemampuan awal pebelajar. Kegiatan ini untuk membantu

mahasiswa-mahasiswi dalam menemukan cara tersebut.

Langkah Kegiatan

1. Amati pemodelan dosen tentang penggalian awal kemampuan pebelajar. 2. Identifikasilah cara penggalian kemampuan awal pebelajar secara individu

(gunakan Tabel 4.1).

3. Carilah cara lain untuk penggalian kemampuan awal pebelajar secara berpasangan (gunakan Tabel 4.2).

4. Diskusikan hasil kerja berpasanganmu dengan kelompok baru (satu kelompok terdiri dari 5 pasangan), dan buatlah keputusan kelompok tentang cara-cara penggalian kemampuan awal pebelajar (gunakan Tabel 4.3).

(7)
(8)

4 - 8 Paket 4 Analisis Kemampuan Awal Pebelajar

(9)

Uraian Materi 4.2

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL

PEBELAJAR

A. Pengertian dan Fungsi Kemampuan Awal Pebelajar

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa-siswi, artinya membuat siswa-siswi mau belajar. Untuk keberhasilan tersebut, maka dalam pembelajaran diperlukan memperhatikan empat hal, yakni: (1)

mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa-siswi, (2) memilih

pendekatan pembelajaran, (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik, dan (4) menetapkan alat evaluasi.

Memperhatikan hal di atas, perencanaan pembelajaran sangat membutuhkan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa-siswi sebagai analisis

kemampuan awal pebelajar. Analisis pebelajar dilakukan dengan memperhatikan kemampuan, dan pengalaman pebelajar, baik sebagai kelompok maupun individu. Analisis kemampuan awal pebelajar merupakan kegiatan mengidentifikasi pebelajar dari segi kebutuhan dan karakteristik untuk menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku (tujuan dan materi).

Karakteristik pebelajar didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan pebelajar pada umumnya meliputi antara lain kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap matapelajaran, pengalaman, keterampilan, psikomotorik, kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial. Sebagian besar informasi mengenai karakteristik pebelajar diperoleh dari catatan pada arsip sekolah. Jika hal ini tak tersedia maka perlu dilaksanakan tes/ujian khusus. Data karakteristik pribadi dan sosial diperoleh melalui pengamatan, wawancara, angket/kuesioner.

(10)

4 - 10 Paket 4 Analisis Kemampuan Awal Pebelajar

pijakan stratetgi pembelajaran secara optimal. Ini dilakukan karena kemampuan awal amat penting peranannya dalam meningkatkan

kebermaknaan pembelajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses-proses internal yang berlangsung dalam diri pebelajar (si belajar) ketika belajar.

B. Jenis-jenis Kemampuan Awal Pebelajar

Reigeluth 1983, mengidentifikasi 7 jenis kemampuan awal yang dapat digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan

pegungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis kemampuan awal itu adalah sebagai berikut.

1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful

knowledge) sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hafalan (yang tak bermakna) untuk memudahkan retensi. Pegetahuan ini merupakan pengetahuan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pegetahuan baru yang akan dipelajari. Pengetahuan ini sangat berguna untuk

mengingat hafalan dan pengetahuan yang tak bermakna, yang bertujuan mnemonic,. misalnya “MIJIKU HIBINIU” untuk menghafalkan warna pelangi.

2. Pengetahuan analogis (analogic knowledge), yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada di luar isi yang sedang dibicarakan/dipelajari. Pengetahuan analogis ini berada di luar konteks isi pengetahuan baru yang sedang dipelajari, namun terdapat kaitan berikut.

- Berada pada tingkat keumuman yang sama. - Memiliki kesamaan dalam hal-hal pokok.

- Contoh-contoh pengetahuan analogis tidak termasuk dalam contoh-contoh pengetahuan baru. Misalnya pengetahuan baru tentang prinsip penawaran dan permintaaan, maka bisa dianalogikan dengan peminat masuk ke perguruan tinggi dengan daya tampung perguruan tinggi. Meskipun pengetahuan analogis ini tidak ada kaitan dengan

pengetahuan baru, tetapi sangat bermanfaat untuk mempermudah mencapai pegetahuan baru yang sedang dipelajari.

- Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinate knowledge) yang dapat berfungsi sebagai kerangka cantolan bagi pengetahuan baru. Menurut Gagne (1968) menyebut keterampilan ini sebagai kapabilitas belajar. Hubungan antar kapabilitas tersebut sebagai hubungan prasyarat dan syarat. Jadi kapabilitas konsep abstrak sebagai superordinate dari konsep kongkrit. Adapun kapabilitas belajar terbagi lima, yaitu:

(11)

3. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif.

Pengetahuan setingkat ini memiliki tingkat keumuman dan kekhususan yang sama dengan pengetahuan yang sedang dipelajari. Misalnya, konsep “hewan berkaki ruas” dan konsep “hewan bertulang belakang”. Kedua hewan tersebut tidak sama, tetapi keduanya merupakan contoh “hewan”. Jadi mengaitkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan

pengetahuan coordinate yang telah diketahui oleh pebelajar akan memudahkan perolehan pengetahuan baru tersebut.

4. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh. Ini kebalikan dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Ada kesamaan fungsi dengan pengetahuan pengalaman.

5. Pengetahuan pangalaman (experienitial knowledge) yang memiliki fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk

mengkongkritkan dan menyediakan contoh-contoh bagi pengetahuan baru. Pengetahuan pengalaman mengacu kepada ingatan seseorang pada peristiwa-peristiwa atau obyek-obyek khusus dan yang tersimpan di dalam experiential data base (istilah yang digunakan Reigeluth 1983).

6. Strategi kognitif, yang menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru, mulai dari penyandian, penyimpanan, sampai dengan pengungkapan

kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan. Ia berfungsi membantu mekanisme pembuatan hubungan-hubungan antara

pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh pebelajar. Gagne dan Riniy (1977-1978) mengemukakan bahwa strategi kognitif adalah keterampilan lepas-isi (content-free skill) yang dapat digunakan oleh seseorang untuk memudahkan perolehan pengetahuan, atau memudahkan pengorganisasian dan pengungkapan pengetahuan yang telah dipelajari.

(12)

4 - 12 Paket 4 Analisis Kemampuan Awal Pebelajar

Bila dilihat dari tingkat penguasaannya kemampuan awal bisa diklasifikasikan menjadi 3, berikut ini.

• Kemampuan awal siap pakai, mengacu pada kemampuan awal yang manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasi oleh Reigeluth, yang benar-benar telah dikuasai oleh pebelajar (telah menjadi miliknya), dan dapat digunakan kapan saja dan dalam situasi apapun.

• Kemampuan awal siap ulang, mengacu kepada kemampuan-kemampuan awal yang manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasi Reigeluth yang sudah pernah dipelajari pebelajar, namun belum dikuasai sepenuhnya atau belum siap digunakan ketika diperlukan. Karena belum menjadi miliknya, maka pebelajar masih sangat tergantung pada adanya sumber-sumber yang sesuai (biasanya buku teks) untuk dapat

menggunakan kemampuan ini.

• Kemampuan awal pengenalan, mengacu kepada kemampuan-kemampuan awal yang manapun dari ketujuh kemampuan-kemampuan awal yang diidentifikasi Reigeluth (1983) yang baru dikenal. Mungkin karena baru pertama kali dipelajari oleh pebelajar sehingga perlu diulangi beberapa kali agar menjadi siap guna. Kemampuan ini masih belum dikuasai dan masih sangat tergantung pada tersedianya sumber-sumber, juga sering kali memang belum dikuasai.

C. Langkah-langkah Analisis Kemampuan Awal

Pebelajar

Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa.

1. Melakukan pengamatan (observasi) kepada pebelajar secara perorangan. Pengamatan ini bisa dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awal, atau angket dan wawancara. Tes (lisan atau tulis objektif)

kemampuan awal digunakan untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-prosedur, atau prinsip-prinsip yang telah dikuasai oleh pebelajar yang terkait dengan konsep, prosedur, atau prinsip yang akan diajarkan. Wawancara atau angket dapat digunakan untuk menggali informasi mengenai kemampuan awal yang lain, seperti pengetahuan yang tidak terorganisasi, pengetahuan pengalaman analogi, dan strategi kognitif. 2. Tabulasi karateristik perseorangan pebelajar. Hasil pengemasan yang

(13)

3. Pembuatan daftar strategi karakteristik pebelajar. Daftar ini perlu dibuat sebagai dasar menentukan strategi pengelolaan pembelajaran. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan daftar ini adalah daftar harus selalu disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan belajar yang dicapai pebelajar secara perorangan.

