• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PROGRAM KURSUS TATA RIAS DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PROGRAM KURSUS TATA RIAS DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PROGRAM KURSUS TATA RIAS DI SANGGAR KEGIATAN

BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

COSMETOLOGY PROGRAM MANAGEMENT COURSES IN THE LEARNING ACTIVITIES GALLERY (LAG) KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh: Lindha Rismawanti, Pendidikan Luar Sekolah

rylins_28@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul; 2) keberhasilan pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul; 3) faktor pendukung dan penghambat pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik purposive. Subjek penelitian ini adalah ketua penyelenggara, tutor dan warga belajar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tahap reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul meliputi enam tahap, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan. 2) Bentuk keberhasilan pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul dilihat dari ketercapaian tujuan program yaitu kemampuan, keterampilan serta ilmu pengetahuan peserta bertambah setelah mengikuti program, peserta dapat meningkatkan mata pencaharian dibidang rias pengantin, melestarikan budaya jawa, peserta kursus dapat mengetahui pakem gaya rias pengantin dan langkah-langkah rias pengantin sesuai pedoman yang berlaku. Peserta kursus tahun 2015 yang dapat membuka usaha mandiri 6 orang, dan 5 orang lainnya dapat bekerja dengan orang lain. 3) faktor pendukung terlaksananya program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan belajar (SKB) Bantul adalah ruang, baju dan aksesoris yang memadai, narasumber yang sudah berkompeten dan profesional, materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta, serta antusias dari warga belajar dalam mengikuti kegiatan. Sedangkan faktor penghambat program tersebut meliputi dana, alat untuk merias kurang memadai, tidak tersedianya model untuk dirias, serta ada beberapa peserta yang terlambat saat mengikuti kegiatan kursus.

Kata kunci: pengelolaan program, kursus tata rias

Abstract

This study aimed to describe: 1) the program management courses in cosmetology Learning Activities Gallery (LAG) Bantul; 2) successful management of courses cosmetology program at Learning Activities Gallery (LAG) Bantul; 3) the enabling and inhibiting factors of cosmetology program management courses in Learning Activities Gallery (LAG) Bantul. Research that uses descriptive qualitative approach. Selection of subjects study was done by using purposive technique. The subjects of this research students are chief organizers, educator and residents learn. Techniques of data collection is done by using observation, interviews, and documentation. Data analysis was performed through a phase of a data reduction, data display, and conclusion. The validity test of research data is done by using triangulation. The results showed that: 1) the management program cosmetology courses in Learning Activities Gallery (LAG) Bantul includes six stages, including planning, organizing, mobilization, training, assessment and development. 2) the success of the program management course cosmetology in Learning Activities Gallery (LAG) Bantul seen from the achievement of program objectives including the ability, skills and knowledge of participants increased after the program, participants can improve the livelihood of the field of bridal, preserve Javanese culture, course participants can find grip style bridal and bridal measures according to the guidelines and regulations. 2015 course participants are able to be self-6, and 5 others can work with others. 3) factors supporting the implementation of the program courses cosmetology at Learning Activities Gallery (LAG) Bantul is a space, clothes and accessories are adequate, speakers who are already competent and professional, learning materials appropriate to the

(2)

needs of participants, as well as the enthusiasm of the learners in follow the activities. While the inhibiting factors include the following program funds, tool to apply makeup inadequate, unavailability of models for makeup and there are some participants who are late while following the course activities. Key word : program management, cosmetology courses

PENDAHULUAN

Menurut Simamora (1995: 287) dalam Mustofa (2012: 4) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu. Baik dari segi implementasi maupun relevansinya program kecakapan hidup (life skill) penting dalam menghadapi persaingan global.

Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan menigkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori (Instruksi Presiden No.15 tahun 1974 dalam Mustofa, 2012: 4).

Kursus tata rias merupakan salah satu program pelatihan yang disamping memberdayakan seseorang atau masyarakat juga bertujuan membekali keterampilan yang nantinya dapat dipergunakan untuk menciptakan peluang usaha mandiri. Di dalam kehidupan masyarakat, baik dalam kondisi masyarakat desa maupun kota, dalam keadaan perekonomian yang biasa maupun yang maju, pernikahan itu selalu ada. Hal ini memberikan sebuah peluang yang cukup besar bagi masyarakat untuk berwirausaha dibidang tata rias. Agar tujuan program dapat dicapai secara optimal dan maksimal membutuhkan pengelolaan yang serius.

Pengelolaan program merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Sudjana, 2004: 17).

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) merupakan unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di bidang pendidikan luar sekolah (nonformal). Sanggar kegiatan belajar (SKB) Bantul memiliki beberapa program yang dikembangkan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, salah satunya program kursus tata rias seperti yang tengah dikembangkan SKB.

Salah satu program unggulan di SKB Bantul yang memiliki pengelolaan program yang baik adalah program kursus tata rias. Pada program kursus tata rias di SKB Bantul, peserta didik atau warga belajar dibekali pengetahuan keterampilan tata rias pengantin, sehingga di dorong menjadi masyarakat berdaya yang gemar merias baik untuk kepentingan pribadi maupun melayani kebutuhan masyarakat. Kursus tata rias tersebut berdiri sejak tahun 1997, dan dapat dikatakan program yang sudah cukup berhasil. Program kursus tata rias SKB Bantul diselenggarakan sesuai kebutuhan masyarakat

(3)

dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan praktik.

Pengelolaan program kursus tata rias memiliki kelebihan pada metode pembelajaran serta evaluasi yang dilakukan. Disamping itu, dalam pembelajaran program tersebut lebih ditekankan pada praktiknya. Yakni 20% pemberian teori dan 80% praktik, sehingga lebih banyak melakukan praktik dari pada teori.

Pengelolaan yang efektif dan efisien pada program kursus tata rias sangat diperlukan agar kebutuhan warga belajar terpenuhi. Pengelolaan yang baik akan menjadi tolak ukur keberhasilan lembaga dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dan profesional.

Program kursus tata rias diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang mandiri, profesional, berfikiran maju dan kreatif. Pengelolaan yang baik berdasarkan fungsi-fungsi manajemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti membahas tentang permasalahan “Pengelolaan Program Kursus Tata Rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dapat memberikan gambaran lengkap mengenai pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul, mulai dari perencanaan hingga evaluasi dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lembaga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul yang terletak di Jalan Imogiri Barat Km.7, Bangungharjo, Sewon, Bantul, DIY. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juli hingga September 2015.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang dapat memberikan informasi terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Teknik pengambilan sumber data atau subjek penelitian menggunakan teknik purposive. Sugiyono (2014:301) menyatakan bahwa penentuan sumber data pada data orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, yang terdiri dari 1 orang ketua penyelenggara program, 2 orang tutor program kursus tata rias, dan 3 orang warga belajar program kursus tata rias.

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan observasi awal mengenai pengelolaan program kursus tata rias yang berjalan di SKB Bantul guna menyusun proposal penelitian. Selanjutnya, setelah proposal selesai peneliti membuat instrumen penelitian. Kemudian peneliti mengambil data dan informasi ke lapangan, selanjutnya dimulailah pelaksanaan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data penelitian diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang digunakan disertai dengan pedoman penelitian. Pengolahan data dilakukan sejak awal pengambilan data hingga akhir pengumpulan data. Hasil olahan data disajikan ke dalam hasil penelitian.

(4)

Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2014:305). Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang selanjutnya dibantu dengan alat pengumpul data, yaitu pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pedoman-pedoman tersebut akan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009:226) observasi adalah ilmu pengetahuan. Sama halnya dengan Marshall dalam Sugiyono (2014:310) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati lokasi penelitian, keadaan atau situasi lokasi penelitian, profil lembaga, kondisi pengelola, tutor, warga belajar, serta pengelolaan program kursus tata rias.

Metode pengumpulan data lain yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Menurut Moleong (2005:190) bahwa wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Metode wawancara digunakan untuk memperkuat hasil observasi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan pengelolaan program tata rias, faktor pendukung dan penghambat beserta keberhasilan program kursus tata rias yang dilihat dari ketercapaian tujuan program dan juga kebermanfaatan program.

Selain itu, metode pengumpulan data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Menurut Sugiyono (2009:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Adapun dokumen-dokumen yang ada di SKB Bantul terkait dengan pengelolaan program kursus tata rias, yakni pengorganisasian, penggerakan, evaluasi, pengembangan, serta keberhasilan program.

Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen dalam Lexy Moleong (2005:248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi kesatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain. Penelitian ini mengacu pada model analisis data Miles and Huberman. Komponen dalam analisis data meliputi reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

Aktivitas analisis data yang dilakukan dalam penelitian pengelolaan program kursus tata rias yaitu mereduksi temuan data yang diperoleh yang dilakukan dengan cara memilih data yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian. Selanjutnya, menyajikan hasil temuan data yang sudah direduksi dan terakhir menarik kesimpulan terkait dengan fokus penelitian yaitu pengelolaan program kursus tata rias Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai pengelolaan program kursus tata rias di

(5)

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu:

Hasil Penelitian

1. Pengelolaan program kursus tata rias di SKB Bantul meliputi enam tahap, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan. Tahap perencanaan dalam program kursus tata rias SKB Bantul meliputi identifikasi kebutuhan yang disesuaikan dengan potensi lokal dan kebutuhan masyarakat. Mengidentifikasi calon sasaran dengan menentukan syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi peserta. Pelaksanaan program kursus tata rias SKB Bantul dilakukan 3 (tiga) kali seminggu. Materi pembelajaran program tersebut meliputi materi umum, inti dan penunjang, sedangkan penyusunan kurikulum mengacu pada kurikulum rias pengantin dari pusat yakni Dirjen PAUDNI. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab (20%) dan praktik (80%) dengan media pembelajaran berupa buku diklat, papan tulis serta bahan dan alat merias. Dalam hal pengorganisasian, struktur kepengurusan program kursus tata rias di SKB Bantul terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris, bendahara dan narasumber. Penggerakan atau motivasi dilakukan dengan pendekatan komunikasi supaya warga belajar aktif dalam mengikuti program kursus tata rias. Bentuk pembinaan program kursus tata rias yakni dengan adanya paguyuban rias pengantin pandan wangi sebagai wadah untuk saling bertukar pikiran serta sebagai sarana silahturahmi. Terdapat 2 jenis evaluasi dalam program kursus tata rias yaitu evaluasi proses pembelajaran dan hasil akhir program

pembelajaran. Pengembangan program kursus tata rias yaitu berkaitan dengan perbaikan program dimasa yang akan datang, yakni dilihat dari evaluasi program.

2. Bentuk keberhasilan pengelolaan program kursus tata rias di SKB Bantul dilihat dari ketercapaian tujuan program diantaranya bertambahnya kemampuan, keterampilan serta ilmu pengetahuan peserta setelah mengikuti program, peserta dapat meningkatkan mata pencaharian dibidang rias pengantin, melestarikan budaya jawa, peserta kursus dapat mengetahui pakem gaya rias pengantin dan langkah-langkah rias pengantin sesuai pedoman yang berlaku. Peserta kursus sering mengikuti lomba dan mendapatkan juara, ditetapkannya SKB sebagai TUK (Tempat Uji Kompetensi) oleh LSK (Lembaga Sertifikasi Kompetensi), mendapat juara III TUK tahun 2011. Peserta kursus tahun 2015 yang dapat membuka usaha mandiri 6 orang, dan 5 orang lainnya dapat bekerja dengan orang lain. 3. Faktor pendukung pengelolaan program kursus

tata rias SKB Bantul yaitu ruang, baju dan aksesoris yang memadai, narasumber yang sudah berkompeten dan profesional, materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta, serta antusias dari warga belajar dalam mengikuti kegiatan. Faktor penghambat pengelolaan program kursus tata rias SKB Bantul adalah dana, alat untuk merias (makeup) kurang memadai, tidak tersedianya model untuk dirias, serta ada beberapa peserta yang terlambat saat mengikuti kegiatan kursus.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa pokok pembahasan, yaitu:

(6)

1. Pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul meliputi enam tahapan yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan. Hal tersebut sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Sudjana (2004, 52-56), yaitu terdiri dari enam fungsi yang berurutan yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan yang disesuaikan dengan potensi lokal dan kebutuhan masyarakat. Mengidentifikasi calon sasaran dengan menentukan syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi peserta. Pelaksanaan program kursus tata rias SKB Bantul dilakukan 3 (tiga) kali seminggu. Materi pembelajaran program tersebut meliputi materi umum, inti dan penunjang, sedangkan penyusunan kurikulum mengacu pada kurikulum rias pengantin dari pusat yakni Dirjen PAUDNI. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab (20%) dan praktik (80%) dengan media pembelajaran berupa buku diklat, papan tulis serta bahan dan alat merias. Tahap selanjutnya dalam pengelolaan program yaitu pengorganisasian. Pengorganisasian merupakan kegiatan mengidentifikasi dan memadukan sumber-sumber yang diperlukan ke dalam kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber-sumber itu meliputi tenaga manusia, fasilitas, alat-alat, dan biaya yang tersedia atau yang dapat disediakan (Sudjana, 2004). Fasilitas pembelajaran sudah cukup baik, narasumber

program terdiri dari 2 orang, jumlah peserta didik yang mengikuti program minimal 10 orang, dana program kursus yaitu dari anggaran pendapatan dan belanja negara, pemerintah, P2PNFI, serta swadaya masyarakat. Untuk struktur kepengurusan program kursus tata rias di SKB Bantul terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris, bendahara dan narasumber. Penggerakan atau motivasi dilakukan dengan pendekatan komunikasi supaya warga belajar aktif dalam mengikuti program kursus tata rias. Bentuk pembinaan program kursus tata rias yakni dengan adanya paguyuban rias pengantin pandan wangi. Menurut Sudjana (2004), pembinaan adalah upaya untuk memelihara efisiensi dan efektivitas kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Paguyuban rias pengantin pandan wangi sebagai wadah untuk saling bertukar pikiran tentang kesulitan yang dialami saat merias, model tata rias yang baru, info seminar dan pekerjaan serta sebagai sarana silahturahmi. Anderson (1978) dalam Sudjana (2004: 254-259) merumuskan tujuan penilaian yaitu memberikan masukan untuk perencanaan program, memberi masukan untuk keputusan tentang kelanjautan, perluasan dan penghentian program, memberikan masukan untuk keputusan tentang memodifikasi program, memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat serta memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi penilaian. AS Horbnby (Fakhrudin, 2011, p.1) mendefinisikan evaluasi adalah to find out, decide the ammount or value yang

(7)

artinya suatu upaya untuk menentukan nilai dan jumlah. Terdapat 2 jenis evaluasi dalam program kursus tata rias yaitu evaluasi proses pembelajaran dan hasil akhir program pembelajaran. Menurut Sudjana (2004), pengembangan adalah perluasan dan peningkatan kegiatan yang telah dan/atau sedang dilakukan. Pengembangan program kursus tata rias yaitu berkaitan dengan perbaikan program dimasa yang akan datang, yakni dilihat dari evaluasi program.

2. Bentuk keberhasilan pengelolaan program kursus tata rias di SKB Bantul dilihat dari ketercapaian tujuan program diantaranya bertambahnya kemampuan, keterampilan serta ilmu pengetahuan peserta setelah mengikuti program, peserta dapat meningkatkan mata pencaharian dibidang rias pengantin, melestarikan budaya jawa, peserta kursus dapat mengetahui pakem gaya rias pengantin dan langkah-langkah rias pengantin sesuai pedoman yang berlaku. Peserta kursus sering mengikuti lomba dan mendapatkan juara, ditetapkannya SKB sebagai TUK (Tempat Uji Kompetensi) oleh LSK (Lembaga Sertifikasi Kompetensi), mendapat juara III TUK tahun 2011. Peserta kursus tahun 2015 yang dapat membuka usaha mandiri 6 orang, dan 5 orang lainnya dapat bekerja dengan orang lain. 3. Faktor pendukung pengelolaan program kursus

tata rias SKB Bantul yaitu ruang, baju dan aksesoris yang memadai, narasumber yang sudah berkompeten dan profesional, materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta, serta antusias dari warga belajar dalam mengikuti kegiatan. Faktor penghambat pengelolaan program kursus tata rias SKB

Bantul adalah dana, alat untuk merias (makeup) kurang memadai, tidak tersedianya model untuk dirias, serta ada beberapa peserta yang terlambat saat mengikuti kegiatan kursus.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu pengelolaan program kursus tata rias di SKB Bantul meliputi enam tahapan. Adapun tahapan tersebut mencakup tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan.

Keberhasilan program kursus tata rias di SKB Bantul dilihat dari ketercapaian tujuan program, yakni bertambahnya pengetahuan, kemampuan dan keterampilan warga belajar dalam hal tata rias pengantin. Di samping itu, warga belajar sering mengikuti lomba-lomba dan mendapatkan juara sehingga SKB Bantul ditetapkan sebagai TUK (Tempat Uji Kompetensi) oleh LSK (Lembaga Sertifikasi Kompetensi) mendapat juara III tahun 2011. Peserta kursus tahun 2015 yang dapat membuka usaha mandiri 6 orang, dan 5 orang lainnya dapat bekerja dengan orang lain.

Dalam pelaksanaanya, terdapat faktor pendukung dan penghambat terlaksananya program kursus tata rias. Faktor pendukung pelaksanaan program tata rias yaitu ruang, baju dan aksesoris yang memadai, narasumber yang sudah berkompeten dan profesional, materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta, serta antusias dari warga belajar dalam mengikuti kegiatan. Sedangkan faktor

(8)

penghambat program tersebut adalah dana, alat untuk merias (makeup) kurang memadai, tidak tersedianya model untuk dirias, serta ada beberapa peserta yang terlambat saat mengikuti kegiatan kursus.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran, yakni pengelolaan program kursus tata rias akan berjalan lebih baik apabila di dalam pelaksanaannya, tutor penting memberikan materi tentang berwirausaha. Ketepatan waktu pembelajaran program kursus tata rias serta sarana prasarana pembelajaran program tata rias juga perlu diperhatikan sehingga dapat menunjang terlaksananya program kursus tata rias dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Corbin, Juliet & Anselm Strauss. (2007). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

D, Sudjana. (2004). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.

Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kamil Mustofa. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta.

Meleong, Lexy. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Santoso Tien. (2010). Tata Rias dan Busana Pengantin Seluruh Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan

(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Wibowo, (2007). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Arnady, M., & Prasetyo, I. (2016). Evaluasi Program Kecakapan Hidup di Sanggar Kegiatan Belajar Bantul, Yogyakarta. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan

Masyarakat, 3(1), 60-74.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v3i1.63 03

Widodo, W. (2015). Pengelolaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) pada Era Otonomi Daerah. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(1), 94-106. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v2i1.48 46

Referensi

Dokumen terkait

The plan of the article is as follows. Section 2 describes the varying-coefficient expectile model, and develops an ALS- based nonparametric approach for model estimation. The

Sebagai kelanjutan proses pelelangan, kami mengundang saudara untuk Pembuktian Kualifikasi dengan ketentuan sebagai berikut :.. Saudara dianjurkan untuk menunjukkan dokumen

[r]

[r]

Pada Masyarakat Desa Serut Krajan Kecamatan Panti Kabupaten Jember Dalam Prespektif Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ”.

Koefisien regresi kualitas produk (X 1 ) sebesar 0,464, artinya jika ada perubahan terhadap kualitas produk ke arah yang positif atau yang lebih baik, tertutama warung Es

Implikasi pada penelitian ini adalah didapatkan hubungan signifikan cukup kuat, selain tekanan telinga, tipe timpanogram juga menunjukkan hasil yang signifikan terhadap

Tingginya persepsi terhadap gaya kepemimpinan partisipatif berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari item yang memiliki skor total yang paling tinggi, dimana para