• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA : Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kelas XII IPS SMAN Jatinangor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA : Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kelas XII IPS SMAN Jatinangor."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kelas XII IPS SMAN Jatinangor)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: NOVI NURDIANTI

NIM. 0906077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)
(3)
(4)

PELAKSANAAN DAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini telah dipertahankan dalam Ujian Sidang pada:

Hari/Tanggal : Rabu, 26 Februari 2014 Waktu : 09.00 s.d 10.30

Tempat : Ruang Laboratorium Akuntansi FPEB UPI

Panitia ujian terdiri dari :

Ketua : Dr. H. Edi Suryadi, M.Si NIP. 19600412 198603 1 002 Sekretaris : Dr. Kurjono, M.Pd

NIP. 19681020 199802 1 003 Anggota : 1. Dr. H. Kusnendi, MS

NIP. 19600122 198403 1 003 2. Drs. H. Ajang Mulyadi, M.M NIP. 19611102 198603 1 002

(5)

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kelas XII IPS SMAN Jatinangor)

Novi Nurdianti

Pembimbing : Dr. Kurjono, M.Pd ABSTRAK

Masalah penelitian ini adalah kurangnya motivasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen yang diberikan perlakuan cooperative learning tipe make a match dan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Metode yang digunakan adalah dengan desain pretest - post test Control Group Design. Penelitian ini

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan berupa penerapan cooperative learning tipe make a match dalam pelajaran akuntansi. Hal ini didukung dengan hasil uji hipotesis dengan menggunakan Uji Mann Whitney atau Uji U dengan uji dua pihak. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika nilai – 1,96 ≤ zhitung ≤ 1,96, maka H0 diterima, jika di luar itu, H0 ditolak. Diketahui nilai zhitung sebesar 6,42 maka H0 ditolak, dan diterima, artinya terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penerapan cooperative learning tipe make a match. Kesimpulan tersebut memberikan keputusan bahwa cooperative learning tipe make a match berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning tipe make a match dapat dijadikan suatu alternatif teknik pembelajaran bagi para guru akuntansi untuk diimplementasikan pada pembelajaran akuntansi di kelas, terutama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga seluruh siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.

(6)

THE EFFECTS OF COOPERATIVE LEARNING MAKE A MATCH TYPE TO THE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION

( Experiment Study on Accounting Subjects in Class XII Social

SMAN Jatinangor) Novi Nurdianti

Counsellor: Dr. Kurjono, M.Pd.

ABSTRACT

This problem research was the lack of student learning motivation. This research was aimed to obtain information about student's learning motivation among the experiment class that was given cooperative learning treatment make a

match type and control class that wasn’t given the treatment. The method used was pretest - posttest control group design. This research was performed at SMAN Jatinangor. The population in this research was students of grade XII Social with the research samples were students of grade XII Social 2, that consist of 28 students as the experiment class and students of grade XII Social 1, that consist of 28 students as control class, and the technique used was purposive sampling.

The result of research showed that there were some differences of the

students’ learning motivation among experiment class and control class after it was given a treatment in implementation of cooperative learning especially in make a match type on accounting subject.. This is supported by the result of the hypothesis using the Mann Whitney Test or U test with two sides test. Hypothesis test criteria is if the value – 1,96 ≤ zcount ≤1,96, so is accepted , if it’s out of it,

is refused. It is known that value of zcount is 6.42, so is rejected, and is

accepted, it means that there are differences in students' learning motivation among the experiment class and control class after the implementation of cooperative learning make a match type. The conclusion gives a decision that cooperative learning make a match type can influence students’ learning motivation.

The learning activity using cooperative learning make a match type can be used as an alternative in learning technique for accounting teachers to be applied in the classroom, especially to increase students' learning motivation, so all students can reach the optimum achievements.

(7)

DAFTAR ISI

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 17

2.1.7 Indikator Motivasi Belajar ... 17

2.1.8 Pengukuran Motivasi Belajar ... 18

2.2 Cooperative Learning ... 18

2.2.1 Pengertian Cooperative Learning ... 18

2.2.2 Tujuan Cooperative Learning ... 20

2.2.3 Karakteristik Cooperative Learning ... 21

2.2.4 Keunggulan Cooperative Learning ... 22

2.2.5 Kelemahan Cooperative Learning ... 23

2.3 Jenis dan Teknik dalam Cooperative Learning ... 25

2.3.1 Jenis Cooperative Learning ... 25

2.3.2 Teknik dalam Cooperative Learning ... 26

2.4 Cooperative Learning Tipe Make A Match ... 28

2.5 Pembelajaran Cooperative Learning dalam Akuntansi ... 29

2.6 Karakteristik Pembelajaran Akuntansi SMA ... 30

2.6.1 Pengertian Akuntansi ... 30

2.6.2 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akuntansi di SMA ... 31

2.6.3 Pembelajaran Akuntansi di SMA ... 32

(8)

2.8 Kerangka Pemikiran ... 34

2.9 Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 39

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 40

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.5 Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis ... 55

3.5.1 Statistik Deskriptif ... 55

4.1.2 Sejarah Singkat Pendirian SMAN Jatinangor ... 62

4.1.2.1 Latar Belakang Pendiriran ... 62

4.2.1 Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen (Pretest) ... 66

4.2.2 Gambaran Indikator Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen (Pretest) ... 67

4.2.2.1 Gambaran Adanya Hasrat dan Keinginan Untuk Berhasil ... 67

4.2.2.2 Gambaran Adanya Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar ... 67

4.2.2.3 Gambaran Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan ... 68

4.2.2.4 Gambaran Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 69

4.2.2.5 Gambaran Adanya Kegiatan Menarik dalam Belajar 70

(9)