Ada beberapa macam instrumen yang bisa digunakan untuk memperoleh data tentang karakteristik pebelajar, meliputi: observasi, interviu, kuesener,

inventori, dan tes.

Latihan

1. Jelaskan langkah-langkah analisis karakteristik pebelajar!

2. Buatlah contoh tes tulis untuk menganalisis karakteristik pebelajar! 3. Buatlah instrumen untuk memperoleh data karakteristik pebelajar melalui

kuesioner dan tes!

Rangkuman

1. Analisis kemampuan awal pebelajar merupakan kegiatan mengidentifikasi pebelajar dari segi kebutuhan dan karakteristik untuk menetapkan

spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku (tujuan dan materi). 2. Kemampuan awal pebelajar dapat befungsi untuk mempermudah dan

mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian, dan mengungkap kembali pengetahuan baru (hasil belajar) seseorang.

3. Jenis kemampuan awal dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni: kemampuan awal siap pakai/guna, kemampuan awal siap ulang, dan kemampuan awal pengenalan.

4. Langkah analisis karakteristik pebelajar dapat dilakukan dari hasil pengamatan, tes tulis/lisan, dan tabulasi karakeristik pebelajar. 5. Instrumen yang bisa digunakan untuk memperoleh data tentang

(14)

4 - 14 Paket 4 Analisis Kemampuan Awal Pebelajar

(15)
(16)
(17)

Lembar Penilaian 4.4

A. Tes Tulis

1. Jelaskanlah pengertian dan fungsi kemampuan awal pebelajar dalam sistem pembelajaran?

2. Jelaskanlah jenis-jenis kemampuan awal pebelajar? 3. Klasifikasikan jenis-jenis kemampuan awal pebelajar! 4. Buatlah langkah identifikasi kemampuan awal pebelajar?

5. Seorang guru akan membuat perencanaan pembelajaran untuk mata pelajaran matematika kelas 5. Apa yang harus dipersiapkan guru untuk mengetahui kesiapan awal siswa?

(18)

4 - 18 Paket 4 Analisis Kemampuan Awal Pebelajar

Degeng, N.S. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Dep. P & K

Harjanto, 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Kemp, J. Proses Perancangan Pengajaran : Bandung: ITB

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Tabel Kerja 4.1. Selanjutnya, secara berpasangan mereka diharapkan
Tabel 4.3: Temuan kelompok............................................................................Tabel 4.3: Temuan kelompok............................................................................Tabel 4.3: Temuan kelompok............................................................................Tabel 4.3: Temuan kelompok............................................................................Tabel 4.3: Temuan kelompok............................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode latihan Standing Jump Over Barrier, mempunyai efek yang positif dalam peningkatan kecepatan dalam permainan sepakbola.. Journal Pendidikan

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak luar negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan keeratan serta persentase peresepan antibiotik yang memiliki dosis tidak sesuai yang dihitung menggunakan

d) Pemaaf dan pemohon maaf. Menjadi umat yang pemaaf biasanya mudah, tetapi untuk meminta maaf apabila seseorang melakukan kekhilafan terhadap orang lain sungguh sangat

Keunggulan kegiatan ekonomi dalam pengembangan perkebunan kabupaten Kampar meliputi : a) memiliki akses (kedekatan jarak) dengan kota Pekan baru ibu kota propinsi Riau, Bandara

This research used time series design that focusing on quantitative approach, it is intended to answer this research question: Is there any significant positive

Hal tersebut yang menyebabkan perusahaan Surat Kabar Harian Radar Jogja tidak memberlakukan kegiatan family outing bagi karyawan, kurangnya jumlah staff reporter dan beban

Pada penelitian selanjutnya diharapkan menganalisa faktor tata kelola pemerintahan yang lainnya seperti kegiatan corporate social responsibility (CSR) untuk