ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus pada siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik
MARGARETA UDUK SERAN Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan pelaku ekonomi di masyarakat serta pranata dan penyimpangan sosial. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik dengan jumlah siswa 18 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif dalam beberapa siklus. Masing-masing variabel diukur dengan instrumen yang berbeda dan dilakukan dalam dua siklus. Motivasi diukur dengan lembar penilaian diri, sedangkan hasil belajar diukur dengan membandingkan nilai ulangan sebelum implementasi tindakan dan sesudah implementasi tindakan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar penilaian diri tentang motivasi dan dokumentasi. Lembar observasi terdiri dari dua jenis yakni lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar penilaian diri memuat lima indikator motivasi yakni minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat melaksanakan tugas, tangggung jawab melaksanakan tugas, rasa senang dan puas terhadap pelajaran, reaksi yang terhadap stimulus. Sedangkan dokumentasi disimpan dalam bentuk rekaman video yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan suasana kelas selama penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
ABSTRACT
THE EFFORTS IN UPGRADING THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULT OF SOCIAL SCIENCES STUDENTS BY THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE THE COOPERATIVE
LEARNING METHOD
A Case Study on the 8th grade students of Karitas Junior High School MARGARETA UDUK SERAN
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
The aim of this research is to find out the effect of applying Jigsaw Type, the cooperative teaching model in upgrading the motivation and the learning result of social sciences students. This teaching model is applied on the subject study of social sciences with the economic agent in the society as the main discussion, and the institution and the social disorder. The subjects of this research are 18 students of the 8th grade students of Karitas Junior High School.
This research is a class action research, the research that combines the research procedures with a substantive action in several cycles. Each variable is measured by a different kind of instrument, and it is done in two cycles. The motivation is measured by the self-evaluation sheet, while the learning result is measured by comparing the test scores before and after the implementation. Instruments employed in this research are the observation sheet and the self-evaluation sheet of motivation and documentation. The observation sheet consists of two types: the observation sheet of teachers’ activities and observation sheet of students’ activities. The self-evaluation sheet contains of five motivation indicators: the students’ interest and attention toward the school subjects, students’ enthusiasm in doing the task, students’ responsibility in finishing the task, the pleasure and the satisfaction toward the school subjects, and the reaction toward the stimulus given. The documentation is recorded in the form of video recording which functions as the instrument to depict the class situation during the application of Jigsaw type the cooperative teaching method.
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus: Siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Margareta Uduk Seran 051334001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus: Siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Margareta Uduk Seran 051334001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus, keluarga besarku, para sahabatku yang telah menerima dan mencintai aku apa adanya
MOTTO
Kalau kita sendiri pernah lemah dan mengalami
kekacauan batin, kita dapat merasakan apa yang dialami
oleh orang lain.
(Butir-Butir Emas St.Vinsensius a Paulo, 24 Mei)
Manusia melihat hasil yang kita kerjakan, tetapi Allah
melihat alasan kita mengerjakannya
(Bdk kolose 1:10)
Orang yang mencoba melakukan sesuatu tapi gagal jauh
lebih baik ketimbang mereka yang tidak melakukan
apa-apa tapi sukses
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan atas semua rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa penulis rasakan lewat perhatian, dukungan, cinta dan kebaikan banyak orang terlebih mereka yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga, materi untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini dari lubuk hati yang terdalam penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada mereka yang secara langsung maupun tidak langsung dan dengan caranya masing-masing telah membantu penulis:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi yang mengerti situasi penulis sekaligus mendukung, memacu semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Pak, saya yakin ada tangan-tangan tidak kelihatan yang akan selalu merahmati, menuntun, setiap gerak langkah dalam menyelesaikan tugas setiap hari.
4. Bapak S. Widanarto, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang memahami situasi penulis dan telah berkenan mendampingi, meluangkan waktu, tenaga, pulsa, dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih pak semoga Tuhan senantiasa memberkati usaha dan karya bapak.
6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd.,M.Pd. Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.Si. yang juga mencoba mengerti situasi penulis dan telah merelakan waktu untuk bersharing dengan penulis.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tentunya telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
9. Bapak Wawik dan Ibu Aris selaku staf sekretariat PAK yang siap sedia melayani dan membantu urusan administrasi selama penulis kuliah hingga penyusunan skripsi ini.
10. Bapak Aluysius Riwi Widakdo S.Pd. selaku kepala Sekolah SMP Karitas Ngaglik yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Karitas Ngaglik.
11. Bapak Drs. Yacobus Agus Budiyanto selaku guru mata pelajaran IPS yang telah bersedia membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.
12. Para siswa-siswi SMP Karitas Ngaglik yang telah bersedia bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.
13. Para suster KYM yang telah berjasa menyumbangkan tenaga, pikiran, waktu, materi dan banyak hal yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih dan maaf atas keputusan yang mungkin mengecewakan.
15. Keponakan-keponakanku tercinta yang menjadi spirit bagi kuku untuk meyelesaikan skripsi ini. Khusus untuk Jefry, makasih ya sayang sudah bersedia meminjamkan komputernya untuk kuku.
16. Suster-Suster SPC, SsPS, FdCC (Sr. Udis, Sr. Lusi, Syirila, Tere, Agustin, Filo, Mia, Via, Denci, Kharita, Tarsi dll) terimakasih atas perhatian dan dukungannya.
17. Para sahabatku di biara MSF, CMF, CSSR, CMM, SSCC, Rm. Benso, Rm. Yosep, Rm. Hiro, Rm In, Rm. La Nike, Rm. Salvador, atas doa, perhatian dan dukungannya.
18. Fr. Relly dan Fr. Yano yang selalu meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya untuk membantu banyak hal, mendukung, memotivasi, mengkritik walau kadang-kadang sedikit cerewet, membuat dongkol tetapi disyukuri sebagai cara Allah bekerja lewat orang-orang yang baik.he..he..he...terimakasih ya, maju terus kami mendoakan.