4.2.3 Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas

Kontrol (Pretest) ... 72 4.2.4 Gambaran Indikator Motivasi Belajar Siswa Kelas

Kontrol (Pretest) ... 73 4.2.4.1 Gambaran Adanya Hasrat dan Keinginan Untuk

Berhasil ... 73 4.2.4.2 Gambaran Adanya Dorongan dan Kebutuhan

dalam Belajar ... 73 4.2.4.3 Gambaran Adanya Harapan dan Cita-cita

Masa Depan ... 74 4.2.4.4 Gambaran Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 75 4.2.4.5 Gambaran Adanya Kegiatan Menarik dalam Belajar . 76 4.2.4.6 Gambaran Adanya Lingkungan Belajar yang

Kondusif ... 77 4.2.5 Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas

Eksperimen (Posttest) ... 78 4.2.6 Gambaran Indikator Motivasi Belajar Siswa Kelas

Eksperimen (Posttest) ... 79 4.2.6.1 Gambaran Adanya Hasrat dan Keinginan Untuk

Berhasil ... 79 4.2.6.2 Gambaran Adanya Dorongan dan Kebutuhan

dalam Belajar ... 80 4.2.6.3 Gambaran Adanya Harapan dan Cita-cita

Masa Depan ... 81 4.2.6.4 Gambaran Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 81 4.2.6.5 Gambaran Adanya Kegiatan Menarik dalam Belajar 82 4.2.6.6 Gambaran Adanya Lingkungan Belajar yang

Kondusif ... 83 4.2.7 Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas

Kontrol (Posttest) ... 84 4.2.8 Gambaran Indikator Motivasi Belajar Siswa Kelas

Kontrol (Posttest) ... 85 4.2.8.1 Gambaran Adanya Hasrat dan Keinginan Untuk

Berhasil ... 85 4.2.8.2 Gambaran Adanya Dorongan dan Kebutuhan

dalam Belajar ... 86 4.2.8.3 Gambaran Adanya Harapan dan Cita-cita

Masa Depan ... 87 4.2.8.4 Gambaran Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 88 4.2.8.5 Gambaran Adanya Kegiatan Menarik dalam Belajar . 89 4.2.8.6 Gambaran Adanya Lingkungan Belajar yang

Kondusif ... 90 4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Penelitian ... 92 4.3.1 Analisis Data ... 92 4.3.2 Uji Homogenitas Data Motivasi Belajar Siswa Kelas

(10)

4.3.3 Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93

4.3.3.1 Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93

4.3.3.2 Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 94

4.3.3 Pengujian Hipotesis ... 94

4.3.3.1 Menguji Hipotesis ... 95

4.3.3.2 Menentukan Nilai Uji Statistik dengan Uji Mann Whitney ... 95

1. Perhitungan Validitas Uji Coba Angket 2. Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Angket 3. Angket Motivasi Belajar

4. Perhitungan Skor Motivasi Belajar Kelas Eksperimen (Pretest) 5. Perhitungan Skor Motivasi Belajar Kelas Kontrol (Pretest) 6. Perhitungan Skor Motivasi Belajar Kelas Eksperimen (Posttest) 7. Perhitungan Skor Motivasi Belajar Kelas Kontrol (Posttest) 8. Data Pra Penelitian

9. Perhitungan Analisis Deskriptif Statistik Indikator Motivasi Belajar Kelas Eksperimen (Pretest)

10.Perhitungan Analisis Deskriptif Statistik Indikator Motivasi Belajar Kelas Kontrol (Pretest)

11.Perhitungan Analisis Deskriptif Statistik Indikator Motivasi Belajar Kelas Eksperimen (Posttest)

12.Perhitungan Analisis Deskriptif Statistik Indikator Motivasi Belajar Kelas Kontrol (Posttest)

13.Perhitungan Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Dan Kontrol

14.Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen Dan Kontrol (Pretest) 15.Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen Dan Kontrol (Posttest) 16.Perhitungan Uji Hipotesis (Uji Mann Whitney)

17.RPP Kelas Eksperimen 18.Kartu Soal Make A Match 19.Kartu Jawaban Make A Match 20.Tabel r

(11)

23.Surat Keputusan Dekan

24.Surat Keterangan Perubahan Judul Skripsi

25.Lembar Evaluasi Presentasi Rancangan Up Untuk Skripsi 26.Surat Izin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa ... 3

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 41

Tabel 3.2 Penilaian Numerical Scale ... 45

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas ... 47

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 49

Tabel 4.1 Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen (Pretest) ... 66

Tabel 4.2 Gambaran Adanya Hasrat dan Keinginan untuk Berhasil ... 67

Tabel 4.3 Gambaran Adanya Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar .... 68

Tabel 4.4 Gambaran Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan ... 69

Tabel 4.5 Gambaran Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 69

Tabel 4.6 Gambaran Adanya Kegiatan Menarik dalam Belajar ... 70

Tabel 4.7 Gambaran Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif ... 71

Tabel 4.8 Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol (Pretest) ... 72

Tabel 4.9 Gambaran Adanya Hasrat dan Keinginan untuk Berhasil ... 73

Tabel 4.10 Gambaran Adanya Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar .... 74

Tabel 4.11 Gambaran Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan ... 75

Tabel 4.12 Gambaran Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 75

(13)

Tabel 4.14 Gambaran Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif ... 77

Tabel 4.15 Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen (Posttest) ... 78

Tabel 4.16 Gambaran Adanya Hasrat dan Keinginan untuk Berhasil ... 79

Tabel 4.17 Gambaran Adanya Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar .... 80

Tabel 4.18 Gambaran Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan ... 81

Tabel 4.19 Gambaran Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 82

Tabel 4.20 Gambaran Adanya Kegiatan Menarik dalam Belajar ... 83

Tabel 4.21 Gambaran Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif ... 84

Tabel 4.22 Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol (Posttest)... 85

Tabel 4.23 Gambaran Adanya Hasrat dan Keinginan untuk Berhasil ... 86

Tabel 4.24 Gambaran Adanya Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar .... 87

Tabel 4.25 Gambaran Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan ... 87

Tabel 4.26 Gambaran Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 88

Tabel 4.27 Gambaran Adanya Kegiatan Menarik dalam Belajar ... 89

Tabel 4.28 Gambaran Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif ... 90

Tabel 4.29 Perbandingan Motivasi Belajar Siswa ... 91

Tabel 4.30 Uji Homogenitas Motivasi Belajar Kelas Eksperiemen dan Kelas Kontrol ... 92

Tabel 4.31 Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa (Pretest) ... 93

Tabel 4.32 Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa (Posttest) ... 94

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila memiliki pendidikan yang berkualitas. Bangsa yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya melalui pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan mampu bersaing di era globalisasi.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa konsep pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana dan diwujudkan melalui suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Hal tersebut berarti salah satu aspek yang membantu dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah suatu pendidikan yang terencana.

(16)

2

berakhlak mulia serta berusaha untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu.

Dalam kegiatan belajar mengajar siswa sekolah menengah atas di butuhkan keterampilan mengelola dan mengemas pembelajaran yang menarik yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dan kreatif dalam menangkap materi yang di kembangkan oleh guru. Seperti yang diungkapkan Sardiman (2004 : 13) bahwa

“...guru tidak cukup hanya mengetahui bahan ilmu pengetahuan yang akan diajarkan pada siswa, tetapi juga harus mengetahui dasar filosofis dan didaktisnya, sehingga mampu memberikan motivasi di dalam proses interaksi dengan anak didik”.

Dalam proses pembelajaraan bukan hanya guru yang terlibat dan mendominasi pembelajaran, tapi siswa ikut berperan serta di dalamnya, serta bersikap kreatif, yang berarti siswa menangkap dan mengembangkan materi yang di sampaikan guru melalui bentuk keaktifan dalam mengidentifikasi materi pembelajaran. Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing yang harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif (Sardiman, 2004 : 17).

(17)

3

lembaga pendidikan agar siswa dapat menerima, menguasai dan mengembangkan hasil pembelajaran, maka harus digunakan cara-cara yang tepat, efektif dan efisien. Cara mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi cara siswa dalam belajar. Seseorang yang akan berhasil dalam belajar, kalau dalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut motivasi, tanpa motivasi kegiatan belajat mengajar sulit untuk berhasil (Sardiman, 2004 : 40).

Berikut adalah indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh Uno (2009 : 23)

“motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan behasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik”.

Untuk mengetahui motivasi belajar siswa, maka disebarkan angket motivasi belajar siswa berdasarkan indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh Uno kepada kelas XII IPS yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1

(18)

4

berada pada kriteria rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar yang berada pada kriteria tinggi, dengan demikian kelas XII IPS 2 digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPS 1 sebagai kelas kontrol.

Dari hasil wawancara pra penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan guru mata pelajaran akuntansi yang bernama Bapak Drs. Karya pada tanggal 24 September 2013 di SMAN Jatinangor mengenai proses kegiatan belajar dikelas masih belum memuaskan dengan keadaan motivasi belajar siswa misalnya kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, kurang aktif dalam menanyakan atau berdiskusi mengenai kesulitan yang dihadapi saat mempelajari akuntansi dan pembelajaran dalam kelas dirasakan kurang efektif, hal tersebut dapat terlihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam kelas.

Hal tersebut terlihat dari proses pembelajarannya, yaitu:

1. Pada saat guru menyampaikan materi perhatian siswa kurang, serta tidak ada keterlibatan siswa secara langsung pada saat guru menyampaikan materi tersebut.

2. Pada saat siswa memperhatikan penjelasan materi di papan tulis mengenai materi ayat jurnal penyesuaian siswa sangat antusias, namun apabila diberikan pertanyaan siswa tidak dapat menjawabnya dengan baik.

(19)

5

Demikian halnya dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa kelas XII IPS mengenai waktu luang mereka yang digunakan dalam mempelajari materi akuntansi yang sudah diajarkan maupun yang akan dibahas disekolah. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa sebagaian besar siswa jarang menggunakan waktu luang mereka untuk mempelajari ataupun mengulang materi akuntansi yang sudah didapatkan disekolah. Karena menurut mereka mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari secara mandiri, siswa tidak termotivasi lagi untuk belajar akuntansi apabila tidak menemukan jawaban dalam menghadapi soal yang tidak mampu untuk diselesaikan. Siswa merasa mata pelajaran akuntansi kurang menarik dan membosankan.

(20)

6

bagaimana pencatatan pendapatan diterima dimuka, beban dibayar dimuka, piutang pendapatan dan lain-lain. Pembelajaran akuntansi merupakan bagian dari pendidikan vokasional yang menggabungkan 40% teori dengan 60% praktek, sehingga dalam proses pembelajarannya diharapkan siswa lebih banyak melakukan praktek dibandingkan mempelajari teori. Untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran pada praktek ini, maka siswa perlu diberikan motivasi dalam belajar.

Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar, karena motivasi yang rendah akan menyebabkan proses belajar yang kurang baik. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Uno (2009 : 23) “Di dalam kegiatan belajar, anak memerlukan motivasi”. Motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar,

karena dengan motivasi proses belajar mengajar menjadi lebih bermakna. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009 : 97)

“faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain adalah cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, serta upaya guru dalam membelajarkan siswa”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, guru dapat memberikan suatu upaya pada siswa untuk dapat meningkatkan motivasinya dalam belajar. Sesuai dengan pendapat Ruhimat (2009 : 30-32) bahwa “ guru mempunyai peranan penting untuk menyesuaikan keluasan dan kedalaman program belajar, menggunakan strategi pembelajaran, memilih media dan sumber belajar dengan tingkat perkembangan kognisi anak”.

