• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER 2017"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Program Studi Diploma IV Pariwisata

SEMINAR NASIONAL

DAN CALL FOR PAPER

2017

INOVASI DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

KREATIF SEBAGAI PENGGIAT EKONOMI

MASYARAKAT INDONESIA

(4)

i

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER 2017

PENYUNTING

Dr. Putu Sucita Yanthy SS.,M.Par

REVIEWER

Ida Bagus Ketut Astina, M.Si.

Nyoman Jamin Ariana,M.Par

Ni Putu Ratna Sari, SST.Par. M.Par

AA Putri Sri, M.Si

TATA LETAK

Vidya Santosa

Willy Artha

DESIGN COVER

Kevin Piring

PENERBIT:

Jl. Dr R Goris No 7

Program Studi Diploma IV Pariwisata

Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana-Bali

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu Om

Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan

rahmatnya sehingga seminar dan call for paper 2017 dengan tema Inovasi dan Pengembangan

Pariwisata Kreatif Sebagai Penggiat Ekonomi Masyarakat Indonesia yang diselenggarakan

oleh Mahasiswa Program Studi Diploma IV Pariwisata sebagai implementasi mata kuliah

MICE terlaksana dengan baik. Diwujudkan dengan menerbitkan prosiding yang memuat

sejumlah artikel dengan berbagai topik terkait kepariwisataan Indonesia dan Bali secara

khususnya. Buku prosiding ini terdiri dari artikel para pemakalah selingkung Universitas

Udayana serta para pemakalah dari luar daerah. Sebagai rasa syukur, perkenankan kami

mengucapkan terimakasih kepada seluruh pendukung kegiatan kami.

Semoga seminar dan prodising Call For Paper 2017, bermanfaat bagi kita semua.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Salam sejahtera bagi kita semua

Wassalamualaikum Warahmatulohi Wabarokatuh

Denpasar 11 Desember 2017

Ketua CFP 2017

(6)

DAFTAR ISI

1... K EBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA LINTAS BATAS: STUDI KASUS

PERBATASAN INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA

Adhitia Pahlawan Putra ... Error! Bookmark not defined. 2... K

EBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DALAMMENGENDALIKAN AROGANSI

LOCAL TOUR GUIDEDI PURA BESAKIH

Putri kusuma sanjiwani 1)W. Citra juwita sari2) ... Error! Bookmark not defined. 3... D

AMPAK PEMBANGUNAN HOTEL BERKONSEP CITY HOTELDI SUNSET ROAD KUTA BALI

Komang Ratih Tunjungsari1, Komang Shanty Muni Parwati2, I Made Trisna Semara3... Error!

Bookmark not defined.

4... P ROSES PEMBENTUKAN IDENTITAS BUDAYA NASIONALDAN PROMOSI

PARIWISATA INDONESIA DI EROPA (STUDI KASUS DIASPORA BALI DI PERANCIS)

Nararya Narottama1, A.A. Ayu Arun Suwi Arianty2 ... Error! Bookmark not defined. 5... S

TRATEGI MENINGKATKAN PENJUALAN MAKANAN MENU ALA CARTE PADA RESTORAN WARUNG BALI DI DESA WISATA SANGEH BADUNG

I Nyoman Tri Sutaguna1, Ni Made Ariani2 ... Error! Bookmark not defined. 6... R

ESIPROKALITAS WANITA DAN PENGEMBANGAN HOMESTAY DI KAWASAN BROMO TENGGER SEMERU

Putu Gede Eka Darmaputra1,. Putu Diah Sastri Pitanatri2 ... Error! Bookmark not defined. 7... P

ARTISIPASI HOTEL-HOTEL BINTANG LIMA DALAM PENERAPAN GREEN

TOURISM DI KAWASAN ITDC NUSA DUA

Putu Ratih Pertiwi ... Error! Bookmark not defined. 8... P

ENGEMBANGAN KULINER LOKAL UNTUK MENDUKUNG PARIWISATA BERKELANJUTAN DI DESA SANGEH KABUPATEN BADUNG

Ni Nyoman Sri Aryanti1, Agus Muriawan Putra2 ... 5 9... P

ERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA WISATA TISTA, KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN

(7)

4 Agung Sri Sulistyawati1, Fanny Maharani Suarka2 ... Error! Bookmark not defined. 10. ... P

ERILAKU WISATAWAN BERWISATA KULINER DI RESTORAN KAMPOENG KEPITING TUBAN BALI

Ni Made Ariani1, I Nyoman Tri Sutaguna2 ... Error! Bookmark not defined. 11. ... F

AKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN WISATAWAN BERKUNJUNG KE DESA WISATA BLIMBINGSARI JEMBRANA BALI

Arnold Gautama Suryadinata1), I Wayan Ruspendi Junaedi2) ... Error! Bookmark not defined. 12. ... F

AKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI WISATAWAN

MANCANEGARA DALAM PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI WISATA DI BALI Ni Gusti Ayu Susrami Dewi1), Luh Gede Leli Kusuma Dewi2) .. Error! Bookmark not defined. 13. ... M

EMBANGKITKAN SENI-BUDAYA DAN WIRAUSAHA RAKYAT DI DAERAH PARIWISATA(Studi Kasus Peran LPD Desa Adat Kuta dan Kerobokan)

A.A Ngurah Gede Sadiartha ... Error! Bookmark not defined. 14. ... P

ELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN WISATA MICEDI BATAM

I Wayan Thariqy Kawakibi Pristiwasa ... Error! Bookmark not defined. 15. ... M

ENGEMBANGKAN UBUD SEBAGAI DESTINASI WISATA GASTRONOMI

Putu Sucita Yanthy1), Ni Nyoman Sri Aryanti2) ... Error! Bookmark not defined. 16. ... F

ENOMENA BUDAYA TRAVELLING WISATAWAN JEPANG KE BALI

Dian Pramita Sugiarti1), I Gede Anom Sastrawan2) ... Error! Bookmark not defined. 17. ... H

OTEL `S GUEST ACTIVITIES SEBAGAI ALTERNATIF KEGIATAN LEISURE BAGI WISATAWAN DI KAWASAN SEMINYAK BALI

Fanny Maharani Suarka1), Agung Sri Sulistyawati2) ... Error! Bookmark not defined. 18. ... P

EMBANGUNAN PARIWISATA DI BALI : TRADE OFF PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

Ni Made Tisnawati1), Nyoman Sukma Arida2) ... Error! Bookmark not defined. 19. ... P

OSITIF NEGATIF PARIWISATA: ANALISIS PERILAKU KONSUMTIF MASYARAKAT BALI

(8)

5

PENGEMBANGAN KULINER LOKAL UNTUK MENDUKUNG

PARIWISATA BERKELANJUTAN DI DESA SANGEH KABUPATEN

BADUNG

Ni Nyoman Sri Aryanti1, Agus Muriawan Putra2

Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana12

Email:

sriaryanti@yahoo.com

Abstrak

Desa Sangeh dari dulu sudah dikenal oleh wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Tetapi, perkembangan Desa Sangeh sebagai daya tarik wisata mengalami pasang surut. Di mana, Desa Sangeh sebagai daya tarik wisata hanya mengandalkan Hutan Pala beserta kera-kera penghuninya. Masyarakat Desa Sangeh akhirnya cepat tanggap terhadap situasi tersebut, sehingga keberadaan Hutan Sangeh dan kera-keranya tersebut pengelolaannya kemudian diambil alih oleh Desa Adat, di mana hasilnya sangat positif, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan. Untuk memberikan alternatif wisata yang lebih beragam lagi, maka perlu direncanakan paket/produk wisata lokal yang dapat dikemas oleh masyarakat Desa Sangeh menjadi daya tarik pilihan kepada wisatawan yang berkunjung. Potensi-potensi lokal tersebut yang merupakan bagian hidup dan aktivitas sehari-hari masyarakat Desa Sangeh perlu untuk diperkenalkan kepada wisatawan agar perkembangan kepariwisataan di Desa Sangeh dapat menampilkan sesuatu yang berbeda daripada daya tarik wisata yang sejenis yang mengandalkan daya tarik hutan beserta keranya. Potensi yang dapat dikembangkan tersebut adalah potensi kuliner lokal, di mana di Desa Sangeh dapat ditemukan berbagai kuliner lokal masyarakat yang sangat beragam dari berbagai olahan dan berbagai cita rasa. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menemukan model secara naturalis sesuai dengan keadaan serta potensi yang dimiliki Desa Sangeh yang merupakan salah satu daya tarik wisata yang sedang berkembang di Kabupaten Badung untuk mengembangkan potensi kuliner lokal dalam menunjang pariwisata kerakyatan berkelanjutan dan dikombinasikan dengan Metode Focus Group Discussion (FGD), Matrik SWOT, serta Analisis Skala Likert. Hasil-hasil analisis data akan ditampilkan secara deskriptif kualitatif yang menyajikan pendapat/persepsi masyarakat dan wisatawan, kekuatan dan kelemahan pengembangan kuliner lokal, peluang dan tantangan pengembangan kuliner lokal, hasil observasi, teori, dan konsep yang ditemukan di lapangan berdasarkan sudut pandang informan yang kemudian diinterpretasi oleh Tim Peneliti.

Kata Kunci: Kuliner Lokal, Pariwisata Berbasis Masyarakat, Pariwisata Berkelanjutan Abstract

Sangeh village has been known by tourists, both domestic tourists and foreign tourists. However, the development of SangehVillage as a tourist attraction has its ups and downs. Where, SangehVillage as a tourist attraction only relies on forest of nutmeg and its inhabitants. The community of Sangeh Village is quickly responsive to the situation, so that the existence of Sangeh Forest and its monkeys is then taken over by Adat Village, where the result is very positive, there is an increase of tourist visit. To provide a more diverse alternative tourism again, it is necessary to plan a package/ local tourism products that can be packed by the community of SangehVillage become the attraction of choice to tourists who visit. These local potentials which are part of life and daily activities of SangehVillage people need to be introduced to tourists so that the development of tourism in SangehVillage can show something different than the similar tourist attraction that relies on the attractiveness of the forest along with the monkeys. The potential that can be developed is the local culinary potential, where in the village of Sangeh can be found a variety of local culinary community is very diverse from various preparations and flavors. Qualitative approach is used to find the model is naturalist in accordance with the situation and potential of SangehVillage which is one of the developing tourist attraction in Badung Regency to develop local culinary potency in supporting sustainable populist tourism and combined with Focus Group Discussion Method (FGD) , SWOT Matrix, and Likert Scale Analysis. The results of data analysis will be presented descriptively qualitatively presenting perceptions of the community and tourists, the strengths and weaknesses of local culinary development, opportunities and challenges of local culinary development, observations, theories, and concepts found in the field based on the perspectives of informants interpreted by the Research Team.

(9)

6

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPERNAS), khususnya Bab VII tentang Pembangunan Sosial dan Budaya ditetapkan bahwa pembangunan kebudayaan dan pariwisata dilaksanakan melalui Program Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan dan Program Pengembangan Pariwisata. Tujuan Program Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan adalah untuk menanamkan nilai-nilai budaya bangsa dalam rangka menumbuhkembangkan pemahaman dan penghargaan masyarakat kepada warisan budaya bangsa, keragaman budaya dan tradisi, meningkatkan kualitas berbudaya masyarakat, dan menumbuhkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya.Tujuan Program Pengembangan Pariwisata adalah mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan kebudayaan, serta sumber daya (pesona) alam lokal dengan tetap mempertahankan kelestarian seni dan budaya tradisonal serta kelestarian lingkungan hidup.

Salah satu daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Badung yang dikelola oleh desa adat adalah Daya Tarik Wisata Sangeh. Daya Tarik Wisata Sangeh berada di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Daya Tarik Wisata Sangeh dirintis 1 Januari 1969, namun tahun 1971 baru memiliki sumber pembiayaan pembangunan dari sumbangan sukarela (dana punia) setiap pengunjung, sebelumnya Daya Tarik Wisata Sangeh berkembang secara alami tanpa ada pengelolaan yang profesional. Barulah sejak tahun 1996 daya tarik wisata ini dikelola oleh Desa Adat Sangeh, dan mulai dikenakan retribusi berdasarkan Perda Tk. II Badung No. 20 tahun 1995.

Pengelolaan yang dilakukan oleh Desa Adat Sangeh tentunya akan dapat memberikan dampak yang positif kepada masyarakat Sangeh dan juga alam serta budaya Sangeh karena peran serta dan partisipasi masyarakat yang dikedepankan sebagai sumber daya pendukung utama dalam menjaga dan melestarikan lokalitas dan kearifan lokal Desa Sangeh. Untuk dapat memberikan berbagai pilihan alternatif wisata di Desa Sangeh, selain Hutan Pala dengan keranya di Desa Sangeh perlu digali dan dikembangkan potensi-potensi wisata lainnya (potensi kuliner lokal) yang tetap bercirikan Desa Sangeh dan melibatkan masyarakat Desa Sangeh di dalam pengelolaan dan pengembangannya yang merupakan bagian dari kehidupan dan aktivitas sehari-hari masyarakat Desa Sangeh.

2. METODE PENELITIAN 2.1. Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling untuk mendapatkan ketepatan dan keterpercayaan data yang dapat di uji keabsahan dan kredibilitasnya, di mana informan mengetahui kedalaman informasi sehubungan dengan masalah yang diteliti dan mereka dapat diterima oleh berbagai kelompok yang terkait dengan pengelolaan serta memiliki pengetahuan tentang pariwisata. Penentuan informan berdasarkan ketentuan (Koenjaraningrat, 1997 : 164):

1. Orang tersebut merupakan tokoh.

2. Orang tersebut memiliki pengetahuan dan informasi luas sesuai dengan topik. 3. Orang tersebut memiliki kemampuan menghubungkan dengan informan lain.

Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh yang dianggap mengetahui mengenai objek penelitian yang dilakukan. Tokoh-tokoh tersebut, yaitu: Kepala Desa, Bendesa Adat, Tokoh Masyarakat, Rohaniawan, Kelompok Sadar Wisata, Kepala Dusun, Industri Pariwisata, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Badung, dan Pihak-Pihak Terkait.

2.2. Teknik Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel, yaitu masyarakat Desa Sangeh. Dalam pengambilan sampel untuk masyarakat menggunakan Metode Accidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil jumlah sampel secara acak terhadap para pedagang kuliner lokal Sangeh yang

(10)

7 kebetulan dikunjungi, sehingga didapatkan data yang mewakili penjual kuliner lokal yang ada di Desa Sangeh.

Teknik penentuan sampel pada penelitian ini mengacu pada Rumus Slovin (Jongker, dkk, 2011) menyatakan bahwa:

Keterangan: N : Jumlah Populasi

n : Jumlah Sampel e : Tingkat Kesalahan

Penentuan jumlah sampel dengan populasi (N) sebanyak 300 orang, dengan asumsi tingkat kesalahan (e) = 10% maka jumlah sampel (n) adalah:

300 n = __________________ 1 + 300 (18%)2 = 300 __________________ 300 (0,0324) n = 30 orang.

Untuk sampel wisatawan, pengambilan sampel menggunakan Metode Quota Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil jumlah sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Teknik penentuan sampel pada penelitian ini mengacu pada Rumus Slovin (Jongker, dkk, 2011) menyatakan bahwa:

Keterangan: N : Jumlah Populasi

n : Jumlah Sampel e : Tingkat Kesalahan

Penentuan jumlah sampel dengan populasi (N) sebanyak 500 orang, dengan asumsi tingkat kesalahan (e) = 15 % maka jumlah sampel (n) adalah:

500

n = __________________ 1 + 500 (15%)2 = 500

(11)

8 __________________

501 (0,0225)

n = 50 orang (dibulatkan).

2.3. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan beberapa teknik, sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, seperti yang disarankan oleh data (Nazir, 1988: 438). Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan suatu fenomena kemudian mengkaitkannya dengan fenomena lain melalui interpretasi untuk dideskripsikan dalam suatu kualitas yang mendekati kenyataan (Muhajir, dalam Suryasih, 2003: 39).

Dari hasil analisis yang digunakan tentang penelitian ini dipakai suatu pedoman untuk menentukan sasaran yang akan dicapai dan memberikan gambaran yang jelas. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data dilakukan dengan pemilihan, pemusatan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah yang muncul dari hasil catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu analisis guna mempertajam, mengklasifikasi, membuang yang tidak perlu, dan mengkategorisasi data, sehingga dapat ditarik simpulan.

2. Penyajian data dilakukan dengan mengkonstruksi kembali data yang telah direduksi dan disajikan dalam bentuk teks naratif.

3. Penarikan simpulan dilakukan dengan melakukan penafsiran mengenai isi ringkasan dari pembahasan.

Menurut Miles dan Huberman (1992), kegiatan analisis terdiri dari beberapa alur, yaitu: komparasi data, verifikasi, penyajian data dengan argumentasi, dan interpretasi memakai kerangka budaya masyarakat setempat. Hubungan beberapa alur tersebut secara sejajar membentuk wawasan umum yang disebut analisis. Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang, dan terus-menerus.

2. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010:132).

Setiap jawaban dari kuesioner mempunyai bobot atau skor nilai dengan Skala Likert sebagai berikut:

Tabel 1. Skala Likert

Jawaban Bobot Skor Interval

Sangat Setuju 5 4,21 – 5,00

Setuju 4 3,41 – 4,20

Cukup 3 2,61 – 3,40

Tidak Setuju 2 1,81 – 2,60

Sangat Tidak Setuju 1 1,00 – 1,80

Sumber : Sugiyono (2004:86)

Pengembangan skor dengan menggunakan metode pengukuran Skala Likert pada jawaban-jawaban wisatawan yang memiliki bobot nilai yang berbeda, yang memiliki 5 (lima) pilihan alternatif jawaban, sebagai berikut:

(12)

9 1. Skor lima untuk jawaban atau tanggapan yang sangat baik atau sangat setuju.

2. Skor empat untuk jawaban atau tanggapan yang baik atau setuju.

3. Skor tiga untuk jawaban atau tanggapan yang cukup baik atau cukup setuju. 4. Skor dua untuk jawaban atau tanggapan yang tidak baik atau tidak setuju.

5. Skor satu untuk jawaban atau tanggapan yang sangat tidak baik atau sangat tidak setuju.

Seperti dalam Tabel 1. dibuat kategori sikap untuk mengetahui intensitas sikap wisatawan dengan mencari terlebih dahulu rentang nilainya dengan rumus sebagai berikut:

Skor Tertinggi – Skor Terendah

___________________________ = Rentang / Interval Jumlah Kelas

5 – 1 ______ = 0,8 5

Berdasarkan rumus tersebut, ini berarti bahwa masing-masing kategori memiliki rentang nilai (interval) sebesar 0,8.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Sangeh merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung dan secara geografis terletak pada posisi 08029’LS dan 115012’-115013’ BT dan mempunyai wilayah seluas 13,969 ha, jumlah penduduk 4.392 orang dengan jumlah Kepala Keluarga 1.180 serta berjarak + 25 km dari Kota Denpasar. Adapun batas-batas wilayah Desa Sangeh secara administratif adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Carangsari Sebelah Timur : Desa Selat Sebelah Selatan : Desa Blahkiuh Sebelah Barat : Desa Cau Belayu

Desa Sangeh merupakan wilayah dataran sedang dengan ketinggian antara 100-150 m dpl dan menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson termasuk tipe iklim C dengan curah hujan rata-rata 2700-3200 mm per tahun, suhu udara berkisar antara 180-280C.

Secara administratif Desa Sangeh terbagi menjadi 8 (delapan) wilayah banjar, yaitu Banjar Batusari, Banjar Brahmana, Banjar Sibang, Banjar Pemijian, Banjar Muluk Babi, Banjar Pacung, Banjar Batulumbang, dan Banjar Tengah. Di samping itu wilayah ini juga terdiri dari 2 (dua) Desa Adat, yaitu Desa Adat Sangeh dan Desa Adat Gerana (Profil Desa dan Kelurahan Desa Sangeh, 2010).

3.2. Sejarah Sangeh

Berdasarkan mitologi yang diyakini oleh masyarakat Sangeh dan sekitarnya nama Sangeh erat kaitannya dengan keberadaan “Hutan Pala“, yang mana Sangeh berasal dari dua kata “Sang“ berarti “orang“ dan “Ngeh“ berarti “melihat“, Sangeh artinya orang yang melihat. Konon kayu-kayu (Pala) dalam perjalanan dari Gunung Agung (Bali Timur) menuju salah satu tempat Bali Barat, karena dalam perjalanannya ada yang melihat, akhirnya pohon-pohon tersebut berhenti di satu tempat yang sampai sekarang disebut “Sangeh“.

Di dalam Hutan Pala terdapat suatu bangunan suci, yaitu Pura Bukit Sari. Menurut sejarah keberadaan Pura Bukit Sari sangat erat kaitannya dengan Kerajaan Mengwi, di mana Pura Bukit Sari dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem Sakti, anak angkat Raja Mengwi “Cokorda Sakti Blambangan”. Konon Beliau (Anak Agung Anglurah Made Karang Asem Sakti) melakukan tapa “Rare“, yaitu bertapa sebagaimana layaknya bayi/anak-anak. Beliau mendapatkan pawisik (ilham) agar membuat Pelinggih (Pura) di Hutan Pala Sangeh, maka sejak itulah Pura Bukit Sari berdiri pas di

(13)

10 tengah-tengah Hutan Pala.

Hutan Pala Sangeh dihuni oleh kera abu ekor panjang (Macaca Fascicularis) yang jumlahnya + 600 ekor dan keberadaan merekapun tidak terlepas dari keyakinan masyarakat yang menganggap mereka adalah jelmaan Prajurit Putri yang dirubah bentuknya menjadi monyet-monyet yang menghuni Hutan Pala Sangeh. Oleh karena itu, masyarakat sekitar tidak akan berani mengganggu keberadaan kera-kera karena mereka dianggap Kera Suci yang disakralan yang membawa berkah bagi masyarakat Sangeh dan sekitarnya.

Kehidupan kera-kera tersebut layaknya kehidupan masyarakat di Bali yang mana mereka mempunyai kelompok (banjar) yang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok (banjar), yaitu: timur, tengah, dan barat, dan masing-masing kelompok akan mempunyai pemimpin masing-masing. Yang unik dari kehidupan mereka, adanya persaingan diantara pejantan-pejantan yang akan selalu bersaing di kelompoknya memperebutkan jadi Raja/Ketua dan dengan kelompok lain akan memperebutkan daerah kekuasaan, kelompok siapa yang paling kuat akan menguasai kelompok tengah, yang paling banyak sumber makananya.

Karena keberadaan Daya Tarik Wisata Sangeh sangat disakralkan oleh masyarakat Sangeh dan sekitarnya, maka bagi yang datang bulan atau yang ada kecuntakan (keluarganya ada yang meninggal) diharapkan tidak memasuki Kawasan Suci (Pura). Setiap pengunjung akan selalu ditemani berkeliling oleh pemandu-pemandu lokal guna menjaga keamanan dan kenyamanan (Profil Desa dan Kelurahan Desa Sangeh, 2010).

3.3. Pendapat Masyarakat Tentang Kuliner Lokal Sangeh

Daftar pertanyaan yang ditujukan kepada masyarakat terdiri dari 7 pertanyaan, di mana skor yang terendah adalah 1 x 7 = 7 dan skor tertinggi adalah 5 x 7 = 35. Jumlah masyarakat yang dijadikan sampel adalah 30 orang.

Untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang kuliner lokal Sangeh dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.4.1. Jenis-Jenis Kuliner Di Desa Sangeh

Untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang jenis-jenis kuliner di Desa Sangeh, dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini.

Tabel 2.Jenis-Jenis Kuliner Di Desa Sangeh

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Sate dan Rawon Babi 36 36%

2. Babi Guling 16 16% 3. Pepes Babi 12 12% 4. Nasi Sela 8 8% 5. Lawar Kuwir 8 8% 6. Lawar Sapi 6 6% 7. Lawar Kebo 5 5% 8. Sate Ayam 4 4% 9. Tipat Cantok 3 3% 10. Lawar Kambing 2 2% Jumlah 100 100%

(14)

11 kuliner lokal Sangeh sebanyak 36 orang atau 36%, yang menyatakan Babi Guling sebanyak 16 orang atau 16%, menyatakan Pepes Babi sebanyak 12 orang atau 12%, menyatakan Nasi Sela sebanyak 8 orang atau 8%, menyatakan Lawar Kuwir sebanyak 8 orang atau 8%, menyatakan Lawar Sapi sebanyak 6 orang atau 6%, menyatakan Lawar Kebo sebanyak 5 orang atau 5%, dan menyatakan Sate Ayam sebanyak 4 orang atau 4%.

3.4.2. Paket Kuliner Yang Disukai Wisatawan

Untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang paket kuliner yang disukai wisatawan, dapat dilhat pada Tabel 3. berikut ini.

Tabel 3. Paket Kuliner Yang Disukai Wisatawan

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Sate dan Rawon Babi 23 46%

2. Babi Guling 11 22%

3. Sate dan Soto Ayam 6 12%

4. Nasi Sela 4 8%

5. Lawar Kuwir 3 6%

6. Pepes Babi 3 6%

Jumlah 50 100%

Dari Tabel 3.4. terlihat bahwa masyarakat yang menyatakan Sate dan Rawon Babi merupakan paket kuliner yang disukai wisatawan sebanyak 23 orang atau 46%, yang menyatakan Babi Guling sebanyak 11 orang atau 22%, menyatakan Sate dan Soto Ayam sebanyak 6 orang atau 12%, menyatakan Nasi Sela sebanyak 4 orang atau 8%, menyatakan Lawar Kuwir sebanyak 3 orang atau 6%, dan menyatakan Pepes Babi sebanyak 3 orang atau 6%.

3.4.3. Jenis Penyuluhan Dan Pelatihan Tentang Kuliner

Untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang jenis penyuluhan dan pelatihan tentang kuliner, dapat dilhat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Jenis Penyuluhan Dan Pelatihan Tentang Kuliner

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Penyuluhan Tentang Penggunaan Bahan Pengawet

7 23%

2. Penyuluhan Tentang Sadar Wisata 3 10%

3. Tidak Menjawab 20 67%

Jumlah 30 100%

Dari Tabel 4. terlihat bahwa masyarakat yang menyatakan Penyuluhan Tentang Penggunaan Bahan Pengawet untuk jenis penyuluhan dan pelatihan tentang kuliner sebanyak 7 orang atau 23%, yang menyatakan Penyuluhan Tentang Sadar Wisata sebanyak 3 orang atau 10%, dan tidak menjawab sebanyak 20 orang atau 67%. Jadi, untuk jenis penyuluhan dan pelatihan tentang kuliner perlu lebih banyak dilaksanakan di Sangeh oleh pihak-pihak terkait.

(15)

12

3.4.4. Yang Menjadi Daya Tarik Kuliner Lokal Sangeh

Untuk mengetahui pendapat masyarakat yang menjadi daya tarik kuliner lokal Sangeh, dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Yang Menjadi Daya Tarik Kuliner Lokal Sangeh

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Rasa 25 50%

2. Harga 10 20%

3. Kombinasi Menu 10 20%

4. Porsi 5 10%

Jumlah 50 100%

Dari Tabel 5. terlihat bahwa masyarakat yang menyatakan Rasa yang menjadi daya tarik kuliner lokal Sangeh sebanyak 25 orang atau 50%, yang menyatakan Harga sebanyak 10 orang atau 20%, menyatakan Kombinasi Menu sebanyak 10 orang atau 20%, dan menyatakan Porsi sebanyak 5 orang atau 10%.

3.4.5. Kuliner Lokal Sangeh Sebagai Keperluan Upacara Agama

Untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang kuliner lokal Sangeh sebagai keperluan Upacara Agama, dapat dilhat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Kuliner Lokal Sangeh Sebagai Keperluan Upacara Agama

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Manusa Yadnya 9 30%

2. Dewa Yadnya 7 23%

3. Bhuta Yadnya 5 17%

4. Tidak Menjawab 9 30%

Jumlah 30 100%

Dari Tabel 3.7. terlihat bahwa masyarakat yang menyatakan Manusa Yadnya merupakan kuliner lokal Sangeh sebagai keperluan Upacara Agama sebanyak 9 orang atau 30%, yang menyatakan Dewa Yadnya sebanyak 7 orang atau 23%, menyatakan Bhuta Yadnya sebanyak 5 orang atau 17%, dan masyarakat yang tidak menjawab sebanyak 9 orang atau 30%.

3.4.6. Festival Kuliner Atau Event Lainnya

Untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang festival kuliner atau event lainnya, dapat dilhat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Festival Kuliner Atau Event Lainnya

(16)

13

1. Festival Pertanian Plaga 5 17%

2. Pesta Kesenian Bali 3 10%

3. Lomba Sate Lilit 2 7%

4. Tidak Menjawab 20 66%

Jumlah 30 100%

Dari Tabel 7 terlihat bahwa masyarakat yang menyatakan Festival Pertanian Plaga merupakan festival kuliner atau event lainnya sebanyak 5 orang atau 17%, yang menyatakan Pesta Kesenian Bali sebanyak 3 orang atau 10%, menyatakan Lomba Sate Lilit sebanyak 2 orang atau 7%, dan masyarakat yang tidak menjawab sebanyak 20 orang atau 66%.Jadi, festival kuliner atau event lainnya perlu lebih banyak lagi diadakan untuk menjadi media/saluran memperkenalkan kuliner lokal Sangeh.

3.5. Tanggapan Wisatawan Terhadap Kuliner Lokal Sangeh

Daftar pertanyaan yang ditujukan kepada masyarakat terdiri dari 7 pertanyaan, di mana skor yang terendah adalah 1 x 7 = 7 dan skor tertinggi adalah 5 x 7 = 35. Jumlah masyarakat yang dijadikan sampel adalah 50 orang.

Untuk mengetahui pendapat wisatawan tentang kuliner lokal Sangeh dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1. Yang Menjadi Daya Tarik Berkunjung Ke Sangeh

Untuk mengetahui pendapat wisatawan yang menjadi daya tarik berkunjung ke Sangeh, dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Yang Menjadi Daya Tarik Berkunjung Ke Sangeh

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Kuliner Lokal Sangeh 25 50%

2. Hutan Pala dan Kera 21 42%

3. Taman Mumbul 4 8%

Jumlah 50 100%

Dari Tabel 8 terlihat bahwa wisatawan yang menyatakan Kuliner Lokal Sangeh yang menjadi daya tarik berkunjung ke Sangeh sebanyak 25 orang atau 50%, yang menyatakan Hutan Pala dan Kera sebanyak 21 orang atau 42%, dan menyatakan Taman Mumbul sebanyak 4 orang atau 8%.

3.5.2. Tetap Memilih Menu Lokal Sangeh Ketika Berkunjung

Untuk mengetahui pendapat wisatawan tetap memilih menu lokal Sangeh ketika berkunjung, dapat dilihat pada Tabel 9. berikut ini.

Tabel 9. Tetap Memilih Menu Lokal Sangeh Ketika Berkunjung

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Ya 43 86%

2. Tidak 1 2%

3. Tidak Menjawab 6 12%

(17)

14 Dari Tabel 9 terlihat bahwa wisatawan yang menyatakan Ya, tetap memilih menu lokal Sangeh ketika berkunjung sebanyak 43 orang atau 86%, yang menyatakan Tidak sebanyak 1 orang atau 2%, dan wisatawan yang tidak menjawab sebanyak 6 orang atau 12%. Jadi, terlihat bahwa wisatawan yang datang ke Sangeh akan tetap memilih menu lokal Sangeh untuk kebutuhan makan dan minum mereka.

3.5.3. Memberikan Rekomendasi Untuk Mencoba Menu Lokal Sangeh

Untuk mengetahui pendapat wisatawan akan memberikan rekomendasi untuk mencoba menu lokal Sangeh, dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Memberikan Rekomendasi Untuk Mencoba Menu Lokal Sangeh

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Ya 44 88%

2. Tidak - -

3. Tidak Menjawab 6 12%

Jumlah 50 100%

Dari Tabel 10 terlihat bahwa wisatawan yang menyatakan Ya, untuk memberikan rekomendasi untuk mencoba menu lokal Sangeh sebanyak 44 orang atau 88% dan wisatawan yang tidak menjawab sebanyak 6 orang atau 12%. Jadi, kualitas menu dan kualitas pedagang perlu dijaga dan ditingkatkan agar wisatawan tetap memilih menu lokal Sangeh.

3.5.4. Kebersihan Dan Sanitasi Menu Lokal Sangeh

Untuk mengetahui pendapat wisatawan tentang kebersihan dan sanitasi menu lokal Sangeh, dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Kebersihan Dan Sanitasi Menu Lokal Sangeh

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Sangat Baik 10 20%

2. Baik 29 58%

3. Cukup 11 22%

4. Tidak Baik - -

5. Sangat Tidak Baik - -

Jumlah 50 100%

Dari Tabel 11 terlihat bahwa wisatawan yang menyatakan Sangat Baik kebersihan dan sanitasi menu lokal sangeh sebanyak 10 orang atau 20%, yang menyatakan Baik sebanyak 29 orang atau 58%, dan menyatakan Cukup sebanyak 11 orang atau 22%.

3.5.5. Kenyamanan Tempat Menikmati Menu Lokal Sangeh

Untuk mengetahui pendapat wisatawan tentang kenyamanan tempat menikmati menu lokal Sangeh, dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

(18)

15

Tabel 12. Kenyamanan Tempat Menikmati Menu Lokal Sangeh

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Sangat Nyaman 11 22%

2. Nyaman 27 54%

3. Cukup 12 24%

4. Tidak Nyaman - -

5. Sangat Tidak Nyaman - -

Jumlah 50 100%

Dari Tabel 12 terlihat bahwa wisatawan yang menyatakan Sangat Nyaman untuk tempat menikmati menu lokal Sangeh sebanyak 11 orang atau 22%, yang menyatakan Nyaman sebanyak 27 orang atau 54%, dan menyatakan Cukup sebanyak 12 orang atau 24%.

3.5.6. Pelayanan Dari Pedagang Menu Lokal Sangeh

Untuk mengetahui pendapat wisatawan tentang pelayanan dari pedagang menu lokal Sangeh, dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Pelayanan Dari Pedagang Menu Lokal Sangeh

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Sangat Baik 13 26%

2. Baik 32 64%

3. Cukup 5 10%

4. Tidak Baik - -

5. Sangat Tidak Baik - -

Jumlah 50 100%

Dari Tabel 12 terlihat bahwa wisatawan yang menyatakan Sangat Baik pelayanan dari pedagang menu lokal Sangeh sebanyak 13 orang atau 26%, yang menyatakan Baik sebanyak 32 orang atau 64%, dan menyatakan Cukup sebanyak 5 orang atau 10%.

3.5.7. Daya Tarik Menu Lokal Sangeh

Untuk mengetahui pendapat wisatawan tentang daya tarik menu lokal Sangeh, dapat dilhat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13.Daya Tarik Menu Lokal Sangeh

No. Kuliner Sangeh Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Rasa 18 36%

2. Harga 14 28%

3. Kombinasi Menu 13 26%

4. Porsi 3 6%

(19)

16

Jumlah 50 100%

Dari Tabel 13 terlihat bahwa wisatawan yang menyatakan Rasa sebagai daya tarik menu lokal Sangeh sebanyak 18 orang atau 36%, yang menyatakan Harga sebanyak 14 orang atau 28%, menyatakan Kombinasi Menu sebanyak 13 orang atau 26%, menyatakan Porsi sebanyak 3 orang atau 6%, dan menyatakan Penampilan Menu sebanyak 2 orang atau 4%.

3.6. Kendala Pengembangan Kuliner Lokal Dalam Menunjang Pariwisata Kerakyatan Berkelanjutan Di Desa Sangeh

Untuk mendukung pengembangan kuliner lokal dalam menunjang pariwisata kerakyatan berkelanjutan di Desa Sangeh masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan dibenahi, seperti: peningkatan kualitas kuliner dan sumber daya manusianya, fasilitas pendukung, sarana/prasarana, pelatihan, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya sesuai dengan hasil analisis data yang diperoleh di lapangan, ada beberapa kendala dalam pengembangan kuliner lokal Sangeh, sebagai berikut:

3.6.1. Kurangnya Pembeli

Wisatawan yang datang ke Sangeh tujuannya adalah untuk melihat keberadaan Monyet dan Hutan Pala yang ada di Sangeh, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Sangeh hanya membutuhkan waktu beberapa menit, kurang lebih 45-60 menit untuk dapat mengelilingi Hutan Pala dan melihat keberadaan monyet-monyet yang ada di dalamnya. Wisatawan yang datang sebagian besar menggunakan Biro Perjalanan untuk datang ke Sangeh. Setelah mereka berkunjung ke Sangeh akan melanjutkan lagi perjalanan wisatanya ke daya tarik wisata yang lainnya, sesuai paket yang ditawarkan oleh Pihak Biro Perjalanan. Dari Biro Perjalanan tentunya sudah diatur tentang jadwal perjalanan wisatawan termasuk kebutuhan makan dan minumnya selama melaksanakan Paket Tour tersebut. Kuliner lokal yang ada di Desa Sangeh sebagian besar dikelola oleh masyarakat lokal yang tentunya dari segi pengetahuan dan pemahaman tentang penyediaan, pelayanan kuliner untuk wisatawan masih minim, sehingga untuk standar internasional yang diisyaratkan belum secara optimal dapat diterapkan, sehingga belum dapat menarik minat wisatawan, khususnya wisatawan asing untuk dapat menikmati kuliner lokal di Desa Sangeh termasuk juga paket dari Biro Perjalanan belum banyak memasukkan kuliner lokal Sangeh sebagai paket makan dan minum ketika wisatawan berkunjung ke Sangeh. Hal ini, menyebabkan kendala masih kurangnya pembeli terhadap kuliner lokal Sangeh, di mana hal ini perlu kajain yang lebih mendalam lagi untuk dapat menjadikan kuliner lokal Sangeh sebagai kuliner lokal tetapi bercita rasa internasional dan pelayanan internasional.

3.6.2. Harga Bahan Baku Yang Tidak Stabil

Masalah harga bahan pokok di Indonesia menjadi hal yang perlu untuk dicarikan solusi yang tepat, karena harga bahan pokok kadang-kadang tidak menentu dan tidak stabil, tidak terkecuali di Bali. Hal ini, juga berpengaruh terhadap para penjual menu kuliner lokal di Sangeh yang mengandalkan bahan baku untuk diolah dan dijual dari pasar yang menyediakan bahan baku tersebut. Sedikit dari para penjual menu lokal Sangeh yang menyediakan bahan bakunya langsung dari mereka sendiri, seperti misalnya untuk daging babi mereka pelihara babi, untuk daging kambing mereka pelihara kambing, dan sebagainya, mereka tidak lakukan seperti itu, para penjual kuliner lokal membeli bahan baku di pasar.

Harga kuliner yang mereka tawarkan sesuai dengan harga bahan baku yang ada di pasar. Karena bahan baku yang kadang-kadang tidak stabil, para penjual kuliner biasanya bermain di porsi untuk tetap bisa mempertahankan harga yang sudah berlaku atau mereka menaikkan harga kulinernya. Hal ini, menjadi kendala untuk para penjual karena para pelanggan menjadi tidak puas ketika harga yang ditawarkan selalu berubah dan porsi menu yang ditawarkan juga sering berubah. Padahal yang

(20)

17 menjadi daya tarik para pelanggan untuk kuliner lokal Sangeh adalah harga, di samping daya tarik yang lain sesuai hasil analisis data. Artinya, harga yang ditawarkan sesuai dengan porsi dan kemampuan para pelanggan yang datang ke Sangeh.

3.6.3. Persaingan Antar Pedagang

Di Desa Sangeh terdapat banyak penjual kuliner lokal, dengan berbagai jenis menu yang ditawarkan, seperti daging babi, daging ayam, daging kambing, daging kuwir, daging kerbau, dan sebagainya. Dengan banyaknya variasi menu yang ditawarkan, berbagai strategi dilakukan oleh para pedagang untuk dapat menarik minat pelanggan untuk memilih menu yang ditawarkan para penjual kuliner ini. Dari variasi harga, kombinasi menu, penampilan menu, rasa, pelayanan kepada pelanggan, dan sebagainya, menyebabkan terjadinya persaingan diantara para penjual kuliner di Sangeh. Hal ini, menjadi kendala dalam pengembangan menu kuliner lokal Sangeh karena akan dapat mengurangi kualitas dan kuantitas menu demi mendapatkan keuntungan jangka pendek dan menjadi permasalahan untuk kelangsungan kuliner lokal Sangeh untuk jangka panjang.

3.6.4. Kurangnya Promosi

Sebuah produk untuk dapat dikenal oleh pelanggan atau wisatawan tentunya harus melalui promosi yang efektif dan efisien yang dilakukan dengan berbagai media, seperti: internet, media massa, brosur, pamphlet, dari mulut ke mulut, dan sebagainya, yang tujuannya adalah untuk memperkenalkan suatu produk yang dihasilkan. Kuliner lokal Sangeh sebagai sebuah produk lokal dalam pemasarannya masih menggunakan sistem tradisional dan konvensional untuk memperkenalkan produk, yaitu hanya diperkenalkan melalui pelanggan atau wisatawan yang datang membeli kuliner dari penjual, apalagi dengan persaingan antar pedagang yang begitu ketat menyebabkan jangkauan pemasaran kuliner lokal Sangeh menjadi terbatas. Promosi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait terhadap kuliner lokal Sangeh belum banyak dilakukan, sehingga hal ini menjadi kendala dalam pemasaran produk kuliner lokal Sangeh, sehingga masih kalah bersaing dengan produk-produk kuliner lokal daerah lainnya.

3.6.5. Tempat Berjualan Kurang Strategis

Para penjual kuliner lokal Sangeh masih mendapatkan kendala dalam membuka usaha mereka untuk berjualan kuliner lokal Sangeh, yaitu dalam mencari tempat untuk berjualan, di mana kebanyakan dari masyarakat yang berjualan kuliner menggunakan rumahnya sebagai tempat berjulaan, di mana kebanyakan rumah-rumah mereka berada di daerah yang kurang strategis untuk membuka usaha. Dari kurangnya promosi, persaingan antar pedagang, dan tempat berjualan yang kurang strategis menjadikan perkembangan kuliner lokal Sangeh menjadi terkendala dan akan kalah bersaing dengan kuliner lokal daerah lain. Karena tempat berjualan yang kurang strategis menjadikan pula pelayanan yang kurang baik, kenyamanan para pelanggan dan wisatawan menjadi kurang.

3.6.6. Kurangnya Pelatihan Dan Pemahaman Berkaitan Kuliner Lokal

Dari hasil analisis kuesioner, didapatkan hasil bahwa pelatihan berkaitan dengan kuliner lokal di Sangeh masih sangat kurang dan media-media untuk mempromosikan kuliner lokal Sangeh juga masih kurang, sehingga hal ini, menjadi kendala dalam peningkatan kualitas dan pemahaman masyarakat tentang kuliner, berkaitan dengan kebersihan, sanitasi/hygiene, cara pengolahan, cara pelayanan, kandungan gizi, cara-cara penyimpanan, dan sebagainya. Padahal variasi menu lokal yang ada di Sangeh sangat banyak dan beragam, di mana sebenarnya hal ini, dapat menjadi kekuatan dan peluang untuk dapat mengembangkan kuliner lokal Sangeh bahkan skala internasional. Diperlukan pemahaman dan pengetahuan dari masyarakat untuk dapat mengembangkan kuliner lokal Sangeh lebih profesional lagi, langkah atau usaha yang perlu dilakukan adalah lebih sering mengadakan pelatihan berkaitan dengan kuliner serta lebih banyak diadakan event-event yang berkaitan dengan kuliner, seperti: festival kuliner, pameran produk kuliner lokal, bahkan dapat mengikuti event kuliner sampai skala nasional dan skala internasional untuk memperkenalkan keunikan dan kekhasan dari

(21)

18 kuliner lokal Sangeh.

3.7. Peran Serta Dan Partisipasi Masyarakat Desa Sangeh Dalam Mengembangkan Kuliner Lokal Di Desa Sangeh

Masyarakat Desa Sangeh dalam mengembangkan kuliner lokal Sangeh dilakukan dengan beberapa usaha yang tentunya masih dengan cara yang konvensional, karena pemahaman yang dimiliki masyarakat masih sebatas tingkat yang standar, di mana peran serta masyarakat dan partisipasi masyarakat Desa Sangeh didasari oleh kemampuan berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan dan rasakan ketika mengembangkan kuliner lokal menjadi pendukung daya tarik wisata di Sangeh. Peran serta dan partisipasi masyarakat Sangeh dalam mengembangkan kuliner lokal di Desa Sangeh, sebagai berikut:

3.7.1. Faktor Niskala

Masyarakat Desa Sangeh dalam mengembangkan usaha kuliner mereka sangat percaya dengan keyakinan terhadap hal-hal yang bersifat niskala, di mana dalam pengembangan setiap usaha apapun harus tetap memohon tuntunan dan anugerah dari niskala, dalam hal ini keyakinan masyarakat Desa Sangeh adalah terhadap Leluhur, sehingga masyarakat dalam menjalankan usahanya sangat percaya bahwa keberuntungan dan nasib menjalankan usahanya sudah diatur sesuai dengan karma masing-masing, hal inilah yang menjadi dasar masyarakat untuk mengembangkan kuliner lokal, dengan hal yang mendasar adalah tetap menjalankan keyakinan mereka untuk percaya kepada Leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pengatur alam dan sebagai penentu setiap gerak dari makhluk hidup yang ada di alam ini.

Masyarakat Desa Sangeh tetap akan mengembangkan kuliner lokal Sangeh karena kuliner juga sebagai persembahan terhadap Leluhur dalam berbagai kegiatan keagamaaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Sangeh. Dengan banyaknya tempat-tempat untuk menyediakan kuliner lokal Sangeh dengan berbagai jenis, dengan berbagai variasi menu, dengan berbagai rasa, dan sebagainya, tetapi masyarakat tetap menjalankan usaha kuliner dengan baik dan dengan sebuah keyakinan bahwa rejeki sudah ada yang mengatur, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Hal inilah yang menjadikan usaha kuliner masyarakat Sangeh berkembang secara mengalir dan pasar yang menilai sesuai dengan usaha masing-masing dan tidak terkecuali juga dengan keberuntungan masing-masing.

3.7.2. Menjaga Kualitas Menu dan Bahan

Masyarakat Desa Sangeh dalam mempertahankan kualitas kuliner lokal Sangeh melakukan usaha tetap menjaga kualitas menu dan kualitas bahan yang digunakan, meskipun dari segi keuntungan yang didapat tidak terlalu banyak, tetapi mereka mempunyai prinsip bahwa kuliner atau makanan adalah merupakan persembahan atau yadnya yang akan memberikan dampak terhadap kelangsungan atau daya tarik kuliner lokal atau usaha kuliner masyarakat apabila dijalankan dengan kejujuran. Hal ini, yang mendorong masyarakat untuk tetap menggunakan bahan yang baik dan pengolahan yang baik, sehingga kualitas menu yang dihasilkan menjadi halal, baik halal secara nyata dan halal secara spiritual.

Pelanggan atau wisatawan yang menikmati kuliner lokal Sangeh akan mendapatkan kepuasan dan keinginan untuk tetap menikmat kuliner Sangeh dengan didukung kualitas menu yang disajikan, sehungga banyak daerah-daerah lain yang menyajikan masing-masing kuliner lokalnya tetapi tetap pelanggan atau wisatawan datang ke Sangeh untuk menikmati kuliner lokal Sangeh.

3.7.3. Realistis Dalam Menentukan Target Pasar

(22)

19 tertentu untuk wisatawan tertentu yang disasar, di mana mereka berpikiran realistis dalam menentukan target pasar dikarenakan menu lokal berbeda dengan menu internasional yang harganya ditentukan dan cenderung lebih tinggi dari kuliner lokal Sangeh, sehingga masyarakat dengan menentukan harga yang tidak terlalu tinggi akan dapat menarik pelanggan dari kalangan masyarakat biasa atau wisatawan lokal, yang mana pelanggan tersebut sangat potensial dan tentunya akan secara berulang-ulang akan menikmati kuliner lokal Sangeh. Kalau hanya menyasar wisatawan asing, maka kuantitas menu yang laku akan rendah karena wisatawan asing tidak sebanyak pelanggan lokal yang datang ke Sangeh untuk menikmati menu lokal, hal ini juga dikarenakan dari travel agent yang memandu wisatawan asing juga sudah mempunyai tempat-tempat khusus untuk makan wisatawan tersebut.

3.7.4. Mempertahankan Ciri Khas Menu

Beragam kuliner lokal Sangeh yang disajikan oleh masyarakat, sehingga untuk dapat menarik pelanggan atau wisatawan untuk memilih menu yang mereka sajikan adalah dengan cara mempertahankan ciri khas menu karena menu-menu yang disajikan beragam serta banyak menu sejenis yang disajikan di banyak tempat, masyarakat Sangeh menyikapi dengan tidak meniru atau sama dengan menu lain yang disajikan meskipun sejenis, mereka tetap membawa ciri khas menu mereka masing-masing, baik dari segi rasa, tekstur, cara penyajian, kombinasi menu, porsi, dan sebaginya, sehingga pelanggan atau wisatawan dapat memilih menu sesuai selera mereka masing-masing yang bisa dipilih berdasarkan cita rasa dan ciri masing-masing-masing-masing menu lokal yang disajikan masyarakat. Hal ini, sangat memberikan keberagaman dan khasanah menu yang berbeda dengan sentuhan keterampilan masing-masing masyarakat dalam mengolah dan menyajikan menu lokal Sangeh.

3.7.5. Menentukan Harga Yang Terjangkau

Sangeh sebagai sebuah daya tarik wisata sudah sangat dikenal oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Selain daya tarik kera beserta hutan pala, Sangeh kini sudah mempunyai daya tarik alternatif, yaitu Taman Mumbul dan kuliner lokal Sangeh, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Sangeh untuk menikmati keindahan daya tarik Sangeh juga mereka sekaligus menikmati sajian menu kuliner lokal Sangeh. Masyarakat Sangeh untuk dapat menarik pelanggan atau wisatawan menikmati usaha kuliner lokal yang mereka jalankan, dengan cara menentukan harga yang terjangkau, maksudnya adalah terjangkau untuk kalangan biasa tidak menentukan harga dengan level harga untuk wisatawan asing karena target pasar yang potensial adalah pelanggan lokal atau wisatawan lokal. Selain rasa yang menjadi penarik dari kuliner lokal Sangeh adalah harga. Masyarakat berprinsip bahwa untuk menjalankan kegiatan usaha kuliner lokal adalah “kecil tetapi panjang” tidak “besar tapi pendek”, maksudnay adalah meskipun keuntungan yang didapat tidak terlalu besar tetapi usaha mereka tetap diminati oleh pelanggan untuk jangka waktu yang lama. Karena keberlanjutan ini yang diharapkan oleh masyarakat dan juga keberlanjutan dari perkembangan daya tarik Sangeh.

3.7.6. Kecenderungan Promosi Dari Mulut ke Mulut

Mayarakat Sangeh masih mengandalkan cara mempromosikan kuliner lokal Sangeh dengan cara dari mulut ke mulut. Menu lokal ini diperkenalkan kepada pelanggan atau wisatawan yang datang dan menikmati kuliner lokal tersebut dari pelanggan atau wisatawan yang datang sebelumnya, sehingga kualitas menu, ciri khas menu, cita rasa, dan sebagainya sangat diperhatikan oleh masyarakat. Pelanggan akan tetap datang ke suatu tempat kuliner yang sesuai dengan selera mereka dan bahkan hal tersebut terjadi secara berulang-ulang atau bahkan menjadi pelanggan tetap dan pelanggan setia. Di samping itu, informasi yang diberikan oleh pelanggan setia ini kepada orang lain akan memberikan dampak yang besar terhadap menu yang disajikan karena tidak saja hanya memberikan informasi bahkan juga yang tergolong pelanggan setia tersebut akan mengajak orang lain untuk datang ke tempat usaha kuliner masyarakat untuk menikmati kuliner lokal yang disajikan. Kecenderungan ini memberikan nuansa yang berbeda terhadap perkembangan dan keberlanjutan masing-masing kuliner lokal di Sangeh karena ada beberapa usaha kuliner yang dijalankan bahkan mempunyai pelanggan

(23)

20 fanatik, jadi ketika mereka membicarakan kuliner langsung muncul di benak mereka adalah satu tempat yang menjadi favorit mereka, hal ini dalam jangka panjang dapat menjadi sebuah branding kuliner dari masing-masing tempat yang ada sesuai dengan pola dan tipe masyarakat dalam memberikan pelayanan dan memberikan emphati kepada pelanggan.

3.7.7. Menaikkan Harga Secara Berkala

Pelanggan atau wisatawan yang menikmati menu kuliner lokal Sangeh adalah dominan wisatawan lokal, sehingga faktor harga menjadi daya tarik pelanggan untuk menikmati menu kuliner Sangeh karena masih terjangkau menurut kemampuan para pelanggan. Tetapi, di sisi lain harga-harga bahan pembuatan menu kuliner Sangeh juga tidak stabil, kadang-kadang naik, kadang-kadang turun, sehingga terjadi kesulitan dari masyarakat untuk menentukan harga karena situasi tersebut. Untuk tetap dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan wisatawan, maka masyarakat tidak serta merta menaikkan harga kuliner tersebut meskipun ketika itu harga bahan-bahan untuk pembuatan dan mengolah kuliner lokal sedang naik tetapi tetap mempertahankan harga karena ketika harga bahan-bahan untuk mengolah kuliner turun, di sana masyarakat mengkompensasikan untuk mendapat keuntungan. Secara jangka panjang, masyarakat Sangeh berkaitan dengan harga kuliner akan menaikkan harga secara berkala, misalnya dalam hitungan tahun harga kuliner yang mereka tawarkan akan naik tetapi kenaikan harganya tidak drastis. Hal inilah, yang dilakukan oleh masyarakat untuk tetap eksis dalam menarik minat pelanggan atau wisatawan untuk tetap memilih menu kuliner lokal Sangeh.

3.7.8. Penataan Tempat dan Kualitas Pelayanan

Masyarakat Sangeh di dalam mempertahankan para pelanggan atau wisatawan untuk memilih kuliner lokal, selain berfokus pada menu kulinernya sendiri juga memperhatikan faktor lain, seperti penataan tempat untuk menerima pelanggan dan memperhatikan kualitas pelayanan. Di mana tempat yang strategis, terdapat lahan parkir yang memadai, tersedianya toilet, tertatanya meja yang dapat menimbulkan kenyamanan, dan sebagainya menjadi hal yang diperhatikan oleh masyarakat Sangeh serta bersikap ramah, cepat memberikan pelayanan, menjaga kebersihan, dan sebagainya juga sangat berpengaruh di dalam memikat hati para pelanggan atau wisatawan untuk senantiasa memilih kuliner yang mereka tawarkan. Apalagi persaingan saat ini sangat ketat dan sangat kompetitif, sehingga membutuhkan hal-hal yang khusus untuk dapat memenangkan persaingan tersebut. Jadi, masyarakat di dalam menata tempat dan memberikan kualitas pelayanan berdasarkan dengan kemampuan dan pemahaman yang mereka miliki, selanjutnya tergantung dari pelanggan atau wisatawan yang menentukan pilihan mereka.

3.7.9. Mengefektifkan Media Sosial

Media sosial ini sangat digandrungi oleh masyarakat luas, bukan hanya dari kalangan anak muda saja termasuk orang-orang tua sangat menggandrungi media sosial tersebut. Ada banyak media sosial yang dikenal masyarakat, yaitu: facebook, whatsapp, line, twitter, instragram, dan lain-lain. Masyarakat Sangeh untuk memperkenalkan kuliner lokal Sangeh, selain yang banyak dilakukan adalah dari mulut ke mulut, juga masyarakat memanfaatkan media sosial ini sebagai media promosi. Apalagi media sosial yang ada saat ini bisa memberikan informasi secara berantai dari satu pengguna ke pengguna lainnya. Dengan demikian, masyarakat Sangeh memasukkan konten tentang kuliner yang disiapkan, tentang harga, tampilan menu, dan sebagainya kemudian akan dapat dilihat oleh masyarakat umum, sehingga ada rasa ingin mencoba dan datang ke Sangeh untuk menikmati menu kuliner lokal Sangeh. Dari beragam pilihan kuliner lokal di Sangeh pada akhirnya pelanggan atau wisatawan yang dapat menentukan pilihan mereka sesuai selera dari masing-masing pelanggan ketika menikmati kuliner lokal Sangeh meskipun konten yang dimasukkan di media sosial semuanya baik dan kompetitif tetapi antara di media sosial dengan kenyataan pasti akan berbeda dan pelanggan atau wisatawan yang menjadi penentunya di lapangan.

(24)

21 Kuliner lokal Sangeh di dalam perkembangannya, tidak hanya dinikmati oleh pelanggan atau wisatawan yang datang langsung ke Sangeh, baik secara perorangan, berkelompok atau rombongan tetapi juga menjadi keperluan untuk acara-acara khusus yang diadakan, baik di Desa Sangeh maupun sampai di luar Desa Sangeh. Hal ini, sebagai langkah atau usaha masyarakat memperkenalkan kuliner lokal Sangeh. Pelanggan yang memesan paket menu kuliner Sangeh ada yang datang secara langsung untuk mengambil paket menu tersebut dan ada juga yang diantar paket menu tersebut ke tempat acara tertentu. Ada beberapa acara tertentu yang biasanya menggunakan paket menu kuliner Sangeh, seperti: Dewa Yadnya, Manusa Yadnya. Dengan adanya penjualan paket menu kuliner tersebut akan memberikan keuntungan kepada masyarakat karena kegiatan upacara tersebut biasanya dilakukan secara rutin dan diadakan di berbagai daerah, sehingga pelayanan yang baik tentunya akan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan pada nantinya secara berkelanjutan akan tetap membutuhkan paket kuliner lokal Sangeh yang sekaligus memperkenalkan kuliner lokal Sangeh ke berbagai daerah dan ke berbagai kesempatan.

3.8. Pengembangan Kuliner Lokal Untuk Menunjang Pariwisata Kerakyatan Berkelanjutan Di Desa Sangeh Kabupaten Badung

Untuk mempertahankan eksistensi kuliner lokal Sangeh sebagai penunjang pariwisata di Sangeh, maka diperlukan usaha atau strategi agar kuliner lokal Sangeh dapat eksis di tengah perkembangan modernisasi yang melanda hampir sebagian besar Pulau Bali, sehingga kuliner lokal Sangeh dapat mempertahankan ciri khasnya dan esensinya tetapi di sisi lain kuliner lokal juga bisa beradaptasi dengan modernisasi atau dengan kata lain menu lokal tetapi bercita rasa internasional. Strategi dari masyarakat Sangeh untuk mengembangkan kuliner lokal untuk menunjang pariwisata berkelanjutan di Desa Sangeh Kabupaten Badung, yaitu:

3.8.1. Mengadakan Pelatihan Tentang Kuliner Lokal

Kualitas sumber daya manusia untuk mempertahankan kuliner lokal Sangeh sangat diperlukan karena kuliner lokal banyak juga ditemukan di berbagai daerah di Bali, sehingga untuk mempertahankan dan mengembangkan kuliner lokal diperlukan sumber daya yang kuat dan terampil. Program pelatihan kepada masyarakat Sangeh berkaitan dengan kuliner lokal adalah tentang sanitasi/hygiene, tentang rasa, cara penyajian, kandungan gizi, cara pelayanan, dan sebagainya. Dengan berbagai program pelatihan yang diberikan kepada masyarakat Sangeh diharapkan akan memberikan kepuasan dan kenyamanan kepada pelanggan atau wisatawan menikmati kuliner lokal Sangeh, sehingga kuliner lokal Sangeh tetap dapat menjadi kuliner masyarakat dan dapat dikenal dan diminati oleh wisatawan.

Pelatihan tentang kuliner lokal bekerja sama dengan Perguruan Tinggi, pihak industri, praktisi, dan pihak pemerintah daerah. Pelatihan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat, khususnya karang taruna, Ibu-Ibu PKK, serta industri kuliner di Sangeh, sehingga potensi kuliner lokal Sangeh dapat lebih banyak dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat Sangeh sendiri, sehingga membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat. Dengan didukung hospitality yang baik, Sangeh sebagai sebuah daya tarik wisata dapat menjadi kenangan yang tidak akan pernah dilupakan dan wisatawan akan selalu datang bekunjung ke Sangeh sekaligus menikmati kuliner lokal Sangeh.

3.8.2. Tetap Mempertahankan Ciri Khas Kuliner Lokal Sangeh

Sebagai kuliner lokal, tentunya mempunyai ciri khas tersendiri yang menjadi identitas dari kuliner lokal Sangeh. Sehingga, ciri khas tersebut yang membedakan kuliner lokal Sangeh dengan kuliner-kuliner lokal daerah-daerah lainnya. Cita rasa dari kuliner-kuliner lokal Sangeh merupakan hasil turun-temurun dari Para Tetua Sangeh, di mana fungsi utama dari kuliner lokal Sangeh dipergunakan

(25)

22 sebagai Yadnya atau persembahan di dalam Upacara Keagamaan. Dalam perkembangannya, kuliner lokal menjadi pendukung pengembangan kepariwisataan di Sangeh, apalagi Sangeh menjadi daya tarik wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Termasuk kuliner lokal Sangeh ini menjadi daya tarik untuk menarik wisatawan datang berkujung ke Sangeh. Hal ini, menjadikan kuliner lokal sebagai produk wisata yang perlu dikembangkan dan dikelola dengan baik dan profesional. Agar dapat menjadi daya tarik khusus, maka kuliner lokal Sangeh yang mempunyai cita rasa tertentu harus dipertahankan ciri khasnya, sehingga kalau pelanggan atau wisatawan menginginkan cita rasa seperti yang dimiliki kuliner lokal Sangeh, maka pelanggan atau wisatawan mesti datang ke Sangeh, dan termasuk juga masing-masing daerah mempunyai cita rasa kuliner masing-masing. Strategi inilah yang diterapkan oleh masyarakat Sangeh untuk mengembangkan kuliner lokal Sangeh, tetap menjaga Warisan Leluhur terhadap kuliner lokal, dan menyajikan kepada pelanggan aau wisatawan sesuai dengan cita rasa dan ciri khas tersebut, sehingga tidak meniru atau menduplikasi dari kuliner lokal daerah lain dan tetap bangga dengan kuliner lokal Sangeh.

3.8.3. Membentuk Pengelola Kuliner Lokal Sangeh

Pengembangan kuliner lokal Sangeh memerlukan perencanaan yang baik dengan melibatkan masyarakat sebagai inti dalam pengembangan dan pengelolaannya. Mulai dari penyiapan sumber daya manusia, bahan-bahan yang diperlukan, kebersihan dan sanitasi, tata cara pengolahan, dan sebagainya. Hal ini, diperlukan pengelola khusus untuk kuliner lokal Sangeh yang bertugas merencanakan, mempersiapkan, dan mengkoordinir aktivitas pengembangan kuliner lokal Sangeh. Pengelola dibentuk dari masyarakat Sangeh, sehingga akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat memahami dan mendapat pengetahuan tentang kuliner dan juga lebih meningkatkan partisipasi masyarakat. Di samping itu, juga memudahkan dalam hal koordinasi antar masyarakat karena mereka merasa menjadi bagian dari pengembangan dan pengelolaan kuliner lokal Sangeh serta secara aktif mengembangkannya sebagai pelaku yang akan mendapatkan manfaat dari perkembangan kuliner lokal Sangeh.

Pengelola kuliner lokal Sangeh akan dapat mengontrol pengembangan dan pengelolaan kuliner Sangeh secara langsung, sehingga dampak dan kebutuhan dalam implementasinya akan segera bisa diatasi dan dipersiapkan dan juga dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan pemanfaatannya secara baik kepada masyarakat dan membuat aturan-aturan yang dapat diterima seluruh masyarakat Sangeh untuk kesejahteraan masyarakat Sangeh.

3.8.4. Rutin Mengadakan dan Mengikuti Festival atau Pameran Kuliner Lokal

Untuk memperkenalkan kuliner lokal Sangeh diperlukan media-media yang menjadi sarana untuk memperkenalkannya, seperti pameran-pameran atau festival-festival yang berkaitan dengan kuliner. Karena dalam perkembangannya, kuliner lokal Sangeh yang esensinya adalah merupakan persembahan atau Yadnya tetapi dalam perkembangannya menjadi daya tarik yang diminati oleh pelanggan atau wisatawan. Juga kuliner bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan primer saja tetapi kuliner juga sebagai sebuah prestise atau tingkatan kelas seseorang yang menikmati kuliner tersebut. Hal inilah yang dijadikan peluang oleh masyarakat Sangeh untuk menangkap peluang tersebut untuk memperkenalkan dan mengembangkan kuliner lokal Sangeh sebagai salah satu daya tarik Desa Sangeh, sehingga di Sangeh wisatawan mempunyai banyak alternatif pilihan untuk melakukan kegiatan wisatanya. Degan rutin mengikuti pameran atau festival yang berkaitan dengan kuliner, maka kuliner lokal Sangeh akan dikenal secara luas dan menjangkau pemasaran secara internasional, hal ini menjadikan kuliner lokal Sangeh sebagai sebuah produk wisata yang perlu diperhitungkan keberadaannya yang menjadi kebanggaan masyarakat Sangeh. Di samping itu, perkembangan kuliner lokal Sangeh dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat Sangeh dalam memberikan peningkatan pendapatan kepada masyarakat Sangeh dan dapat membuka lapangan kerja lokal yang sangat diperlukan untuk mengurangi dan menekan angka pengangguran serta sekaligus mendukung program pemerintah berkaitan dengan perkembangan kewirausahaan lokal dengan memanfaatkan potensi lokal Sangeh. Potensi lokal Sangeh, khususnya kuliner lokal Sangeh dapat menjadi produk

(26)

23 atau bidang usaha yang dapat membangkitkan perekonomian lokal Desa Sangeh.

3.8.5. Mengadakan Promosi

Untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan kuliner lokal Sangeh diperlukan kegiatan promosi sebagai jembatan produk kuliner lokal dan layanan yang langsung menuju ke konsumen. Program pengembangan kuliner lokal Sangeh adalah melakukan promosi yang efektif. Sangeh sebagai daya tarik sudah sangat dikenal bahkan oleh Dunia Internasional tetapi produk kuliner lokal Sangeh dan paket kuliner lokal yang perlu dipromosikan kepada pelanggan atau wisatawan. Sehingga, perlu dibuatkan program promosi yang efektif. Promosi yang dilakukan masyarakat Sangeh adalah melalui media brosur, media internet, sosial media, mengadakan dan mengikuti pameran atau festival kuliner, dan secara langsung promosi di Sangeh atau dari mulut ke mulut melalui wisatawan yang datang dan melalui travel agent yang datang ke Sangeh.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, yang berjudul: ”Pengembangan Kuliner Lokal Untuk Menunjang Pariwisata Kerakyatan Berkelanjutan Di Desa Sangeh Kabupaten Badung”, dapat disimpulkan sebagai berikut:

4.1. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan kuliner lokal Sangeh untuk mendukung pariwisata kerakyatan berkelanjutan Desa Sangeh Kabupaten Badung, yaitu:

1. Kurangnya pembeli.

2. Harga bahan baku yang tidak stabil. 3. Kurangnya promosi.

4. Tempat berjualan kurang strategis.

5. Kurangnya pelatihan dan pemahaman berkaitan dengan kuliner lokal.

4.2. Peran serta dan partisipasi masyarakat Sangeh dalam pengembangan kuliner lokal Sangeh, yaitu: 1. Faktor Niskala.

2. Menjaga kualitas menu dan bahan. 3. Realistis dalam menentukan target pasar. 4. Mempertahankan ciri khas menu. 5. Menentukan harga yang terjangkau.

6. Kecenderungan promosi dari mulut ke mulut. 7. Menaikkan harga secara berkala.

8. Penataan tempat dan kualitas pelayanan. 9. Mengefektifkan media sosial.

10. Menerima paket menu untuk acara-acara khusus.

4.3. Pengembangan kuliner lokal Sangeh untuk mendukung pariwisata kerakyatan berkelanjutan di Desa Sangeh Kabupaten Badung, yaitu:

1. Mengadakan pelatihan tentang kuliner lokal.

2. Tetap mempertahankan ciri khas kuliner lokal Sangeh. 3. Membentuk pengelola kuliner lokal Sangeh.

4. Rutin mengadakan dan mengikuti festival/pameran kuliner. 5. Mengadakan promosi.

Ucapan Terimakasih

Pertama-tama Puja dan Puji Syukur Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Guru Utama dalam kehidupan di alam semesta ini. Selanjutnya, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Panitia

Call for Paper Universitas Udayana atas usaha dan kerja kerasnya, sehingga kegiatan ini dapat

terlaksana dengan baik dan lancar, di mana kami juga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Juga terima kasih kepada Dekan Fakultas Pariwisata beserta Para Wakil Dekan serta Kaprodi Program Studi D-IV Pariwisata beserta jajarannya yang sudah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat berkiprah dalam Hibah Unggulan Program Studi serta tidak lupa rasa terima kasih kami kepada

(27)

24 Ketua LPPM Universitas Udayana beserta jajarannya pula yang selalu memotivasi kami untuk selalu mengikuti berbagai Skim yang disediakan, di mana dalam hal ini kami diberi kesempatan pada Skim Hibah Unggulan Program Studi. Semoga program-progam yang positif tersebut selalu dapat memotivasi Dosen untuk dapat berkarya lebih baik dan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Fagence, Michael, 1997. Approches to Planning for Rural and Village Tourism Realizing The

Potential of Rural Areas an Village. Proceedings on the training and workshop on

Planning Sustainable Tourism, ed. Minnery, John, Gunawan Myra, P. Penerbit: ITB, Bandung.

Gardner, William C. 1996. Tourism Development: Principles, Processes, and Policies. Van Nostrand Reinhold. New York

Hermantoro, Henky, dkk. 2010. Pariwisata Mengikis Kemiskinan. Jakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kepariwisataan.

Inskeep, Edward, 1991. Tourism Planning as Integrated and Sustainable Development Approach. Van Nostrand Reinhold. USA.

Kusumahadi, M. 2007. Practical Challenge to the Community Empowerment Program. Yogyakarta: Experience of Satunama Foundation of Yogyakarta.

Korten dan Syahrir (ed.) 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mikkelsesn, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mathieson, A. dan Wall, G, 1982. Tourism Economic, Physical and Social Impacts. Longman Group Limited. New York.

Page, S.J. dan D. Getz (eds.). 1997. The Business of Rural Tourism. London: International Thomson Business Press.

Picard, Michel. 2006. Bali Pariwisata Budaya Dan Budaya Pariwisata. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Pujaastawa, dkk. 2005. Pariwisata Terpadu (Alternatif Model Pengembangan Pariwisata Bali

Tengah). Denpasar: Universitas Udayana.

Sutrisno, 1999. Pemberdayaan Masyarakat. www.pemberdayaan.com. Accessed on Pebruari 2013. Tashakkori, Abbas. 2010. Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Tjiptono, Fandy. 2011. Service, Quality & Satisfaction. Yogyakarta: Andi Offset.

Woodley, A. 1993. Tourism and Sustainable Development: The Community Perspective, dalam J.G. Nelson, R. Butler dan G. Wall (ed.), Planning, Managing. Waterloo: Dept. of Geography, University of Waterloo.

Gambar

Tabel 1. Skala Likert
Tabel 2.Jenis-Jenis Kuliner Di Desa Sangeh
Tabel 3. Paket Kuliner Yang Disukai Wisatawan
Tabel 5. Yang Menjadi Daya Tarik Kuliner Lokal Sangeh
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengeluaran adrenalin ini akan mengakibatkan pembuluh darah berkontriksi sehingga akan mengurangi aliran darah yang membawa oksigen ke uterus dan mengakibatkan penurunan

Pengabdian dengan judul Program Peningkatan Kualitas Packaging Produk Madu Dari Peternak Lebah Tradisional Banten Dalam Upaya Meningkatkan Penjualan ini adalah

Sehubungan dengan hal tersebut, maka keberadaan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bengkulu menjadi sangat penting sebagai garda terdepan dalam mencegah masuknya hama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peternak kambing Lakor adalah berpendidikan rendah, sebegai usaha pokok, menggunakan tenaga kerja keluarga, Sebagian

Beberapa penelitian-penelitian yang telah ada juga dapat dilihat bahwa bagaimana para waria melalui institusi-institusi agama mencoba “menertibkan” diri mereka sendiri

Untuk mengukurnya, peneliti menggunakan empat indikator penilaian yaitu, jika anak dapat melakukan 4 indikator dari kemandirian dalam aspek inisiatif, misalnya

Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan (unsur layanan no.12) Pada unsur layanan no.12 lebih condong kearah kuadran A karena masyarakat beranggapan loket yang

Kelompok mineral filler dalam campuran beton aspal yang mempunyai partikel dengan diameter lebih besar dari ketebalan selaput bitumen pada permukaan batuan akan memberikan pengaruh