• Tidak ada hasil yang ditemukan

84 La mp ira n 1. Daf tar bur ung yan g terc atat di Ca gar Ala m Pul au Du a ( ) 1. Anhinga melanogaster Pecuk ular V P 2. Phalacrocorax ni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "84 La mp ira n 1. Daf tar bur ung yan g terc atat di Ca gar Ala m Pul au Du a ( ) 1. Anhinga melanogaster Pecuk ular V P 2. Phalacrocorax ni"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

No.

NAMA JENIS

NAMA JENIS

KEHADIRA

STATUS

N

STATUS

LINDUNG

PHALACROCORACIDAE

(2)

La

mp

ira

n 1.

Daf

tar

bur

ung

yan

g

terc

atat

di

Ca

gar

Ala

m

Pul

au

Du

a

(19

76

-

200

0)

1. Anhinga melanogaster

Pecuk ular

V

P

2. Phalacrocorax niger

Pecuk padi

(B)

3. Phalacrocorax sulcirostris

Pecuk padi

(B)

FREGATIDAE

4. Fregata andrewsi

Bintayung

V

E-Appl-P

5. Fregata ariel

Bintayung

V

ARDEIDAE

6. Ardea cinerea

Cangak abu

B

7. Ardea purpurda

Cangak merah

B

8. Ardea sumatrana

Cangak besar

V

9. Ardeola speciosa

Blekok

B

10. Bubulcus ibis

Kuntul kerbau

B

P

11. Butorides striatus

Kokokan laut

(B)

12. Casmerodius albus

Kuntul besar

B

P

13. Egretta garzetta

Kuntul kecil

B

P

14. Egretta intermedia

Kuntul sedang

B

P

15. Egretta sacra

Kuntul karang

B

P

16. Ixobrychus cinnamomeus

Bambangan

(V)

17. Nycticorax nycticorax

Kowak maling

B

CICONIIDAE

18. Mycteria cinerea

Wilwo

B

V-Appl-P

THRESKIORNITHIDAE

19. Plegadis falcinellus

Roko-roko

B

P

20. Threskiornis

melanocephalus

Pelatuk besi

B

P

ANATIDAE

21. Anas gibberifrons

Itik benjut

(B)

22. Dendrocygna arquata

Belibis

V

23. Nettapus coromandelianus Angsa kerdil

V

FALCONIDAE

24. Falco peregrinus

Alap-alap

M

Appl-P

ACCIPITRIDAE

25. Accipiter gularis

Elang-alap

M

ApplI-P

26. Accipiter soloensis

Elang-alap Cina

M

Appll

27. Elanus caeruleus

Elang tikus

V

Appil

28. Haliaeetus leucogaster

Elang laut

V

Appll

29. Haliastur indus

Elang bondol

V

Appll

30. Pandion haliaetus

Elang tiram

V

Appll

31. Pernis ptilorhynchus

Sikep-madu

M

Appll

TURNICIDAE

32. Turnix suscitator

Puyuh

gonggong

(3)

Lampiran 1. Lanjutan

No. NAMA JENIS

NAMA JENIS

STATUS

KEHADIRAN

STATUS

LINDUNG

RALLIDAE

33. Amaurornis

Kareo padi

(B)

34. Gallirallus striatus Tikusan

(V)

CHARADRIIDAE

35. Charadrius dubius Cerek-kalung

M

36. Charadrius

Cerek-pasir

M

37. Charadrius

Cerek-pasir

M

38. Charadrius veredus Cerek Asia

M

39. Pluvialis fulva

Cerek kernyut M

40. Pluvialis

squatarola

Cerek besar

M

SCOLOPACIDAE

41. Actitis hypoleucos Trinil

M

42. Numenius

Gajahan

M

P

43. Numenius arquata Gajahan

M

P

44. Numenius

Gajahan

M

P

45. Tringa glareola

Trinil semak

M

46. Tringa nebularia

Trinil kaki-hijau M

47. Tringa stagnatilis Trinil rawa

M

48. Tringa totanus

Trinil kaki-merah M

49. Xenus cinereus

Trinil bedaran

M

50. Limosa lapponica Biru-taut

M

51. Calidris

Kedidi besar

M

52. Calidris alba

Kedidi putih

M

53. Calidris subminuta Kedidi

jari-panjang

M

RECUR

54. Himantopus

leucocephalus

Gagang-bayam M

P

(4)