(21)

7

anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan. Dalam teori ini belajar adalah upaya membentuk hubungan stimulus respon sebanyak-banyaknya. Hubungan stimulus-respon apabila ada akibat yang menyenangkan dan belajar atau pembentukan hubungan stimulus dan respon perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Berdasarkan teori tersebut maka dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh faktor eksternal atau faktor luar seperti lingkungannya, seperti dalam kegiatan belajar, ketika pembelajaran dalam kelas menyenangkan dan guru yang dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.

Dengan metode ceramah yang selama ini digunakan perlu dilakukan sedikit perubahan dengan menggunakan model pembelajaran, Uno (2009 : 23) kembali mengatakan “Salah satu faktor ekstrinsik yang dapat menimbulkan motivasi belajar adalah kegiatan belajar yang menarik”. Oleh karena itu guru

harus menciptakan kegiatan belajar yang menarik, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran.

(22)

8

menerapkan cooperative learning tipe make a match (mencari pasangan) yang akan merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dalam kelas.

Pentingnya Cooperative Learning tipe make a match diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Isjoni (2011 : 77) sebagai berikut:

Cooperative Learning tipe Make A Match (mencari pasangan) yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) memiliki suatu keunggulan yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran”.

Untuk itu penulis akan mengemukakan model dalam pembelajaran akuntansi pada materi jurnal penyesuaian ini yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe make a match (mencari pasangan) yang akan menuntut siswa untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Cooperative learning tipe make a match menitikberatkan pada cara memperkuat dorongan internal siswa untuk memahami dan memecahkan masalah serta mengungkapkan dengan bahsanya sendiri dengan bimbingan guru.

Siswa akan dituntut untuk menyimak secara aktif, karena setiap orang siswa akan diberikan satu buah kartu, ada yang berisi pertanyaan dan adapula yang berisi jawaban. Dengan media tersebut, memfasilitasi siswa agar dengan mudah memahami dan mengerti akan pertanyaan dan jawaban dari transaksi yang telah dilakukan.

Cooperative learning tipe make a match akan diterapkan pada bahasan

(23)

9

untuk mencari sendiri jawaban dari soal yang dipegangnya atau soal dari jawaban yang ada ditangannya. Melalui cooperative learning tipe make a match siswa dapat termotivasi dalam belajar dan memahami lebih dalam mengenai jurnal penyesuaian.

Dari latar belakang masalah di atas maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Cooperative Learning Tipe Make A Match

Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kelas XII IPS SMAN Jatinangor)”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penggunaan Cooperative Learning Tipe Make A Match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas XII IPS SMAN Jatinangor. 2. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol setelah penggunaan Cooperative Learning Tipe Make A Match di kelas XII IPS SMAN Jatinangor.

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

(24)

10

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah penerapan Cooperative Learning Tipe Make A Match di kelas XII IPS SMAN Jatinangor.

2. Untuk mengetahui perbedaan motivasi siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penerapan Cooperative Learning Tipe Make A Match di kelas XII IPS SMAN Jatinangor.

1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama pihak-pihak yang langsung berkontribusi dalam pengimplementasian model pembelajaran ini. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat memberikan sumbangan pemikiran yang mendalam tentang cooperative learning tipe make a match.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

a. Siswa

(25)

11

secara aktif dalam mengidentifikasi, mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam kegiatan pembelajaran.

2) Meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran di kelas b. Guru

1) Menambah pengetahuan dalam merencanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran dimana dapat memanfaatkan metode, media, dan model pembelajaran secara efektif. 2) Meningkatkan kemampuan dalam menyajikan materi pelajaran

dengan berbagai variasi.

3) Memberikan nilai kebermaknaan bagi siswa dan memfasilitasi siswa dengan transfer ilmu yang bermanfaat.

c. Bagi Sekolah (Lembaga)

Memberikan pengetahuan bahwa pembelajaran akuntansi pada materi ayat jurnal penyesuaian dengan Cooperative Learning tipe Make A Match dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Metode dan Desain Penelitian

Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan memberikan model cooperative learning tipe make a match pada saat pembelajaran akuntansi berlangsung, sementara kelompok kontrol adalah siswa yang tidak menggunakan model cooperative learning tipe make a match.

Desain penelitian yang digunakan adalah pretest - post test Control-Group Design yang digambarkan sebagai berikut :

X

Gambar 3.1 Desain Eksperimen

(Sugiyono, 2011 : 108) Keterangan:

X : perlakuan (treatment) dengan menggunakan model make a match : pretest kelompok eksperimen

(27)

40

Berdasarkan desain di atas, eksperimen ini menggunakan dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dilaksanakan, kelompok eksperimen diberikan pretest, kemudian perlakuan berupa penerapan cooperative learning tipe make a match dan diberikan posttest setelah perlakuan (treatment). Sedangkan kelompok kontrol diberikan pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa tanpa perlakuan

(treatment) cooperative learning tipe make a match.

3.2.Operasionalisasi Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan satu variabel yaitu motivasi belajar siswa yang diberi perlakuan (treatment) dengan pembelajaran cooperative learning tipe make a match pada objek penelitian, kemudian dibandingkan dampaknya dengan siswa

yang tidak menggunakan cooperative learning tipe make a match, untuk mengetahui apakah cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa atau tidak dan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa antara siswa yang diberikan perlakuan cooperative learning tipe make a match dan siswa yang tidak diberikan perlakuan cooperative learning tipe

(28)

41

(29)

42

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Menurut Arikunto (2010 : 173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas XII IPS di SMAN Jatinangor pada tahun ajaran 2013/2014.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010 : 174). Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling yaitu teknik sampling yang memberi peluang atau kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011 :84).

Salah satu teknik non probability sampling adalah teknik purposive yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XII IPS 2 yang berjumlah 28 orang sebagai kelas eksperimen, dan kelas XII IPS 1 yang berjumlah 28 orang sebagai kelas kontrol hal tersebut dikarenakan rekomendasi dari guru akuntansi yang mengajar di kelas tersebut.

(30)

43

3.3.3. Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik nontes, yaitu kuesioner (angket). Kuesioner (angket) menurut Sugiyono (2011 : 199), “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam pengisian angket, responden tinggal memilih alternatif jawaban dengan cara memberi tanda kepada salah satu alternatif sesuai dengan keinginanya.

Pemberian kuesioner (angket) pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar mata pelajaran akuntansi antara siswa yang menggunakan cooperative learning tipe make a match dengan siswa yang tidak menggunakan cooperative learning tipe make a match. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Tujuan dari digunakannya kuesioner tertutup adalah untuk mempersempit jawaban dari responden karena dalam kuesioner tertutup sudah terdapat pilihan jawaban sehingga responden hanya diminta untuk memilih jawaban tersebut sesuai dengan karakteristik dirinya. Menurut Riduwan (2012 : 72) angket tertutup adalah:

(31)

44

Kuesioner tertutup digunakan dengan menggunakan dua cara yaitu: 1. Pretest

Pretest dilakukan pada awal penelitian dengan tujuan untuk mengetahui dan

mengukur motivasi belajar siswa sebelum dilaksanakan perlakuan pada kelas yang berbeda, yaitu kelas eksperimen mendapatkan perlakuan berupa penerapan model cooperative learning tipe make a match dan untuk kelas kontrol tidak mendapat perlakuan penerapan model cooperative learning tipe make a match.

2. Posttest

Posttest dilakukan pada akhir penelitian dengan tujuan untuk mengetahui

dan mengukur motivasi belajar siswa setelah dilaksanakan eksperimen pada kelas yang berbeda, yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan berupa penerapan model cooperative learning tipe make a match dan untuk kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan penerapan model cooperative learning tipe make a match.

(32)

45

Tabel 3.2

Penilaian Numerical Scale

No. Item Skor

1 2 3 4 5

(Sekaran, 2011 : 33)

Dibawah ini merupakan keterangan untuk opsi jawaban yang tersedia pada angket:

- Angka 5 untuk pernyataan positif tertinggi - Angka 4 untuk pernyataan positif tinggi - Angka 3 untuk pernyataan positif sedang - Angka 2 untuk pernyataan positif rendah - Angka 1 untuk pernyataan positif sangat rendah

3.4.Teknik Pengumpulan Data 3.4.1.Tahap persiapan

1) Studi kepustakaan, dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang relevan.

2) Studi kurikulum, dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai kurikulum yang harus dikuasai siswa, dan alokasi waktu yang akan digunakan.

3) Studi pendahuluan, dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan, perizinan, dan kondisi siswa sebelum dilaksanakan penelitian.

4) Menyusun instrumen penelitian

(33)

46

6) Melakukan uji coba instrumen penelitian

Sebelum instrumen diberikan pada objek penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen, instrumen diujikan pada kelas XII IPS 3. Tujuan dari pengujian instrumen adalah untuk memeastikan bahwa data yang diperoleh adalah data valid dan reliabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket motivasi belajar siswa sehingga peneliti harus menguji validitas dan reliabilitas.

a) Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2010 : 211).

Pengujian validitas soal ini bertujuan untuk melihat apakah semua item pertanyaan yang diujikan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi product moment. Rumusnya adalah sbb :

r

xy

=

– √{ – }

(Arikunto, 2009 : 72) Keterangan:

rxy = koefisien korelasi product moment x = skor setiap butir angket

(34)

47

Kriteria uji :

Jika maka data dinyatakan valid Jika maka data dinyatakan tidak valid.

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan mengujicobakan instrumen penelitian berupa angket kepada siswa kelas XII IPS 3 di SMA Negeri Jatinangor dengan jumlah responden sebanyak 27 responden. Jumlah pertanyaan yang diberikan sebanyak 29 pertanyaan tentang motivasi belajar dalam pembelajaran akuntansi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0 for Windows. Berikut ini ditampilkan hasil uji validitas berdasarkan perhitungan yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

No. rhitung rtabel Keterangan

(35)

48

22 0,407 0,367 Valid

23 0,438 0,367 Valid

24 0,413 0,367 Valid

25 0,470 0,367 Valid

26 0,271 0,367 Tidak Valid

27 0,394 0,367 Valid

28 0,390 0,367 Valid

29 0,455 0,367 Valid

(Sumber : Data Diolah)

Suatu instrumen dikatakan valid apabila nilai untuk

dengan jumlah responden sebanyak 27 orang dan jumlah pertanyaan

sebanyak 29 item pada taraf kepercayaan sebesar 95 % adalah sebesar 0,367. Berdasarkan tabel 3.3, dapat terlihat bahwa dari 29 pertanyaan yang disebarkan kepada responden, terdapat 6 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid, sedangkan sisanya sebanyak 23 pertanyaan dinyatakan valid. Jumlah pertanyaan yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 23 pertanyaan, sehingga hanya 23 pertanyaan saja yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini.

b) Uji Reliabilitas

(36)

49

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang digunakan dengan kriteria digunakan uji statistik dengan menggunakan rumus Alpha berikut ini :

r

11

=

(Arikunto, 2009 : 109) Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas = banyaknya butir

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

Hasil perhitungan tersebut, dibandingkan dengan kriteria sebagai berikut :

Jika maka data dinyatakan reliabel Jika maka data dinyatakan tidak reliabel

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang memiliki validitas guna mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Berikut ini ditampilkan hasil uji reliabilitas berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS 2.0 for Windows.