19. Teman-teman kos Menur 15: Dencia, Lorita, Indri, Putri, Ocha, Lina, Sari, Tina, Martha, Evin, Ela, Deci. Terimakasih banyak atas dukungan dan persahabatan yang terjalin. Kalian semua adalah sahabat, teman, adik yang telah mengajariku untuk mengerti situasi orang muda yang sesungguhnya tanpa ada yang harus di tafsir. Khusus untuk Lorita, Ita dan Indri...terimakasih adikku, ayo...tetap semangat.
20. Teman-teman PAK 05 yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Yogyakarta, Maret 2010 Penulis
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus pada siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik
MARGARETA UDUK SERAN Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan pelaku ekonomi di masyarakat serta pranata dan penyimpangan sosial. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik dengan jumlah siswa 18 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif dalam beberapa siklus. Masing-masing variabel diukur dengan instrumen yang berbeda dan dilakukan dalam dua siklus. Motivasi diukur dengan lembar penilaian diri, sedangkan hasil belajar diukur dengan membandingkan nilai ulangan sebelum implementasi tindakan dan sesudah implementasi tindakan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar penilaian diri tentang motivasi dan dokumentasi. Lembar observasi terdiri dari dua jenis yakni lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar penilaian diri memuat lima indikator motivasi yakni minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat melaksanakan tugas, tangggung jawab melaksanakan tugas, rasa senang dan puas terhadap pelajaran, reaksi yang terhadap stimulus. Sedangkan dokumentasi disimpan dalam bentuk rekaman video yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan suasana kelas selama penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
ABSTRACT
THE EFFORTS IN UPGRADING THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULT OF SOCIAL SCIENCES STUDENTS BY THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE THE COOPERATIVE
LEARNING METHOD
A Case Study on the 8th grade students of Karitas Junior High School MARGARETA UDUK SERAN
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
The aim of this research is to find out the effect of applying Jigsaw Type, the cooperative teaching model in upgrading the motivation and the learning result of social sciences students. This teaching model is applied on the subject study of social sciences with the economic agent in the society as the main discussion, and the institution and the social disorder. The subjects of this research are 18 students of the 8th grade students of Karitas Junior High School.
This research is a class action research, the research that combines the research procedures with a substantive action in several cycles. Each variable is measured by a different kind of instrument, and it is done in two cycles. The motivation is measured by the self-evaluation sheet, while the learning result is measured by comparing the test scores before and after the implementation. Instruments employed in this research are the observation sheet and the self-evaluation sheet of motivation and documentation. The observation sheet consists of two types: the observation sheet of teachers’ activities and observation sheet of students’ activities. The self-evaluation sheet contains of five motivation indicators: the students’ interest and attention toward the school subjects, students’ enthusiasm in doing the task, students’ responsibility in finishing the task, the pleasure and the satisfaction toward the school subjects, and the reaction toward the stimulus given. The documentation is recorded in the form of video recording which functions as the instrument to depict the class situation during the application of Jigsaw type the cooperative teaching method.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRAC ... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif Learning... 7
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 17
C. Motivasi Belajar ... 20
E. Penelitian Tindakan Kelas ... 22
F. Kerangka Berpikir... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 29
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29
D. Variabel Penelitian ... 30
E. Indikator dan Pengukuran ... 30
F. Prosedur Penelitian ... 32
G. Instrumen Penelitian ... 37
H. Pembagian Peran Guru dan Peneliti... 38
I. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMP Karitas Ngaglik ... 41
B. Visi dan Misi SMP Karitas Ngaglik ... 41
C. Sistem Pendidikan dan Satuan SMP Karitas Ngaglik... 42
D. Kurikulum Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik... 43
E. Struktur Organisasi SMP Karitas Ngaglik ... 45
F. Sumber Daya Manusia SMP Karitas Ngaglik... 57
G. Siswa SMP Karitas Ngaglik... 52
H. Kondisi Fisik dan Lingsungan SMP Karitas Ngaglik ... 52
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi ... 54
1. Sebelum Implementasi Tindakan... 54
a). Motivasi ... 54
2. Proses Implementasi Tindakan ... 56
a). Siklus I ... 56
b). Siklus II... 67
B. Analisis Dan Pembahasan ... 76
1. Siklus I ... 76
a). Motivasi ... 76
b). Hasil Belajar ... 77
2. Siklus II ... 79
a). Motivasi ... 79
b). Hasil Belajar ... 81
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89
B. Keterbatasan ... 90
C. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran kooperatif ... 13
Tabel 3.1 Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswa... 31
Tabel 3.2 Penggolongan Skor Motivasi Belajar ... 32
Tabel 3.3 Pembagian Peran Guru dan Peneliti... 39
Tabel 4.1 Muatan Mata Pelajaran SMP Karitas Ngaglik... 44
Tabel 4.2 Jumlah Guru dan Jabatan di SMP Karitas Ngaglik... 51
Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMP Karitas Ngaglik ... 53
Tabel 5.1 Hasil belajar Sebelum Implementasi Tindakan ... 55
Tabel 5.2 Hasil Observasi Guru Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 65
Tabel 5.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 65
Tabel 5.4 Hasil Observasi Guru Siklus II ... 74
Tabel 5.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 74
Tabel 5.6 Hasil Analisis Motivasi Siklus I... 76
Tabel 5.7 Rekap Hasil Analisis Motivasi Siklus I ... 77
Tabel 5.8 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus I ... 78
Tabel 5.9 Hasil Analisis Motivasi belajar Siklus II ... 79
Tabel 5.10 Rekap Hasil Analisis Motivasr Siklus II... 80
Tabel 5.11 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus II... 82
Tabel 5.12 Rangkuman Hasil Analisis Siklus I dan Siklus II ... 84
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………. 97
Lampiran 2 Lembar Pembagian Kelompok……… 111
Lampiran 3 Lembar Kerja Kuis... 113
Lampiran 4 Lembar Penilaian Diri tentang Motivasi………. 117
Lampiran 5 Analisis Tingkat Kesulitan Soal………. 119
Lampiran 6 Surat-surat……… 121
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar BelakangPendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting bagi
kehidupan dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia, baik secara
individu maupun sosial. Karena itu, kegiatan belajar harus dapat membekali
peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan lingkungan hidup dan
kebutuhan peserta didik yang akan mereka hadapi selama mereka hidup.
Upaya pembekalan ini hanya akan efektif jika melibatkan secara aktif
kedua pihak pelaku pendidikan yakni guru dan peserta didik. Namun mengingat
para guru sebagai penanggungjawab pertama dan utama sebuah proses
pembelajaran di kelas maka keterlibatan peserta didik tergantung pula dari
ketepatan pemilihan dan penggunaan model serta metode pembelajaran oleh guru.
Al Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa proses belajar
mengajar yang berlangsung dewasa ini tidak merangsang siswa untuk terlibat
secara aktif dan belum menumbuhkan budaya belajar di kalangan siswa. Masih
banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan memadai dalam
memilih serta menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat
mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Bahkan, banyak
dasar pemilihan metode pembelajaran.
Ketidaktepatan pemilihan metode pembelajaran oleh guru akan
berdampak pada tidak sedikitnya jumlah siswa yang mengalami kesulitan untuk
ikut berpartisipasi dalam pelajaran di kelas. Proses belajar mengajar pun
berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung proses pembekalan dan
pengembangan pengetahuan, prestasi belajar, sikap moral serta ketrampilan siswa.
Kesulitan pelibatan dan keterlibatan siswa tersebut terlihat pula di kelas
VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta sebagai subyek penelitian penulis.
Berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 23 Juli 2009 pada umumnya
siswa kurang aktif. Mereka hanya menjawab pertanyaan kalau diajukan oleh guru
terhadap mereka secara pribadi. Selain itu, ada siswa yang sibuk dengan diri
sendiri, berbicara dengan teman semeja, bahkan ribut dan bernyanyi-nyanyi kecil
ketika guru sedang mengajar. Tampaknya siswa tidak berminat mengikuti proses
pembelajaran. Tidak terlihat adanya inisiatif dari para siswa untuk bertanya
kepada guru bahkan kalau pun mereka tidak mendengar dengan jelas apa yang
baru saja disampaikan oleh guru. Menurut guru mata pelajaran IPS motivasi
belajar siswa juga sangat kurang.
Kesulitan keterlibatan serta kurangnya motivasi belajar ini berpengaruh
juga pada prestasi belajar para siswa. Hal ini terlihat dari nilai ulangan, nilai ujian
mid, serta ujian akhir para siswa pada semester sebelumnya yang rata-rata di
bawah nilai 85. Untuk nilai ulangan satu orang siswa mendapat nilai 35, dua
siswa mendapat nilai 70, dan satu orang siswa mendapat nilai 90. Nilai ujian mid
semester hanya 1 orang siswa yang mendapat nilai 85, selebihnya di bawah 71,
bahkan ada yang mendapat nilai 30. Nilai ujian akhir hanya 1 orang mendapat
nilai 80 selebihnya di bawah 71. Berdasarkan hasil ujian para siswa pada semester
sebelumnya menurut penulis masih belum maksimal.
Penulis menduga bahwa motivasi belajar dan keberhasilan pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang tepat dan
tidak variatif itulah yang ditemukan penulis dalam pengamatan di Kelas VIII
SMP Karitas Ngaglik. Guru cenderung memakai metode ceramah dalam
mengajar sehingga para siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, permasalahan pokoknya adalah bagaimana guru
memilih dan mengemas metode pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran di kelas. Mungkin guru sudah merasa mengajar
dengan baik, namun siswanya tidak belajar sehingga terjadi salah konsep antara
pemahaman guru yang mengajar berdasarkan target dengan misi pendidikan yang
mengacu pada pembekalan pengetahuan serta keterampilan kepada siswa sebagai
bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat (Somantri, 2000).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka upaya peningkatan motivasi
belajar serta kualitas belajar mengajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat
mendesak untuk dilakukan. Ada berbagai metode pembelajaran yang bisa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
karena akan memberdayakan para siswa untuk bermotivasi belajar dan terlibat
aktif dalam proses belajar di kelas.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan strategi alternatif yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa bekerja sama dengan orang
lain, bertanggungjawab, meningkatkan motivasi belajar serta kualitas proses dan
pada saat yang sama meningkatkan prestasi akademik siswa. Selain itu, tipe
pembelajaran ini menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai
salah satu sumber belajar dan peran aktif siswa dalam mengkonstruksikan
pengetahuan secara individual dan sosial (Michaelis&Rushdoony, 1987:68).
Berdasarkan aneka uraian di atas maka penulis mengambil judul ”Upaya
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw”.
B.
Rumusan Masalah:1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
C.
Batasan Masalah1. Motivasi belajar dibatasi pada minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
semangat melaksanakan tugas, tanggungjawab dalam melaksnakan tugas, rasa
senang dan puas dalam melaksanakan tugas, reaksi siswa terhadap stimulus.
2. Hasil pembelajaran dibatasi pada kemampuan siswa dalam mengerjakan kuis
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik
D.
Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk
1. Mengetahui apakah ada peningkatkan motivasi belajar siswa melalui
penerapan pembelajaraan kooperatif tipe Jigsaw
2. Mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
E.
Manfaat Penelitian1. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi para guru SMP Karitas Ngaglik
dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
2. Bagi Siswa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan berpengaruh pada
motivasi belajar serta kualitas dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikapnya. Selain itu mereka juga lebih berkembang dalam sikap kepedulian
dan tanggung jawab sosialnya.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan referensi bagi
penelitian sejenis.
4. Bagi Penulis
Semakin mengetahui berbagai metode pembelajaran yang mampu
meningkatkan motivasi dan hasil belajar, dengan demikian diharapkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Cooperatif Learning. 1. Pengertian Cooperative Learning.
Pembelajaran cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau strategi pembelajaran di mana siswa belajar bersama dengan
kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut
Solihitin (2005:4-5):
Cooperatif learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka yang bisa menimbulkan persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok.
Definisi lain:
Cooperatif learning is a succeful teaching strategy in wich small team, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activitiesto improve the understanding of the subject. Each members of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping team mates learn, an atmosphere of achievement. (http://www.ed.gov).
Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa belajar kooperatif
merupakan strategi belajar dengan kelompok-kelompok kecil di mana para
aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu pelajaran.
Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri
melainkan membantu teman satu team yang lain dalam belajar, sehingga
tercipta keberhasilan bersama.
Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David W.
Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa:
Cooperative learning is a relationship in a group of students that requires positive interdependence (a sense of sink or swim together), individual accountability (each of us has to contribute and learn), interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision making, and conflict resolution), face to face promotive interaction and processing (reflection on how well the team is functioning and how to function even better).
Pada definsi ini terkandung pemahaman bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan relasi-kerjasama dalam satu kelompok siswa yang menuntut suatu
kesalingtergantungan yang positif (rasa kebersamaan) antar anggota.
Masing-masing anggota merasa bertanggung jawab terhadap kelompok sehingga harus
belajar dan menyumbangkan gagasan. Selain itu diperlukan keterampilan
hubungan antar pribadi (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan, pembuatan
keputusan, dan penyelesaian konflik) dan tatap muka langsung dalam
berinteraksi serta kesediaan untuk terus mengupayakan agar interaksi dan
aktivitas kelompok menjadi lebih baik lagi.
2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Widanarto, 2006:17) unsur-unsur
a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka
”sehidup-sepenanggungan bersama”.
b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti
milik mereka sendiri.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelomponya memiliki
tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama di antara
anggota kelompoknya.
e. Siswa belajar sebagai pemimpin dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif
3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya (2006:242-244) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran yang
menggunakan model kooperatif;
a. Pembelajaran secara team
Pembelajaran secara team diharapkan agar semua anggota kelompok
mampu bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kelompok harus terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademis, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat bertukar
anggota dapat memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Empat fungsi pokok manajemen kooperatif:
1) Fungsi perencanaan
Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang baik, agar
proses belajar dapat berjalan secara efektif.
2) Fungsi pelaksanaan
Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan.
3) Fungsi organisasi
Pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama, oleh sebab itu perlu
adanya pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.
4) Fungsi kontrol
Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilannya.
c. Kemauan untuk bekerja sama
Pembelajaran kooperatif memerlukan adanya kemauan untuk bekerja sama,
bukan saja dalam pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota
kelompok, tetapi juga diperlukan adanya sikap saling membantu. Misalnya:
anggota kelompok yang pintar membantu yang kurang pintar.
d. Keterampilan bekerja sama
untuk mau dan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota
kelompoknya. Sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide
mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan
kelompok
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Stahl (1994), ada beberapa prinsip dasar yang harus dikembangakan
dalam pembelajaran kooperatif :
a. Ketergantungan yang Bersifat Positif
Untuk mengondisikan terjadinya interdependensi di antara siswa dalam
kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan
tugas-tugas pelajaran sehingga siswa memahami dan mungkin untuk melakukan
hal itu dalam kelompoknya. Guru harus merancang struktur kelompok dan
tugas-tugas kelompok yang yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar
dan mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan
kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini
memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada anggota
kelompok lainnya.
b. Interaksi yang Bersifat terbuka
Interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan
materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Suasana belajar seperti ini
akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif di
c. Tanggung Jawab Individu
Salah satu dasar penggunaan koopeartif dalam pembelajaran adalah bahwa
keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik apabila
dilakukan secara bersama-sama. Keberhasilan dalam belajar ini
dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan
memberi apa yang telah dipelajari kepada siswa lainnya.
d. Kelompok Bersifat Heterogen
Keanggotaan dalam kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi
kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakter siswa
yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti itu akan tumbuh dan
berkembang nilai, sikap, moral, bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuan dan melatih keterampilan dirinya dalam suasana belajar yang
terbuka dan demokratis.
e. Interaksi Sikap dan Perilaku Sosial yang Positif
Dalam interaksi dengan siswa lainnya dalam kelompok tidak begitu saja
menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya kepada anggota
lainnya. Dalam kelompok siswa harus belajar bagaimana meningkatkan
kemampuan interaksinya dengan memimpin, berdiskusi, bernegosiasi, dan
mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompok.
f. Tindak Lanjut
selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa
dalam kelompok belajarnya. Setiap siswa dalam kelompok harus
memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya.
5. Sintaks Pembelajaran Model Kooperatif (http://www.ed.gov).
Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam kegiatan
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai
dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi siswa belajar. Fase
ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa dikelompokkan dalam
tim-tim belajar. Pada tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja
bersama untuk menyelesaikan tugas bersama meraka. Fase terakhir dari
pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau
mengevaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Ada enam tahapan pada pembelajaran kooperatif. Namun ada sedikit
perbedaan pada langkah-langkahnya tergantung dari pendekatan yang
dipergunakan dalam proses kegiatan pembelajarannya.
Tabel II.1.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil berjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
6. Manfaat pembelajaraan kooperatif
Widanarto, (2006:17), mengemukakan manfaat pembelajaran kooperatif:
a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi.
b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku
selama bekerjasama.
c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri
meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang positif,
sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu
sama lain.
d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik,
sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
7. Model pembelajaran kooperatif
kooperatif sebagai berikut:
a. Student Teams Achievment Division
Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dimana
siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5
orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran
sementara siswa bekerja didalam tim untuk memastikan bahwa semua
anggota telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian pengajar
mengadakan kuis.
b. Teams Games Turnamen (TGT)
Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka. Skor tersebut
diperoleh dari sumbangan setiap siswa untuk diakumulasikan. Permainan
disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang
dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran di kelas.
c. Jigsaw
Siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 5-6 orang secara
heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan untuk
membaca sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang ditugaskan oleh
guru dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang diberikan itu.
Kelompok siswa yang sedang mempelajari sub bab ini disebut sebagai
kelompok ahli. Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka
diskusinya di kelompok ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota
kelompok atas kajian di kelompok ahli. Satu-satunya cara siswa dapat
belajar sub bab lain selain sub bab yang sudah dipelajari adalah
mendengarkan secara sungguh-sungguh terhadap penjelasan teman satu
kelompok mereka. Setelah selesai pertemuan dan diskusi di kelompok asal
siswa diberikan kuis secara individu tentang materi ajar.
d. Think Pair Share
Tipe ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil
(2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh kooperatif daripada individu. TPS
ada tiga tahap:
1) Tahap 1: Thinking (berpikir)
Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban secara
mandiri untuk beberapa saat.
2) Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang dibahas pada tahap 1.
3) Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.
e. Numbered Head Together
sejenis dengan Think Pair Share. Sebagai ganti dalam struktur bertanya
guru melakukan 4 tahap sebagai berikut:
1) Tahap Penomoran : Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok dan
setiap kelompok memilki anggota 3-5 orang. Masing-masing anggota
diberi momor 1 sampai 5.
2) Tahap Mengajukan Pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan pada
siswa.
3) Tahap Berpikir Bersama : Siswa menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya
untuk menjawabnya
4) Tahap Menjawab: Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian
siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw 1. Pengertian Jigsaw
Slavin ( 1995:341) mengungkapkan bahwa model pembelajaran tipe
Jigsaw merupakan suatu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada interpendensi yang tinggi. Model pembelajaran tipe Jigsaw
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara.
Dalam tipe Jigsaw ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan jumlah
dalam beberapa bagian atau sub bab dan setiap siswa bertanggung jawab
untuk mempelajari dan memahami bagian pelajaran tersebut. Semua siswa
yang mendapat bagian atau sub bab yang sama belajar bersama dalam sebuah
kelompok yang disebut kelompok ahli.
Dalam kelompok ahli siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan
pelajaran dan menyusun rencana bagaimana cara mereka mengajarkannya
kepada teman. Jika semua anggota kelompok ahli sudah siap mereka kembali
ke kelompok awal untuk mengajarkan hasil diskusi dalam kelompok ahli
kepada teman-teman dalam kelompoknya. Cara belajar demikian menuntut
siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena mempunyai
tanggung jawab memahami dan membagikan materi yang menjadi bagiannya
kepada anggota kelompoknya. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa
dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Siswa
juga diberikan motivasi untuk selalu mengevaluasi proses pembelajaran yang
sudah di laksanakan lewat refleksi.
2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Widanarto, 2006;18), Jigsaw
adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Kelompok kooperatif (awal):
4-6 orang
2) Guru memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab
3) Setiap anggota membaca sub bab yang berbeda, kemudian
mempresentasikan/mengajarkan kepada kelompoknya
b. Kelompok Ahli
1) Setiap siswa yang memiliki wacana atau tugas yang sama di kumpulkan
dalam satu kelompok.
2) Dalam kelompok ahli setiap siswa ditugaskan untuk belajar bersama
menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
3) Setiap kelompok ahli diberi tanggung jawab untuk memahami dan dapat
menyampaikan informasi yang telah dipahami tersebut kepada
kelompok kooperatif
4) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli
masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif (awal).
5) Setiap siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil dari tugas
kelompok ahli.
6) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan
masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi
klarifikasi.
C. Motivasi belajar siswa
Setiap Individu mempunyai situasi internal yang turut berperan dalam
aktivitasnya setiap hari. Salah satu situasi internal tersebut adalah motivasi.
1. Pengertian motivasi
Menurut kamus bahasa Indonesia (1991) motivasi diartikan sebagai kekuatan
yang menyebabkan individu bertindak atau berbuat.
Motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dalam diri yang
menimbulkan kegiatan belajar dalam diri siswa. Menurut Sudjana, (2009: 61),
motivasi belajar yang tinggi terdiri dari beberapa aspek yaitu:
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
b. Tidak mudah putus asa atau semangat siswa untuk melaksanakan tugas-
tugas,
c. Tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas,
d. Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan,
e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
2. Jenis-jenis motivasi
Pada dasarnya motivasi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar
dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering di
sebut motivasi murni karena timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa
pengetahuan, keterampilan tertentu,
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi yang di sebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar.
Misalnya ijazah, hadiah, nilai.
3. Nilai motivasi dalam pembelajaran
Widanarto, (2006:27) mengungkapkan nilai-nilai motivasi dalam
pembelajaran:
a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya suatu proses
pembelajaran.
b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang
di sesuaikan dengan kebutuhan, minat, yang ada pada siswa.
c. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru
untuk berusaha sungguh-sungguh mencari cara yang relevan guna
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.
D. Hasil belajar
Hasil belajar adalah tingkat kemampuan atau prestasi siswa mengolah materi
pelajaran. Menurut Nana Sudjana (2009:22), hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Horward Kingsley (Nana Sudjana 2009:22) membagi tiga macam hasil belajar,
yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan
dalam kurikulum.
Dari ketiga hal tersebut yang paling banyak dipakai/dinilai oleh guru di sekolah
adalah pengetahuan dan pengertian karena berkaitan dengan kemampuan para
siswa menguasai isi bahan pengajaran. Salah satu hal yang dapat dilihat, dinilai
sebagai perubahan pengetahuan dan pengertian siswa adalah kemampuan siswa
mengerjakan kuis.
E. PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
1. Pengertian (PTK) penelitian tindakan kelas
Beberapa kutipan yang biasa di pakai untuk mendefinikan penelitian tindakan
kelas:
a. Menurut Bogdan dan Biklen (1996), (dalam T. Sarkim, 2008:2)
merumuskan penelitian tindakan kelas sebagai suatu aktivitas pengumpulan
informasi secara sistematis yang dirancang untuk membawa perubahan.
b. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3) bahwa PTK merupakan gabungan
definisi dari tiga kata “penelitian, tindakan dan kelas”.
1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan suatu mutu atau minat
pada suatu bidang tertentu.
2) Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
kegiatan.
3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu sama, tempat sama,
menerima pelajaran yang sama, dari seorang guru yang sama.
2. Karakteristik PTK
a. Spesifik dan kontekstual
Fokus penelitian tindakan kelas adalah masalah aktual yang
sungguh-sungguh dihadapi dalam pembelajaran yang diselenggarakan.
b. Problem solving
Pemngembangan pembelajaran dalam PTK berorientasi pada pemecahan
masalah yang menggunakan siklus-siklus spiral dari identifikasi masalah,
analisis masalah, rumusan masalah yang layak untuk ditindaki, rumusan
hipotesis yang kemudian diikuti dengan perencanaan dan tindakan.
c. Kolaboratif
Penelitian tindakan kelas melibatkan mereka yang terlibat langsung dalam
pembelajaran (guru, dosen, mahasiswa), bersama-sama merencanakan dan
melaksanakan penelitian untuk perbaikan pembelajaran.
d. Reflektif
Penelitian tindakan kelas dimulai dari refleksi awal yang bertujuan
menyadarkan adanya permasalahan pembelajaran dan menganalisis
berbagai kemungkinan penyebanya. Selanjutnya refleksi dilakukan dalam
proses pelaksanaan tindakan dan refleksi atas perubahan hasil tindakan.
a. Membantu guru mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki
mutu pembelajaran
b. Menerapkan teori-teori pembelajaran bermakna di kelas
c. Menghasilkan laporan PTK yang dijadikan bahan panduan untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
d. Mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan
untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas
4. Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas meliputi empat tahap ( Gambar II.1) yakni;
a. Perencanaan Tindakan
b. Implementasi tindakan
c. Observasi dan interpretasi, dilanjutkan dengan analisi dan evaluasi
Gambar II.1
Model Spiral Kemmis dan Taggart
Keterangan gambar II.1 (Susilo 2006:9-12)
1). Perencanaan tindakan
perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal
teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari
masa lalu dalam kegiatan penelitian sebidang. Penulis menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar IPS siswa
2). Pelaksanaan tindakan
Setelah merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian
maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan rencana
tersebut dalam situasi aktual di kelas. Dalam penelitian ini akan
menggunakan metode jigsaw sesuai dengan rencana yang telah
3). Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Secara umum kegiatan observasi dilaksanakan untuk merekam proses
pembelajaran. Dalam hal ini penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
4). Refleksi
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,
interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi
yang dipeloreh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan bagian
yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap
proses dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
pelaksanaan tindakan.
F. Kerangka berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas maka upaya meningkatkan motivasi dan
hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat di jelaskan
sebagai berikut:
Untuk memotivasi dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran serta
pada saat yang sama meningkatkan hasil belajar dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan dan waktu yang cukup bagi siswa
berinteraksi dalam kelompok untuk mencari dan menggali pengetahuan dari
Jigsaw siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang secara
heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan untuk membaca
sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru dan
bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang diberikan itu. Kelompok
siswa yang sedang mempelajari sub bab ini disebut sebagai kelompok ahli.
Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian
mengajarkan kepada teman sekelompoknya tentang hasil diskusinya di kelompok
ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota kelompok atas kajian di kelompok
ahli. Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub bab lain selain sub bab yang sudah
dipelajari adalah mendengarkan secara sungguh-sungguh terhadap penjelasan
teman satu kelompok mereka. Setelah selesai pertemuan dan diskusi di kelompok
asal siswa diberikan kuis secara individu tentang materi ajar.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum tuntas jika ada anggota
kelompok yang belum memahami materi. Keberhasilan pembelajaran ditentukan
oleh seluruh anggota kelompok. Untuk itu semua anggota kelompok dituntut
untuk berani bertanya, mengemukakan pendapat, mengklarifikasi dan membantu
teman dalam mempelajari dan memahami materi. Dengan demikian besar
kemungkinan prestasi belajarpun akan meningkat.
Hasil Penelitian Sejenis yang di lakukan oleh
1. AnastasiaYunita (2007) dalam penelitiannya mengenai model pembelajaran
koopetatif tipe Jigsaw dan implikasinya terhadap peningkatan interaksi teman
bahwa sistem belajar dengan kelompok awal dan kelompok ahli mendorong
tumbuhnya rasa tanggungjawab, berkembangnya sikap ketergantungan positif,
mendorong peningkatan motivasi belajar, serta peningkatan interaksi antar
teman sebaya dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Sunaryanto (1998: 252-262), dalam penelitiannya bekerja sama dengan 15
guru SD di Victoria-Australia, menemukan bahwa para guru menyadari
bahwa pembelajaraan kooperatif melibatkan siswa bekerja sama dalam
kelompok untuk menyelesaikan tugas akademik dan mereka menyadari bahwa
ketergantungan positif di antara siswa adalah penting. Dengan bekerja sebagai
kelompok maka siswa akan memperoleh hasil yang optimal dari implementasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom
action research) yang mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa
aspek dalam kegiatan belajar mengajar yaitu penerapan metode pembelajaran
jigsaw oleh guru, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa. Penelitian tindakan
kelas merupakan suatu aktivitas pengumpulan informasi secara sistematis yang
dirancang untuk membawa perubahan (Bogdan dan Biklen, 1996:223).
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Karitas Ngaglik
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan : Januari-Februari 2010
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah bagian yang terlibat dalam penelitian dan yang
terkait dalam penelitian. Dalam hal ini subyek penelitian adalah siswa kelas
2. Objek penelitian
Obyek penelitian adalah semua yang menjadi pokok pembicaraan dalam
penelitian. Dalam hal ini yang menjadi pokok pembicaraan adalah
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan
motivasi dan hasil pembelajaran IPS.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang menjadi titik
perhatian peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Motivasi
2. Hasil Belajar
E. Indikator dan Pengukuran 1. Motivasi
Motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dalam diri yang
menimbulkan kegiatan belajar dalam diri siswa. Menurut Sudjana, (2009: 61),
motivasi belajar yang tinggi terdiri dari beberapa aspek yaitu:
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
b. Tidak mudah putus asa atau semangat siswa untuk melaksanakan
tugas-tugas,
d. Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan,
e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas lewat pengamatan langsung dan
perekaman video serta wawancara lisan dengan guru mata pelajaran IPS
diketahui bahwa siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik belum
memenuhi kriteria tersebut. Hanya berkisar antar satu-tiga siswa atau
5,55%-16,66% yang memiliki motivasi sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sudjana di atas. Berdasarkan hasil observasi itu, peneliti menentukan
target minimal keberhasilan tindakan. Untuk mengukur motivasi, peneliti
menggunakan kuesioner tertutup dimana peneliti membagikan lembar
penilaian diri sesuai dengan indikator motivasi dengan dua alternatif
jawaban. Berikut lima indikator motivasi yang dikemukakan oleh Sudjana
dan dikembangkan untuk kepentingan penelitian ini.
Tabel III.1 Kisi-kisi Motivasi
Variabel Indikator Nomor
pertanyaan
Instrumen
Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
2,3,5,7,10 Lembar Penilaian diri
Semangat melaksanakan tugas 9,15 Lembar Penilaian diri Tanggungjawab siswa dalam
melaksanakan tugas
6,8,14 Lembar Penilaian diri
Rasa senang dan puas dalam melaksanakan tugas
1,11,12 Lembar Penilaian diri
Motivasi
Reaksi siswa terhadap terhadap stimulus
Penggolongan motivasi dilakukan dengan menggunakan Penilaian Acuan
Patokan (PAP II). Kuesioner motivasi terdiri dari 15 item. Jika responden
menjawab YA maka skor =1, jika responden menjawab TIDAK skor =0.
Dengan demikian skor maksimal 15 dan skor minimal 0. Untuk skor yang ada
di atas atau di bawah skor ditentukan sebagai berikut:
Tabel III.2
Penggolongan skor motivasi belajar Rentang Skor Golongan Motivasi Belajar
12,5 - 15 Sangat Termotivasi Sekali
10 - 12,4 Sangat Termotivasi
8 - 9,9 Termotivasi
6 - 7,9 Tidak termotivasi
0 - 5,9 Sangat Tidak termotivasi
Siswa dikatakan termotivasi jika mendapat skor 8 ke atas. Target pencapaian
motivasi yang ditetapkan adalah minimal 6 siswa (33,33%), mendapat skor 8
ke atas/termotivasi untuk belajar.
2. Hasil belajar
Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur dengan kuis di setiap akhir
siklus. Peningkatan hasil belajar dengan membandingkan hasil belajar
sebelum pelaksanaan tindakan dan hasil belajar sesudah pelaksanaan tindakan
siklus pertama dan siklus kedua. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas jika
mencapai nilai 6,5 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum yang sudah
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Siklus kedua
dilaksanakan apabila indikator pencapaian tidak terpenuhi. Berikut ini langkah
dalam setiap siklus penelitian.
1. Perencanaan. Dalam langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah
merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta
membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan motivasi
dan hasil pembelajaran
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan
motivasi dan hasil pembelajaran
3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi. Pada langkah ini peneliti menganalisis, memaknai dan
menyimpulkan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar
Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian
ini diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus pertama
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan/tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Perencanaan:
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu meliputi;
memetakan para siswa. Data yang digunakan untuk memetakan siswa
adalah hasil kuis yang sudah dilakukan sebelumnya. Setelah mengetahui
hasil evaluasi siswa, peneliti dan guru merangking siswa dari siswa yang
mempunyai nilai tinggi sampai dengan siswa yang mempunyai nilai
terendah. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen berdasarkan
tingkat prestasi dan jenis kelamin, yang masing-masing kelompok
beranggotakan empat siswa. Beberapa perangkat lain yang disiapkan
dalam tahap ini adalah rencana pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, lembar kerja siswa, kuis, lembar observasi.
Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
1) Kriteria keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
terhadap motivasi dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan
tindakan. Kriteria keberhasilan PTK dapat ditetapkan antara lain
dengan menggunakan prinsip belajar tuntas, misalnya 65%. Apabila
peningkatan yang diharapkan dalam hal ini motivasi dan hasil belajar
tercapai minimal 65%, maka pencapaian tersebut dikatakan memenuhi
kriteria.
2) Instrumen penilaian diri tentang motivasi belajar siswa yang memuat
ke lima indikator: minat dan perhatian siswa mengikuti pelajaran,
tidak mudah putus asa/semangat dalam melaksanakan tugas, tanggung
jawab siswa dalam mengerjakan tugas, rasa senang dan puas dalam
3) Lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan kuis individu yang
dilakukan pada setiap akhir siklus untuk melihat seberapa besar
peningkatan yang dialami setiap siswa selama pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4) Lembar observasi guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
5) Lembar observasi aktivitas siswa di kelas selama penerapan proses
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
b. Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw sesuai rencana tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis
besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa dalam
diskusi kelas.
2) Peneliti dan guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen
beranggotakan empat orang dan membagikan sub bab secara berbeda
dalam bentuk kartu kerja (KK) kepada setiap anggota kelompok.
Setiap kelompok mendapat empat kartu kerja sesuai dengan jumlah
siswa dalam kelompok.
3) Siswa yang memegang kartu kerja (KK)-1, dikumpulkan menjadi
kelompok baru. Demikian juga dengan siswa yang memegang KK-2,
ahli.
4) Siswa dalam kelompok ahli kembali ke kelompok awal dan
membagikan hasil diskusi dalam kelompok ahli kepada anggota
kelompok awal.
5) Guru dan siswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil diskusi kelompok
secara bersama.
6) Guru memberi soal kuis secara tertulis, dan siswa mengerjakannya
secara individual.
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Pada tahap ini,
peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan
tindakan, yaitu meliputi: penerapan metode pembelajaran, aktivitas siswa
dalam kelas dan kelompok, aktivitas guru dalam menerapkan metode
pembelajaran tipe jigsaw, serta aktivitas siswa dalam kaitannya dengan
indikator motivasi. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrumen
observasi dan dilengkapi perekaman dengan video camcorder.
d. Refleksi:
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil
observasi terhadap motivasi dan hasil pembelajaran. Ada dua macam
refleksi yang dilakukan, yaitu:
1) Refleksi segera pada saat pertemuan berakhir, digunakan untuk
pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya
(penyesuaian rencana pembelajaran dan/atau instrumen yang perlu
disempurnakan).
2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui
apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan
telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-reflection dahulu
terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan pada
masing-masing fase, hasil kegiatan kelompok, hasil kuis dan kaitannya
dengan kegiatan kelompok dan kemudian dilakukan refleksi dan
diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus
kedua.
2. Siklus kedua
Kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus
pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada siklus kedua ini
ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama dan dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan/tatap muka.
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar dan pengumpulan data
1. Instrumen untuk melakukan kegiatan belajar mengajar
pembelajaran tipe jigsaw. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini memuat
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka implementasi
tindakan. (Lampiran 1)
b. Lembar pembagian kelompok
Lembar pembagian kelompok berisi nama-nama anggota kelompok. Dalam
melaksanakan PTK siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam
penelitian ini siswa dibagi dalam empat kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa. (Lampiran 2)
2. Instrumen untuk mengumpulkan data
a. Format daftar nilai siswa kelas VIII
b. Lembar observasi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw
c. Lembar penilaian diri tentang motivasi belajar siswa (lampiran 3)
d. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kelompok
e. Lembar kerja siswa secara individu untuk kuis (Lampiran 4).
H. Pembagian Peran Peneliti dan Guru
Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran IPS untuk
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dengan tujuan
meningkatkan motivasi dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu ada pembagian peran antara guru dengan peneliti.
Tabel III. 3
Pembagian Peran Peneliti dan Guru
No Kegiatan Output Petugas
1 Penyusunan perangkat pembelajaran
Rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Peneliti & guru
2 Pemetaan kemampuan
siswa
Kelompok heterogen beranggota 4-5 siswa
Peneliti & guru 3 Penyusunan instrumen
pengumpulan data
Instrumen observasi dan lembar kerja Peneliti
4 Pelajaran IPS dengan model kooperatif tipe
Jigsaw
Kegiatan diskusi, membagikan hasil diskusi kepada kelompok asal, kuis
Peneliti & guru
5 Observasi kegiatan belajar mengajar
Aktivitas siswa dalam kelas, Aktivitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran
Peneliti
6 Analisis data Motivasi dan hasil belajar siswa Peneliti 7 Refleksi Dampak tindakan pada motivasi dan hasil
belajar siswa
Peneliti
8 Implementasi siklus Tindakan perbaikan dan dampaknya pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa
Guru & peneliti
I. Pengumpulan Dan Analisis Data 1. Pengumpulan data
a. Observasi
Observasi digunakan untuk merekam kualitas proses dan hasil belajar siswa berdasarkan instrumen observasi dan penggunaan alat perekam
video camcorder.
b. Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas
dilihat dari sudut pandang yang lain. Dalam penelitian ini wawancara
2. Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan pemaparan data/informasi tentang suatu gejala yang
diamati selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk paparan
naratif maupun tabel.
b. Analisis Tingkat Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui motivasi dan
hasil belajar siswa. Peningkatan motivasi dan hasil belajar dilakukan
dengan membandingkan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum
implementasi tindakan dengan motivasi dan hasil belajar sesudah
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya SMP Karitas Ngaglik
SMP Karitas Ngaglik berdiri pada tanggal 1 Januari 1968 dengan SK.
No. 02 a/B.6/JKB/68 yang ditetapkan di purworedjo oleh F.S Wirjotaruna
sebagai Ketua Yayasan Karya Bakti No. 051/KB/59/III/1968 pada tanggal 25
Maret 1968. Sekolah Karitas dikelola oleh para Bruder Karitas dibawah
naungan Yayasan Karya Bakti Yogyakarta. Oleh karena dikelola para Bruder
Karitas maka penyelenggaraan pendidikan sejalan dengan pandangan hidup
para Bruder Karitas yaitu cinta kasih kepada Tuhan dan sesama.
B. Visi dan Misi Sekolah 1. Visi
Visi SMP Karitas adalah membentuk peserta didik dalam proses
pendewasaan diri untuk mampu mengolah dan mengembangakn potensi
diri yang lebih berkualitas dalam menanggapi perkembangan zaman
berdasarkan cinta kasih kepada Tuhan dan sesama.
2. Misi
Misi SMP Karitas adalah mendampingi proses pembentukan diri peserta didik dalam mengoptimalkan aspek intelektualitas, humanitas, religiositas
dan sosialitas melalui penyelarasan kurikulum sekolah dengan tingkat
Perkembangan SMP Karitas tak lepas dari kepedulian dan kerja keras para
pendahulu dan generasi penerusnya. Berikut nama-nama kepala sekolah
yang pernah memimpin SMP Karitas :
Tahun 1968-1973 Br. Hugon, FC
Tahun 1973-1978 Br. Paulus FC
Tahun 1978-1979 Theresia Gunarti B. A
Tahun 1979-1988 Br. Paulus, FC
Tahun 1988-1992 Supandiyono B.A
Tahun 1992-1996 Ig Ngadiman B.A
Tahun 1996-2000 Br. Ferdinandus, FC
Tahun 2000-2003 Theresia Gunarti S. P.d
Tahun 2003-2005 Br. Eduardus S. Utomo, FC
Tahun 2005-2009 Dra. Ch. Tuti Rahayu
Tahun 2009-Sekarang Aluysius Riwi Widakdo S.Pd
C. Sistem Pendidikan Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik Sleman Sistem pendidikan di SMP Karitas mengacu pada undang-undang No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar
2. Pendidikan menegah berbentuk sekolah menengah pertama (SMP),
Mandrasah, Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat.