• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA : Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA : Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh :

FIFI KHOIRUL FITRIYAH NIM. 1201483

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh :

Fifi Khoirul Fitriyah

S.Pd. Universitas Negeri Surabaya, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

© Fifi Khoirul Fitriyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd. NIP. 195204221976031004

Pembimbing II

Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog. NIP. 197102191998021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Fifi Khoirul Fitriyah. (2014). Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Mereduksi Perilaku Agresif Siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014). Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(5)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMAKASIH... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined.

E. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KONSEP KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI DAN

PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Error! Bookmark not defined. A. Konseling Singkat Berfokus Solusi... Error! Bookmark not defined.

1. Konsep Konseling Singkat Berfokus SolusiError! Bookmark not defined.

2. Proses Konseling Singkat Berfokus SolusiError! Bookmark not defined.

3. Tujuan Konseling Singkat Berfokus SolusiError! Bookmark not defined.

(6)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Perilaku Agresif... Error! Bookmark not defined.

1. Konsep Perilaku Agresif... Error! Bookmark not defined.

2. Aspek-aspek Perilaku Agresif ... Error! Bookmark not defined.

3. Faktor-faktor Penyebab Perilaku AgresifError! Bookmark not defined.

C. Perkembangan Masa Remaja ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Remaja ... Error! Bookmark not defined.

2. Persahabatan bagi Remaja ... Error! Bookmark not defined.

3. Pacaran dan Relasi Romantis RemajaError! Bookmark not defined.

4. Remaja dan Penggunaan Waktu LuangError! Bookmark not defined.

5. Stres pada Remaja ... Error! Bookmark not defined.

D. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Perilaku Agresif dan Aplikasi Pendekatan Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focused Brief Counseling) ... Error! Bookmark not defined.

E. Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

F. Asumsi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

G. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Pendekatan, Metode, dan Desain PenelitianError! Bookmark not defined.

C. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(7)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Tahap-tahap Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Hasil Studi Pendahuluan ... Error! Bookmark not defined.

1. Gambaran Tingkat Perilaku Agresif Siswa Kelas X SMAN 1 Singgahan Tahun Ajaran 2013/2014Error! Bookmark not defined.

2. Gambaran Tingkat Perilaku Agresif Siswa Kelas X SMAN 1 Singgahan Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Kelas ... Error! Bookmark not defined.

3. Gambaran Aspek-aspek Perilaku Agresif Siswa Kelas X SMAN 1 Singgahan Tahun Ajaran 2013/2014Error! Bookmark not defined.

4. Gambaran Aspek-aspek Perilaku Agresif Siswa Kelas X SMAN 1 Singgahan Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Kelas ... Error! Bookmark not defined.

B. Hasil Uji Empirik ... Error! Bookmark not defined.

C. Hasil Analisis Data Visual dan KualitatifError! Bookmark not defined.

1. Konseli IRW ... Error! Bookmark not defined.

2. Konseli SYK ... Error! Bookmark not defined.

3. Konseli SWA ... Error! Bookmark not defined.

4. Konseli AYP ... Error! Bookmark not defined.

5. Konseli SKD ... Error! Bookmark not defined.

6. Konseli SPY ... Error! Bookmark not defined.

D. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

(8)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI . Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined.

B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .. Error! Bookmark not defined.

Lampiran 3. Hasil Uji Empirik ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 4. Jurnal Pelaksanaan Konseling Singkat Berfokus Solusi ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 5. Lembar Monitor Diri... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 6. Lembar Observasi ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 7. Daftar Kode Data Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 8. Skrip Konseling ... Error! Bookmark not defined.

(9)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pada masa remaja, individu mengalami tekanan yang kuat dari dalam dirinya sebagai akibat dari kepesatan pertumbuhan fisik dan lingkungan sosialnya. Selain itu, meluasnya arena mobilitas sosial juga berkontribusi menjadi penyebab tekanan yang dialami remaja. Masa remaja sering disebut sebagai masa kritis (critical period) dan masa mencari identitas diri. Masa remaja juga disebut sebagai peralihan yang menentukan kualitas kehidupan individu di masa berikutnya. Jika remaja berhasil melampaui tekanan-tekanan biologis dari dalam dirinya dan tekanan sosio-psikologis dari lingkungan sosialnya, maka dimungkinkan akan dapat memasuki masa dewasa dengan penuh kemandirian dan tanggungjawab. Sebaliknya jika gagal, maka selanjutnya akan mengalami banyak kesulitan untuk mencapai kedewasaan, hal ini memungkinkan remaja untuk melakukan perilaku destruktif yang dapat merusak dan menyakiti dirinya sendiri maupun orang lain.

Perilaku agresif merupakan salah satu bentuk perilaku destruktif yang kerap kali dialami individu pada masa remaja. Data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta pada tahun 2009 menyebutkan 0,08 pesen atau 1.318 dari 1.647.835 siswa SD, SMP, dan SMA di DKI Jakarta terlibat tawuran. Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Lampost.co, 20 November 2013). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memaparkan kasus kekerasan pelajar antara usia 9-20 tahun yang dilaporkan ke pihak kepolisian mengalami peningkatan 20 persen pada tahun 2013 (Okezone.com., 2 Januari 2014).

(10)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Atas (SMA). Merdeka.com (22 Juni 2014) memberitakan seorang siswa laki-laki kelas X SMA 3 Setiabudi Jakarta Selatan berinisial AC tewas dengan 37 luka memar dan lecet di wajah, dada, dan anggota gerak bagian bawah dan atas akibat penganiayaan yang dilakukan seniornya pada saat kegiatan outbon di kawasan Ciranjang Jawa Barat. Selang sehari kemudian, kejadian yang sama menimpa Galih Masrukhi, siswa kelas X Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Kota Tegal. Galih dianiaya tiga seniornya hingga tewas dengan luka lebam di bagian ulu hati (Merdeka.com, 23 Juni 2014).

Kasus serupa juga terjadi antar mahasiswa, pada 26 Maret 2014 diberitakan tujuh mahasiswa tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) menjadi korban penganiayaan tujuh mahasiswa tingkat II, satu diantaranya meninggal dunia karena pukulan benda keras dan tumpul di kepala, perut, kaki, dan wajahnya. Alasan para senior menganiaya para juniornya hanya karena para korban dianggap tidak sopan, tidak hormat, dan tidak respek kepada mahasiswa senior (Kompas.com, 26 April 2014).

(11)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dibunuh oleh AS, 17 tahun teman kenalan di facebook (Merdeka.com., 14 Maret 2014).