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel rhitung rtabel Hasil

Motivasi Belajar

Siswa 0,857 0,367 Reliabel

(37)

50

Berdasarkan tabel 3.4, didapat nilai reliabilitas instrumen penelitian tersebut secara keseluruhan yaitu sebesar 0,857. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pada tabel r diperoleh harga pada taraf kepercayaan 95% untuk 27 responden dengan 29 pertanyaan yaitu sebesar 0,367. Karena maka angket yang diberikan kepada objek penelitian dinyatakan reliabel.

3.4.2.Tahap pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan selama 2 hari baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol yaitu pada tanggal 4 dan 11 November 2013.

1. Kelas Eksperimen

a. Pada tanggal 4 November 2013 bertempat di kelas XII IPS 2 jam pelajaran ke 2-3, dan guru akuntansi bernama Drs. Karya. Guru memberikan pretest untuk mengetahui motivasi belajar siswa kemudian memberikan materi pembelajaran dan teknik pembelajaran sebagai berikut:

1) Standar kompetensi

Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan dagang 2) Kompetensi dasar

Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan dagang 3) Indikator pencapaian kompetensi

Menyusun jurnal penyesuaian 4) Teknik mengajar

(38)

51

make a match yang akan digunakan pada jam pelajaran akuntansi

selanjutnya untuk review materi yang telah diajarkan yaitu mengenai jurnal penyesuaian.

b. Pada tanggal 11 November 2013 dilaksanakan cooperative learning tipe make a match, bertempat di kelas XII IPS 2 jam pelajaran ke 2-3, dan guru

akuntansi bernama Drs. Karya. Pada kegiatan awal guru memberikan materi dan teknik pembelajaran sebagi berikut:

1) Standar kompetensi

Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan dagang 2) Kompetensi dasar

Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan dagang 3) Indikator pencapaian kompetensi

Menyusun jurnal penyesuaian 4) Teknik mengajar

Guru menerangkan mengenai model pembelajaran yang akan digunakan untuk review materi jurnal penyesuaian yang telah selesai dibahas, metode yang digunakan sedikit dimodifikasi dengan tujuan untuk menyesuaikan kondisi di lapangan, agar hasil yang diperoleh lebih maksimal, namun tidak mengubah inti dari model pembelajaran ini. Adapun langkah-langkah dalam cooperative learning tipe make a match yaitu:

(39)

52

b) Guru mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya dan dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari.

c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

d) Guru melaksanakan KBM dengan menjelaskan materi tentang jurnal penyesuaian

e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

f) Guru melakukan sesi review dengan menggunakan teknik make a match, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban dari soal tersebut sesuai dengan jumlah siswa.

2. Menjelaskan aturan main dengan kartu 3. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok

4. Masing-masing kelompok diberi kartu soal dan kartu jawaban sesuai dengan jumlah anggota kelompok, namun sebelumnya kartu tersebut dikocok, kemudian dibagikan kepada anggota kelompok tersebut.

5. Setiap siswa ditugaskan untuk mencari pasangan dalam kelompoknya yang memegang kartu soal/jawaban dari kartu yang dia pegang.

(40)

53

7. Jika semua siswa sudah berpasangan dengan benar, maka kartu diedarkan kembali dengan syarat setiap siswa tidak mendapatkan kartu yang sama.

8. Karena pada tahap sebelumnya guru sudah memeriksa kebenaran jawabannya, maka siswa diminta untuk mencari kebenaran jawabannya dari teman satu kelompoknya yang pernah mendapatkan kartu yang sama.

g) Guru menarik kesimpulan dari materi yang sudah di bahas, melakukan posttest kemudian menutup kelas dengan salam dan berdo’a.

Pelaksanaan model pembelajaran ini dilakukan oleh guru mata pelajaran Akuntansi kelas XII dan berjalan dengan baik, walaupun ada sedikit kendala, yaitu siswa merasa asing dengan model pembelajaran ini yang sebelumnya belum pernah dilakukan, sehingga perlu penjelasan lebih banyak mengenai langkah penerapannya, selain itu, jumlah siswa yang terlalu banyak mengharuskan guru untuk lebih terampil mengendalikan kelas. Selama penelitian di lapangan, banyak siswa yang menyukai model pembelajaran ini, karena menurut para siswa, dengan model ini, siswa bisa aktif di dalam kelas, tidak hanya duduk, diam dan catat saja yang bisa membuat siswa merasa bosan di kelas.

2. Kelas Kontrol

(41)

54

mengetahui motivasi belajar siswa kemudian memberikan materi pembelajaran dan teknik pembelajaran sebagai berikut:

1) Standar kompetensi

Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan dagang 2) Kompetensi dasar

Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan dagang 3) Indikator pencapaian kompetensi

Menyusun jurnal penyesuaian 4) Teknik mengajar

Guru menerangkan materi mengenai jurnal penyesuaian dengan metode ceramah.

b. Pada tanggal 11 November 2013 bertempat di kelas XII IPS 1 jam pelajaran ke 5-6, dan guru akuntansi bernama Drs. Karya. Kelas kontrol tidak diberikan perlakuan berupa cooperative learning tipe make a match. Pada kegiatan awal guru memberikan materi dan teknik pembelajaran sebagi berikut:

a) Standar kompetensi

Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan dagang b) Kompetensi dasar

Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan dagang c) Indikator pencapaian kompetensi

(42)

55

d) Teknik mengajar

Guru menerangkan materi mengenai jurnal penyesuaian dan melakukan review materi jurnal penyesuaian dengan tidak menggunakan cooperative

learning tipe make a match. Pada tahap akhir pembelajaran guru

memberikan posttest untuk mengetahui motivasi belajar siswa.

3.4.3.Tahap evaluasi

Mengadakan posttest dengan penyebaran angket motivasi belajar.

3.5.Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis 3.5.1.Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2011 : 206)

“statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Statistik deskriptif ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai variabel motivasi belajar siswa. Dibawah ini merupakan langkah-langkah untuk memperoleh gambaran variabel motivasi belajar siswa baik secara keseluruhan maupum berdasarkan setiap indikatornya.

1. Membuat tabulasi untuk setiap jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden.

No. Responden

Indikator Indikator Indikator Skor

Total

(43)

56

2. Membuat kriteria penilaian setiap variabel dengan menentukan terlebih dahulu

a. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah berdasarkan hasil dari tabulasi jawaban responden untuk tiap indikator maupun secara keseluruhan.

b. Menentukan rentang kelas dengan rumus : Rentang kelas = skor tertinggi  skor terendah

c. Terdapat tiga kelas interval, yaitu tinggi, sedang dan rendah d. Menentukan panjang kelas interval dengan rumus :

Panjang kelas interval =

e. Menentukan interval untuk tiap kriteria penilaian.

3. Membuat distribusi frekuensi untuk memperoleh gambaran umum maupun dimensi setiap variabel dengan bentuk sebagai berikut :

Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%) Rendah

Sedang Tinggi

Jumlah Sumber : Data Diolah

(44)

57

3.5.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan salah satu syarat dalam penggunaan statistik parametrik. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians berasal dari populasi yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas varians populasi dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0 for Windows yaitu dengan Uji Levene statistik. Cara menafsirkan uji levene ini adalah, jika nilai Levene statistik > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variasi data adalah homogen.

3.5.3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh tersebut berdistribusi normal atau tidak sehingga melalui uji normalitas bisa disimpulkan menggunakan statistik parametrik apabila data berdistribusi normal atau menggunakan statistik non parametrik untuk data yang tidak berdistribusi normal dalam menguji hipotesis. Pengujian ini menggunakan uji chi kuadrat (Riduwan, 2012 : 121) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan skor terbesar dan terkecil 2. Menentukan nilai rentangan (R)

R = skor terbesar – skor terkecil 3. Menentukan banyaknya kelas (BK)

BK = 1 + 3,3 Log n

4. Menentukan nilai panjang kelas (i) i =

5. Membuat tabulasi dengan tabel penolong

No. Kelas interval F Nilai tengah (xi) xi2 f.xi f.xi2

(45)

58

6. Menentukan rata-rata (mean)

̅ ∑

7. Menentukan simpangan baku (standar deviasi) √ ∑

8. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fe).

a) Menentukan batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5. b) Mencari nilai Z score untuk batas kelas interval dengan rumus:

̅

c) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z dengan menggunakan angka-angka utuk batas kelas.

d) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0 – Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga, dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.

e) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap in terval dengan jumlah responden (n).

Tabel penolong untuk menghitung daftar frekuensi yang diharapkan No. Batas

fo = frekuensi data hasil observasi fe = jumlah/frekuensi yang diharapkan

(46)

59

3.5.4.Uji Hipotetis

Dalam melakukan pengujian hipotesis, langkah yang pertama dilakukan adalah dengan membandingkan perubahan motivasi belajar siswa (gain atau beda) antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Perubahan tersebut dicari dengan cara :

Beda = nilai posttest nilai pretest

Untuk melakukan pengujian hipotesis pada data yang berdistribusi normal, dan untuk melihat perbedaan antara kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berupa cooperative learning tipe make a match dan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan digunakan uji t (Sudjana, 2004 : 162) dengan langkah sebagai berikut :

1. Mencari deviasi standar gabungan dengan rumus : s = √

Keterangan : s : simpangan baku

n1 : jumlah sampel kelas eksperimen n2 : jumlah sampel kelas kontrol

: simpangan baku kelas eksperimen dikuadratkan : simpangan baku kelas kontrol dikuadratkan

2. Mencari nilai t dengan rumus :

t =

̅ ̅

Keterangan :

̅ : nilai rata – rata kelas eksperimen

(47)

60

n2 : jumlah sampel kelas kontrol s : simpangan baku gabungan

3. Menentukan derajat kebebasan dengan rumus : db = n1 + n2 -2 4. Menentukan nilai t dari daftar, dengan daerah kritis ditentukan oleh :

a. Distribusi t dengan d.k. = n1 + n2 -2 b. Taraf nyata / signifikansi = 0,05 c. Uji dua pihak.

Kriteria hipotesis (H0) diterima adalah bila ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, jika thitung berada di luar daerah penerimaan, maka hipotesis H0 ditolak (Sudjana, 2004 : 144). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

: μ1 = μ2, tidak terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penerapan cooperative learning tipe make a match.

: μ1 ≠ μ2, terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penerapan cooperative learning tipe make a match.

Kesimpulan dari hipotesis tersebut adalah apabila terdapat perbedaan, berarti ada pengaruh penerapan cooperative lerning tipe make a match terhadap motivasi belajar siswa, dan apabila tidak terdapat perbedaan, maka tidak ada pengaruh penerapan cooperative lerning tipe make a match terhadap motivasi belajar siswa.

(48)

61

independen (tidak saling berhubungan). Menurut Spiegel dan Stephens (2007 : 328) prosedur Uji Mann Whitney atau disebut juga Uji U adalah sebagai berikut :

1. Tetapkan satu sampel sebagai kelompok 1 dan sampel lain sebagai kelompok 2

2. Data dari kedua kelompok disatukan dengan setiap data diberi kode asal kelompoknya

3. Data yang telah digabungkan diberi peringkat dari 1 (nilai terkecil) sampai n

4. Jumlah peringkat dari kelompok 1 dihitung dan diberi simbol R1 5. Jumlah peringkat dari kelompok 2 dihitung dan diberi simbol R2 6. Langkah selanjutnya menghitung U1 dan U2 dengan rumus :

U1 = n1

n

2

+

7. Dalam penelitian ini, jika n1 > 10 dan n2 > 10 maka langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata dan standar deviasi sebagai berikut :

µ

u

=

=

8. Menghitung z untuk uji statistik, dengan rumus : z =

Dimana nilai U dapat dimasukkan dari rumus U1 atau U2 karena hasil yang di dapatkan akan sama. Nilai z di sini adalah nilai zhitung

9. Kemudian cari nilai ztabel yang terdapat dalam lampiran II. Bandingkanlah nilai zhitung dengan ztabel

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian setelah melakukan pengujian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen setelah dilakukan perlakuan berupa penerapan cooperative learning tipe make a match dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan

cooperative learning tipe make a match.

2. Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penerapan cooperative learning tipe make a match. Artinya bahwa cooperative learning

tipe make a match berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

5.2SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi para guru akuntansi pembelajaran cooperative learning tipe make a match dijadikan sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran untuk

(50)

106

Guru membantu siswa menguasai materi pelajaran yang diperlukan, serta memberikan dorongan yang kuat bagi siswa agar siswa termotivasi untuk belajar dan terlibat secara penuh dalam kegiatan belajar, salah satu caranya yaitu dengan menerapkan cooperative learning tipe make a match. Selain itu untuk meningkatkan motivasi belajar pada indikator yang berada pada kriteria sedang seperti adanya hasrat dan kenginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif, guru diharapkan untuk menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis agar siswa lebih memahami tujuan belajar dan belajar menjadi lebih bermakna, kemudian ciptakan suasana kelas yang kondusif, pemberian penghargaan/pujian kepada siswa yang telah menyelesaikan tugas dengan baik dan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas, dan berikan petunjuk kepada siswa untuk sukses dalam belajar.

2. Para siswa diharapkan untuk terus meningkatkan motivasinya dalam belajar melalui model pembelajaran yang bervariasi dalam kelas, karena dengan motivasi belajar yang tinggi akan meningkatkan prestasi siswa dalam belajar. 3. Bagi peneliti lain diharapkan untuk melakukan penelitian dengan model pembelajaran lain dan materi yang memiliki karakteristik seperti jurnal penyesuaian dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

________. (2013). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi (POPS). Bandung: FPEB UPI.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Djaali. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Djamarah, S.B. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, O. (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Harahap, S.S. 2005. Teori Akuntansi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Huda, M. (2011). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

Lie, A. (2004). Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

Makmun, S.A. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta

(52)

108

Ruhimat, T. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan fakultas ilmu pendidikan universitas pendidikan indonesia

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sekaran, U. (2011). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Spiegel, M.R. dan Stephens, L.J. (2007). Statistika, Schaum’s Outlines, Teori dan Soal-soal. Jakarta : Erlangga.

Sudjana. (2004). Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga II. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyatno. (2009). Menelaah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi). Bandung: Rosda

Syamsudin, A.M. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosdakarya

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Uno, B.H. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

(53)

109

Sumber Skripsi

Irawan, M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa (Suatu Eksperimen Mata Pelajaran

Akuntansi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung). Skripsi

Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Oktaviani, F. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Produktif

Akuntansi. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan

Indonesia

Rahmadiyanti, G. (2013). Pengaruh Reward And Punishment Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Mencatat Transaksi Dokumen

Kedalam Jurnal Umum (Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran

Akuntansi Kelas XI IPS SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara

Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi. Bandung: Program

Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Sumber Internet

Indraeni, A. T. (2011). Pengaruh Cooperative tipe Make A Match terhadap Motivasi Belajar Matematika. [Online]. Tersedia: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5672/1/ATIK %20TRI%20INDRAENI-FSH [16 juni 2013]

(54)

110

Ramadianti, W. (2011). Improving Student’s Motivation To Learning Math By Cooperative Learning Technique Make A Match. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/1359/1/P%20-%2045.Pdf [22 Oktober 2013] Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

[Online]. Tersedia: http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/ 10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf [22 Oktober 2013]

Gambar

Gambar 3.1  Desain Eksperimen  ..................................................................
Tabel 1.1  Deskripsi Motivasi Belajar Siswa
Gambar 3.1 Desain Eksperimen
Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa lebih tinggi di kelas yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square pada kelas

Penelitian juga dilakukan oleh Elyzabet Tri Sulistyowati (2013) mahasiswa Universitas Lampung dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match

melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran

Cooperatif learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang

Setelah dilakukan pretes, kemudian kelas eksperimen diberikan perlakuan ( treatment ) yaitu dengan penerapan model Cooperative Learning tipe CIRC sebagaimana

Pada saat pembelajaran kelas eksperimen peneliti menerapkan Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan ciri- ciri model memberikan anggota siswa berhak menjadi kelompok

Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan two-group MANOVA, diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara cooperative learning tipe Make A Match

Pelaksanaan pada penelitian ini memberikan perlakuan berbeda, di mana perlakuan untuk kelompok eksperimen berupa pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe