• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

A. AIR SUSU IBU

1. ASI Sebagai Makanan Bayi

ASI merupakan emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang diekresi oleh kedua belah kelenjar mammae dari ibu yang berguna Sebagai makanan bayi .

Air susu ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama bulan-bulan pertama . Asi mengandung semua zat gizi untuk membangun penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan . Komposisi Asi yang sedemikian rupa , sehingga memenuhi kebutuhan bayi (protein, karbohidrat, lemak, Vitamin dan mineral) untuk Masa 4-6 bulan pertama. Namun setelah itu bayi harus diberi makanan pendamping ASI agar tercukupi kebutuhan zat gizi yang diperlukan.

Makanan bagi bayi harus mengandung cukup bahan bakar (energi) dan semua zat gizi esensial ( 9 komponen bahan makanan yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sendiri akan tetapi diperlukan bagi kesehatan dan pertumbuhan ) harus dalam jumlah yang cukup pula. Pemberian makanan yang mengandung energi berlebihan akan menimbulkan obesitas, sedangkan zat gizi esensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut dan dapat merupakan racun bagi tubuh. Sebaliknya pemberian yang kurang akan menghambat pertumbuhan. Kekurangan Zat-Zat esensial pada akhirnya menimbulkan Gejala defisiensi . Angka kecukupan gizi bayi menurut widya karya Nasional Pangan dan Gizi 1V, 1993 untuk golongan umur 0-6 bulan adalah : Energi 560 kkal , protein 12 gr.

Jumlah energi yang diperlukan untuk bayi dihitung berdasarkan jumlah konsumsi Energi yang diperlukan agar dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Bayi yang baru lahir memerlukan konsumsi energi yang selalu meningkat perunit berat badan .khususnya antara umur satu sampai enam bulan. Pada waktu itu bayi tersebut memerlukan energi sekitar 117 kkal perkilogram berat badan. Selanjutnya sampai satu tahun pertama keperluan perunit berat badan dan hal itu berlangsung selama masa kanak-kanak.

(2)

TABEL 1

KEBUTUHAN ENERGI BAYI Kalori per 24 jam Kebutuhan energi

Per kilogram BB persen Basal Metabolime Rate

Spesific Dinamic Action Pertumbuhan

Aktifitas

Kehilangan dalam tinja

35 8 18 24 10 48 7 16 21 8

Sumber : F.G Winarno, Gizi Dan Makanan Bagi Bayi Dan Anak Sapihan. (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1987)

2. Hubungan Periode Penyusunan dan Taraf Gizi

Menyusui adalah cara untuk memberikan makanan yang alamiah (ASI) kepada bayi. Menyusui merupakan tradisi yang masih umum dijumpai di Indonesia, meskipun periodenya berbeda dari suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Di pedesaan ibu-ibu menyusukan bayinya hingga usia 12 sampai dengan 24 bulan. Sebagian besar anak disapih menjelang umur dua tahun.

Beberapa factor yang berpengaruh terhadap tingkat prevalensi menyusui adalah tingkat ekonomi keluarga. Di daerah pedesaan korelasi ini cukup nyata walaupun kecenderungan tetap ada. Makin tinggi tingkat ekonomi makin berkurang prevalensi menyusui. Pada umur 0-3 bulan prevalensi menyusui tidak jauh berbeda pada ketiga golongan social ekonomi, akan tetapi sesudah usia tersebut penurunan prevalensi tinggi dan menengah.

Di daerah perkotaan periode penyusuan umumnya lebih pendek. Berbagai alasan dikemukakan untuk penghentian penyusuan. Di daerah pedesaan jawaban yang paling sering adalah kehamilan ibu , anak sudah cukup umur untuk makan biasa. Di kota masalahnya lebih komplek , seperti perubahan lingkungan social budaya , ibu harus bekerja , akibat pelayanan kesehatan yang kurang mendukung penyusuan dan pengaruh iklan makanan bayi buatan. Misalnya nikotin, alkohol, tetrasiklin dan lain-lain. (Ruth Laurence, 1981). Berikut ini adalah table komposisi ASI :

(3)

TABEL 2 KOMPOSISI ASI

Kolustrum Transisin ASI mature

Energi (kkal) Laktosa (gr/1000 ml) Lemak (gr/100 ) Protein (gr/100 ml) Imunoglobin Ig A (mg/100 ml) Ig g (mg/100 ml) Ig m (mg/100 ml) Lisosim (mg/100 ml) laktoferin 57 6,5 2,9 1,195 335,9 5,9 17,1 14,2-16,4 420 63,0 6,7 3,6 0,965 -65,0 7,0 3,8 1,324 119,6 2,9 2,9 24,3-27,5 250-270 Sumber : Ilyas dkk, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Kontek keluarga, Depkes,1993. ASI yang keluar dari kelenjar susu ibu pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam ASI berdasarkan waktu keluarnya serta kandungan gizinya. ASI yang keluar pertama kali setelah ibu melahirkan disebut colustrum. Setelah colustrum tidak keluar lagi, ASI disebut sebagai ASI massa transisi dan setelah itu tepatnya setelah 10 hari kelahiran ASI disebut sebagai ASI mature.

Kandungan ASI sebagian besar air kemudian 1,35% protein, 4,5 lemak, 7% zat gula susu dan aneka garam-garaman berupa zat kapur, zat besi, dan lain-lain zat . Beberapa factor yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia laktasi.kualitas dan kuantitas makanan ibu, dan gangguan emosi gangguan pembinaan dan pemeliharaan laktasi. Produksi ASI menurut umur bayi ditunjukkan table 3 berikut :

TABEL 3

PRODUKSI ASI MENURUT UMUR BAYI

Umur (bulan) Volume ASI (ml/hari 0-1

1-2

600 840

(4)

2-3 3-4 4-5 5-6 930 960 1010 1100

Sumber : Achmad Djaeni Sediaoetama, Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa, Dian Rakyat, 1987

3.Manfaat Pemberian ASI

Pemberian ASI secara ekslusif untuk empat bulan pertama kehidupan bayi dan dilanjutkan hingga bersama makanan pendamping ASI yang sesuai dan adekuat adalah pola penyusuan oleh World Summit For Children 1990.

ASI bermanfaat untuk pertumbuhan, karena mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masanya. Psikomotorik dan kognitif lebih cepat pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. Disamping itu ASI tidak memberatkan fungsi digestifus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir.

Statistik menunjukan bahwa marbiditas oleh infeksi saluran pencernaan dan pernafasan bayi yang diberi ASI lebih jarang dibandingkan dengan bayi yang mendapat pengganti ASI.

Manfaat lain dengan menyusui adalah : nilai gizinya tinggi, harganya murah, mudah diberikan, tersedia pada suhu yang ideal sehingga tidak perlu dipanaskan lagi, merupakan imunisasi pertama yang didapatkan bayi dari ibunya, selalu segar dan bebas pencemaran kuman sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya gangguan saluran pencernaan, tidak menyebabkan kejang perut, memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayinya, dan dengan menyusui bayi menpercepat pengambilan besarnya rahim pada bentk ukuran sebelumnya mengandung.

4.Pemberian ASI

Dua cara yang berkaitan dengan pemberian ASI yaitu :

a.Frekuensi pemberian ASI dengan pembatasan ( restricted ″token ″ breast feeding ) Dalam pembatasan dilakukan tentang frekuensi, jarak menyusui, jadwal waktu yang ketat dan lama waktu menyusui kira-kira 15 menit. Cara ini bertujuan mendidik bayi untuk

(5)

dianjurkan lagi.

b. Frekuensi menyusui bebas tanpa pembatasan ( un restricted or un demand ). Bayi disusui setiap kali menangis karena lapar atau haus. Dan cara ini sangat dianjurkan dalam pemberian ASI.

B. LAMANYA IBU DILUAR RUMAH

Ada sebagian ibu yang mempertanyakan relevansi kewajiban pemberian ASI ( menyusui ). Persoalan ini dikemukakan antara lain kaitannya dengan aktifitas dan problema kerja, antara mempertahankan aktifitas dan pekerjaan. Dan alternatif yang banyak diambil adalah memberikan susu botol pada bayinya bagi yang mampu dan meninggalkan pemberian ASI bagi yang kurang mampu.

Ibu yang memiliki aktifitas diluar rumah kesulitan mengawasi anaknya terus-menerus, pengasuhan anak mungkin diserahkan pada pembantu rumah tangga atau kerabatnya.

Faktor pekerjaan atau diluar rumah mempunyai pengaruh negatif terhadap bayi karena berpengaruh pada pemberian ASI. Bahkan lebih jauh lagi, pekerjaan ibu diluar rumah menjadi penyebab kurang cukup dalam frekuensi pemberian ASInya. Hal ini yang menjadi timbulnya asupan ASI kepada bayinya kurang yang menimbulkan bayi kekurangan asupan ASI. Jika dibiarkan secara terus-menerus akan menyebabkan gangguan pada bayinya, baik untuk pertumbuhan dan untuk perkembangannya.

C. STATUS GIZI

1. Faktor yang mempengaruhi Status gizi

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi makanan. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh didalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kalau konsumsi makanan baik dalam kualitas maupun kuantitas melebihi kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih.

(6)

Keadaan gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Selain itu zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan oleh tubuh. Keadaan yang pertama dapat disebabkan oleh factor social ekonomi seperti kebiasan makan, kepercayaan, dan kemiskinan atua daya beli yang rendah. Sedangkan keadaan kedua disebabkan adanya gangguan fungsi alat paencernaan.

Di Negara berkembang khususnya di Indonesia terdapat masalah kekurangan gizi yang disebut masalah gizi utama. Sekitar 30% anak balita masih menderita kurang energi protein terutama KEP ringan dan sedang dan masih banyaknya kelianan-kelainan tertentu yang disebabkan oleh zat-zat gizi.

Status gizi merupakan keseimbangan tubuh antara intake makanan dengan aktifitas tubuh. Masalah gizi yang terjadi berpengaruh pada status gizi individu. Factor-faktor timbulnya masalah gizi yaitu : kekurangan konsumsi makanan (ASI pada bayi) : infeksi (infeksi pada saluran nafas, infeksi saluran cerna, infeksi cacing) : factor ekologis (social budaya), ekonomi, produksi makanan, pelayanan kesehatan dan pendidikan.

2. Pengukuran Status Gizi Antropometri

Ukuran-ukuran tubuh antropometri merupakan reflesi dari pengaruh factor genetic dan lingkungan yang berkaitan langsung dengan gizi antara lain konsumsi makanan dan penyakit infeksi, pola perkembangan tubuh menurut umur dan jenis kelamin.

Atas dasar itu, ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi bagi Negara-negara berkembang.Hal ini sangat penting karena cara penilaian status gizi yang lain sukar dilakukan dan mahal. Terutama kalau akan digunakan di daerah pedesaan.

Status gizi mempunyai andil yang cukup besar dalam menciptakan status kesehatan. Status gizi buruk pada masa anak-anak terutama ketika perkembangan otak sedang berlangsung menyebabkan cacat yang menetap, antara lain gangguan pada perkembangan intelektualitas. Di samping itu makin buruk tingkat keadaan gizi, makin besar peluang kematian anak.

Pertumbuhan dan perkembangan badan mencerminkan kecukupan gizi dan kesehatan. Bila zat gizi yang dibutuhkan tidak mencukupi akan menimbulkan

(7)

masalah-antropometri adalah KEP.

Edi Sutantyo dan Idrus Jusat mengidentifikasikan keadaan KEP menjadi tiga jenis, yaitu KEP kronis, KEP kronis yang sudah akan sembuh, dan KEP akut dengan menggunakan tiga indicator BB/U, TB/U, BB/TB.