Sekalipun tidak berakhir pada tewasnya korban, perilaku agresif juga dapat menyebabkan korbanya terluka bahkan sampai parah. Rio, 18 tahun, bersama tiga rekannya pelajar SMK Negeri 1 Boedi Oetomo Jakarta Pusat dendam kepada pelajar SMK Karya Guna karena pernah disiram air keras setahun sebelumnya, hal inilah yang melatarbelakangi aksi penyiraman air keras secara brutal kepada penumpang bus PPD 213 di Jalan Jatinegara Barat. Sebanyak 13 penumpang bus menjadi korban dan mengalami luka bakar ringan. Bahkan beberapa korban bukan pelajar SMK Karya Guna (Kompas.com, 7 Oktober 2013). Pelajar SMK Negeri 1 Boedi Utomo kembali terlibat dalam aksi brutal antar pelajar, kali ini dengan pelajar SMK Taman Siswa dan SMK Poncol 65 dalam perkelahian yang menewaskan seorang siswa SMK Negeri 1 Boedi Utomo (Tribunnews.com, 19 Mei 2014).

Jika dibiarkan, perilaku agresif dapat membahayakan orang lain bahkan dirinya sendiri. Saat ini banyak remaja yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) tetapi sudah berani mengendarai kendaraan di jalan raya, bahkan disaat mereka mengalami frustrasi. Blankenship et al. (2013) menyatakan percaya diri yang berlebihan dalam mengemudi dapat memicu kemarahan ketika dalam perjalanan sehingga berdampak pada perilaku agresif dalam saat mengemudi.

Penelitian yang dilakukan Vaillancourt (2013) menunjukkan adanya alasan khusus mahasiswa ketika memutuskan untuk berperilaku agresif kepada dosennya. Mahasiswa cenderung melakukan tindakan agresif kepada dosen yang pelit nilai dengan cara memberikan penilaian yang buruk atas nama dosen tersebut pada saat evaluasi pembelajaran untuk dosen. Hal ini dilakukan oleh mahasiswa yang merasa frustrasi tentang nilainya.

(12)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku agresif dan self-perception. Self-perception yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah self-esteem. Self-esteem yang rendah memicu meningkatnya perilaku agresif pada remaja dan orang dewasa. Perilaku agresif juga erat kaitannya dengan gangguan kepribadian. Ojanen et al. (2012) dalam penelitiannya menyatakan adanya hubungan antara narsisme, temperamen, agresi fisik, dan agresi relasional antar teman sebaya pada remaja. Narsisme memicu munculnya perilaku agresi fisik pada laki-laki, serta agresi fisik dan relasional pada laki-laki dan perempuan. Tingkat frustrasi tinggi juga terbukti memicu munculnya perilaku agresif. Vaillancourt (2013) juga menyatakan perilaku agresif yang tinggi berkorelasi dengan parahnya gangguan narsistik pada mahasiswa.

Perilaku agresif memiliki berbagai bentuk, umumnya yang dikenal adalah dalam bentuk fisik dan verbal. Jenis kelamin juga memengaruhi bentuk perilaku agresif. Wilson (2013) menyatakan pria cenderung senang melakukan perilaku agresif dibandingkan dengan wanita, hal ini disebabkan karena pria senang membuat detak jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Sedangkan perempuan cenderung tidak tertarik untuk membuat jantungnya berdetak lebih kecang. Hal yang sama disampaikan oleh Wright dan Yan Li (2013), pria cenderung melakukan agresi dalam bentuk cyber dan verbal dibandingkan dengan perempuan.

Kalangan peneliti di Amerika Utara dan Eropa Barat marak memperbincangkan keterkaitan antara agresi fisik dan relasional. Berdasarkan hasil penelitian di seluruh Negara, menunjukkan bahwa anak-anak usia 7-10 tahun cenderung melakukan agresi fisik dan relasional dalam perilaku mereka. Di Sembilan Negara menunjukkan adanya korelasi antara agresi fisik dan relasional (average r=.49). Di Sembilan Negara tersebut, kecenderungan untuk melakukan agresi fisik dilakukan oleh anak laki-laki dibandingkan oleh anak perempuan (Lansford, 2012).

(13)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seringkali memicu munculnya agresi sosial di kalangan mereka. Perbedaan kelompok usia memengaruhi kompetisi di kalangan tersebut, sehingga menyebabkan perilaku agresi sosial yang muncul menjadi berbeda pula (Rucas et al., 2012). Laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi terlibat dalam tindakan

perilaku agresif meskipun dalam bentuk yang berbeda.

Pada semua fase perkembangan manusia selalu ditemukan fenomena perilaku agresif. Fokus penelitian hanya pada fenomena perilaku agresif pada remaja, hal ini disebabkan karena masa ini merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang fungsi-fungsi fisik dan psikisnya belum optimal. Dvorak et. al. (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa meningkatnya proses psikologis individu dapat berdampak pada munculnya perilaku impulsif. Aspek-aspek impulsif tersebut memincu labilitas emosi sehingga cenderung memunculkan perilaku agresif.

Remaja yang dimaksudkan dalam penelitian adalah siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) yang usianya kurang lebih 16 tahun. Sekolah yang dipilih menjadi lokasi penelitian adalah SMAN 1 Singgahan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala SMAN 1 Singgahan, sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang terkenal dengan kasus perilaku agresif di Kabupaten Tuban sejak sekolah tersebut berdiri.

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling (BK), sebagian siswa SMAN 1 Singgahan memiliki riwayat menjadi pelaku perilaku agresif secara fisik dan verbal. Pada akhir Maret 2014, seorang siswa laki-laki memukul seorang siswa perempuan yang merupakan kekasihnya karena terbakar cemburu, perilaku tersebut disebut dengan dating aggression yakni perilaku agresif yang dilakukan antar remaja yang terlibat dalam jalinan hubungan romantis. Connolly dan Wendy (2007) dalam penelitiannya menyebutkan sebanyak 66% dating aggression terjadi secara dua arah yang saling menyakiti.

(14)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa mereka sering terlibat dalam perkelahian di luar sekolah yakni pada saat ada pertunjukan musik dangdut di desa-desa sekitar tempat tinggalnya.

Upaya untuk mereduksi perilaku agresif pada siswa di sekolah seyogyanya menjadi perhatian serius sekolah khususnya bidang bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru bimbingan dan konseling penting menyelenggarakan layanan responsif. Yusuf dan Nurihsan (2008: 28) menyatakan layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan pertolongan dengan segera. Layanan ini lebih bersifat kuratif, sehingga strategi yang digunakan adalah konseling. Dalam penelitian, peneliti memilih strategi konseling individu dengan alasan sensitifnya masalah yang dibahas sehingga membutuhkan pelayanan khusus secara individual.

Konseling memiliki pendekatan yang beragam yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah siswa dalam hal ini adalah mereduksi perilaku agresif. Pendekatan konseling yang selama ini digunakan untuk mereduksi perilaku agresif pada siswa cenderung mengarah pada pembahasan masalah dibandingkan dengan solusi sehingga membutuhkan sesi yang panjang dan banyak. Karena tren masalah perilaku agresif yang semakin mewabah dikalangan remaja, sehingga membutuhkan adanya pendekatan konseling yang memungkinkan siswa dapat menyelesaikan masalah dalam waktu yang relatif singkat, dengan memfokuskan pada solusi bukan masalah, dan membantu dalam peningkatan kompetensi siswa dengan memanfaatkan segala sumber daya atau kekuatan yang dimiliki siswa.

(15)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahkan menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku agresif. Buss (1961) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan munculnya perilaku agresif yakni frustrasi dan rangsangan berbahaya. Proses konseling diarahkan untuk mencegah terjadinya frustrasi dan atau mengatasi frustasi yang telah terlanjur terjadi. Proses selanjutnya adalah mengajarkan kepada konseli agar terampil dalam menghadapi situasi yang dianggap berbahaya sehingga perilaku yang muncul nantinya adalah perilaku yang konstruktif. Seperti yang disampaikan oleh Campbell et. al (2013) mengelola perilaku agresif melalui hal-hal yang melatarbelakanginya menjadi perilaku yang konstruktif merupakan hal yang sangat penting.

Corey (2009: 380) menekankan pentingnya penciptaan hubungan terapeutik secara kolaboratif dalam konseling (establishing a collaborative relationship). Dalam hal ini, bukan hanya konselor yang memiliki peran untuk

menciptakan perubahan, konseli pun diposisikan sebagai ahli yang memiliki pemahaman dan pengalaman tentang kehidupan mereka sendiri. Hubungan kolaboratif dan kooperatif cenderung lebih efektif dalam pencapaian tujuan konseling dibandingkan dengan hubungan hierarkis. Penggunaan teknik hubungan kolaboratif dalam konseling menuntut konseli menjadi ahli tentang diri mereka sendiri, namun faktanya tidak semua konseli memiliki kesadaran tentang masalah yang dihadapi.

(16)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bannink (2007) dalam penelitiannya menyebutkan efek Konseling Singkat Berfokus Solusi mampu memenuhi kebutuhan konseli dalam waktu yang lebih singkat dari konseling pada umumnya. Penelitian Burwell dan Charles (2006) mengadopsi prinsip dan teknik Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk digabungkan dengan konteks konseling karir. Berdasarkan hasil penelitian dibuktikan konseling karir yang menggunakan prinsip dan teknik Konseling Singkat Berfokus Solusi berhasil efektif dan efisien dalam mengatasi masalah-masalah karir individu.

Smock, et al. (2008) dalam penelitiannya membandingkan antara kelompok Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focused Group Therapy) dengan kelompok intervensi tradisional yang berfokus pada masalah dalam mengatasi permasalahan penyalahgunaan zat terlarang level 1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan skor yang signifikan pada kelompok Konseling Singkat Berfokus Solusi dibandingkan dengan kelompok intervensi yang berorientasi masalah berdasarkan skor Beck Depression Inventory. Kesimpulannya Konseling Singkat Berfokus Solusi lebih efektif dan efisien dalam menangani masalah penyalahgunaan obat terlarang.

Konseling Singkat Berfokus Solusi juga efektif diterapkan untuk meningkatkan daya psikologis mahasiswa. Dahlan (2011) menyatakan model Konseling Singkat Berfokus Solusi dalam seting kelompok terbukti efektif meningkatkan daya psikologis mahasiswa S1 Universitas Pendidikan Indonesia. Secara spesifik model konseling ini efektif untuk meningkatkan hampir semua aspek-aspek daya psikologis.

(17)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berfokus Solusi efektif dan efisien dalam membantu siswa mereduksi perilaku agresif.

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Maraknya masalah remaja terkait dengan perilaku agresif yang dimunculkan menyebabkan keprihatinan tersendiri bagi dunia pendidikan, seharusnya pendidikan dapat membantu mereka menumbuhkan perilaku yang baik dalam kehidupan kesehariannya. Lustin Pikunas (Yusuf, 2005: 184) menyebut masa remaja sebagai masa “storm & stress”, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan dari kehidupan sosial orang dewasa. Yusuf (2005: 184) menambahkan bahwa masa remaja merupakan masa perkembangan sikap menuju arah kemandirian. Remaja yang dimaksudkan dalam penelitian adalah siswa kelas X SMAN 1 Singgahan.

Stanley Hall (Santrock, 2007: 295) mengungkapkan fakta tentang banyaknya remaja yang mengalami stres yang dapat mengganggu keberhasilan mereka melewati masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Santrock (2007: 295) mendefinisikan stres dalam hal ini adalah respon individu terhadap stresor, yaitu situasi dan peristiwa yang mengancam remaja. Pada masa perkembangan remaja, fungsi-fungsi fisik dan psikis individu belum matang, sehingga proses psikologis menjadi meningkat. Efek dari meningkatnya proses psikologis pada individu di masa remaja menyebabkan munculnya perilaku impulsif yang seringkali bermuara pada perilaku agresif.

(18)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku konstruktif pada saat menghadapi rangsangan yang dianggap berbahaya juga penting untuk diterapkan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, peneliti memilih pendekatan Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focused Brief Counseling) sebagai solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa. Pemilihan pendekatan konseling ini juga didasarkan pada asumsi bahwa setiap individu adalah ulet, memiliki kompetensi, cakap, dan memiliki kemampuan mengkonstruk solusi yang dapat mengubah kehidupan mereka (Corey, 2009).

Konseling Singkat Berfokus Solusi mampu memfasilitasi perubahan konseli secara efektif. Hal ini disampaikan Cotton (2010) dalam studi kasus Insoo Kim Berg tentang bagaimana temuannya yakni Konseling Singkat Berfokus Solusi mampu memfasilitasi perubahan konseli menggunakan Recursive Frame Analysis (RFA). Hasil penelitian menyebutkan pertanyaan-pertanyaan yang

dirumuskan oleh Berg dalam proses konseling mengandung percakapan terapeutik yang mampu membawa perubahan pada konseli.

Peran konselor adalah membantu konseli mengenali kompetensi yang mereka miliki untuk mereduksi perilaku agresif. Proses konseling berfokus pada penemuan dan penciptaan solusi, bukan pada masalah. Hal ini dilakukan dengan cara meminimalisasi terjadinya frustrasi pada diri siswa, dan membantu siswa memanfaatkan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki untuk berperilaku konstruktif dalam menghadapi rangsangan yang dianggap berbahaya.

Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, maka perumusan masalah dalam tesis ini adalah, “Apakah Konseling Singkat Berfokus Solusi efektif untuk mereduksi perilaku agresif siswa?”.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dijabarkan sebagai berikut.

(19)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Memperoleh gambaran teoretis dan empiris mengenai keefektifan Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa kelas X SMAN 1 Singgahan.

D.Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual mengenai gambaran perilaku agresif pada siswa dan memperkaya khasanah intervensi bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien melalui pendekatan Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focused Brief Counseling).

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh: (1) Guru bimbingan dan konseling/konselor dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah pada bidang pribadi-sosial, serta menjadikannya sebagai umpan balik keefektifan pendekatan konseling untuk mengatasi masalah siswa di sekolah sesuai dengan kondisi obyektif dan karakteristik siswa. (2) Peneliti selanjutnya, sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya untuk melakukan peneitian tentang Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa dengan pendekatan Research and Development, sehingga manfaat penelitian lebih mudah diaplikasikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah.

E.Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dar lima bab, yakni; Bab I berisi tentang pendahuluan, Bab II berisi deskripsi variabel-variabel yang diteliti, Bab III berisi metodologi penelitian, Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan, dan Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi.

(20)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada Bab II yaitu Konsep Konseling Singkat Berfokus Solusi dan Perilaku Agresif Remaja, mendeskripsikan tentang masing-masing variabel berdasarkan kajian pustaka dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Pada Bab II juga dipaparkan tentang kerangka pemikiran, asumsi-asumsi penelitian, dan hipotesis penelitian.

Pada Bab III yaitu Metodologi Penelitian, mendeskripsikan tentang lokasi dan subjek penelitian; pendekatan, metode, dan desain penelitian; definisi operasional; instrumen penelitian; pengembangan instrumen penelitian; tahap-tahap penelitian; dan analisis data.

Pada Bab IV yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan, mendeskripsikan tentang hasil studi pendahuluan, hasil uji empirik, hasil uji efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Mereduksi Perilaku Agresif Siswa, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.

(21)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN 1 Singgahan yang terletak di Jalan Raya Mulyoagung 1122, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Singgahan yang berjumlah 162 siswa. Peneliti memilih siswa kelas X sebagai populasi penelitian karena kelas X merupakan masa peralihan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang masih sedang mencari jati diri sebagai siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).

Subjek penelitian dipilih menggunakan purposive sampling. Peneliti bermaksud memilih subjek penelitian berdasarkan kategori perilaku agresifnya yakni yang termasuk dalam kategori tinggi berdasarkan hasil angket perilaku agresif. Subjek penelitian sebanyak 6 siswa.

Tabel 3. 1

Daftar Subjek Penelitian

Nama Subjek (Inisial) Kelas Jenis Kelamin

IRW X.2 Perempuan

SYK X.2 Perempuan

SWA X.3 Perempuan

AYP X.4 Laki-laki

SKD X.5 Laki-laki

SPY X.5 Laki-laki

B.Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian

(22)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Counseling) dan variabel terikat yakni perilaku agresif. Tujuannya adalah untuk menguji keefektifan Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focused Brief Counseling) untuk mereduksi perilaku agresif pada siswa.

Penelitian menggunakan desain penelitian subjek tunggal (single-subject design). Pemilihan desain ini bermaksud untuk mengetahui adanya penurunan

skor perilaku agresif secara ketat terkait aspek-aspeknya pada setiap sesi dan setiap subjek penelitian. Kategori desain yang digunakan adalah tipe AB. Pemilihan tipe tersebut dimaksudkan untuk mengukur kondisi baseline dan intervensi (eksperimen) masing-masing sekali tanpa pengulangan.

Pada desain ini, pengukuran perilaku agresif dilakukan berulang-ulang yakni selama 3 kali dalam 3 minggu (seminggu sekali) untuk mengukur kondisi baseline, dan 4 kali selama 4 minggu (seminggu sekali) untuk mengukur kondisi

intervensi. Skor perilaku agresif dibandingkan antara kondisi baseline dan kondisi intervensi pada subjek yang sama, yakni sebelum dan selama diberi perlakuan. Baseline adalah kondisi pengukuran target perilaku yang dilakukan pada keadaan

natural sebelum diberikan intervensi apapun. Intervensi adalah kondisi yang mana suatu intervensi telah diberikan dan target perilaku diukur di bawah kondisi tersebut.

Bagan 3. 1

Desain Penelitian Subjek Tunggal

Keterangan:

A : baseline (kondisi sebelum intervensi) B : treatment (kondisi saat intervensi diberikan)

A B

o-o-o- -x-x-x-x

(23)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Definisi Operasional

Variabel yang diteliti dalam penelitian terdiri atas dua variabel, yaitu Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focused Brief Counseling) sebagai variabel bebas dan perilaku agresif sebagai variabel terikat.

1. Konseling Singkat Berfokus Solusi

Konseling Singkat Berfokus Solusi yang dimaksud dalam penelitian merupakan intervensi untuk mereduksi perilaku agresif yang dilakukan dalam waktu yang singkat, berfokus solusi, dalam kerangka waktu terbatas dan terstruktur, serta menitikberatkan pada kekuatan dan sumber daya yang dimiliki siswa. Konseling ini dinyatakan efektif jika skor perilaku agresif siswa menurun dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Konseling ini terdiri dari 4 sesi konseling yang dilakukan setiap seminggu sekali selama kurang lebih 60 menit per sesi.

2. Perilaku Agresif

Perilaku agresif yang dimaksud dalam penelitian adalah perilaku menyakiti dan atau melukai orang lain yang dilakukan oleh siswa yang disebabkan frustrasi dan adanya rangsangan berbahaya. Aspek-aspek perilaku agresif terdiri dari empat aspek, yakni: (a) agresi fisik, (b) agresi verbal, (c) kemarahan, dan (d) permusuhan.

a. Agresi fisik adalah perilaku menyerang orang lain dengan menggunakan bagian tubuh yang keras dan atau dengan menggunakan senjata yang mengakibatkan luka fisik pada korbannya.

b. Agresi verbal adalah perilaku verbal berupa ancaman dan atau penolakan yang mengakibatkan luka psikis pada korbannya.

(24)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Permusuhan adalah perilaku verbal yang diungkapkan secara implisit berupa perasaan curiga kepada orang lain dengan tujuan untuk memproteksi diri dari rangsangan yang dianggap berbahaya.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah angket perilaku agresif hasil adaptasi dari Buss-Perry Aggression Questionnaire Scale (BPAQ) yang dikembangkan oleh Buss A.H., dan Perry M. pada tahun 1992. Alasan pengadaptasian BPAQ didasarkan pada adanya kesamaan konsep yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian, terdapat dua butir pernyataan dalam BPAQ yang tidak digunakan karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia, sehingga butir pernyataan yang digunakan seluruhnya berjumlah 26 butir.

BPAQ sering digunakan oleh beberapa ahli di berbagai Negara. Reyna et al., (2011) menguji validitas BPAQ pada remaja di Argentina dan menunjukkan

hasil yang valid dan reliabel. Demitras-Madran (2013) menerjemahkan BPAQ dalam Bahasa Turki, pengujian validitas dan reliabilitasnya menunjukkan BPAQ versi Turki ini valid dan reliabel. Gerevinch et al (2007) juga telah menggunakan instrumen ini dalam penelitiannya untuk mengukur perilaku agresif.

E.Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Kisi-kisi Angket Perilaku Agresif

(25)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3. 2

Agresi Fisik 1. Siswa menyerang orang lain secara individu.

1, 2, 3, 5, 7

2. Siswa terlibat dalam perkelahian. 4, 6 Agresi Verbal 1. Siswa memberikan ancaman

kepada orang lain.

8

2. Siswa melakukan penolakan terhadap suatu hal yang tidak sesuai untuk ditolak.

11, 13, 14

Kemarahan 1. Siswa memilki amarah yang kuat. 9, 18 2. Siswa meluapkan ekspresi marah. 15, 17, 20, 21, 22 3. Siswa mengekspresikan frustrasi. 16, 23, 24, 25 Permusuhan 1. Siswa memiliki kecurigaan

kepada orang lain secara berlebihan.

10, 12, 19, 29

Tabel 3. 4 Angket Perilaku Agresif

Aspek Indikator Item Pernyataan No.

Item

(26)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu orang lain secara dan hak-hak saya, maka saya akan melakukannya.

5

Saya tidak memiliki alasan yang baik untuk memukul orang lain.

7 ketika orang lain tidak setuju dengan saya.

13

Saya adalah orang yang terlalu argumentatif.

Saya cepat sekali bereaksi, tetapi juga cepat padam.

15

Kadang-kadang saya seperti bom waktu yang siap meledak.

17

(27)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Siswa

Orang lain selalu tampak santai di mata saya.

24

Saya heran, mengapa terkadang saya merasa begitu pahit segala sesuatunya.

25

Permusuhan Siswa memiliki kecurigaan kepada orang lain.

Saya tahu bahwa teman saya sering membicarakan saya di sangat baik terhadap saya, saya bertanya-tanya apa sebenarnya yang mereka inginkan dari saya.

29

2. Penimbangan Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memeroleh butir-butir pernyataan yang sesuai dengan budaya remaja Indonesia ditinjau dari aspek-aspek perilaku agresif berdasarkan BPAQ. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga pakar sebagai hasil kajian dari segi isi, bahasa, dan kesesuaian butir pernyataan dengan aspek-aspek yang diungkap.

Ketiga penimbang tersebut adalah; (1) Dr. Ilfiandra, M.Pd. yang merupakan pakar Bimbingan dan Konseling, (2) Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd. yang merupakan pakar Psikologi, dan (3) Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. yang merupakan pakar Bimbingan dan Konseling. Instrumen yang telah memeroleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari penimbang.

(28)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(b) When people annoy me, I may tell them what I think of them. Kedua butir pernyataan tersebut sengaja dihilangkan karena cenderung mengarah pada perilaku asertif yang justru sangat diperlukan untuk dikembangkan oleh remaja Indonesia.

3. Uji Keterbacaan Instrumen

Instrumen yang telah dinilai dan direvisi kemudian ditelaah oleh lima responden yakni siswa kelas X SMAN 1 Montong Kabupaten Tuban untuk mengetahui apakah setiap butir pernyataan dapat dan mudah dipahami oleh responden.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan kepada 40 siswa SMAN 1 Montong Kabupaten Tuban. Uji validitas dilakukan secara kuantitatif menggunakan SPSS version 20.0 for Windows menggunakan teknik statistik Spearman’s rho. Hasil uji validitas menunjukkan 26 item angket perilaku agresif valid. Hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada Lampiran 2.

Uji reliabilitas instrumen juga menggunakan SPSS version 20.0 for Windows. Dengan menggunakan koefisien reabilitas Alpha Cronbach,

diperoleh koefisien reliabilitasnya sebesar 0.88.

5. Kategorisasi Tingkat Perilaku Agresif

Kategorisasi tingkat perilaku agresif menggunakan skor baku dengan rentang kategori sebagai berikut.

Tabel 3. 5

Kategorisasi Tingkat Perilaku Agresif

Rentang Kategorisasi

Z < -1 Rendah

-1 ≤ Z ≤ 1 Sedang

(29)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (Furqon, 2011)

F. Tahap-tahap Penelitian

(30)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3. 2

Alur Kerja Penelitian Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Mereduksi Perilaku Agresif Siswa

Siswa melakukan perilaku agresif

Pengukuran Kondisi Baseline (3 minggu)

Pengukuran Kondisi Intervensi (4 minggu) Intervensi Konseling

Singkat Berfokus Solusi

Memilih 6 siswa yang perilaku agresifnya kategori “tinggi”

untuk dijadikan subjek penelitian

EFEKTIF TIDAK EFEKTIF

Masa “Storm and Stress” pada Remaja

Gambaran Perilaku Agresif Siswa Kelas

X SMAN 1 Singgahan

Studi Pendahuluan tentang Gambaran Perilaku Agresif Siswa kelas X SMAN 1 Singgahan yang berjumlah 162 siswa

(31)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan, peneliti menyebarkan angket perilaku agresif kepada seluruh siswa kelas X SMAN 1 Singgahan untuk mengetahui gambaran perilaku agresif yang dimaksudkan dalam penelitian. Setelah dianalisis hasil angketnya maka dketahui siswa-siswa yang termasuk dalam kategori “tinggi”, “sedang”, dan “rendah” perilaku agresifnya. Peneliti kemudian memilih 6 siswa yang termasuk ke dalam kategori “tinggi” perilaku agresifnya untuk dijadikan sebagai subjek penelitian.

2. Pengukuran Kondisi Baseline

Pengukuran kondisi baseline dilakukan seminggu sekali selama tiga minggu berturut-turut sampai didadapatkan kecenderungan data yang stabil pada aspek-aspek perilaku agresif. Pengukuran kondisi baseline dilakukan kepada 6 siswa subjek penelitian menggunakan angket perilaku agresif.

3. Penyusunan Rancangan Intervensi Konseling Singkat Berfokus Solusi

Konseling Singkat Berfokus Solusi dirancang untuk mereduksi perilaku agresif siswa dengan berfokus pada pencarian dan pengembangan kemampuan mengatasi frustrasi dan kemampuan berperilaku konstruktif. Rancangan Intervensi Konseling telah ditimbang oleh dua ahli yakni; Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi. M.Pd. yang merupakan dosen ahli dalam Konseling Singkat Berfokus Solusi, dan Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. yang merupakan dosen ahli konseling.

Rancangan Intervensi Konseling Singkat Berfokus Solusi Untuk

Mereduksi Perilaku Agresif Siswa

a. Pendahuluan

Perilaku Agresif Siswa Tereduksi Perilaku Agresif

(32)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perilaku agresif merupakan perilaku destruktif yang berpotensi merusak dan menyakiti orang lain dan dirinya sendiri. Pada semua fase perkembangan manusia selalu ditemukan fenomena perilaku agresif. Dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus pada fenomena perilaku agresif pada remaja karena masa ini merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang fungsi-fungsi fisik dan psikisnya belum optimal. Dvorak et. al. (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa meningkatnya proses psikologis individu dapat berdampak pada munculnya perilaku impulsif. Aspek-aspek impulsif tersebut memincu labilitas emosi sehingga cenderung memunculkan perilaku agresif.

Remaja yang dimaksudkan dalam penelitian adalah siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) yang usianya kurang lebih 16 tahun. Sekolah yang dipilih menjadi lokasi penelitian adalah SMAN 1 Singgahan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala SMAN 1 Singgahan, sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang terkenal dengan kasus perilaku agresif di Kabupaten Tuban sejak berdirinya sekolah tersebut. Berdasarkan studi pendahluan menggunakan angket perilaku agresif terhadap seluruh siswa kelas X SMAN 1 Singgahan atau 162 siswa diketahui; 30 siswa termasuk dalam kategori tinggi, 106 siswa termasuk dalam kategori sedang, dan 26 siswa termasuk dalam kategori rendah.

(33)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Upaya untuk mereduksi perilaku agresif pada siswa di sekolah seyogyanya menjadi perhatian serius sekolah khususnya bidang bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru bimbingan dan konseling penting menyelenggarakan layanan responsif. Yusuf dan Nurihsan (2008: 28) menyatakan layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan pertolongan dengan segera. Layanan ini lebih bersifat kuratif, sehingga strategi yang digunakan adalah konseling. Dalam penelitian, peneliti memilih strategi konseling individu dengan alasan sensitifnya masalah yang dibahas sehingga membutuhkan pelayanan khusus secara individual.

Konseling memiliki pendekatan yang beragam yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah siswa dalam hal ini adalah mereduksi perilaku agresif. Pendekatan konseling yang selama ini digunakan untuk mereduksi perilaku agresif pada siswa cenderung mengarah pada pembahasan masalah dibandingkan dengan solusi sehingga membutuhkan sesi yang panjang dan banyak. Karena tren masalah perilaku agresif yang semakin mewabah dikalangan remaja, sehingga membutuhkan adanya pendekatan konseling yang memungkinkan siswa dapat menyelesaikan masalah dalam waktu yang relatif singkat, dengan memfokuskan pada solusi bukan masalah, dan membantu dalam peningkatan kompetensi siswa dengan memanfaatkan segala sumber daya atau kekuatan yang dimiliki siswa.

(34)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyebabkan munculnya perilaku agresif yakni frustrasi dan rangsangan berbahaya. Proses konseling diarahkan untuk mencegah terjadinya frustrasi dan atau mengatasi frustasi yang telah terlanjur terjadi. Proses selanjutnya adalah mengajarkan kepada konseli agar terampil dalam menghadapi rangsangan berbahaya sehingga perilaku yang muncul nantinya adalah perilaku yang konstruktif. Seperti yang disampaikan oleh Campbell et. al (2013) mengelola perilaku agresif melalui hal-hal yang melatarbelakanginya menjadi perilaku yang konstruktif merupakan hal yang sangat penting.

Seyogyanya setiap siswa memiliki kemampuan untuk mengkonstruk solusi yakni mereduksi perilaku agresifnya. Corey (2009: 380) menekankan pentingnya penciptaan hubungan terapeutik secara kolaboratif dalam konseling. Dalam hal ini, bukan hanya konselor yang memiliki peran untuk menciptakan perubahan, konseli pun diposisikan sebagai ahli yang memiliki pemahaman dan pengalaman tentang kehidupan mereka sendiri. Hubungan kolaboratif dan kooperatif cenderung lebih efektif dalam pencapaian tujuan konseling dibandingkan dengan hubungan hierarkis.

Bannink (2007) dalam penelitiannya menyebutkan efek Konseling Singkat Berfokus Solusi mampu memenuhi kebutuhan konseli dalam waktu yang lebih singkat dari konseling pada umumnya. Penelitian Burwell dan Charles (2006) mengadopsi prinsip dan teknik Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk digabungkan dengan konteks konseling karir. Berdasarkan hasil penelitian dibuktikan konseling karir yang menggunakan prinsip dan teknik Konseling Singkat Berfokus Solusi berhasil efektif dan efisien dalam mengatasi masalah-masalah karir individu.

(35)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konseling Singkat Berfokus Solusi dibandingkan dengan kelompok intervensi yang berorientasi masalah berdasarkan skor Beck Depression Inventory. Kesimpulannya Konseling Singkat Berfokus Solusi lebih efektif dan efisien dalam menangani masalah penyalahgunaan obat terlarang.

Konseling Singkat Berfokus Solusi juga efektif diterapkan di perguruan tinggi untuk meningkatkan daya psikologis mahasiswa. Dahlan (2011) menyatakan model Konseling Singkat Berfokus Solusi dalam seting kelompok terbukti efektif meningkatkan daya psikologis mahasiswa S1 Universitas Pendidikan Indonesia. Secara spesifik model konseling ini efektif untuk meningkatkan hampir semua aspek-aspek daya psikologis.

Beberapa hasil penelitian yang telah disebutkan menunjukkan Konseling Singkat Berfokus Solusi efektif dan efisien dalam mengatasi masalah-masalah yang dialami individu. Mengacu pada fenomena perilaku agresif pada siswa, maka Konseling Singkat Berfokus Solusi dirancang untuk membantu siswa mereduksi perilaku agresif. Diasumsikan pendekatan konseling Konseling Singkat Berfokus Solusi efektif dan efisien dalam membantu siswa mereduksi perilaku agresif.

b. Tujuan Intervensi

Tujuan intervensi Konseling Singkat Berfokus Solusi adalah mereduksi perilaku agresif siswa dengan memanfaatkan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi frustrasi dan membentuk perilaku konstruktif pada saat menghadapi rangsangan berbahaya.

Tujuan intevensi ini sesuai dengan rumusan kompetensi dasar siswa kelas X SMA dalam program bimbingan dan konseling ASCA sesuai dengan ranah pribadi-sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut adalah: (1) P/S9.10.4.5 mereview cara-cara pengelolaan kemarahan agar terhindar dari tindakan kekerasan, dan (2) P/S9.10.4.6 mampu menerapkan cara-cara pelepasan stres.

(36)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sasaran intervensi adalah enam siswa SMAN 1 Singgahan yang termasuk dalam kategori tinggi berdasarkan aspek-aspek perilaku agresif yakni; agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan.

d. Asumsi-asumsi Intervensi

Asumsi intervensi Konseling Singkat Berfokus Solusi diadopsi dari asumsi-asumsi yang disampaikan oleh Walter dan Paller (Corey, 2009: 379-380).

1) Terdapat nilai positif yang besar ketika konseling difokuskan pada solusi dan masa depan, di sisi yang lain proses konseling juga menjadi singkat. 2) Siswa yang menjalani konseling memiliki kemampuan untuk berperilaku

efektif, meskipun sementara waktu masih dihalangi oleh pemikiran negatif. 3) Terdapat “kekecualian” pada setiap masalah, dengan adanya “kekecualian”

ini siswa dapat mengendalikan masalah yang nampaknya tidak dapat diatasi sehingga memungkinkan menciptakan solusi.

4) Siswa seringkali hanya memandang masalah mereka dari satu sisi saja. Dalam hal ini, fasilitator mengajak siswa untuk mengkaji sisi lain dari masalahnya.

5) Perubahan dimulai dari perubahan kecil menuju perubahan yang besar. Ketika suatu perubahan telah dilakukan, maka hal ini menuntun pada perubahan kecil lainnya.

6) Setiap orang menginginkan perubahan, memiliki kemampuan untuk berubah, dan melakukan cara terbaik untuk melakukan perubahan.

7) Setiap siswa memiliki tekad yang kuat untuk mengatasi masalah mereka. Tidak ada solusi masalah yang bersifat universal yang dapat diterapkan oleh semua orang, karena setiap individu unik sehingga memiliki solusi masing-masing.

(37)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konseling Singkat Berfokus Solusi dilakukan dalam empat sesi termasuk penghentian. Setiap sesi dilakukan selama kurang lebih 60 menit sekali seminggu. Berikut penjelasannya.

1) Pada sesi pertama “Penelusuran Perilaku Agresif”, fokus utamanya adalah penelusuran permasalahan frustrasi dan rangsangan berbahaya yang menyebabkan perilaku agresif pada siswa.

2) Pada sesi kedua “Siap untuk Berubah”, fokus utamanya adalah mendorong siswa untuk berubah dengan mengarahkan dirinya menjadi menjadi lebih baik dalam berperilaku.

3) Pada sesi ketiga “Mengatasi Frustrasi”, fokus utamanya adalah membangun kekuatan siswa untuk mengatasi frustrasi yang dialami.

4) Pada sesi keempat “Belajar Berperilaku Konstruktif”, fokus utamanya adalah membangun perilaku konstruktif pada siswa dan penghentian.

f. Peran dan Fungsi Konselor

Peran konselor dalam Konseling Singkat Berfokus Solusi adalah sebagai fasilitator yang mendorong siswa ke dalam posisi sebagai ahli di dalam kehidupan mereka sendiri. Konselor sebagai ahli digantikan posisinya dengan konseli sebagai ahli. Fungsi konselor sebagai fasilitator diadaptasi dari pernyataan Dahlan (2011):

1) menciptakan hubungan kolaboratif dan kooperatif dalam konseling, 2) menempatkan posisi siswa sebagai ahli dalam kehidupan mereka sendiri, 3) menciptakan kesempatan pada siswa memandang diri mereka sebagai ahli

dalam kehidupan mereka sendiri,

(38)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) menciptakan iklim kebebasan pada siswa dalam mencipta, bereksplorasi, dan menjadi penulis kisah mereka sendiri,

6) membantu siswa untuk berimajinasi tentang bagaimana segala sesuatu akan berbeda dan membawa mereka pada suatu perubahan,

7) mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok dan didasarkan pada jawaban sebelumnya, mengajukan pertanyaan berikutnya,

8) membantu siswa mengkonstruk cerita yang lebih disukai.

g. Teknik Konseling yang Digunakan

Aktivitas pada setiap sesi konseling menggunakan beragam teknik berikut ini.

1) Membangun Hubungan Kolaborasi (Establishing A Collaborative Relationship)

Membangun hubungan kolaborasi yang dimaksud adalah konselor memberikan kepercayaan dan meyakinkan konseli adalah ahli yang memahami secara mendalam tentang pengalaman hidup mereka sendiri. Penggunaan kolaborasi dalam konseling dapat membantu mengembangkan kerja sama sehingga mendukung tercapainya hasil konseling yang efektif. Semua teknik yang digunakan dalam konseling harus dilaksanakan dengan dasar hubungan kolaboratif.

2) Perubahan Sebelum Konseling (Pre-Therapy Change)

(39)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Pertanyaan Kekecualian (Exeption Questions)

Ada kalanya konseli mengidentifikasi waktu ketika tidak ada masalah dalam kehidupan mereka, waktu tersebut disebut dengan “kekecualian”. Konselor dalam hal ini mengarahkan konseli dengan pertanyaan “kekecualian” dengan cara membawa konseli kesituasi ketika masalah tidak ada. “Kekecualian” adalah pengalaman masa lalu yang diharapkan terjadi tetapi kenyataannya tidak terjadi. Pertanyaan kekecualian memberi kesempatan kepada konseli untuk mencari, memanfaatkan, dan menggunakan sumber daya yang dimiliki sebagai solusi.

4) Pertanyaan Keajaiban (The Miracle Question)

Pertanyaan keajaiban adalah pertanyaan yang mengajak konseli untuk memvisualisasikan kondisi atau kehidupan seperti yang diinginkan konseli manakala masalahnya teratasi. Untuk menjawab pertanyaan diperlukan kemampuan berimajinasi dan bermimpi tentang kehidupan di masa depan yang lebih memuaskan dan membahagiakan.

Pertanyaan keajaiban mengarahkan konseli dengan pertanyaan “jika keajaiban terjadi, masalah anda terpecahkan dalam semalam, bagaimana caranya anda bisa tahu kalau masalah anda telah terpecahkan, kira-kira apa yang berbeda?”. Konseli kemudian didorong untuk mencari tentang “apa yang berbeda”. Konseli dibiarkan memiliki impian tentang bentuk perubahan yang paling diinginkan.

5) Pertanyaan Skala (Scaling Questions)

(40)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Bagaimana anda melakukan itu?”, “Apa saja yang dibutuhkan untuk bergerak ke angka yang lebih tinggi?”. Pertanyaan skala memungkinkan konseli memperhatikan apa yang dilakukan dan bagaimana mengambil langkah-langkah yang akan membawa pada perubahan yang diinginkan. 6) Formula Tugas Sesi Pertama (Formula First Session Task)

Formula tugas sesi pertama adalah pekerjaan yang diberikan kepada konseli pada sesi pertama yang dilaporkan pada sesi kedua. Konselor dapat bertanya, “Antara sesi ini dan sesi berikutnya, saya ingin anda mengamati sehingga dapat menjelaskan kepada saya tentang apa yang terjadi pada diri anda saat sesi kedua berlangsung, dan apa yang ingin anda lanjutkan untuk terjadi?” (de Shazer dalam Corey, 2009: 385). Pada sesi kedua, konseli dapat ditanya tentang apa yang mereka amati dan inginkan terjadi di masa depan. Intervensi ini dapat meningkatkan optimisme konseli.

7) Umpan Balik Konselor kepada Konseli (Therapist Feedback to Clients) Konselor berfokus solusi umumnya menggunakan waktu antara 5 sampai 10 menit pada akhir masing-masing sesi untuk membuat ringkasan konseling. De Jong dan Berg (Corey, 2009: 385) menjelaskan tiga unsur yang ada di dalam umpan balik adalah pujian, penjembatan, dan pesan. Pujian adalah sebuah penegasan tulus terhadap apa yang telah dilakukan konseli dalam membuat solusi efektif. Penjembatan adalah menghubungkan pujian dengan saran tugas yang akan diberikan, penjembatan memberikan alasan tentang pesan. Pesan adalah tugas pekerjaan rumah yang diberikan kepada konseli.

8) Terminasi (Terminating)

(41)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengidentifikasi kesulitan atau rintangan yang dirasakan sehingga akan mendapatkan cara untuk mempertahankan perubahan yang dibuat.

h. Format Isian Tertulis

Format yang digunakan dalam Konseling Singkat Berfokus Solusi berjumlah empat macam yakni; angket perilaku agresif, jurnal kegiatan, lembar monitoring diri, dan lembar observasi. Semua format diisi sendiri oleh siswa, kecuali lembar observasi diisi oleh peneliti. Penjelasakan tentang format-format tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1) Angket perilaku agresif merupakan instrument pengungkap perilaku agresif yang diadaptasi dari Buss-Perry Aggression Questionnaire Scale (BPAQ) yang dikembangkan oleh Buss A.H., dan Perry M. pada tahun 1992. Angket tersebut telah ditimbang oleh tiga pakar dan diuji validitas dan reliabilitasnya.

2) Jurnal kegiatan, lembar monitoring diri, dan lembar observasi diadaptasi dari Model Konseling Singkat Berfokus Solusi dalam Setting Kelompok yang dikembangkan oleh Tina Hayati Dahlan pada tahun 2011. Format-format isian tertulis tersebut telah diuji keterbacaan oleh lima siswa kelas X SMAN 1 Montong.

i. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan

Evaluasi keberhasilan secara umum dilakukan menggunakan angket perilaku agresif yang diberikan pada setiap sesi. Selain evaluasi keberhasilan secara umum, evaluasi proses juga dilakukan dengan melihat pencapaian tujuan pada setiap sesi dengan menggunakan jurnal mingguan, lembar monitor diri, dan lembar observasi yang diadaptasi dari monitor proses Model Konseling Singkat Berfokus Solusi dalam Setting Kelompok yang dikembangkan oleh Tina Hayati Dahlan pada tahun 2011.

(42)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Adanya kesungguhan dan keterbukaan siswa dalam mengikuti sesi konseling yang ditunjukkan dengan komitmen untuk mengikuti sesi konseling sampai selesai yakni sesi 4.

b) Teridentifikasinya perilaku agresif yang dilakukan beserta penyebabnya berdasarkan frustrasi dan rangsangan berbahaya yang dialami siswa. c) Pemahaman siswa tentang pentingnya masalah untuk segera diatasi. d) Perilaku agresif siswa tingkatnya menurun berdasarkan angket perilaku

agresif, pertanyaan skala, jurnal 1, dan lembar monitor diri. 2) Pada sesi 2, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

a) Kesungguhan dan keterbukaan siswa dalam mengikuti sesi konseling. b) Siswa mampu mengidentifikasi kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki

untuk mengarahkan dirinya menjadi lebih baik dalam berperilaku berdasarkan isian lembar observasi I-III.

c) Perilaku agresif siswa tingkatnya menurun berdasarkan angket perilaku agresif, pertanyaan skala, jurnal 2, dan lembar monitor diri.

3) Pada sesi 3, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

a) Kesungguhan dan keterbukaan siswa dalam mengikuti sesi konseling. b) Siswa mampu mengidentifikasi kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki

untuk mengatasi frustrasi berdasarkan isian lembar observasi I-III.

c) Siswa mampu memanfaatkan kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki untuk mengatasi frustrasi.

d) Perilaku agresif siswa tingkatnya menurun berdasarkan angket perilaku agresif, pertanyaan skala, jurnal 3, dan lembar monitor diri.

4) Pada sesi 4, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

a) Kesungguhan dan keterbukaan siswa dalam mengikuti sesi konseling. b) Siswa mampu mengidentifikasi kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki

(43)

Fifi Khoirul Fitriyah, 2014

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Siswa mampu memanfaatkan kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki untuk membentuk perilaku konstruktif saat menghadapi rangsangan berbahaya.

d) Perilaku agresif siswa tingkatnya menurun berdasarkan pertanyaan skala, jurnal 4, dan lembar monitor diri.

5) Pada sesi terminasi, indikator keberhasilannya dilihat dari dua hal;

a) Adanya peningkatan skor kemampuan mengatasi frustrasi dan membentuk perilaku konstruktif dalam menghadapi rangsangan berbahaya yang diukur menggunakan lembar monitor diri selama proses konseling.

Gambar

Tabel 3. 1
Tabel 3. 3
Tabel 3. 5 Kategorisasi Tingkat Perilaku Agresif
Gambaran Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Dodi Suryana (2015) Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi dalam Setting Kelompok untuk Mengembangkan Determinasi Diri Mahasiswa (Penelitian Eksperimen Kuasi

Ketidakmampuan siswa dalam mengelola stres akademik ditunjukkan melalui rendahnya kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mencari alternatif solusi, mencari nilai

KONSELING KOGNITIF PERILAKU (KKP) UNTUK MEREDUKSI KECANDUAN GAME ONLINE (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 112 Jakarta Tahun Ajaran

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Optimisme Anak (Penelitian Subjek Tunggal terhadap Siswa Kelas 5 SD Ciumbuleuit III Bandung Tahun

Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hikmah (2016) yang berhasil membuktikan bahwa konseling ringkas berfokus solusi dalam

Berdasarkan penelitian dengan subjek tunggal yang telah dilakukan pada salah satu siswa berinisial SE kelas V-B SDN Utan Kayu Utara 01, dengan menerapkan teknik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi penurunan perilaku agresif melalui konseling kelompok Gestalt pada siswa Kelas VIII E SMP Negeri 02 Susukan.. Subjek

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada korelasi yang signifikan antara hukuman edukatif dan tingkat religiusitas dengan kecenderungan perilaku agresif siswa kelas XI IPA di SMAN 1