• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Komik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Media Komik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Media Komik Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Prestasi Belajar Matematika

Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII

Sri Adi Widodo

1

, Pardimin

1

, dan Indriyti Eko Purwaningsih

3

1,2

FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 3 F.Psi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

1email: sriadi@ustjogja.ac.id

Abstrak—Tujuan penelitian ini (1) untuk mengetahui pengaruh media komik yang

digunakan terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII, (2) perbedaan kemampupan memecahkan masalah dan prestasi belajar berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa kelas VII, dan (3) interaksi antara media pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar siswa kelas VII. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VIII se-kota Jogjakarta dengan ukuran sampel 370 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Variabel penelitian adalah kemampuan memecahkan masalah, prestasi belajar matematika dan media pembelajaran. Data diperoleh dengan tes untuk menentukan kemampuan awal siswa, kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar yang kemudian diuji dengan analisis variansi multivariat (MANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) media komik yang digunakan berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar, (2) ada perbedaan kemampuan awal dan prestasi belajar siswa kelas VII ditinjau dari kemampuan awal siswa, dan (3) tidak ada pengaruh antara media pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar matematika kelas VII.

Kata kunci: komik, kemampuan memecahkan masalah, prestasi belajar, kemampuan awal

I. PENDAHULUAN

Sebagaian besar siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit dan rumit, sehingga siswa malas untuk mempelajarinya. Sikap siswa tersebut disebabkan oleh pengalaman siswa sebelumnya. Pengalaman siswa tersebut diantaranya persepsi siswa terhadap pelajaran matematika maupun guru matematikanya. Selain itu, rendahnya prestasi belaajar siswa juga dapat disebabkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika kurang memadai. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa peserta didik untuk menyelesaikan masalah matematika selalu hanya melakukan langkah menjawab saja. Sedangkan langkah memahami, merencanakan dan melihat kembali jawaban terkadang tidak dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat [1] yang menyatakan bahwa kebanyakan guru sulit dalam mengajarkan kepada siswa tentang cara-cara menyelesaikan suatu masalah, sehingga mereka berangapan bahwa hasil akhir adalah satu-satunya tujuan dalam pemecahan masalah.

Materi matematika sangat berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalaran yang deduktif [2]. Sehingga materi atau ide-ide/konsep-konsep matematika pada tingkatan/jenjang sebelumnya sangat berkaitan dengan pemahaman konsep matematika pada jenjang/tingkatan selanjutnya. Seperti yang diungkapkan oleh [3] dan [4] yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara kemampuan awal terhadap prestasi belajar matematika. Sehingga mempelajari matematika membutuhkan pemikiran yang lebih serius dalam mempelajari matematika sehingga prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah matematika dapat lebih baik.

Seiring dengan semakin modernnya sistem pendidikan dan tuntutan yang semakin berkembang, tak jarang sekolah masih menggunakan cara-cara konvensional dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Pembelajaran dengan cara konvensional ini biasanya dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi pembelajaran siswa dilakukan oleh satu orang guru. Perencanaan yang dilakukan oleh guru biasanya berupa menyiapkan buku atau bahan ajar yang hampir sama dengan tahun-tahun

(2)

sebelumnya, bahkan rencana pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses pembelajaran masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Padahal penyusunan RPP setidaknya harus menyesuaikan karakteristik peserta didik. Sehingga apabila guru masih menggunakan RPP yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya maka guru tersebut secara tidak langsung peserta didik dianggap sama karakteristiknya, padahal manusia dilahirkan ke dunia memiliki perbedaan-perbedaan yang unik.

Salah satu perangkat pembelajaran yang sering digunakan selama proses pembelajaran diantaranya adalah bahan ajar atau buku teks. Bahan ajar menjadi salah satu faktor penentu peserta didik untuk berpartisipasi selama proses pembejaran dan membuat tertarik pada materi yang akan diajarkan. Seperti yang diungkapkan oleh [5] yang menyatakan bahwa untuk menghasilkan pembelajaran yang aktif, mudah dipahami, dan menyenangkan bagi siswa diperlukan sebuah model pembelajaran yang membuat siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang membuat siswa aktif berpartisipasi selama proses pembelajaran dan siswa tertarik dapat diciptakan dengan pembelajaran yang menggunakan perangkat.

Banyak media pembelajaran yang telah digunakan dalam proses pembelajaran, seperti yang dilakukan [6] yang menggunakan media pembelajaran Geogebra untuk meningkatkan prestasi belajar pada operasi hitung bilangan bulat, [7] dengan menggunakan flash untuk membantu siswa dalam operasi hitung dasar matematika. Kedua media pembelajaran matematika tersebut masih menggunakan teknologi informasi sebagai konsep dasar dalam pembuatan media pembelajaran matematika. Kendalanya utama media pembelajaran berbasis teknologi informasi diantaranya cara penyajian matematika belum bisa mengakrabkan matematika kepada siswa terutama siswa kelas VII, tetapi media pembelajaran berbasis teknologi informasi mampu menarik minat peserta didik untuk menyukai matematika. Berkaitan dengan hal tersebut perlu adanya sebuah media pembelajaran yang penyajian dan suasana pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa mudah memahami matematika, merasa senang belajar matematika, mengakrabkan matematika dengan kehidupan nyata.

Menyingkapi permasalahan tersebut maka tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui (a) pengaruh media komik terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP se-kota Yogyakarta, (b) Perbedaan kemampupan memecahkan masalah dan prestasi belajar berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa kelas VII SMP se-kota Yogyakarta, dan (c) interaksi antara media pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar siswa kelas VII SMP se-kota Yogyakarta.

II. METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan kemampuan memecahkan masalah matematika dan prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat, sedangkan variabel bebas pada penelitian ini adalah kemampuan awal siswa dan media pembelajaran. Untuk selanjutnya kemampuan awal siswa dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun pedoman yang digunakan mengacu pada [8] yaitu Skor > dengan kategori tinggi, ≤ Skor ≤ dengan kategori Sedang, dan Skor < dengan kategori rendah.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP se-kota Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015 – 2016. Menurut data dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta jumlah SMP di kota Yogyakarta sebanyak 57 sekolah yang terdiri dari 16 SMP negeri dan 41 SMP swasta dengan jumlah siswa kelas VIII kurang lebih 5275 siswa. Sedangkan ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 370 siswa yang diambil menggunakan teknik_cluster random. Dari ukuran sampel 370 dikelompokkan menjadi 16 kelas dengan 8 kelas sebagai kelas sebagai kelompok eksperimen dan 8 kelas sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang menggunakan media komik dalam pembelajaran matematika sedangkan kelompok kontrol adalah pembelajaran yang tidak menggunakan media komik.

Untuk melihat apakah sampel yang digunakan sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam kondisi yang seimbang maka perlu dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh bahwa t hitung (tobs) sebesar 0,383. Sedangkan t tabel (ttab) pada  = 370 untuk taraf signifikasi 5% adalah 1,960, sehingga diperoleh bahwa daerah kritiknya (DK) atau daerah untuk menolak H0 adalah {t  t < – 1,960 atau t > 1,960}. Berdasarkan hal tersebut maka tobs tidak berada

(3)

pada daerah kritik atau tobs  DK, sehingga sampel yang digunakan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berada dalam keadaan seimbang.

Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal siswa, prestasi belajar matematika dan kemampuan memecahkan masalah matematika. Tes Pemecahaan Masalah Matematika (TPMM) bertujuan untuk memperoleh data terkait dengan skor kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematika dan prestasi belajar matematika pada pokok segi empat. Sedangkan Tes Kemampuan Awal (TKA) bertujuan untuk memperoleh data terkait dengan nilai kemampuan awal siswa yang terkait dengan pokok bahasan segi empat. TPMM didesain berbentuk soal uraian yang mengacu pada keliling bangun segi empat dan luas bangun segi empat. Sedangkan TKA berbentuk pilihan ganda dengan empat option jawaban dan mengacu pada materi yang mempengaruhi dalam mempelajari segi empat. Adapun materi yang mempengaruhi atau materi prasyarat dalam mempelajari segi empat diantaranya adalah operasi hitung dasar, operasi pangkat dan akar, dan teorema phytagoras.

Penskoran tes kemampuan awal dengan memberikan skor 1 (satu) untuk jawaban benar dan skor 0 (nol) untuk jawaban salah. Penskoran prestasi belajar matematika dilakukan dengan mengkonsultasikan jawaban siswa pada model jawaban ideal yang telah dibuat. Sedangkan untuk kemampuan memecahkan mengacu pada indikator pemecahan masalah dari polya yaitu peserta didik dapat memahami masalah, Peserta didik dapat meencanakan untuk menyelesaikan masalah, peserta didik dapat mealaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah, dan peserta didik melakukan pemeriksaan hasil jawaban soal terhadap soal [9]. Adapun pedoman penskoran kemampuan memecahkan masalah mengacu pada [8], [9], dan [10] yaitu.

Tahap memahami masalah: (0) siswa tidak menuliskan apapun sehingga siswa tidak memahami makna dari masalah yang diajukan, (1) siswa menuliskan data/konsep/pengetahuan yang tidak berhubungan dengan masalah yang diajukan sehingga siswa tidak memahami masalah yang diajukan, (2) siswa hanya menuliskan atau mengungkapkan apa yang diketahui atau apa yang ditanyakan saja, dan (3) siswa mampu menuliskan atau mengungkapkan apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah yang diajukan dengan jelas.

Tahap merencanakan menyelesaikan masalah: (0) siswa tidak menceritakan/menulis langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah, (1) siswa menceritakan/menuliskan langkah langkah untuk menyelesaikan masalah tetapi tidak runtut, dan (2) siswa menuliskan syarat cukup dan syarat perlu atau rumus dari masalah yang diajukan serta menggunakan semua informasi yang telah dikumpulkan.

Tahap melaksanakan rencana: (0) siswa tidak mampu melaksanakan rencana yang telah dibuat, (1) siswa melaksanakan rencana yang telah dibuat, tetapi terjadi kesalahan prosedur dan kesalahan algoritma/perhitungan, (2) siswa melaksanakan rencana yang telah dibuat, tetapi terjadi kesalahan prosedur, (3) siswa melaskanakan rencana yang telah dibuat, menggunakan langkah-langkah menyelesaikan masalah secara benar, dan tidak terjadi kesalahan prosedur, tetapi terjadi kesalahan algoritma/perhitungan, dan (4) siswa melaksanakan rencana yang telah dibuat, menggunakan langkah-langkah menyelesaikan masalah secara benar, tidak terjadi kesalahan prosedur, dan tidak terjadi kesalahan algoritma/perhitungan.

Tahap memeriksa kembali jawaban: (0) siswa tidak melakukan pemeriksanaan kembali jawaban, dan (1) siswa melakukan pemeriksaan kembali jawaban.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan uji analisis variansi multivariat atau multivariate analisis of variance (MANOVA). Adapun hipotesis yang diajukan adalah (a) media komik yang digunakan berpengaruh terhadap prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah matematika, (b) Ada perbedaan prestasi belajar matematika dan kemampuan memecahka masalah berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa, dan (c) tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar siswa kelas VII SMP se-kota Yogyakarta

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji prasyarat pada MANOVA sama dengan uji prasyarat ANAVA, diantaranya adalah setiap sampel diambil secara random dari populasinya, masing-masing populasi saling independen dan masing-masing data amatan saling independen di dalam kelompoknya, setiap populasinya berdistribusi normal atau sifat normalitas populasi, dan populasi-populasi mempunyai variansi yang sama atau sifat homogenitas variansi populasi [11].

(4)

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Lilliefors dengan taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini uji normalitas yang dilakukan yaitu uji normalitas berdasarkan kelompok kontrol (kelompok pembelajaran tanpa menggunakan media komik), uji normalitas berdasarkan kelompok eksperimen (kelompok pembelajaran dengan menggunakan media komik), uji normalitas berdasarkan siswa berkemampuan awal tinggi, uji normalitas berdasarkan siswa berkemampuan awal sedang, dan uji normalitas berdasarkan siswa berkemampuan awal rendah. Berdasarkan hasil perhitungan untuk skor kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar diperoleh bahwa Lobs kurang dari Ltabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas variansi yang digunakan adalah uji Barlett. Uji homogenitas dilakukan berdasarkan media pembelajaran yang digunakan dan bedasarkan tingkatan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dari skor kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar matematika diperoleh bahwa observasi kurang dari tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.

Berdasarkan hasil perhitungan uji Manova dengan analisis Wilk Lambda pada kolom media pembelajaran diperoleh bahwa Fobs sebesar 3,01 dengan sig = 0,000. Selanjutnya, tests of between-subjects effects, yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan antara media pembelajaran dengan kemampuan memecahkan masalah diperoleh F sebesar 30,189 dengan sig 0,000, dan hubungan antara media pembelajaran dengan prestasi belajar diperoleh F sebesar 23,541 dengan sign 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar yang diakibatkan oleh perbedaan media pembelajaran yang digunakan.

Untuk melihat model pembelajaran yang lebih baik perlu dilihat rataan marginal dan rataan tiap-tiap sel untuk tiap-tiap variabel terikat. Pada variabel kemampuan memecahkan masalah rataan untuk siswa yang menggunakan media komik pembelajaran adalah 22,13 sedangkan pada siswa yang tidak menggunakan komik pembelajaran adalah 18,98 sehingga rataan kemampuan memecahkan masalah untuk pembelajaran dengan menggunakan media komik lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan media komik. Pada variabel prestasi belajar untuk siswa yang menggunakan media komik adalah 29,85 sedangkan pada siswa yang tidak menggunakan komik adalah 25,79 sehingga rataan prestasi belajar untuk pembelajaran dengan menggunakan komik lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa menggunakan komik.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media komik memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar matematika. Komik sebagai salah satu media pembelajaran matematika dikemas berbasis cetak, sehinga peserta didik dapat membaca setiap waktu. Selain itu, Pesan atau materi yang dikemas berupa teks, gambar seri, panel, dan balon kata, yang dikombinasi dalam satu kesatuan yang utuh [12], dalam hal ini pesan atau materi yang dimaksud adalah materi matematika. Sehingga peserta didik dalam mempelajari matematika tidak merasa cemas. Seperti yang diungkapkan oleh [13] yang menyatakan bahwa dengan menggunakan media komik dapat membuat siswa merasa senang, santai dan tidak merasa tegang dalam mengikuti pembelajaran, memotivasi siswa untuk lebih memahami suatu masalah yang diajukan, dan dapat mengkonstruk sendiri konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan. Walaupun dalam pengorganisasian komik belum baik seperti pada materi jajar genjang dengan materi yang lain (tokoh yang digunakan dalam belum konsisten) tetapi secara umum peserta didik lebih merasa senang, santai dan tidak merasa cemas dalam mempelajari matematika. Hal inilah yang menyebabkan bahwa komik memberikan dampak yang lebih baik terhadap kemampuan mememecahan masalah dan prestasi belajar jika dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan komik.

Berdasarkan hasil perhitungan uji Manova dengan analisis Wilk Lambda pada kolom kemampuan awal diperoleh bahwa Fobs sebesar 13,412 dengan sig = 0,000. Selanjutnya, tests of between-subjects effects, yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan dengan kemampuan memecahkan masalah diperoleh F sebesar 26,505 dengan sig 0,000, dan hubungan antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar diperoleh F sebesar 22,936 dengan sign 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar matematika siswa untuk tiap-tiap tingkatan kemampuan awal. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan

(5)

bahwa ada perbedaan kemampuan memecahkan masalah jika dilihat dari perbedaan perlakuan model pembelajaran yang digunakan [8] dan tiapa-tiap tingkatan kemampuan awal siswa memberikan dampak yang berbeda pula terhadap prestasi belajar siswa [14]. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa tiap-tiap tingkatan kemampuan awal siswa memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar.

Berdasarkan hasil perhitungan uji Manova dengan analisis Wilk Lambda pada kolom iteraksi diperoleh bahwa Fobs sebesar 1,740 dengan sig = 0,139. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara media pembelajaran yang digunakan, kemampuan awal, kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar matematika siswa. Hal ini berarti rata-rata sel atau rata-rata kemampuan memcahkan masalah dan rata-rata prestasi belajar untuk setiap media pembelajaran yang digunakan dan tingkatan kemampuan awal sejajar dengan rataan marginalnya. Sehingga untuk mengetahui manakah yang memilliki rata-rata yang lebih baik, perlu melihat rataan marginalnya.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) media komik yang digunakan berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar, (2) ada perbedaan kemampuan awal dan prestasi belajar siswa kelas VII ditinjaudari kemampuan awal siswa, dan (3) tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar matematika kelas VII.

Berdasarkan hasil analisis dapat disarankan bahwa perlu dikembangkan media komik pembelajaran matematika dengan tokoh yang konsisten sehingga media ini dapat menjadi komik pembelajaran matematika yang berseri.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Nikmatul Maula, Rohmad dan Edy Soedjoko. 2013. Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS Berbantuan Worksheet Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Materi Lingkaran. Unnes Journal of Mathematics Education (UJME). Volume 2 No 1, hal 19 – 27. Semarang: UNNES.

[2] Herman Hudoyo. 1990. Teori Belajar Untuk Pengajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud. Hal 4.

[3] Soebiyanto, Mohammad Masykuri, dan Ashadi. 2016. Pembelajaran Kimia Menggunakan Model Student Teams Achievement Division (STAD) Dan Team Games Tournament (TGT) ditinjau dari kemampuan Awal Dan Gaya Belajar. Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia (JKPK). Volume 1 Nomer 1, hal 52 – 66. Surakarta: Prodi Pendidikan Kimia, UNS.

[4] Supriyatin, Tri Atmojo Kusmayadi, dan Mardiyana. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Dan Problem Based Learning (PBL) Dengan Pendekatan Saintifik Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa SMP Kelas VIII Se-Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal elektronik pembelajaran matematika. Volume 3 Nomer 9, hal 985 – 996. Surakarta: FKIP, UNS

[5] Supriyono, Toto’ Bara Setiawan, dan Dinawati Trapsilasiwi. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model Student FacilitatorAnd Explaining Setting Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Sub Pokok Bahasan Prisma Dan Limas Kelas VIII Semester Genap. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran PANCARAN. Volume 3, No. 2, hal 53 – 62. Jember: Universitas Jember.

[6] Kadek Dwipayani Pratiwi, Sariyasa, dan I Putu Wisna Ariawan. 2015. Media Pembelajaran Berbasis Geogebra Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Operasi Hitung Bilangan Bulat. Jurnal Jurusan Pendidikan Matematika. Volume 3 Nomer 1. Denpasar: Undhiksa.

[7] Rizqi Sukma Kharisma, Reno Kurniawan , dan Andre Cristiyan Wijaya. 2015. Perancangan Media Pembelajaran Berhitung Berbasis Multimedia Flash. Jurnal Ilmiah DASI. Volume 16 Nomer 2, halaman 42 – 47. Yogyakarta: STIMIK Amikom. [8] Sri Adi Widodo. 2015. Perbedaan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Pada Tingkatan Kemampuan Awal Siswa

SMP Kelas VIII Dengan Menggunakan Model Team Accelerated Instruction. Prosiding Seminar Nasional matematika dan Pendidikan Matematika: Bagian 2, halaman 485 - 496. Surakarta: FKIP UNS.

[9] Sri Adi Widodo. 2015. Efektifitas Pembelajaran Team Accelerated Instruction Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa kelas VIII SMP se-kota Yogyakarta. Jurnal Admathedu. Volume 5 nomer 2, hal 183 – 192. Yogyakarta: UAD.

[10] Sri Adi Widodo. 2015. Kefektifan Team Accelerated Instruction Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII. Jurnal Kreano. Volume 5 nomer 2, hal 127 – 134. Semarang: UNNES.

(6)

[12] Riska Dwi Novianti dan M. Syaichudin. 2010. Pengembangan Media Komik Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Bentuk Soal Cerita Bab Pecahan Pada Siswa Kelas V SDN Ngembung. Jurnal Teknologi Pendidikan. Volume 10 No. 1. Halaman 74 – 85. Surabaya: Unesa.

[13] Syaiful Hadi. 2013. Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik. Online. jdih.surabaya.go.id. diunduh pada tanggal 1 Agustus 2016

[14] Sri Adi Widodo. 2014. Ekperimentasi Pembelajaran CPS Ditinjau Dari Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Interpolasi. Jurnal Pendidikan Prograsif. Volume 4 nomer 1, Hal 97 – 106. Lampung: UNILA.

Referensi

Dokumen terkait

Kontrak asli sesuai dengan daftar pengalaman perusahaan yang tertuang dalam dokumen penawaran (Addendum, PHO, FHO)2.

Kebutuhan waktu lembur didasarkan pula pada jumlah klaim untuk rawat jalan dan rawat inap yang diterima oleh HR admin bagian tunjangan kesehatan, apabila klaim

Ada beberapa metode dalam pemeriksaan status gizi, salah satunya adalah pemeriksaan antropometri yang meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas,

2 Perlakuan pemupukan magnesium yang diberikan secara bertahap 11 3 Laju pertumbuhan bibit kelapa sawit selama penelitian 16 4 Tinggi tanaman bibit kelapa sawit pada berbagai

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun

Hasil dari pengujian kekuatan tarik dan persen elongasi dari edible film dengan penambahan konsentrasi agar, menunjukkan penambahan konsentrasi agar 4% memiliki nilai

Dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan memberikan model cooperative learning

Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “ Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),