KEP akut datandai dengan BB/U rendah, TB/U normal, dan BB/TB rendah. KEP kronis yang sudah akan sembuh ditandai dengan BB/U rendah, TB/U dan BB/TB normal. Untuk mengukur status gizi bayi, indikator yang biasa digunakan adalah indikator BB/U. Sedangkan baku anthropometry yang digunakan adalah baku WHO NCHS yang dipublikasikan pada tahun 2002.

Berdasarkan baku WHO NCHS, status gizi dibedakan menjadi 4 kriteria yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Penentuan klasifikasi status gizi berdasarkan indicator yang digunakan yaitu :

a.BB/U.

a. Status gizi lebih, bila Z_score terletak > +2 SD

b. Status gizi baik, bila Z_score terletak dari ≥-2 SD s/d +2 SD

c. status gizi kurang, bila Z_score terletak dari <-2 SD sampai ≥-3 SD d. Status gizi buruk, bila Z_score terletak < -3 SD

3. Kaitan Pemberian ASI dengan Status Gizi

Berbagai penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan bayi dengan berat lahir cukup yang mendapat ASI hingga umur empat bulan pertumbuhannya sesuai dengan standar pertumbuhan WHO NCHS bahkan sampai umur 9 bulan, walaupun masukan energi dan protein perkilogram berat badan lebih rendah bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Namun ratio kenaikan berat badan per 100 kkal lebih tinggi pada bayi yang diberi ASI secara eksklusif (sampai umur 4 bulan). Ini menunjukan penggunaan energi pada bayi yang mendapat ASI lebih efisien.

Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif mempunyai status morbiditas yang jauh lebih rendah dibandingkan bayi yang mendapat ASI dicampur dengan susu formula. Apalagi dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI sama sekali.

(8)

D. Kerangka Teori Tingkat Pendapatan Infeksi Tingkat Pebdidikan Kemampuan Laktasi

Keaktifan ibu Frekuensi Status Gizi Di luar rumah Pemberian AS I

Jenis Aktifitas Lama Aktifitas

E. Kerangka Konsep

Lamanya ibu diluar rumah

Status Gizi

(9)

1. Ada hubungan keaktifan ibu di luar rumah dengan .pm4 frekuensi pemberian ASI bayi 0 – 4 bulan.

2. ada hubungan keaktifan ibu diluar rumah dengan status gizi bayi 0 – 4 bulan. ada hubungan frekuensi pemberian ASI dengan status gizi bayi bulan.

Gambar

TABEL 2  KOMPOSISI ASI

Referensi

Dokumen terkait

Agar tercapai kondisi lingkungan kerja yang baik dan sehat tersebut tentu saja hanya dengan strategi manajemen yang dapat memberikan dorongan kuat untuk dapat

Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi website ini dapat memudahkan admin dalam mengelola dan menyimpan data-data yang berhubungan dengan booking lapangan

Skripsi penulis dengan judul: “Bentuk Dan Fungsi Kesenian Raksasa Dalam Upacara Bersih Desa Di Desa Salamrejo Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar” merupakan hasil

Berdasarkan syarat ini, barang yang tidak ada ketika akad tidak sah dijadikan objek akad seperti jual beli yang sesuatu yang masih di dalam tanah atau menjual anak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Kondisi kerapatan vegetasi di Kecamatan Ngaglik memiliki tiga kelas klasifikasi kerapatan yaitu kelas kerapatan rendah,

Saat ini dikalangan dunia Teknologi Informasi te- lah dikenal teknologi datawarehouse, datawareho- use merupakan kumpulan data yang berasal dari berbagai sumber, dengan

Namun penurunan nilai kuat tarik plastik HDPE tidak terlalu besar, artinya plastik HDPE memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan sifat kuat tarik pada

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat beberapa responden dengan sikap skeptis pada iklan hijau minyak pelumas Evalube Helios Ultra Full Synthetic