LARIDAE

55. Chlidonias hybridus Dara-laut kumis M

P

56. Chlidonias

Dara-laut sayap- M

P

57. Sterna bergii

Dara laut jambul M/V

P

58. Sterna bengalensis Dara-laut

M/V

P

59. Sterna dougallii

Dara-laut

V

P

60. Sterna sumatrana

Dara-laut

V

P

61. Sterna albifrons

Dara-laut kecil M/V

P

62. Gelochelidon

nilotica

Dara-laut tiram M

P

GLAREOLIDAE

63. Glareola

Terik

M

COLUMB/DAE

64. Geopelia striata

Perkutut

B

65. Streptopelia

Dederuk

B

66. Streptopelia

Tekukur

V

67. Treron vernans

Punai gading

V

STRIGIDAE

68. Tyto alba

Burung hantu

V

(5)

Lampiran 1. Lanjutan

No. NAMA JENIS

NAMA JENIS

STATUS

KEHADIRA

STATUS

LINDUNO

CAPRIMULGIDAE

70. Caprimu/gus affinis Cabak

(B)

App II

APODIDAE

71. Collocalia esculenta Walet sapi

v

72. Apus pacificus

Kapinis laut

v

ALCEDINIDAE

73. Alcedo coerulescens Raja-udang biru

(B)

P

74. Halcyon ch/bris

Cekakak sungai

(B)

P

75. Halcyon sancta

Cekakak suci

M

P

MEROPIDAE

76. Merops philippinus Kirik-kirik laut

HIRUNDINIDAE

77. Delichon dasypus

Layang-layang

78. Hirundo rustica

Layang-layang api

M

79. Hirundo tahitica

Layang-layang batu

v

PYCNONOTIDAE

80. Pycnonotus goiavier Cerucuk

(B)

IRENIDAE

81, Aegithina tiphia

Cipeuw

(B)

ORIOLIDAE

82. Oriolus chinensis

Kepodang

V

TURDIDAE

83. Copsychus saularis Murai

B

ACANTHIZIDAE

84. Gerygone sulphurea Rametuk

SYLVIIDAE

85. Acrocephalus sp

Kerakbasi

M

86. Cisticola juncidis

Cici padi

v

87. Orthotomus sutorius Cinenen pisang

v

88. Phylloscopus

Cikrak

M

89. Prima familiaris

Perenjak

B

MUSCICAPIDAE

90. Culicicapa

ceylonensis

Sikatan kepala-abu

(V)

MONARCHIDAE

91. Rhipidura javanica Sikatan

(B)

P

STURNIDAE

92.

Acridotheres

Kerak kerbau

V

93.

Sturnus Contra

Jalak suren

V

94.

Sturnus

Jalak putih

V

P

(6)

Lampiran 1. Lanjutan

NECTARINIIDAE

96.

Anthreptes malacensis Burung-madu

kelapa

97.

Arachnothera longirostra

Burung

No. NAMA JENIS

NAMA JENIS

STATUS

KEHADIRA

STATUS

LINDUNO

V

V

(B)

V

(V)

V

B

V

B

(V)

V

P

P

P

V

(7)

jantung

98.

Nectarinia jugularis

Burung madu

DICAEIDAE

99.

Dicaeum trochileum Burung cabal

ZOSTEROPIDAE

100.

Zosterops flavus Kacamata Jawa

PLOCEIDAE

101.

Passer montanus Gereja

102.

Ploceus manyar Manyar

ESTRILDIDAE

103.

Lonchura leucogastroides Bodol Jawa

104.

Lonchura maja

Bondol aji

105.

Lonchura malacca

Bondol rawa

106.

Lonchura punctulata Bondol peking

ARTAMIDAE

107.

Arthamus leucorhynchusKekep babi

CORVIDAE

108. Corvus macrorhynchus

Gagak

Status keberadaan:

B

: (Breeder) Tercatat pernah berbiak;

V

: (Visitor) pengunjung tidak berbiak;

M

: (Migrant) pendatang/migran

(

… ) : Mungkin...

Status perlindungan :

P

: Dilindungi di lndonesian

E

: Endangered (Red Data Book)

V

: Vulnerable

R

: Rare

App.t : Appendix I(CITES)

App.lt : Appendix II

Lampiran 2 Dasar hukum kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove Indonesia

No. Landasan Hukum Keterangan

Sumber Hukum 1. UU Dasar 1945 Pasal 33

ayat (3) dan ayat (4)

Ayat (3) menekankan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh Negara dan dimanfaatkan sebesarnya-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Ayat (4) menekankan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan antara lain berdasarkan atas prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.

(8)

Undang-Undang

1 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan resapan air, pembentukan wilayah pengelolaan, wilayah perlindungan dan konservasi berdasarkan keberadaan lahan basah di kawasan hutan.

2 UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Antara lain menyebutkan bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam hal pendayagunaan sumber daya alam dan upaya-upaya konservasi. Mengatur distribusi wewenang pengelolaan lahan basah lintas kabupaten, kota, provinsi. 4 UU No. 6 Tahun 1994 tentang

Pengesahan Konvensi

Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim (United Nation Framewok Convention on Climate Change)

Konvensi ini merupakan dasar bagi negara-negara industri untuk mengurangi emisi gas rumahkaca gabungan mereka paling sedikit 5% dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang periode 2008-2012. Secara tidak langsung Undang-undang ini dapat mendorong perlindungan lahan basah untuk tujuan pengendalian perubahan iklim.

6 UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang (termasuk pemanfaatan ruang kawasan lindung); yang antara lain bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan.

7 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Pelestarian Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan usaha perlindungan seperti perlindungan sistem penyangga, pengawetan keanekaragaman jenis, aktivitas apa saja yang dilarang, dan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya,

9 UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (dalam proses revisi, September 2003)

Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan pengelolaan, pemanfaatan, dan pengawasan sumber daya ikan termasuk habitatnya.

Peraturan Pemerintah 1 PP No. 34 Tahun 2002 tentang

Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Peraturan Pemerintah ini antara lain membahas tentang Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

4 PP No 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom

Menerangkan secara rinci kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom. Kewenangan tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa bidang, antara lain yaitu: bidang pertanian, kelautan, pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan, penataan ruang, pertanahan, dan lingkungan hidup.

5 PP No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Antara lain berisi tentang kewajiban melakukan AMDAL bagi setiap jenis usaha/kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar/penting terhadap lingkungan hidup; cara kerja komisi penilai AMDAL; tata cara pembuatan AMDAL, pembinaan, dan pengawasan; serta keterbukaan informasi dan peran masyararakat.

8 PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

Antara lain berisi tentang definisi, asas, tujuan, serta kriteria Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; serta pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (kecuali pemanfaatan jenis

(9)

tumbuhan dan satwa serta kegiatan kepariwisataaan di zona pemanfaatan).

10 PP No. 27 Tahun 1991 Tentang Rawa

Lingkup pengaturan rawa dalam Peraturan Pemerintah ini adalah penyelenggaraan konservasi rawa yang meliputi perlindungan, pengawetan secara lestari dan pemanfaatan rawa sebagai ekosistem sumber air.

11 PP No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan

Mengatur hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan kawasan hutan, perlindungan tanah hutan, perlindungan terhadap kerusakan hutan, perlindungan hasil hutan, pelaksanaan perlindungan hutan, dan ketentuan pidana. 12 PP No. 2 Tahun 1982 Tentang

Pengaturan Tata Air

Antara lain berisi tentang asas dan landasan hak atas air; pola tata pengaturan air; koordinasi tata pengaturan air; penggunaan air dan/atau sumber air; perlindungan air; eksploitasi dan pemeliharaan bangunan pengairan; pengawasan; serta ketentuan pidana.

Keputusan Presiden 1 Keppres No.48 Tahun 1991

Mengenai Pengesahan Convention on Wetlands of International Importance Especially as Waterfowl Habitat

Konvensi ini berisi tentang ketentuan konservasi lahan basah dan situs-situs lahan basah yang mempunyai kepentingan internasional. Pada pengesahan tersebut Pemerintah RI telah mengajukan Taman Nasional Berbak di Jambi sebagai lahan basah yang memiliki nilai penting secara internasional untuk dilindungi.

2 Keppres No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Menerangkan tentang ruang lingkup kawasan lindung; pokok kebijaksanaan kawasan lindung (meliputi kriteria jenis-jenis kawasan lindung dan tujuan perlindungannya); tata cara penetapan kawasan lindung; serta upaya pengendalian kawasan lindung.

3 Keppres No. 26 Tahun 1989 Mengenai Pengesahan Konvensi Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia.

Konvensi ini antara lain berisi tentang definisi warisan budaya dan alam, upaya-upaya perlindungan di tingkat nasional dan internasional, pembentukan komite antar negara untuk upaya perlindungan, pendanaan bagi kegiatan perlindungan, tata cara memperoleh bantuan internasional untuk upaya perlindungan, serta kewajiban bagi negara-negara peserta konvensi untuk melakukan program-program pendidikan dan penyebaran informasi mengenai pentingnya warisan budaya dan alam kepada masyarakat.

(10)

Lampiran 3 Beberapa strategi nasional pengelolaan lahan basah Indonesia

No

Nama Strategi

Keterangan

1.

Strategi Nasional

Pengelolaan Lahan Basah

(NSAP) 1996 yang

kemudian direvisi pada

tahun 2004

Strategi ini dikeluarkan oleh Komite Nasional

Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah yang

anggotanya terdiri dari wakil-wakil institusi

pemerintah, peneliti dan akademisi, masyarakat sipil,

dan pihak swasta. Penyusunannya sendiri difasilitasi

oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan

Departemen Kehutanan sehingga meski tidak

memiliki baju hukum, Strategi Nasional ini dapat

menjiwai kebijakan operasional yang dikembangkan

oleh paling tidak dua kementerian sektor tersebut.

2.

Strategi Nasional

Pengelolaan Mangrove di

Indonesia tahun ... saat ini

dalam proses revisi.

Penyusunan Strategi Nasional Mangrove difasilitasi

oleh Departemen Kehutanan dan LSM Lembaga

Pengkajian dan Pengembangan Mangrove. Strategi

Nasional ini direncanakan akan memiliki baju

hukum agar pelaksanannya menjadi bersifat wajib

bagi instansi pemerintah terkait. Tanpa baju hukum

Strategi Nasional ini akan tetap dapat menjadi acuan

berbagai pemangku kepentingan, minimal bagi

Departemen Kehutanan.

(11)

Lampiran 4

Kuisioner Survei Valuasi Ekonomi

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir : ………..(Tamat/Tidak Tamat) Jumlah Anggota Keluarga : ……….orang

a. Anak-anak : ……… orang b. Dewasa : ……… orang Status Perkawinan : Alamat : Pekerjaan Utama : 1. Pegawai Negeri 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Petani 5. Petambak 6. Nelayan 7. Pengrajin Arang

8. Pengambil Kayu untuk Bangunan 9. Pengambil hasil perikanan dari ekosistem 10. Lainnya……… Pekerjaan Sampingan : 1. Pegawai Negeri 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Petani 5. Petambak 6. Nelayan 7. Pengrajin Arang

8. Pengambil Kayu untuk Bangunan 9. Pengambil hasil perikanan dari ekosistem 10. Lainnya………

B.1. Target Responden : Pencari Satwa

1. Apakah Bapak/Ibu/Sdr(i) benar pencari satwa dari ekosistem mangrove ? a. Benar

b. Tidak

2. Apabila benar, jenis satwa apakah yang Bapak/Ibu/Sdr(i) biasanya peroleh ? a. Kelelawar

b. Ular c. Burung

d. Lainnya………

3. Berapa kali biasanya Bapak/Ibu/Sdr(i) mencari satwa tersebut ? a. Tiap hari

b. 3 – 4 hari dalam seminggu c. Seminggu sekali

d. Sebulan sekali e. Lainnya……….

4. Analisis usaha dari pencari satwa yaitu

No Uraian Satuan Total

(Rp) A Penerimaan Jenis satwa 1……….... 2……… Harga/satwa 1……… 2……… Total Penerimaan B Investasi (penyusutan) 1. Perangkap 2. Kapak 3. lainnya ……….. Biaya Operasional 1…………. 2…………..

(12)

C Net Benefit (A-B)

B.2. Target Responden : Pemanfaat Kayu

1. Apakah Bapak/Ibu/Sdr(i) mengambil hasil ekosistem mangrove berupa kayu? a. Ya b. Tidak

2. Apabila Ya, pilihlah jenis mangrove yang Bapak/Ibu/Sdr(i) manfaatkan dan digunakan untuk apa, berdasarkan tabel dan keterangan dibawah ini :

Jenis Mangrove Jenis Pemanfaatan

* 1 2 3 4 5 a. Avicennia b. Sonneratia c. Rhizophora d. Bruguiera e. Nypa f. Lainnya …

(Responden dituntun dengan memperlihatkan gambar) * keterangan 1. Kayu bakar 2. Arang 3. Bahan bangunan 4. Bahan perahu 5. Lainnya ……….. Analisis usaha

No Uraian Satuan Total (Kg/Rp/hari) A. Penerimaan

1. Ukuran/panjang setiap batang (meter)

2. Jumlah batang (unit) 3. Harga/batang Total Penerimaan B. Biaya

1. Jenis peralatan yang digunakan……… 2. Harga tiap peralatan Total Biaya

C. Net Benefit (A-B)

D. Frekuensi Pengambilan (hari)

3. Berapa kali Bapak/Ibu/Sdr(i) melakukan pemanfaatan tersebut di atas? a. Tiap hari

b. 3 – 4 hari dalam seminggu c. Seminggu sekali

d. Sebulan sekali e. Lainnya………..

(13)

4. Apakah dengan jenis pemanfaatan yang Bapak/Ibu/Sdr(i) lakukan, dijual untuk menambah penghasilan ?

a. Ya (semuanya) b. Dijual sebagian c. Tidak dijual (subsisten) B.3. Target Responden : Nelayan Umum

1. Ukuran perahu/kapal yang digunakan :………GT 2. Dimensi (L,B,D) :……..x…………..x……..M

3. Jenis mesin penggerak : Motor tempel/Diesel a. < 10 GT

b. 10 – 30 GT c. > 30 GT

4. Macam alat tangkap yang digunakan/jumlah :………../…….unit 5. Alat Bantu tangkap :………..

6. Ukuran/skala alat tangkap :(pxlxt)………. 7. Jumlah nelayan ABK :…………orang

8. Skala usaha : subsisten/artisanal (kecil/sedang/besar)/industri (kecil/sedang/besar) 9. Pelabuhan tempat pendaratan ikan :

10. Status kepemilikan usaha : milik sendiri/kelompok nelayan/perusahaan 11. Jumlah tenaga penangkap………orang

a. Pemilik………orang b. Nahkoda kapal……...orang c. Juru mesin……….orang d. Juru mudi………..orang e. Juru masak………orang f. ABK (pekerja)…………orang

Operasional Penangkapan Ikan

1. Daerah operasional penangkapan ikan (fishing ground) : perairan…………..

2. Jarak dari tempat pendaratan ikan ke fishing ground :……….mil laut atau ………hari perjalanan

3. jarak dari fishing ground ke pantai terdekat :………..mil laut 4. Banyaknya trip operasi penangkapan ikan : ……….trip/hari

……… trip/bulan ……… trip/tahun 5. Lamanya satu kali trip operasi penangkapan ikan : ………..hari 6. Waktu pengoperasian alat tangkap : pagi/siang/malam

(14)

8. Bulan tidak ke laut selama satu tahun :……bulan, yaitu pada bulan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 9. Musim penangkapan ikan :

Musim banyak : bulan………..sampai bulan………….. Musim sedang : bulan………..sampai bulan………….. Musim kurang : bulan………..sampai bulan………….. Hasil Tangkapan

1. Jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan 2. Hasil tangkapan utama

No Jenis ikan Musim Banyak (kg/trip) Musim kurang (kg/trip) 1. 2. 3. ………. ……… ……….

3. Penanganan ikan di atas kapal : menggunakan palkah dan es/menggunakan palkah tanpa es/dibiarkan diatas dek/lain-lain………….

Penerimaan 1. Hasil tangkapan a. Jenis ikan ………kg/trip/bulan/tahun, harganya Rp/kg……….. ……… kg/trip/bulan/tahun, harganya Rp/kg………. ……… kg/trip/bulan/tahun, harganya Rp/kg……… 2. Total penerimaan : Rp/kg/trip/bulan/tahun………. Investasi

No Investasi Jumlah Nilai (Rp) Baru/ lama Umur ekonomis Beban 1. Kapal/perahu 2. Mesin

3. Alat tangkap (unit) 4. Penanganan 5. Lainnya……

Biaya Operasional

1. Biaya ABK/trip : Rp………..

2. Bahan Bakar : Rp/trip/kapal (perahu)……… 3. Olie : Rp/trip/kapal (perahu)………

4. Total Bahan Pengawet : Rp/trip/kapal (perahu)……… 5. Lain-lain ………….: Rp/trip/kapal (perahu)………. Biaya Perawatan

1. Kapal/perahu : Rp/kali/bulan/tahun……… 2. Alat tangkap : Rp/kali/bulan/tahun………

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dari stasiun tersebut diperoleh data berupa kecepatan, lama hembus dan arah angin.Meskipun lama hembus dan arah angin merupakan data yang penting dalam

Berdasarkan hasil analisis secara spasial, ternyata karang tersebar di lokasi Desa Waha, Desa Sombu, dan Pulau Kapota yang memiliki persentase tutupan karang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

INPUT PROSES TATA PAMONG KEPEMIMPINAN PROSES BELAJAR MENGAJAR ADMINISTRASI &amp; PELAYANAN PENELITIAN ,PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, KERJASAMA SISTEM AUDIT Audit

(6) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf f, merupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan

Proses penetapan target retribusi parkir di Kota Semarang melibatkan beberapa dinas/lembaga, antara lain; Dishubkominfo Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang (DPKAD

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Perangkat pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi

Sebagaimana bagaian dari aset yang harus terpelihara maka kejahatan yang terjadi terhadap anak secara tidak langsung juga merupakan ancaman dan teror bagi negara pada