• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MODEL, MEDIA GAMBAR DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MODEL, MEDIA GAMBAR DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SEKOLAH DASAR"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

74 Disusun Oleh: Bambang Supriyadi

NIM: S810908402

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Visi reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan reformasi kehidupan nasional yang tertera dalam Garis-garis Besar Haluan Negara adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, disiplin dan memiliki etos kerja yang tinggi.

(3)

sekolah berada di tengah-tengah masyarakat yang lingkungan sosial budayanya berbeda-beda. Kenyataan di lapangan menunjukan keragaman kondisi sekolah dan kemampuan ekonomi masyarakat yang mendukung terselenggaranya sekolah. Menurut Eko Supriyanto (1998:81) menyatakan bahwa “sekolah sebagai lembaga konservasi nilai kemasyarakatan memiliki potensi sosialisasi warganya sehingga sekolah merupakan refleksi masyarakatnya”.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu adanya perlakuan yang berbeda antar sekolah. Untuk itu perlu diberikan kewenangan yang lebih besar kepada sekolah bersama masyarakat sekitar untuk mengambil keputusan-keputusan konkrit dalam mengelola pendidikan sehingga mutunya meningkat. Kewenangan tersebut harus dikelola dengan baik sehingga perlu dilaksanakan sebuah manajemen sekolah yang mampu diandalkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Manusia Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

(4)

pentingnya kualitas pendidikan bagi masa depan generasi penerus telah memberikan implikasi tuntutan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

(5)

1993:3). Dari keseluruhan komponen pembelajaran tersebut guru sebagai pengelola kelas hal ini sangat berpengaruh dan bahkan sebagai pengelola komponen-komponen lainnya dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemilihan model pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dikatakan berkualitas jika berjalan dengan efektif dan mencapai tujuan yang telah direncanakan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif mengalami dan menghayati proses belajar, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Finch seperti dikutip Suharsimi Arikunto (1999:120). Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar harus dapat mendorong murid untuk lebih berminat terhadap pelajaran, sabar memberikan pelayanan kepada murid, mampu mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia secara maksimal, antusias melaksanakan tugasnya, peka terhadap apa yang dirasakan murid-muridnya. Guru yang kreatif harus selalu berusaha mencari, merancang, mendesain dan menerapkan model-model pembelajaran yang baru berdasarkan teori dan pengalamannya.

(6)

Peran media pembelajaran menurut Newby, Stepich, Lehman, dan Rusell (2000:17) menyebutkan bahwa media pendidikan bagi guru dan siswa dapat digunakan untuk:

1) Menyediakan materi kepada siswa secara jelas sehingga mudah dipahami 2) Memungkinkan siswa memutar kembali materi yang diinginkan sesuai

kebutuhan belajarnya

3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa

4) Membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri melalui pengulangan pengamatan pengalaman yang bervariasi

5) Memusatkan perhatian siswa pada pokok materi 6) Memotivasi pelajar kearah tujuan yang akan dicapai.

Roestiyah NK (1982;29) menyatakan bahwa media pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi Edukatif

Media pendidikan dapat memberikan pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

2) Fungsi Sosial

Adanya media pendidikan kebersamaan siswa akan lebih baik sebab mereka akan bekerja sama dalam menggunakan media tersebut.

3) Fungsi Ekonomi

Satu media pendidikan dapat dipergunakan sebagai alat bantu belajar bagi sejumlah siswa dan dapat dipergunakan sepanjang waktu.

(7)

Adanya media pendidikan, sumber atau materi pendidikan di pusat dengan mudah dan cepat akan sampai ke daerah bahkan sampai ke sekolah-sekolah.

5) Fungsi Seni Budaya

Adanya media pendidikan siswa dapat mengenal bermacam-macam budaya manusia sehingga pengetahuan siswa tentang nilai-nilai budaya manusia akan makin bertambah dan luas.

Selain fungsi media pendidikan Roestiya NK (1982:70) juga menyebutkan nilai dan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran, yaitu:

1) Menambah dan meningkatkan perhatian anak 2) Mencegah verbalisasi

3) Memberikan pengalaman yang nyata dan langsung

4) Membantu menumbuhkan pikiran atau pengertian yang teratur dan sistematis 5) Mengembangkan sikap eksploratif

6) Beriorientasi pada lingkungan dan memberi kemanfaatan dalam pengamatan 7) Membangkitkan motivasi kegiatan beajar serta memberikan pengalaman yang

menyeluruh

(8)

Dalam hubungannya dengan pemilihan media Dick & Carey (1986:203-204) menyatakan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran. Pertama adalah ketersediaan media pada sumber setempat, artinya bila media tersebut tidak tersedia harus sendiri atau dibeli. Kedua apakah untuk membeli atau membuat sendiri ada dana, tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyakut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media untuk waktu yang lama. Keempat efektifitas biayanya dalam waktu yang panjang

Menurut Oemar Hamalik (1989:21) keterkaitan hubungan penggunaan media pendidikan dengan prestasi belajar siswa adalah:

Hubugan komunikasi, interaksi itu akan berjalan lancar dan tercapai hasil optimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Jadi jelas penggunaan media pendidikan sebagai alat bantu pengajaran dapat mempertinggi prestasi belajar.

Media pengajaran yang dapat dipergunakan seperti: gambar barang tiruan (model) bagan, spesimen, dan lain-lain. Para guru hendaklah dapat menentukan media pendidikan mana yang tepat dipakai dalam proses belajar mengajar karena penggunaan media dan pemilihan media yang tepat merupakan komponen penting untuk meningkatkan keberhasilan belajar.

(9)

disajikan kepada siswa. Penggunaan media pendidikan menurut John D. Latuheru (1984:14) antara lain:

Media pengajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran (biasanya telah diungkapkan dalam GBPP) yang dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan uraian tentang penggunaan media pengajaran jelas bahwa dalam pemilihan media pengajaran guru harus berpedoman pada tujuan dan materi yang disajikan. Pemilihan media pengajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi belajar bidang studi Sains di SD Negeri 02 Selokaton, SD Negeri 02 Tuban, SD Negeri 01 Tuban, SD Negeri 01 Bulurejo di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar masih relatif rendah. Kenyataan ini dapat dilihat dari dokumen Nilai Akhir Ujian Sekolah Bertaraf Nasional (UAS-BN), khususnya mata pelajaran IPA / Sains adalah 6,70; 6,50 ; 6,60 ; 6,70. Jadi masih di bawah standar nilai belajar tuntas (mastery learning) yaitu 7,5. Keadaan ini sangat memprihatinkan masyarakat yang peduli dengan pendidikan. Para guru sangat bertanggung jawab untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa. Salah satu usaha yang dapat meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPA / Sains adalah pemilihan media yang tepat.

(10)

penting, yaitu proses belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan awal yang dimiliki dan proses belajar merupakan proses aktif yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Belajar akan berlangsung baik jika mereka sadar bahwa belajar adalah kebutuhannya sendiri dan mereka mengetahui tugas yang harus mereka lakukan berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki.

Berkaitan dengan fungsi model, Yusuf Hadi Miarso (1989 : 110) menyebutkan bahwa media model dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan fisik di dalam kelas, yaitu dalam hal : (1) obyek yang terlalu besar, (2) Obyek yang terlalu kecil, dan (3) Obyek yang terlalu kompleks. Lebih lanjut Sri Anitah (1991 : 19) menyebutkan model adalah media tiga dimensi yang mewakili benda yang sebenarnya.

Model menurut Ahmad Rohani (1997 : 20) menyebutkan macam-macam model antara lain :

a. Model irisan, misalnya : irisan bagian dalam bumi, lapisan tanah, lapisan kayu dan sebagainya.

b. Model penampang, misalnya : penampang daun, penampang pesawat terbang.

c. Model memperkecil / memperbesar, misalnya : model atom, molekul, sel dan sebagainya.

d. Model perbandingan, misalnya peta.

(11)

f. Model susunan, misalnya susunan tubuh manusia yang dapat dilepas dan dipasang

g. Model kerja, misalnya model suatu mesin

h. Model boneka, berupa tiruan mengenai manusia dapat utuh maupun hanya bagian-bagiannya.

i. Model globe, berupa tiruan bumi dalam skala kecil. j. Maket, model yang menggambarkan situasi lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media model efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. Dengan menggunakan media model maka fakta, konsep, prinsip dan teori yang rumit dan abstrak dapat lebih dikonkritkan. Namun demikian dalam penggunaan media model perlu diintegrasikan dengan strategi dan metode mengajar yang digunakan guru sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif.

Dalam proses pembelajaran, guru harus mengupayakan terjadinya proses interaksi belajar mengingat untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, guru diharapkan mampu untuk menyediakan kondisi yang dapat mengaktifkan fungsi indera peserta didik. Pada umumnya siswa mempunyai tipe visual, tipe audio dan tipe motorik. Berdasarkan tipe-tipe itu guru harus dapat menentukan bagaimana agar pesan yang disalurkan kepada siswa mudah dipahami, bagi peserta didik yang bertipe visual, tipe audio dan tipe motorik.

(12)

yang berupa foto atau lukisan. Media gambar merupakan media yang dapat dinikmati oleh indera mata dan mampu menimbulkan rangsangan untuk berefleksi. Penggunaan media gambar menekankan pada fungsi indera mata untuk merefleksikan pesan.

Arief S. Sadiman, (2005 : 31-35) menjelaskan persyaratan gambar/ foto yang baik sebagai media pembelajaran. Adapun sarat-sarat itu antara lain:

a. Harus autentik. Gambar tersebut harus terlihat seperti benda aslinya. b. Sederhana. Hendaknya komposisinya cukup dengan poin-poin pokok

dalam gambar.

c. Ukuran relatif, dapat diperbesar atau diperkecil dari obyek aslinya. d. Hendaknya bagus dipandang dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

e. Gambar / foto karya siswa sendiri seringkali lebih bermanfaat.

Kelebihan media gambar menurut Oemar Hamalik (1994 : 63) antara lain sebagai berikut :

a. Sifatnya kongkret. Gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b. Gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat menampilkan benda atau peristiwa yang secara alami tidak dapat dibawa ke dalam kelas.

(13)

d. Foto dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, dan untuk tingkat usia berapa saja, sehinga dapat mencegah kesalahpahaman.

e. Gambar/foto murah harganya dan gampang didapat dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

Namun demikian Heinch, Molenda, Russell dan Smaldino (1996; 113) menyatakan bahwa simbol visual dapat menyebabkan salah inteprestasi. Hal ini menunjukkan kelemahan media gambar.

Menurut Arif S. Sadiman (2005 : 31-35), menyatakan bahwa gambar / foto mempunyai beberapa kelemahan antara lain :

a. Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata.

b. Gambar/foto bena yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

(14)

Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh guru. Kemampuan awal menurut Winkel (1996 : 134) adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Kemampuan awal yang dimiliki siswa berbeda satu dengan yang lainnya. Kemampuan awal siswa dapat berpengaruh terhadap suatu proses belajar mengajar di dalam kelas, misalnya taraf intelegensi, daya kreatifitas, kadar motivasi belajar, tahap perkembangan, kemampuan berbahasa, sikap terhadap tugas, kebiasaan dalam cara belajar, kecepatan belajar dan kondisi fisik.

Kemampuan awal perlu dikondisikan oleh guru sebelum mengajar agar siswa mengikuti pembelajaran. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, guru perlu memperhatikan kemampuan awal siswa agar bobot materi yang diajarkan bisa tepat, sebab kalau bobot materi terlalu berat maka siswa akan sulit menangkap isi pembelajaran. Akan tetapi kalau terlalu ringan menjadi tidak menarik sebab siswa merasa tidak memerlukan materi itu.

Berdasarkan teori tentang manfaat penggunaan media model yang merupakan obyek sesungguhnya, maka peneliti ingin mengetahui penggunaan media gambar, dan media model terhadap prestasi belajar IPA ditinjau dari kemampuan awal siswa.

B. Identifikasi Masalah

(15)

1. Kebanyakan guru belum memanfatakan media model sebagai alat bantu dalam pembelajaran.

2. Penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat akan berpengaruh kepada pretasi belajar siswa.

3. Rendahnya prestasi belajar mata pelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar. 4. Penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat menarik perhatian dan

dapat meningkatkan prestasi siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah di depan, agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka masalah-masalah ini dibatasi sebagai berikut :

1. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunana media model dan media gambar.

2. Prestasi beajar siswa Sekolah Dasar kelas V dibatasi pada kemampuan siswa dalam mengerjakan seperangkat soal IPA pada materi alat pencernaan manusia, makanan, dan kesehatan.

3. Kemampuan awal yang dimaksud adalah kemampuan atau hasil belajar yang didapat sebelum mendapat kemampuan baru yang lebih tinggi.

D. Perumusan Masalah

(16)

1. Adakah pengaruh penggunaan media model dan media gambar terhadap prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar? 2. Adakah perbedaan prestasi belajar IPA Kelas V Sekolah Dasar antara siswa

yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah?

3. Adakah pengaruh interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar?

E. Tujuan Penelitian

Atas dasar perumusan maslaah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan media model dan media gambar terhadap prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar.

2. Perbedaan mengenai hasil prestasi belajar IPA antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.

3. Interaksi pengaruh antara penggunaan media pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar.

(17)

Bertitik tolak pada tujuan penelitian, maka penelitian ini akan bermanfaat sebagai :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam penggunaan media-media pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran bagi semua mata pelajaran dan diharapkan dapat menjadi acuan untuk peningkatan mutu pendidikan.

2. Manfaat Praktis

1. Bahan masukan bagi guru IPA dalam memilih media pembelajaran untuk mengajarkan pelajaran IPA khususnya pokok bahasan alat pencernaan manusia, makanan, dan kesehatan.

2. Bahan masukan bagi sekolah untuk melengkapi laboratorium dengan media model, media gambar ataupun media-media yang lain guna peningkatan prestasi belajar siswa.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan penelitian yang relevan untuk masa-masa yang akan datang.

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

(18)

1) Proses penguasaan suatu pengetahuan atau ketrampilan baru, 2) Pengetahuan atau ketrampilan yang di kuasai melalui pembelajaran atau belajar. Menurut Cornbach, seperti yang di kutip oleh Mulyasa (2000: 46) menerangkan bahwa belajar itu di tunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku, perubahan-perubahan itu merupakan hasil pengalaman. Menurut Spears (1995: 95) bahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan mulai dari mengamati, membaca, meniru, mencoba sampai mendengarkan untuk mencari suatu jalan.

(19)

Herman Hudoyo (1990: 5) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan pengajar dan peserta didik (siswa). Dalam uraian selanjutnya disebutkan, bahwa pada dasarnya bila dikatakan mengajar, tentu ada subyek yang di beri pelajaran, yaitu peserta didik dan ada subyek yang mengajar yaitu pengajar. Suatu proses pembelajaran di katakan baik, jika proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif pada siswa.

(20)

Pembelajaran menurut Romisziwski sebagaimana di kutip oleh Udin S. Winataputra (1995: 2), pembelajaran adalah proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. Pendapat Lindgren yang di kutip oleh Toeti Sukamto dan Udin S Winataputra (1997: 52) bahwa di dalam sistem pendidikan mencakup tiga faktor yang menentukan, yaitu: 1) siswa, sebab tanpa siswa tidak akan terjadi proses belajar. 2) Proses, yaitu apa saja yang di hayati oleh siswa pada saat mereka belajar, bukan apa yang harus di lakukan oleh guru untuk mengajarkan materi pelajaran, tetapi apa yang di lakukan oleh siswa untuk mempelajarinya, 3) situasi belajar, yaitu lingkungan tempat terjadinya proses belajar.

Dalam Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 Bab XI Pasal 39 di sebutkan bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran , melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada kepada masyarakat (2003: 20 ).

Devis mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap berbagai prinsip–prinsip belajar, khususnya prinsip –prinsip seperti berikut:

a. Apapun yang di pelajari siswa, maka siswalah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.

(21)

c. Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila memperoleh penguatan langsung pada setiap langkah yang di lakukan siswa selama proses belajarnya terjadi.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti, dan

e. Seorang siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabila ia di beri tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya (Devies, 1971: 112 ).

2. Teori –teori Belajar

Selain pengertian belajar, beberapa ahli mengemukakan tentang teori– teori belajar diantaranya :

a. Teori Belajar Ausubel

(22)

dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.

Selama belajar bermakna berlangsung, informasi baru terkait pada konsep-konsep dalam struktur kognitif. Untuk menekankan pada fenomena pengganti ini, Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1988: 114) mengemukakan istilah subsumer. Subsumer memegang peranan dalam proses perolehan informasi baru. Dalam belajar bermakna subsumer mempunyai peranan interaktif, memperlancar gerakan informasi yang relevan melalui penghalang-penghalang perseptual dan menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru diterima dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Lagi pula, dalam proses terjadinya kaitan ini, subsumer itu mengalami sedikit perubahan. Proses interaktif antara materi yang baru di pelajari dengan subsumer-subsumer inilah yang menjadi inti teori belajar asimilasi Ausubel. Proses ini di sebut proses subsumsi.

Menurut Ausubel dan Noval dalam Ratna Willis Dahar (1988: 115 ), ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, yaitu :

1) Informasi yang di pelajari secara bermakna lebih lama dapat di ingat. 2) Informasi yang bersubsumsi berakibat peningkatan diferensiasi dari

(23)

3) Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar pada hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi lupa.

Salah satu penerapan teori Ausubel dalam mengajar adalah pengaturan awal (advance organizer). David Ausubel dalam Ratna Willis Dahar (1988: 117) memperkenalkan konsep pengaturan awal dalam teori. Pengaturan awal mengarahkan pada siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat di anggap semacam pertolongan mental, dan disajikan sebelum materi baru.

Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Ausubel sangat menekankan agar para guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswanya supaya proses belajar bermakna dapat berlansung. Tetapi, Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara bagi para guru yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa. Novak (1985) dalam bukunya Learning how to learn mengemukakan bahwa hal itu dapat di lakukan dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep. Gagasan Novak ini didasarkan atas teori belajar Ausubel (Ratna Willis Dahar, 1988: 122).

1) Pengertian Peta Konsep

(24)

Preposisi–preposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Dalam bentuknya yang paling sederhana adalah, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh suatu kata penghubung untuk membentuk suatu preposisi. Misalnya , “padi itu hijau “ akan merupakan suatu peta konsep yang sederhana sekali , terdiri atas dua konsep yaitu padi dan hijau, yang dihubungkan oleh kata itu.

(25)

Gambar 1. Peta Konsep

2) Ciri –ciri Peta Konsep

a) Peta konsep atau pemetaan itu ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep fisika, kimia, biologi, matematika, sejarah, ekonomi, geografi, dan lain–lain. Dengan membuat sendiri peta konsep, siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. b) Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu

bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi.

c) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep– konsep yang lain.

d) Bila dua atau lebih konsep di gambarkan di bawah suatu konsep yang lebih Inklusif, terbentuknya suatu hierarki pada peta konsep itu (Ratna Willis Dahar, 1988: 126 ).

(26)

Piaget berpendapat bahwa ada tiga aspek pertumbuhan intelektual, yaitu struktur, isi dan fungsi (Ratna Willis Dahar, 1989: 149 ). Selanjutnya Piaget menyatakan bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan perkembangan berfikir logis anak. Tindakan– tindakan menuju pada perkembangan operasi-operasi, dan operasi–operasi selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Operasi– operasi adalah kegiatan–kegiatan mental yang terinternalisasi, reversibel, tetap dan tidak ada operasi yang berdiri sendiri.

Struktur-struktur merupakan organisasi-organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari operasi-operasi. Isi pertumbuhan intelektual ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang di berikannya terhadap berbagai masalah yang di hadapi.

Perkembangangan intelektual di dasarkan pada organisasi dan adaptasi. Adaptasi dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam asimilasi seorang menggunakan struktur yang sudah ada dalam lingkungannya. Dalam akomodasi seseorang memerlukan modifikasi dari struktur yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan. Adaptasi kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi dan inilah yang diterapkan pada proses pembelajaran di dalam kelas.

(27)

setiap periode berfikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu.

Periode berfikir yang di kemukakan Piaget adalah sebagai berikut (Ratna Wilis Dahar, 1988: 152 – 156):

1) Periode Sensori motor (usia 0 – 2 tahun) 2) Periode Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun) 3) Periode operasional konkret (usia 7 -12 tahun) 4) Periode operasional formal (usia 11/ 12 tahun keatas)

c. Teori Belajar Bruner

Jerome S Bruner menekankan tentang model belajar penemuan (discovery leraning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia (Ratna Wilis Dahar, 1989: 103). Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

(28)

kemampuan ketrampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motifasi untuk bekerja terus sampai mampu untuk menemukan jawaban dan melatih siswa untuk menganalisa dan memanipulasi informasi. Tidak hanya menerima informasi begitu saja.

Bruner juga mengemukakan bahwa cara terbaik untuk belajar adalah memahami konsep arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya pada suatu kesimpulan (Toeti Soekamto dan Udin Sarifudin, 1996: 25). Pendapat di atas sesuai jika di terapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) yang selalu berkembang. Oleh karena itu , dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam selalu di dahului dengan pemberian informasi. Informasi yang di peroleh siswa dapat di peroleh dari alam atau produk pengetahuan. Informasi tersebut di tranfer oleh siswa pada saat terjadinya proses belajar mengajar, Informasi yang dimiliki siswa atau pada saat akan digunakan dalam kehidupannya baik dalam mengembangkan pengetahuan baru maupun penggunaan secara praktis. Teori belajar Bruner cocok apabila diterapkan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

d. Teori Belajar Gagne

(29)

lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, afektif, dan psikomototik ( Ratna Wilis Dahar, 1989: 134). Kelima hasil belajar atau

capabilities tersebut adalah: ketrampilan intelektual, strategi-strategi

kognitif , informasi verbal, sikap–sikap, dan ketrampilan motorik.

Didasarkan atas model pemrosesan informasi Gagne mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase belajara yang merupakan kejadian kejadian internal yang dapat distrukturkan oleh siswa ataupun guru, dan disetiap fase di pasangkan dengan satu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut terdiri dari : 1) Fase motifasi, 2) Fase pengenalan, 3) Fase

perolehan, 4) Fase retensi, 5) Fase pemanggilan, 6) Fase generalisasi, 7) Fase penampilan, 8) Fase umpan balik.

Didasarkan pada analisis tentang kejadian–kejadian belajar, Gagne menyarankan kejadian–kejadian instruksi. Kejadian-kejadian intruksi ini ditujukan pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa. Kejadian–kejadian instruksi itu adalah; 1) Mengaktifkan motivasi

(activiting motivation), 2) Memberitahu tujuan belajar, 3) Mengarahkan perhatian (directing attention), 4) Merangsang ingatan (stimulating recall), 5) Menyediakan bimbingan belajar, 6) Meningkatkan retensi

(enhancing retention), 7) Melancarkan tranfer belajar, 8) Mengeluarkan penampilan.

(30)
(31)

proses pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati. Mengajar di artikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja, tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah di siapkan. Gagne dan Briggs (1979: 3) mengartikan intruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, di susun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sepintas pengertian mengajar sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda.

(32)

Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari sistem masyarakat yang memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah masukan yang berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik. Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran, dan fungsi penilaian. Fungsi belajar di lakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian (yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) di lakukan oleh sesuatu diluar diri siswa (Arief S, 1984: 10).

Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil belajar tersebut akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif di tandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat di lihat langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat di kontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus di rancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip–prinsip pembelajaran yang telah di uji keunggulannya. (Arief Sukadi, 1991: 12 ).

(33)

Sesuatu yang menyangkut proses belajar mengajar sebenarnya merupakan prose komunikasi, proses tersebut terjadi bila ada sumber yang memberikan atau menyampaikan pesan dan ada yang menerima pesan. Proses komunikasi membutuhkan media, yang merupakan wadah yang tepat untuk menyalurkan pesan. Sebagaimana yaang di kemukakan oleh Oemar Hamalik dikutip dari John D. Lituheru MP ( 1988: 11 ) yaitu:

Hubungan komunikasi interaksi itu akan brjalan lancar dan tercapainya hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sesuai dengan pernyataan Oemar Hamalik tentang peranan media, jelaslah bahwa media sangatlah penting peranannya dalam proses komunikasi termasuk dalam proses belajar mengajar.

Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan tujuan-tujuan pendidikan di sebut dengan media pendidikan atau media pengajaran yang merupakan sarana dan prasarana yang dapat menefektifkan komunikasi antara guru dengan siswa.

Association for Educational Communicationsand Tehchnology (

(34)

Pendapat lain di kemukakan oleh Gerlach & Ely (1980: 37), sebagai berikut: media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Sedangkan Smaldono dkk (2005: 9) mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi, media menunjuk pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima pesan. Dikatakan media pembelajaran bila segala sesuatu tersebut mampu membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran Sri Anitah (2008: 2).

Berdasarkan rumusan tentang media pengajaran terlihatlah bahwa, media pengajaran berperan sebagai pengantar komunikasi guru dengan siswa

sehingga dapat menghindari kesalahpahaman informasi yang di terima siswa. Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah semua alat atau benda yang dapat di gunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan maksud menyampaikan pesan– pesan (informasi) pelajaran dari guru kepada anak didik. Pesan tersebut dalam bentuk materi pelajaran dan harus dapat diterjemahkan oleh siswa dengan menggunakan salah satu atau beberapa alat indera mereka, makin banyak keterlibatan alat indera mereka dalam proses belajar mengajar makin banyak materi pelajaran yang dapat diserap.

(35)

seperti dengan melihat media gambar, bagan, model, dan spesmen. Tetapi bila hanya mengandalkan kata-kata yang di ucapkan dapat menyebabkan keraguan. Dengan melihat sekaligus mendengarkan siswa dapat menerima pelajaran lebih mudah dan cepat mengerti tentang apa yang dimaksud guru sehingga keraguan atau kesalah pengertian dapat dihindari.

Media pembelajaran memang benar-benar bermanfaat dalam proses

belajar mengajar, sedangkan fungsi media pembelajaran itu adalah : a) Engage the student’s (membangkitkan motivasi belajar) ,b) Recall earlier

learnig (mengulang apa yang telah di pelajari ), c) Provide new learning (menyediakan stimulus belajar), d) Activate the student’srespon

(mengaktifkan respon siswa ) , e) Give speedy feedback (memberikan umpan balik dengan cepat dan segera) , f) Encurage appropriate (memberi dorongan latihan yang pasti). (Dientje Borman Rumampuk, 1988:12).

Sejalan dengan pendapat Derek Rowntree tentang manfaat media pembelajaran, Nana Sudjana (1989: 2) mengatakan bahwa manfaat media pembelajaran adalah:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi bekajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.

(36)

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru tetapi juga ikut mengamati, melakukan demontrasi, dan lain-lain.

Menyimak pendapat para pakar pendidikan tentang manfaat media pembelajaran memberikan gambaran bahwa media pembelajaran sangat banyak sekali manfaatnya. Selain memberikan dorongan dan motivasi juga membangkitkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki sendiri yang akhirnya menjurus pada pengertian yang lebih baik tentang apa yang di ajarkan guru.

Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dituntut adanya kemampuan profesional dari guru yang di dalamnya terdapat kemampuan dalam memanfaatkan dan menggunakan media pembelajaran serta sumber-sumber pendidikan lainnya yang dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar tersebut. Kemampuan di sini meliputi kemampuan guru dalam hal mengetahui apa arti dan fungsi media dalam dunia pendidikan yang dapat digunakan, serta dapat memilih media yang cocok dan relevan dengan materi pelajaran, mampu menggunakan, menyimpan dan memelihara serta kemampuan guru dalam merencanakan dan membuat media sendiri dari bahan yang sederhana dan mudah di peroleh.

Guru harus bijaksana dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Adapun kriteria-kriteria dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran adalah:

(37)

Artinya media pembelajaran di pilih atas dasar tujuan–tujuan intruksional yang telah ditetapkan.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran

Artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebi mudah dipahami.

c. Kemudahan memperoleh media

Artinya media yang diperlukan mudah di peroleh, setidak–tidaknya mudah dibuat guru pada waktu mengajar.

d. Ketrampilan guru dalam menggunakan media

Artinya apapun jenis media yang di perlukan, syarat yang terpenting adalah guru harus mampu dan dapat menggunakan dalam proses belajar mengajar.

e. Sesuai dengan tingkat atau taraf berfikir siswa .

Artinya pemilihan media untuk mengajar harus di sesuaikan dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung dalam media tersebut dapat dipahami oleh siswa (Nana Sujana, 1989: 4).

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nana Sujana (1989: 4) tentang kriteria kriteria pemilihan media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran harus di sesuaikan dengan:

(38)

2) Bahan pengajaran 3) Metode mengajar

4) Tersedianya alat yang di butuhkan 5) Jalannya pembelajaran

6) Penilaian hasil belajar 7) Pribadi guru

8) Minat dan kemampuan siswa

9) Situasi pembelajaran yang sedang berlangsung

Pendapat lain pemilihan media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran tertentu bukanlah hal yang mudah. Tetapi bagaimanapun juga seorang guru harus dapat menentukan media yang paling tepat untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Perlu disadari bahwa tidak ada jawaban yang sederhana dalam pemilihan media yang dapat diterapkan seperti buku resep. Oleh karena itu, beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli kadang-kadang berbeda satu sama yang lain karena titik tolak pandangan yang berbeda.

Konsep “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale memperlihatkan analisis dalam perlakuan variabel-variabel pebelajar, dan bukan variabel tugas. Dalam pemilihan media, perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip umumnya antara lain:

(39)

Dalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan yang diharapkan dari pelajar sebagai hasil pembelajaran. Disarankan untuk menentukan jenis stimulus yang diinginkan sebelum melakukan pemilihan media.

b. Variabel pebelajar

Karakteristik pebelajar perlu di pertimbangkan dalam pemilihan media, walaupun belum ada kesepakatan karakteristik mana yang penting. Namun guru menyadari bahwa pebelajar mempunyai gaya belajar yang berbeda. c. Lingkungan belajar

Pertimbangan ini lebih bersifat administratif, berbagai hal yang termasuk didalamnya adalah:

1) Besarnya biaya sekolah 2) Ukuran ruangan kelas

3) Kemampuan mengembangkan materi baru

4) Ketersediaan radio, televisi, atau perlengkapan yang lain

5) Kemampuan guru dan kesediaan untuk berusaha mendesain pembelajaran

6) Ketersediaan bahan-bahan modul untuk pembelajaran individual 7) Sikap pemimpin sekolah maupun guru terhadap inovasi

8) Arsitektural sekolah d. Lingkungan pengembangan

(40)

misalnya, ketersediaan waktu, pengembangan personel, akan mempengaruhi keberhasilan penyajian.

e. Ekonomi dan budaya

Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan apakah media itu dapat diterima oleh si pemakai dan sesuai dengan sumber dana serta peralatan yang tersedia. Juga sikap terhadap berbagai media mungkin berbeda antara penduduk kota dengan desa, antar sub kelompok bangsa dan sosial ekonomi.

f. Faktor-faktor praktis

Faktor ini termasuk faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.

1) Besarnya kelompok yang dapat ditampung dalam suatu ruangan 2) Jarak antara penglihatan dan pendengaran untuk penggunaan media 3) Seberapa jauh media dapat mempengaruhi respon pebelajar atau

kegiatan lain untuk kelengkapan umpan balik

4) Adakah penyajian itu sesuai dengan respon pebelajar

5) Apakah stimulus pembelajaran menuntut gerak, warna, gambar, kata-kata lisan,atau tertulis

6) Media manakah yang paling mendukung kondisi belajar untuk pencapaian tujuan

7) Media manakan yang lebih lengkap untuk maksud peristiwa-peristiwa pebelajar tersebut

(41)

1) Tujuan pembelajaran 2) Pebelajar

3) Ketersediaan 4) Ketepat gunaan 5) Biaya

6) Mutu teknis

7) Kemampuan SDM

(Sri Anitah , 2008 : 87 -89 ) 4. Media Gambar

Media gambar menurut Gerlach & Ely (1980: 41) mengatakan bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil. Melalui gambar dapat di tunjukkan kepada pebelajar suatu tempat, orang dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pengalaman sendiri. Smaldino dkk (2005:) mengatakan bahwa gambar atau fotogarfi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti, binatang, orang, tempat atau peristiwa. Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu, potret, ilustrasi dari buku katalog, gambar cetak. Melalui gambar dapat di terjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis. Edgar Dale (1963: 62) mengatakan bahwa gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung). (Sri Anitah, 2008: 8)

(42)

dapat berupa foto atau lukisan. Jadi jelas bahwa media gambar dapat diciptakan oleh guru sendiri sebagai pengganti bentuk asli atau sebenarnya.

Media gambar dapat dipergunakan secara efektif bila mempunyai tujuan yang jelas, pasti dan terperinci. Media gambar juga dapat memberikan hasil yang baik karena dapat merangsang indera lihat dan indera dengar sehingga informasi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat di pahami oleh peserta didik.

Media gambar yang dipakai dalam penelitian ini adalah gambar diam yang tidak diproyeksikan, manfaat gambar sebagai media visual karena gambar dapat menimbulkan daya tarik bagi pelajar, mempermudah pengertian pelajar, memperjelas bagian-bagian penting serta dengan gambar mampu menyingkat suatu uaraian yang panjang. (Sri Anitah, 2008: 9)

Menurut A.H . Sulaiman (1979: 29) media gambar memiliki beberapa kelebihan–kelebihan antara lain:

a. Gambar mudah diperoleh, bisa digunting dari majalah atau dibuat sendiri, mudah digunakan.

b. Koleksi gambar dapat di perbesar

c. Mudah mengatur pilihan untuk suatu pelajaran, untuk penyajian jumlah gambar dapat di sesuaikan dengan besarnya koleksi.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut menurut S. Sadiman, et al (2005: 31) gambar atau foto mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

(43)

b. Gambar atau foto benda yang terlalu komplek kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

c. Ukuranya sangat terbatas untuk kelompok besar.

5. Media Model

Model di gunakan karena benda aslinya tidak dapat dihadirkan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Lebih lanjut Sri Anitah (2008:25) menerangkah bahwa model adalah media tiga dimensi yang mewakili benda yang sebenarnya. Benda tiga dimensi adalah benda yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan isi (tinggi). Suatu model mungkin lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan benda sebenarya yang di wakili. Mungkin lebih lengkap, terinci atau lebih sederhana sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hampir semua obyek dapat dibuat modelnya, mulai dari binatang kecil sampai pesawat terbang, dapat ditampilkan ke dalam kelas untuk keperluan pembelajaran.

Pendapat lain dari Yusufhadi Miarso (1989: 110) menyebutkan bahwa media model dapat di gunakan untuk mengatasi keterbatasan fisik dai dalam kelas, yaitu dalam hal: (1) Obyek yang terlalu besar, (2) Obyek yang terlalu kecil, dan (3) obyek yang terlalu komplek.

(44)

mengemukakan bahwa media model merupakan media visual yang efektif dalam pembelajara Ilmu Pengetahuan Alam. Beberapa alasan yang di kemukakan antara lain :

a. Model merupakan benda tiga dimensi sehingga dapat membantu untuk mewujudkan realitas karena dapat dilihat dan diraba.

b. Model dapat berupa benda dalam ukuran yang lebih kecil atau sebaliknya dalam ukuran yang lebih besar dari ukuran aslinya supaya mudah di pelajari.

c. Model dapat memperlihatkan bagian dalam dari sebuah benda yang dalam keadaan sebenarnya tertutup. Sebagai contoh model gigi manusia, dapat menjelaskan lapisan–lapisan gigi mulai dari email, tulang gigi, rongga gigi, syaraf dan pembuluh darah yang pada keadaan sebenarnya tidak terlihat.

d. Model dapat dibongkar dan dipasang kembali, seperti model sistem pencernaan manusia. Dengan sifat ini siswa dapat mempelajari sambil mengamati dan merabanya.

e. Model dapat diperjelas dengan warna seperti aslinya.

(45)

6. Kemampuan Awal

Dalam melakukan aktivitas kemampuan awal seseorang, sangat berpengaruh terhadap keberhasilan aktivitas yang akan dilakukan berikutnya.

a. Pengertian Kemampuan Awal

Menurut Munandir (1977: 50) kemampuan awal adalah keterampilan yang harus dikuasai siswa agar dapat belajar secara efisien seperti dimaksud dalam rumusan tujuan akhir pengajaran. Sedang Atwi Suparman (1977: 110) menyatakan bahwa kemampuan awal adalah sejauhmana pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki sehingga dapat mengikuti pelajaran. Dick & Carey (1985: 85) menerangkan bahwa perilaku awal (entry behaviours) kemampuan atau keahlian khusus yang sudah diketahui sekelompok siswa sebelum memulai suatu pembelajaran yang baru.

Berdasarkan berbagai pendapat ahli perancang pembelajaran di atas, menyebutkan bahwa kemampuan awal (entry behaviours) adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa agar dapat mengikuti pembelajaran yang baru untuk mencapai tujuan. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran baru yang akan di sampaikan oleh guru.

b. Beberapa Macam Kemampuan

(46)

kognitif, Invormasi Verbal, Belajar Mengatur kegiatan Intelektual, Sikap-sikap dan keterampilan-keterampilan Motorik”. Hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut :

1) Kemampuan Kognitif

Kemampuan intektual yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui simbol–simbol atau gagasan–gagasan. Belajar keterampilan kognitif ini dimulai sejak dari Taman Kanak- Kanak, dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.

2) Informasi Verbal

Informasi verbal juga di sebut sebagai pengetahuan verbal. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang dari membaca, radio, televisi, dan media lainnya .

3) Belajar Mengatur Kegiatan Intektual

(47)

masalah merupakan landasan terealisasinya langkah berfikir. Pemecahan masalah memerlukan kemahiran intelektual, seperti belajar diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah.

4) Sikap - sikap

Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, apakah sesuai atau tidak baginya. Itulah sebabnya sikap berhubungan dengan pengetahuan dan perasaan seseorang dengan terhadap suatu obyek. Hasil belajar sikap nampak dalam bentuk kemampuan, minat, perhatian, perubahan perasaan, dan lain –lain.

5) Keterampilan –keterampilan Motorik

Keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kemampuan gerakan anggota badan dan dalam bentuk gerakan adatif atau terlatih.

c. Kaitan Kemampuan Awal dengan Rencana Pembelajaran

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terdapat beberapa pokok bahasan yang tersusun secara hierarkis, sehingga untuk mendapatkan tingkat pemahaman yang baik pada materi yang lebih tinggi perlu mempelajari materi materi sebelumnya. Dalam hal ini faktor kemampuan awal adalah sangat penting.

(48)

final behaviour)”. Dengan demikian kemampuan awal siswa merupakan salah satu karakteristik yang perlu diperhatikan oleh para perancang pembelajaran atau guru dalam membuat rencana pembelajaran tertentu, karena kemampuan awal memungkinkan proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan pencapaian hasil dapat maksimal sebagaimana yang diharapkan.

Pendapat lain tentang arti penting kemampuan awal dalam proses pembelajaran dikemukakan oleh Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1992: 19 ) yang menjelaskan:

Pengajaran akan berhasil dengan baik bila dimulai dari apa yang diketahui oleh peserta didik . Ini berati guru harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan dan tingkah laku yang telah dimiliki oleh peserta didik , baik pengetahuan dan tingkah laku dalam arti yang luas , pengetahuan dan tingkah laku merupakan prasarat bagi bahan pembelajaran berikutnya.

Harapan ini sejalan dengan pendapat Wellton dan Mallan (1997) yang menjelaskan bahwa “proses pembelajaran harus didasarkan pada rancangan pembelajaran, sehingga memberi kebermaknaan bagi siswa dan guru. Salah satu faktor penting untuk mencapai harapan ini, adalah gambaran kemampuan awal siswa”.

(49)

karena itu rencana pembelajaran dikatakan baik apabila dapat memperhitungkan kemampuan awal siswa karena bobot materi yang disajikan kepada peserta didik bisa tepat, dalam arti apabila bobot materi terlalu berat maka peserta didik akan sulit menangkap isi atau materi pembelajaran. Akan tetapi jika terlalu ringan menjadi tidak menarik sebab peserta didik tidak merasa memerlukan materi itu.

d. Cara Mengukur Kemampuan Awal

Menurut Atwi Suparman (1977: 113) kemampuan awal bisa diukur menggunakan kuesioner, interview, observasi, dan tes. Menurut Dick dan Carey (1985: 163) Tes dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa.

(50)

menjadi tidak menarik atau membosankan karena materi baru terlalu ringan.

7. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari belajar mengajar. Sebagai hasil kegiatan belajar terjadilah interaksi edukatif antara guru dan peserta didik. Oleh karena itu, untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal guru sebagai fasilitator dan inovator pembelajaran harus dan wajib memilih strategi pembelajaran dalam penyajian materi belajar yang tepat. Prestasi belajar adalah salah satu hasil maksimal yang diperoleh seseorang dalam rangka mengaktualkan dan mempotensikan diri lewat belajar. Prestasi belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol huruf maupun kalimat dalam mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik dalam periode tertentu. Dengan demikian prestasi belajar dapat ditelusuri antara lain dengan kemampuan akademik, aktivitas belajar, kepribadian guru sebagai pengelola dalam proses kegiatan belajar mengajar.

(51)

seberapa besar peserta didik dapat menguasai bahan pembelajaran yang telah di belajarkan dan di pelajari (Abdullah, 1978). Prestasi belajar disini adalah kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal–soal tes materi pelajaran IPA pokok bahasan alat pencernakan manusia, makanan dan kesehatan.

8. Pokok Bahasan Alat Pencernaan Manusia, Makanan dan Kesehatan. a. Alat Pencernaan Manusia

Tubuh kita memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan untuk menjaga tubuh agar tetap sehat. Dalam melakukan kegiatan sehari –hari, seperti sekolah, belajar, dan bermain, tubuh memerlukan makanan bergizi. Agar makanan yang bergizi dapat di serap oleh tubuh dengan baik, maka perlu adanya alat pencernaan pada tubuh manusia dan alat pencernaan tersebut harus dalam keadaan sehat. Didalam alat pencernakan itulah zat-zat makanan diolah terlebih dahulu, kemudian diserap oleh tubuh. Proses pencernaan terdiri atas pencernaan mekanik dan pencernaan secara kimiawi.

1) Pencernakan secara mekanik

(52)

2) Pencernakan secara kimiawi

Pencernakan kimiawi terjadi dalam rongga mulut, usus dan lambung dengan bantuan enzim. Enzim adalah suatu zat kimia yang membantu proses pencernaan. Proses pencernaan makanan dalam tubuh terjadi di dalam alat pencernaan. Alat pencernaan manusua terdiri atas rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus.

a) Rongga mulut

Proses pencernaan makanan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Di dalam rongga mulut makanan dikunyah dan dihancurkan oleh gigi, di bantu oleh lidah. Dalam rongga mulut juga ada enzim yang membantu pencernakan yaitu enzim amilase. Gigi manusia terdiri atas gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham. (1) Gigi seri berbentuk pahat berfungsi untuk mencengkeram dan memotong makanan. (2) Gigi taring berbentuk lancip dan runcing, berfungsi untuk menusuk dan mengoyak makanan. (3) Gigi geraham berbentuk rata bergerigi, berfungsi untuk mengunyah makanan.

(53)

Jumlah gigi anak –anak dan gigi orang dewasa berbeda. Pada anak gigi berjumlah 20 buah, yang terdiri atas 8 gigi seri, 4 gigi taring, dan 8 gigi geraham. Gigi orang dewasa berjumlah 32 buah, masing-masing 8 gigi seri, 4 gigi taring, dan 20 gigi geraham.

Lidah juga membantu pencernaan makanan di dalam mulut, dengan adanya lidah dapat merasakan rasa manis, rasa asam, asin, dan rasa pahit. Lidah berfungsi dalam membantu proses menelan dan pencampuran makanan dalam mulut. Di dalam mulut terdapat enzim untuk membantu pencernaan, enzim tersebut dihasilkan oleh kelenjar ludah disebut enzim emilase, enzim emilase berfungsi untuk mengubah zat tepung menjadi zat gula.

b) Kerongkongan

Setelah dicerna di mulut, makanan akan masuk dalam kerongkongan makanan di dorong oleh otot kerongkongan menuju lambung. Gerakan otot ini disebut gerakan peristaltik, gerakan inilah yang menyebabkan makanan terdorong hingga masuk ke lambung. Didalam pangkal leher terdapat dua saluran, yaitu batang tenggorokan dan kerongkongan. Batang tenggorokan merupakan saluran pernapasan sedang kerongkongan merupakan saluran makanan, kedua saluran makanan ini dipisahkan oleh dua katup ketika bernapas katup tersebut akan terbuka.

(54)

Setelah kerongkongan makanan masuk ke lambung, di dalam lambung makanan di cerna secara kimiawi dengan bantuan enzim yang disebut peptin. Peptin berperan mengubah protein menjadi pepton, didalam lambung terdapat asam klorida yang menyebabkan lambung menjadi asam. Asam klorida dihasilkan oleh dinding lambung, asam klorida berfungsi untuk membunuh kuman penyakit dan mengaktifkan pepsin. Ketika proses pencernaan terjadi dilambung otot-otot dinding lambung berkontraksi, hal tersebut menyebabkan makanan akan tercampur dan teraduk dengan enzim serta asam klorida. Secara bertahap makanan akan menjadi berbentuk bubur kemudian makanan yang telah mengalami pencernaan akan bergerak sedikit demi sedikit kedalam usus halus.

d) Usus Halus

Usus halus merupakan tempat pencernaan dan penyerapan nutrisi, usus halus terbagi menjadi tiga bagian, yaitu usus dua belas jari, usus kosong, dan usus penyerap.

(55)

pankreas mengandung enzim-enzim, seperti enzim amilase, enzim tripsin, dan enzim lipase.

Usus kosong terdapat diantara usus dua belas jari dan usus penyerapan, di dalam usus kosong terjadi pula proses pencernaan secara kimiawi. Usus kosong memiliki dinding yang dapat menghasilkan getah pencernaan.

Usus penyerapan adalah tempat penyerapan sari-sari makanan, sari-sari makanan adalah makanan yang telah dicerna secara sempurna. Di dalam usus penyerapan terdapat bagian yang disebut vili, vili banyak mengandung pembuluh darah. Vili inilah yang dapat menyerap sari-sari makanan.

e) Usus Besar

Setelah melewati usus halus sisi-sisa makanan masuk kedalam usus besar, usus besar terbagi atas usus besar naik, usus besar melintang, dan usus besar turun. Di dalam usus besar sisa makanan mengalami pembusukan, pembusukan ini di bantu oleh bakteri escherichia coli, air dan garam mineral dari sisa makanan tersebut akan diserap oleh usus kembali. Setelah itu, sisa makanan dikeluarkan melalui anus dalam bentuk tinja ( fases ).

b. Makanan

(56)

baik makanan harus dipotong atau dikunyah. Makanan di potong-potong dengan cara dikunyah oleh gigi dan dibantu oleh lidah supaya hancur.

Ada makanan yang mudah dicerna dan ada pula makanan yang tidak mudah di cerna oleh tubuh, makanan yang mudah dicerna oleh tubuh diantaranya nasi dan roti. Adapun makanan yang tidak mudah dicerna oleh tubuh biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung serat (selulosa), makanan yang berserat banyak menyerap air di dalam tubuh sehingga maembantu proses pencernaan pada tubuh manusia.

c. Makanan yang baik untuk kesehatan

Makanan diperlukan tubuh manusia untuk pertumbuhan dan melakukan kegiatan sehingga tubuh tetap sehat, kegiatan yang dilakukan misalnya belajar, pergi sekolah, dan bermain. Makanan yang dimakan sebaiknya mengandung gizi asupan gizi yang baik tidak akan tercukupi tanpa makanan yang sehat.

(57)
(58)

memperlancar metabolisme tubuh, seperti proses pencernaan dan peredaran darah di dalam tubuh.

d. Makanan 4 Sehat 5 Sempurna

Makanan begizi adalah makana yang menagndung zat-zat yang di butuhkan oleh tubuh, zat-zat tersebut antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Empat sehat lima sempurna adalah makanan dengan gizi yang lengkap dan seimbang, Empat sehat terdiri atas empat macam makanan, yaitu 1) Makan pokok (nasi, kentang) .2) Lauk pauk (ikan, telur). 3) Sayuran (bayam, kangkung). 4) buah-buahan (jeruk, pepaya, apel). Lima sempurna adalah pelengkap dari empat makan tersebut. Susu adalah jenis minuman dengan zat gizi yang lengkap, oleh karena itu susu di sebut pelengkap (lima sempurna).

Makanan yang berbahaya bagi kesehatan adalah makan yang tidak bersih, banyak mengandung zat-zat kimia dan pembuatannya tidak memenuhi standar kesehatan. Makanan yang tidak bersih dapat mengakibatkan sakit perut atau lambung, selain lambung alat pencernaan lainpun dapat terserang penyakit jika makanan yang di konsumsi tidak bersih atau higienis.

(59)

dicemari hewan atau bakteri-bakteri.7) Makanan yang mengandung bahan–bahan kimia yang berbahaya.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Andreas Kosasih (2003: 121- 134) menghasilkan kesimpulan–kesimpulan sebagai berikut:

Media gambar menjadi alternatif pilihan dalam mengembangkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari materi pembelajaran budi pekerti. Untuk media audio dapat di terapkan dalam proses pembelajaran yang bersifat informatif terutama dalam memberikan pengayaaan dan latihan terkait dengan secara langsung dan berhubungan dengan metode ceramah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Zailani (2003: 103) menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

a. Terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil belajar biologi siswa kelas II SLTP antara penggunaan media model dengan media gambar. b. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pada hasil belajar biologi

antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah setelah belajar dengan menggunakan media model.

(60)

C. Kerangka Berfikir

1. Perbedaan penggunaan media model dan media gambar terhadap prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar.

Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa penggunaan media model dalam pembelajaran diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Penelitian ini selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara guru yang menggunakan media model dengan guru yang menggunakan media gambar. Ketepatan pemilihan dan penggunaan media dalam pembelajaran IPA akan berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran. Untuk itu penggunaan media pembelajaran akan membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan dan membantu guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran dengan media model diduga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, karena media model memiliki beberapa kelebihan antara lain peserta didik memperoleh pengalaman tingkat pertama, meningkatkan perhatian, motivasi dan mendorong peserta didik untuk berfikir untuk belajar menyelidiki sendiri.

(61)

2. Perbedaan antara peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah terhadap prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa kemampuan awal satu peserta didik dengan peserta didik yang lain berbeda, maka tugas guru adalah berusaha untuk meningkatkan kemampuan awal peserta didik terhadap konsep Ilmu Pengetahuan Alam. Kemampuan awal peserta didik di duga dapat menentukan sikap seorang peserta didik dalam menerima pelajaran, dan meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Penelitian ini selanjutnya di laksanakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi dan peserta didik yang memiliki kekampuan awal rendah terhadap prestasi belajar .

3. Terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar peserta didik untuk mata pelajara Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar.

(62)

dipandang sebagai faktor dari luar peserta didik, sedangkan kemampuan awal dipandang sebagai faktor dari dalam diri peserta didik. Interaksi antara media pembelajaran dan kemampuan awal di duga dapat meningkatkan perstasi belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini dengan skema :

Gambar 2. Skema Hubungan antara Variabel –variabel dalam penelitian .

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah penulis kemukakan di depan, maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut:

Pembelajaran siswa dengan media model dan media

gambar

Prestasi Belajar Siswa

(63)

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan media model dan media gambar terhadap prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas V Sekolah Dasar.

2. Ada perbedaan pengaruh yang sinifikan antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah terhadap prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) kelas V Sekolah Dasar.

3. Ada pengaruh interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) kelas V Sekolah Dasar.

BAB III

(64)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Selokaton, SD Negeri 02 Tuban, SD Negeri 01 Tuban, dan SD Negeri 01 Bulurejo di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2009/2010. Adapun jadwal penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

No. Keterangan Bulan/Tahun 2009

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Tahap Persiapan Pengajuan Judul

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Permohonan Perijinan

2 Tahap Pelaksaksanaan Penyusunan Instrumen

Uji Coba Instrumen

Pelaksanaan Penelitian

3 Tahap Penyelesaian Pengolahan Data

Penyusunan Laporan

(65)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Siswa-siswa dikelompokkan menjadi dua kelompok dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kelompok pertama proses belajar mengajar dibantu dengan menggunakan media model dan kelompok kedua dibantu dengan menggunakan media gambar. Hasil belajar kedua kelompok ini dibandingkan dan dilihat bedanya. Keberartian beda hasil belajar siswa ditentukan dengan menggunakan rumus statistik. Desain penelitian menggunakan desain faktorial 2 x 2 yang ditampilkan dalam Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Desain faktorial 2x2 Media Pembelajaran

(A)

Kemampuan Awal (B)

Tinggi (B1) Rendah (B2)

Model (A1) A1B1 A2B1

Gambar (A2) A1B2 A2B2

Keterangan :

A : Media pembelajaran A1 : Media model

A2 : Media gambar

B : Kemampuan awal

B1 : Kemampuan awal tinggi

B2 : Kemampuan awal rendah

A1B1 : Kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang

diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media model. A1B2 : Kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang

(66)

A2B1 : Kelcmpok siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang

diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

A2B2 : Kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang

diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

C. Variabel dan Data 1. Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas pertama (X1), yaitu media pembelajaran dengan menggunakan

media model dan media gambar.

b. Variabel bebas kedua (X2) yaitu kemampuan awal, yang dibedakan dalam

kemampuan awal tinggi, dan kemampuan awal rendah.

c. Variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar yang diukur dari hasil tes belajar IPA.

2. Data

a. Jenis Data

Gambar

  gambar
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Gambar (A2)
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Soal IPA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan : (1) interaksi antara model pembelajaran kontekstual dan berbasis masalah dan kemampuan awal dengan prestasi belajar

Ketiga, bakat siswa adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang sebagaimana diungkap Chaplin (dalam

Ketiga, bakat siswa adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin (dalam Syah, 2008: 150)). Hal

Menurut Anita Lie (2002 : 31 ) Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan : “Saling ketergantungan positif, Tanggung

Data yang dihasilkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ] terdiri dari kemampuan guru menyusun rencana pembelajaran, kemampuan guru melaksanakan

Menurut data yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media batang napier dapat meningkatkan kemampuan berhitung dan hasi belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) media komik yang digunakan berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar, (2) ada perbedaan kemampuan awal dan

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) yang telah dilakukan selama siklus I, terdapat beberapa masalah yang menyebabkan penelitian