• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menghadapi tahun 2015–2019 sektor pertanian masih dihadapkan pada berbagai kendala, antara lain berupa : jumlah penduduk yang terus meningkat, kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, terbatasnya infrastruktur (jaringan irigasi, jalan usahatani, jalan produksi, pelabuhan yang dilengkapi dengan pergudangan), belum cukup tersedianya benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat usahatani, konversi lahan pertanian produktif ke penggunaan non-pertanian yang tidak terkendali, ketergantungan konsumsi beras, kompetisi pemanfaatan air dan status kepemilikan lahan. Disamping sejumlah kendala tersebut, pertanian kita ke depan juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi, antara lain: (1) Masyarakat Ekonomi ASEAN; (2) Otonomi Daerah; (3) Perubahan Pola Konsumsi; dan (4) Dinamika Pasar Pangan.

Untuk menghadapi kendala dan tantangan yang ada, Kabinet Kerja telah menetapkan Pencapaian Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung serta Swasembada Kedelai yang harus dicapai dalam waktu 3 (tiga) tahun. Adapun target produksi yang harus dicapai adalah padi sebesar 76,23 juta ton GKG; jagung sebesar 20,33 juta ton dan kedelai sebesar 1,27 juta ton Untuk mencapai swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, Kementerian Pertanian melakukan upaya khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale).

Provinsi Aceh pada tahun 2016 dalam mendukung dan mensukseskan UPSUS Peningkatan Pajale melaksanakan sasaran luas tanam padi, jagung, kedelai masing-masing 510.000 ha, 60.000 ha, 47.526 ha dan luas panen masing 484.500 ha, 57.000 ha, 45.150 ha serta produksi masing-masing sebesar 2.550.000 ton, 250.000 ton, 70.000 ton (Aceh dalam angka, 2016)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai unit pelaksana Badan Litbang Pertanian yang berada di tingkat provinsi untuk mendukung suksesnya program UPSUS Pajale dan Komoditas Utama Kementrian Pertanian

(2)

melakukan koordinasi, pendampingan teknologi dan diseminasi dalam bentuk demplot maupun demfaram serta publikasi.

Disisi lain peragaan teknologi dan hasil penelitian melalui kegiatan pendampingan diharapkan lebih meyakinkan pengguna agar teknologi tersebut dapat diterima petani pada saat yang tepat dan menjadi pembelajaran bagi petugas, petani dan masyarakat pada umumnya.

1.2. Dasar Pertimbangan

Pengembangan sektor tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan peternakan merupakan strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sebagai sumber kehidupan bagi sebahagian penduduk Indonesia.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, semakin meningkatnya tingkat pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan dari berbagai komoditi.

Upaya dalam memacu peningkatan produksi dan produktivitas diberbagai sektor pertanian agar memenuhi kebutuhan pangan dari berbagai komoditi, maka Kementerian Pertanian melakukan strategi dengan melakukan program upaya khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai dan komoditas ungulan kementrian pertanian.

1.3. Tujuan

• Mendukung Program Kementerian Pertanian dalam swasembada pangan melalui pendampingan teknologi adaptif spesifik lokasi. • Untuk meningkatkan produktivitas Padi, Jagung, Kedelai dan

komoditas utamaKementan 1.4. Keluaran

• Adanya dukungan pendampingan teknologi adaptif spesifik lokasi dapat tercapainya swasembada padi, jagung dan kedelai

(3)

II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1. Pendekatan

Dalam pelaksanaan pendampingan program peningkatan produksi padi, jagung, kedelai dan komoditas unggulan nasional lainnya, pendekatan yang diterapkan antara lain dengan melaksanakan sosialisasi, pelatihan, dan demonstrasi di lapangan secara langsung. Seluruh rangkaian kegiatan-kegiatan tersebut sebelumnya dikoordinasikan dengan Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat untuk diselaraskan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi-instansi tersebut beserta jajaran di bawahnya.

Pelaksanaan kegiatan- pendampingan diupayakan semaksimal mungkin melibatkan partisipasi sumberdaya manusia setempat, seperti kelompok tani, PPL, dan staf instansi terkait agar tingkat partisipasi dan keberlanjutan program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

2.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Koordinasi Program UPSUS di tingkat Propinsi dan Kabupaten Tim UPSUS melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas terkait, dan pejabat pemerintah setempat sebelum pelaksanaan kegiatan pengawalan dan pendampingan Program UPSUS Pajale dan Komoditas Unggulan Kementan lainnya.

Pelaksanaan diseminasi dalam bentuk demfarm padi sawah, demfarm jagung, publikasi dan penyediaan saprodi serta bahan pendukung lainnya

Kegiatan demfarm tanaman padi dilaksanakan di lima kabupaten meliputi : Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Singkil, dan Simeulue. Kegiatan Demfarm tanaman padi melibatkan petani kooperator dan penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan lokasi demfarm. Sedangkan demfarm jagung dilaksanakan di kabupaten Pidie.

Selain itu untuk mendukung pelaksanaan diseminasi pada kegiatan UPSUS PJK juga diperlukan publikasi seperti petunjuk teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah, leaflet dan penyediaan saprodi (benih, pupuk dan obat-obatan) serta bahan pendukung lainnya (gastrok, dll)

(4)

Pelatihan bagi Petani dan Penyuluh

Meningkatkan kapasitas petani kooperator dan PPL melalui pelatihan secara teori di ruangan maupun praktek di lapangan

Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi adalah merupakan sebuah kegiatan yang sangat perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dari kegiatan yang dilakukan.

Temu Lapang

Kegiatan temu lapang merupakan salah satu kegiatan diseminasi yang sangat penting di dalam proses transfer teknologi kepengguna, karena pada kesempatan ini antara pengguna teknologi dan nara sumber dapat bertemu langsung sehingga banyak permasalahan yang dapat dipecahkan. Bagi nara sumber (peneliti/penyuluh dan pengambil kebijakan)kegiatan ini merupakan bahan masukan yang cukup berarti untukmengukur tingkat keberhasilan penerapan teknologi baru di lapangan.

2.3. Bahan dan Alat

ATK, bahan saprodi (benih, pupuk, pestisida), alsintan, juknis, spanduk, dokumentasi, konsumsi, transportasi dan lain-lain.

2.4. Analisa Data

Data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan data primer yang dikumpulkan dari hasil kegiatan di lapangan diolah secara tabulasi untuk dilakukan analisis secara deskriptif.

2.5. Laporan

Laporan merupakan salah satu kegiatan yang harus dipenuhi oleh setiap kegiatan. Setiap kegiatan dilapangan didokumentasi untuk pertanggung jawaban bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan. Laporan juga merupakan umpan balik dan kesimpulan kegiatan. Laporan kegiatan dibuat 2 kali yaitu laporan

(5)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Demfarm Padi Sawah 5 Ha DiKabupaten Simeulue 3.1.1. Gambaran Umum

Kabupaten Simeulue dengan ibu kota Sinabang terletak di sebelah barat daya provinsi Aceh, berjarak seratus mil laut dari Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Kabupaten Simeulue merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat dan ditetapkan menjadi Kabupaten Otonom berdasarkan Undang-undang No. 48 tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999, terdiri dari 10 Kecamatan, 29 Mukim dan 138 Desa. 10 kecamatan tersebut yaitu: Alafan, Salang, Simeulue Barat, Simeulue Tengah, Simeulue Timur, Simeulue Cut, Teupah Barat, Teupah Tengah, Teupah Selatan, Teluk Dalam.

Kabupaten Simeulue merupakan gugusan kepulauan yang terdiri dari 146 buah pulau besar dan kecil yang terletak pada posisi 95º 45’ 23” – 96º 26’ 41” BT dan 2º 19’ 3” – 2º 26’ 41” LU. Pulau yang terbesar adalah pulau simeulue yang panjangnya lebih kurang 100,2 km dengan lebar berkisar antara 8 sampai dengan 20 km. pulau semelue memiliki luas 199.512 ha atau 94 persen dari 212.512 luas kabupaten keseluruhan kabupaten simeulue. Secara Administratif Kabupaten ini termasuk kedalam Wilayah Provinsi Aceh dan memiliki 2 pulau terluar yaitu Pulau Selaut dan Pulau Simeulue Cut.

Jumlah penduduk kabupaten Simeulue sekitar 94.497 jiwa. Dari jumlah Penduduk tersebut sebahagian besar tinggal di wilayah pesisir dan di pulau-palau kecil sekitarnya. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi mencapai 2.07 % pertahun dengan Kepadatan rata-rata 38 jiwa per Km² yang tersebar dalam 10 kecamatan yang didalamnya mencakup 29 Mukim dan 138 Desa, 77 desa di antaranya merupakan desa tertinggal (Miskin) yang di diami oleh sekitar 78. 217 jiwa.

Luas sawah di Kabupaten Simeulue tercatat 10. 927 ha. Namun yang baru dikelola hanya sekitar 6.045 ha (56, 61 persen) hal ini disebabkan karena terbatasnya sumber air. Selain lahan sawah, luas tegalan yang ada saat ini mencapai 17. 955 ha yang tersebar di 10 kecamatan.

(6)

Petani di pulau Simeulue masih bercocok tanam secara tradisional dan masukan inovasi teknologi yang masih minim dengan produktivitas rata-rata 2,3-3,5 ton/ ha. Hasil produktifitas tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan dengan produktifitas yang dicapai dikawasan pesisir seperti kabupaten aceh besar, pidie, pidie jaya, bireuen dan abdya yang rata-rata telah mencapai 7 ton/ ha.Dari hasil wawancara dengan petani dilokasi desa bengkalak dan lataling bahwa petani setempat mereka menanam benih padi lokal yang telah eksisting selama puluhan tahun turun temurun yaitu benih padi Tanjung dan sirendeh dan babulon yang masa tanam hingga panen membutuhkan waktu 6 bulan lamanya, dalam setahun padi ini bisa mencapai 2 kali panen.

Selain itu varietas umum yang digunakan petani adalah Ciherang, dengan sistem tanam tegel, penanaman system legowo belum memasyarakat sama sekali terutama legowo 2: 1. Petani setempat masih beranggapan bahwa penanaman legowo 2:1 hanya membuang tanah sehingga produksi menurun.

Berdasarkan pertimbangan ini BPTP Aceh menjalin kerja sama dengan pemerintah kabupaten Simeulue melalui dinas pertanian dan tanaman pangan sejak bulan Februari tahun 2016 dengan membuat demfarm padi sawah di lokasi Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan seluas 5 ha.

(7)

Kegiatan demfarm diawali dengan memberikan pelatihan kepada para penyuluh dan kelompok tani. Pelatihan ini dihadiri oleh anggota kelompok tani dan penyuluh lapangan, Kadistan, Kaban Ketahanan Pangan dan Penyuluh, Kadis Sosial dan Kependudukan, Ka. Bank Syariah Mandiri, Ka. Statistik dan Unsur Muspikaserta acara dibuka oleh Wakil Bupati Kabupaten simeulue bapak Hasrul Edyar, S. Sos, M. AP

Dalam sambutannya wakil Bupati mengucapkan selamat datang dan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada Kepala BPTP Aceh dan rombongan serta berharap dapat memberikan perubahan signifikan terhadap pertanian kabupaten Simeulue kearah yang lebih baik dan juga menghimbau agar BPTP bukan hanya sekedar memperkenalkan hasil pengkajian, tapi juga dapat memberdayakan bibit padi lokal (eksisting) di Simeulue yang sudah lama dibudidayakan masyarakat antara lain Sirendeh, Babulon dan Tanjung. Ketiga jenis padi lokal ini dikenal dengan rasa yang enak, pulen, harum dan tahan hama, beliau juga sangat berharap produk padi lokal dapat di jadikan komoditi nasional seperti halnya Sigupai di Abdya.

Pada kesempatan ini Kepala BPTP Aceh Ir. Basri A. Bakar, MSi mempresentasikan pengertian sistem tanam jajar legowo dan keunggulannya serta sekilas profil BPTP Aceh yang dilanjutkan dengan penyerahan buku 300 Teknologi Inovatif Pertanian dan Caplak Roda serta gastrok pada wakil Bupati.Selain itu dilakukandemonstrasi penanaman jajar legowo 2 : 1 dengan caplak roda agar penyuluh dan petani setempat dapat langsung menerapkannya.

(8)

Gambar 2. Pelatihan bagi penyuluh dan kontaktani yang dihadiri Wakil Bupati Simeulue

3.1.3. Hasil Pelaksanaan Demfarm Padi

Kegiatan Demplot dilaksanakan di desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue seluas 5 Ha dengan penggunaan varietas unggul baru yaitu Inpari 31 dan varietas Situbagendit yang biasa ditanam oleh petani.

(9)

Pada tanggal 11 April 2016 dilakukan penanaman pada saat bibit padi berumur 2 minggu dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan jumlah bibit (1-2 batang) perlubang.

Pengamatan fase vegetatif dilakukan pada saat pertanaman padi berumur 21 HST, 45 HST dan 60 HST. Pada fase vegatatif tersebut komponen agronomis yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan serta keadaan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Hasil pengamatan fase vegetatif dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keragaan tinggi tanaman Inpari 31 dan Situbagendit di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulu

Varietas Tinggi Tanaman (cm)

21 HST 45 HST 60 HST

Inpari 31 32 55 75

Situbagendit 30 50 73

Dari Tabel 1 terlihat bahwa tinggi tanaman relatif sama antara Inpari 31 dan Situbagendit pada umur tanam 21 dan 45 HST dan pada saat menjelang panen.

Sementara keragaan jumlah anakan Inpari 31 dan Situbagendit pada umur 21 HST dan 45 HST serta jumlah anakan produktif pada saat menjelang panen disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.Keragaan jumlah anakan Inpari 31 dan Situbagendit berdasarkan varietas di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulu

Varietas Jumlah Anakan (batang/rumpun)

21 HST 45 HST Panen

Inpari 31 11 17 14

Situbagendit 7 15 11

Dari Tabel 2 terlihat bahwa jumlah anakan relatif sama antara varietas Inpari 31 dan Situbagendit pada umur tanam 21 dan 45 HST dan pada saat menjelang panen.

(10)

Pertanaman padi pada kegiatan UPSUS di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulu terjadi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pertumbuhan tanaman padi pada fase vegetatif agak terganggu karena serangan penggerek batang mencapai 5 %.

Sedangkan pada fase generatif (primordia), terjadi serangan wereng batang hijau dengan populasi 2 ekor/rumpun. Pada pertanaman umur 75 hari yaitu pada saat tanaman padi keluar malai sekitar 30% terjadi serangan hama walang sangit. Organisme Pengganggu Tanaman yang paling dominan merugikan pertanaman padi adalah hama walang sangit.

Upaya pengendalian OPT wereng batang hijau dan walang sangit dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida. Sedangkan untuk serangan hama burung dilakukan secara fisik yaitu dengan membuat orang-orangan dan bunyi-bunyian untuk mengusir hama ini.

Sedangkan Keragaan produktivitas hasil ubinan berdasarkan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

(11)

Tabel 3. Keragaan produktivitas Inpari 31 dan Situbagendit berdasarkan varietas di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulu

Varietas Produktivitas (t/ha)

GKP GKG

Inpari 31 5,50 4,75

Situbagendit 4,50 3,50

Dari Tabel 3 terlihat bahwa produktivitas varietas Inpari 31 lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas Situbagendit. Produktivitas yang dicapai kegiatan UPSUS tersebut belum optimal karena pada musim tanam tersebut pertanaman padi di berbagai lokasi dan berbagai wilayah banyak mendapat serangan OPT.

3.1.4. Temu Lapang di Kabupaten Simeulue

Dalam rangka mensosialisasikan dan mendapatkan umpan balik tentang padi Inpari 31dari pengguna yaitu petani, petugas/penyuluh pertanian dan stakeholder lainya maka pada kegiatan Demfarm UPSUS di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue dilaksanakan Temu Lapang.

Adapun tujuan dilaksanakannya Temu Lapang adalah :

a. Mendiseminasikan/mengkomunikasikan/menyebarluaskan hasil kegiatan Demfarm UPSUS“Budidaya Padi Varietas Unggul Baru Inpari 31 kepada para pengguna yaitu petani, penyuluh/petugas pertanian.

b. Memberikan pengalaman kepada petani pelaksana untuk mempercepat teknologi yang direkomendasikan.

Peserta Temu Lapang Penggunaan “Budidaya Padi Varietas Unggul Baru Inpari 31” berjumlah +150 orang peserta, terdiri dari unsur :

- Petanipelaksana dan non pelaksana : 55 orang - Penyuluh pertanian, THL, POPT/PHP, / Ka. BPP, Babinsa : 40 orang

- Aparat Kecamatan dan Desa, dll : 15 orang

- Kepala BP4K Kabupaten Aceh Timur dan staf. : 15 orang - Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan staf : 12 orang - Ka. BPTP Aceh dan pengkaji : 3 orang - Bupati Aceh Simeulue dan jajarannya : 10 orang

(12)

Temu Lapang diawali dengan kunjungan lapang dan panen simbolis/ubinan oleh Bupati Aceh Simeuluedan para undangan i pertanaman kegiatan Demfarm UPSUS budidaya padi Varietas Inpari 31 dipandu oleh Ketua Kelompok Tani dan Penyuluh Pertanian Pendamping. Setelah dilaksanakan panen secara simbolis oleh Bupati Aceh Simeulue, acara dilanjutkan dengan : 1. Sambutan/ penjelasan dari Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Kabupaten Aceh Simeulue, tentang kebijakan pemerintah kabupaten Simeulue dalam mendukung UPSUS.

2. Penjelasan/materi oleh LO tentang sistem tanam jajar legowo meningkatkan hasil panen padi.

3. Sambutan/penjelasan dari Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Ir. Basri AB,M.Si, tentang peran teknologi mendukung UPSUS PAJALE

4. Sambutan dan arahan dari Bupati Aceh Simeulue. 5. Ditutup dengan doa bersama.

Pada saat temu lapang juga dibagikan leaflet dan bahan pendukung lainnya.

3.1.5. Realisasi Luas Tanam Padi

Target tanam padi provinsi Aceh sebesar 512.756 hektar sementara Kabupaten Simeulue berkontribusi sebesar 6.792 hektar atau sebesar 1,32 %.

Realisasi tanam padi sampai bulan Desember 2016 sebesar 6,549 ha dari target periode tersebut sebesar 6.792 hektar terdapat kekurangan sebesar 243 hektar. Realisasi tanam padi tahun 2016 hanya sebesar 96,42% dari target tahun 2016.

3.2. Demfarm Padi Sawah 5 Ha Di Kabupaten Aceh Tamiang 3.2.1. Gambaran Umum

Secara geografis Kabupaten Aceh Tamiang yang terletak dibagian ujung timur Provinsi Aceh dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara, mempunyai potensi yang cukup besar dibidang pertanian dan peternakan, baik pertanian tanaman pangan dan hortikultura maupun usaha peternakan.

(13)

Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada koordinat 03o.53’18,81” – 04o.32’56,76” LU dan 97o.43’41” – 98o.14’45,41 BT. Secara geografis merupakan pintu gerbang (masuk dan keluar) Provinsi Aceh.

Luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang 193.972 Ha (1.939,73 km2), dengan jumlah penduduk 237.564 jiwa (55.167 KK) terdiri dari 12 wilayah pemerintahan kecamatan dan 213 desa serta 1 (satu) kelurahan.

Kabupaten Aceh Tamiang mempunyai topografi yang bervariasi, mulai dari mendatar, bergelombang dan berbukit dengan ketinggian yang bervariasi yaitu 36,02% luas Kabupaten Aceh Tamiang berada pada ketinggian 25-100 m dpl atau seluas 67.864 Ha dan paling sedikit berada pada ketinggian lebih dari 1.000 m hanya sekitar 3,84% yaitu sekitar 7.440 Ha.

Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Aceh Tamiang berstekstur lembut, yaitu seluas 131.233,67 Ha (98,99%) sisanya 2.011 Ha (1,04%) berstekstur sedang dan berstekstur kasar tersisa pada pesisir timur (Aceh Tamiang dalam Angka 2016).

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari

aluvial

seluas 4,64%,

hidromorf kelabu

sebesar 42,23%,

organosol

dan

gley humus

sebesar 36,61%,

podsolik merah kuning

sebesar 1,69% serta komplek

podsolik

coklat

,

latosol

dan

litosol

sebesar 14,83%.

Pada bagian pesisir timur wilayah ini didominasi oleh jenis tanah aluvial dan hidromorf kelabu, sedangkan pada bagian selatan atau pegunungan didominasi oleh jenis tanah komplek

podsolik coklat

,

latosol

dan

litosol

(Aceh Tamiang dalam Angka 2016).

Pada tanah jenis

podsolik merah kuning (ultisol)

merupakan tanah yang memiliki kandungan hara dan pH yang rendah, hal ini disebabkan karena tanah ini mempunyai kandungan aluminium (Al) yang tinggi sehingga untuk jenis tanah ini dianjurkan untuk melakukan pemupukan agar dihasilkan produksi yang tinggi (optimal).Umumnya tanah ini digunakan untuk usahatani peladangan, seperti palawija, hortikultura, perkebunan rakyat, swasta dan BUMN.

Kabupaten Aceh Tamiang beriklim tropis yang mempunyai 2 musim.Musim kemarau biasanya terjadi antara bulan Februari s/d bulan Agustus dan musim penghujan antara bulan September s/d bulan Januari. Namun pada beberapa tahun terakhir terjadi perubahan musim Jumlah rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun terakhir 163,2 mm dan 1442 HH (Hari Hujan) dengan suhu

(14)

berkisar antara 26oC – 31 oC dan tipe iklim C1, C2, D1 E2 (Oldeman). Namun akibat adanya pemanasan global dunia menyebabkan terjadinya anomali iklim sehingga pada saat sekarang ini musim kemarau dan musim penghujan sangat sulit untuk ditentukan. Oleh sebab itu sangat diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut dari para ahli BMG untuk menentukan musim di Kabupaten Aceh Tamiang. Dari hasil penelitian tersebut nantinya dapat ditentukan pola tanam berdasarkan iklim yang ada.

Sementara luas areal tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Aceh Tamiang mencapai 50.023 Ha yang terdiri dari :Lahan sawah seluas 19.033 Ha, terdiri dari : Sawah berpengairan teknis (370 Ha), Sawah irigasi pedesaan (490 Ha), Sawah irigasi pompa (760 Ha), Sawah tadah hujan (17.253 Ha) dan Sawah terlantar (160 Ha). Sedangkan Lahan kering seluas 30.990 Ha, terdiri dari Lahan tegalan (16.896,50 Ha) dan Lahan pekarangan (14.094,50 Ha).Mengingat luas areal tanaman pangan dan hortikultura yang ada, sektor pertanian di Kabupaten Aceh Tamiang memiliki potensi yang cukup besar untuk terus dikembangkan.

Umumnya petani di Desa Johar Kecamatan Karang Baru sudah melakukan budidaya tanaman padi oleh petani sejak turun menurun. Namun beberapa komponen dasar dan pilihan dari teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah, seperti; pengolahan tanah sempurna, penggunaan bibit muda dan penggunaan varietas unggul baru belum diterapkan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang melaporkan bahwa produktivitas rata-rata di daerah tersebut berkisar 5-6 ton/ha.Produktivitas ini masih memungkinkan untuk ditingkatkan.

Varietas umum yang digunakan petani adalah Ciherang, dengan system tanam tegel, penanaman system legowo belum memasyarakat sama sekali terutama legowo 2: 1. Petani setempat masih beranggapan bahwa penanaman legowo 2:1 hanya membuang tanah sehingga produksi menurun.

(15)

3.2.2. Pelatihan Petani dan Penyuluh di Kabupaten Aceh Tamiang Pelatihan petani dan penyuluh bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dan penyuluh dalam penerapan Pengelolaan Tanaman terpadu (PTT) padi sawah. Pelatihan ini dihadiri oleh Kepala BP4K Aceh Tamiang (Safwan SP), Koordinator BPP Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang, Ketua Kelompok tani dan petani Desa Johar serta para Penyuluh BPP Kecamatan Karang Baru, peneliti dan teknisi BPTP Aceh, dengan jumlah peserta sebanyak 55 orang.

Pelatihan Petani dan Penyuluh pada kegiatan UPSUS Pajale di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagai berikut :

1) Sambutan sekaligus penyampaian materi oleh Kepala BP4K Kabupaten Aceh Tamiang tentang peran penyuluh pertanian dalam mendukung UPSUS PAJALE .

2) Penyampaian materi oleh Johani, SP. tentang arah dan kebijakan pertanian di Kabaupaten Aceh Tamiang.

3) Penyampaian materi oleh Abdul Aziz, S.Pi, MP. tentangteknologi jajar legowo super.

4) Penyampaian materi oleh Poltak, AMd tentang pengelolaan PTT padi 5) Diskusi yang dipandu oleh penyuluh

Pada saat pelatihan juga dibagikan juknis PTT padi, caplak roda dan gastrok serta bahan pendukung lainnya.

3.2.3. Hasil Pelaksanaan Demfarm Padi

Demfarm dilaksanakan di desa Johar kecamatan Karang Baru kabupaten Aceh Tamiang. Teknologi yang diaplikasikan meliputi; Penggunaan varietas unggul baru (VUB) berlabel, Pemberian bahan organik, pengaturan populasi tanaman secara optimum melalui sistem tanam legowo 2 : 1 dan pemberiaan pupuk hayati cair.

Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman atau status hara tanah, dalam hal ini sesuai dengan rekomendasi pemupukan pada Kalender Tanam (KATAM) terpadu dan pengendalian hama penyakit terpadu. Sementara penggunaan pupuk berdasarkan rekomendasi yaitu ; SP 36 sebanyak 150 kg/ha

(16)

sebanyak pupuk majemuk NPK sebanyak 250 kg/ha KCl sebanyak 100 kg/ha serta penambahan pupuk organik 2 ton/ha.

Disamping teknologi dasar, beberapa teknologi pilihan juga dilaksanakan dengan baik pada kegiatan demfarm, yaitu ; pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, penggunaan bibit muda (< 21 hari), tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun , pengairan secara efektif dan efisien, penyiangan dan panen tepat waktu dan gabah segera di rontok.

Berdasarkan Kalender Tanam (KATAM) terpadu, jadwal tanam gadu di Kecamatan Karang Baru di prediksikan berkisar antara April III – September I. Penanaman pada demfarm dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2016, yang berarti terlambat dari jadwal KATAM. Hal ini disebabkan terlambatnya pengolahan tanah karena minimnya ketersediaan traktor di lokasi bersangkutan dan juga terjadi kemarau panjang. Varietas yang digunakan adalah Inpari 16 dan Inpari 30 dengan pola tanam legowo 2:1.

Keragaan tanaman padi mulai dari persemaian sampai panen menunjukkan performance yang sangat baik tanpa ada masalah yang berarti.tanaman dipindahkan pada saat berumur 21 hari setelah semai. Hasil pengamatan hari ke 35 setelah tanam jumlah anakan rata-rata 25 batang per rumpun dengan tinggi tanaman 60-65 cm.

Sementara penerapan teknologimelalui pendekatan PTT padi sawah telah memberikan dampak yang signifikan terhadap produktivitas tanaman padi di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Produktivitas yang didapatkan mencapai 7,0 ton/ha, sedangkan produktivitas eksisting sebelumnya dan petani setempat yang tidak menerapkan tekologi yang didemontrasikan hanya 5,0 ton/ha.

3.2.4. Temu Lapang di Kabupaten Tamiang

Dalam rangka mensosialisasikan dan mendapatkan umpan balik tentang padi Inpari 16 dan 30 dari pengguna yaitu petani, petugas/penyuluh pertanian dan stakeholder lainya maka pada kegiatan Demfarm UPSUS di Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang dilaksanakan temu lapang. Adapun tujuan dilaksanakannya temu lapang adalah :

(17)

c. Mendiseminasikan/mengkomunikasikan/menyebarluaskan hasil kegiatan Demfarm UPSUS Budidaya Padi Varietas Unggul Baru Inpari 16 dan 30 kepada para pengguna yaitu petani, penyuluh/petugas pertanian.

d. Memberikan pengalaman kepada petani pelaksana untuk mempercepat teknologi yang direkomendasikan.

Peserta Temu Lapang kegiatan Upsus Pajale berjumlah +150 orang peserta, terdiri dari unsur :

- Petanipelaksana dan non pelaksana : 60 orang - Penyuluh pertanian, THL, POPT/PHP, / Ka. BPP, Babinsa : 40 orang - Aparat Kecamatan dan Polsek, Danramil dan Desa : 15 orang - Kepala BP4K Kabupaten Aceh Tamiang dan staf : 15 orang - Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan staf : 14 orang - Ka. BPTP Aceh dan pengkaji serta administrasi : 6 orang

Temu Lapang diawali dengan kunjungan lapang dan panen simbolis/ubinan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan para undangandi pertanaman kegiatan Demfarm UPSUS ini dipandu oleh Ketua Kelompok Tani dan Penyuluh Pertanian Pendamping. Setelah dilaksanakan panen secara simbolis oleh kepala dinas pertanian dan tanaman pangankabupaten Aceh Tamiang maka acara dilanjutkan dengan :

1. Sambutan/penjelasan dari Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tamiang, tentang kebijakan pemerintah kabupaten Aceh Tamiang dalam mendukung program UPSUS PAJALE

2. Penjelasan/materi oleh LO tentang sistem tanam jajar legowo meningkatkan hasil panen padi.

3. Penjelasan/materi oleh pengamat hama tentang hama penyakit pada tanaman padi

4. Sambutan/penjelasan oleh Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Ir. Basri AB, M.Si, tentang peran BPTP dalam mendukung UPSUS PAJALE di Provinsi Aceh

5. Sambutan/ penjelasan oleh Kepala BP4K Kabupaten Aceh Tamiang, tentang program penyuluhan dalam mendukung program UPSUS PAJALE di Kabupaten Aceh Tamiang

6. Diskusi yang dipandu oleh penyuluh 7. Ditutup dengan doa bersama.

(18)

Pada saat temu lapang juga dibagikan leaflet dan bahan pendukung lainnya.

Gambar 3. Panen padi dan Temu lapang di Desa Johar Kecamatan Karang Baru

3.2.5. Realisasi Luas Tanam Padi

Target tanam padi provinsi Aceh sebesar 512.756 hektar sementara Kabupaten Aceh Tamiang berkontribusi sebesar 29.000 hektar atau sebesar 5,65 %.

Realisasi tanam padi sampai bulan Desember 2016 sebesar 15,816 ha dari target periode tersebut sebesar 29.000 hektar terdapat kekurangan sebesar 13.184 hektar. Realisasi tanam padi tahun 2016 hanya sebesar 54,54 % dari target tahun 2016. Hal ini karena pada periode MT gadu tersebut terjadi kekeringan hampir seluruh Aceh, sehingga petani tidak bisa melakukan penanaman seeperti direncanakan.

3.3. Demfarm Padi Sawah 5 Ha di Kabupaten Aceh Singkil 3.3.1. Gambaran Umum

Kabupaten Aceh Singkil dengan ibukota Singkil adalah sebuah kabupaten yang berada di ujung selatan Provinsi Aceh di Pulau Sumatera, Indonesia.Aceh Singkil merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan dan sebagian

(19)

1999 tanggal 27 April 1999.Kabupaten ini terdiri dari dua wilayah yaitu daratan dan kepulauan. Kepulauan yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil adalah Kepulauan Banyak yang terdiri dari Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat. Aspek administrasi Kabupaten Aceh Singkil mencakup wilayah daratan seluas 185.829,53 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan, 15 mukim dan 120 gampong/desa, wilayah kewenangan laut sejauh 4 mil sejauh garis pangkal seluas 2.802,56 Km2, wilayah udara di atas daratan dan laut kewenangan, serta termasuk ruang di dalam bumi di bawah wilayah daratan dan laut kewenangan, serta wilayah kepulauan dengan jumlah pulau lebih kurang 87 pulau terdiri dari pulau-pulau kecil dan besar. Kesebelas kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pulau Banyak, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kecamatan Singkil, Kecamatan Singkil Utara, Kecamatan Kuala Baru, Kecamatan Simpang Kanan, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan Danau Paris, Kecamatan Suro, Kecamatan Singkohor dan Kecamatan Kota Baharu.

Melihat dari sisi topografi, wilayah Kabupaten Aceh Singkil berada di daerah pesisir dan daerah sebelah utara merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0% – 8 %.Sedangkan pada daerah yang menjauhi pesisir merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan kemiringan antara 8% – 30%.Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Kondisi ketinggian lahan menunjuk kan bahwa Kabupaten Aceh Singkil berada di antara ketinggian 0 m – 100 m dpl. Daerah pesisir di sebelah selatan dan daerah di sebelah timur berada pada ketinggian antara 0 m – 5 m dpl. Sedangkan pada daerah di sebelah utara memiliki kondisi yang relatif berbukit-bukit dengan ketinggian antara 5 m – 100 m dpl.

Secara geologi, bagian utara Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah dengan fisiografi wilayah perbukitan yang didominasi oleh sistem perbukitan berupa bukit lipatan.Di antara bukit-bukit terdapat sungai dan anak-anak sungai yang bermuara ke Samudera Indonesia. Pada bagian selatan, fisiografi terdiri atas dataran aluvial sungai dan endapan pasir laut yang sebagian besar merupakan ekosistem rawa yang unik.Di samping itu, terdapat juga bahan induk tanah berupa bahan organik yang sebagiannya telah terdekomposisi membentuk gambut.Pada bagian selatan juga terdapat daerah kepulauan yang umumnya didominasi oleh bahan induk bukit kapur dan endapan pasir. Sebagai daerah yang dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang diperkirakan bergeser

(20)

sekitar 11 mm/thn maka wilayah Kabupaten Aceh Singkil termasuk dalam daerah dengan resiko bencana yang tinggi sebagai akibat dari proses geologis, terutama pada bagian selatan yang merupakan daerah pesisir pantai. Konsekuensinya, wilayah Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah rawan gempa dan longsor.

Disamping itu, bagian utara wilayah kabupaten merupakan daerah yang rawan erosi karena sebagian besar material pembentuk tanah terdiri dari bahan induk berupa batuan liat, batu kapur, dan pasir kuarsa. Beberapa kawasan rawan gelombang pasang (rob) dan abrasi pantai adalah Kecamatan Singkil meliputi Kampung Pulau Sarok, Kecamatan Singkil Utara meliputi Kampung Gosong Telaga Selatan, Gosong Telaga Utara, GosongTelaga Timur, Gosong Telaga Barat dan Ketapang Indah, Kecamatan Kuala Baru meliputi Kampung Kuala Baru Laut, Kuala Baru Sungai dan Kayu Menang, Kecamatan Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak Barat.

Kabupaten Aceh Singkil terletak di Pesisir Pantai Barat Sumatera dengan luas wilayah 2.187 Km2 terletak di 2° 02’ - 2° 27’ 30” Lintang Utara / 97° 04’ - 97° 45’ 00” Bujur timur yang berbatasan langsung dengan Kota Subulussalam disebelah Utara, Samudera Indonesia disebelah Selatan, Provinsi Sumatera Utara disebelah Timur dan Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan disebelah Barat.

Kabupaten Aceh Singkil terbagi dalam 10 Kecamatan, 15 Mukim dan 117 Desa/Kelurahan dan memiliki jumlah penduduk sebesar 102.804 jiwa pada tahun 2008 menurut data Badan Pusat Statistik kabupaten Aceh Singkil. persebaran penduduk paling banyak berada di Kecamatan Gunung Meriah yang memiliki jumlah penduduk sebesar 31.775 jiwa. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Gunung Meriah secara umum dapat dikatakan sebagai sentra bisnis di kawasan Kabupaten Aceh Singkil. Dan pusat pemerintahan kabupaten Aceh Singkil berada di Kota Singkil yang juga merupakan Ibukota dari Kabupaten Aceh singkil. Dipilihnya Singkil sebagai Ibukota dianggap tepat karena ditinjau dari letaknya yang merupakan daerah pesisir sehingga memungkinkan untuk mengembangkan kerjasama dengan daerah lain dalam wilayah Provinsi Aceh maupun dengan Provinsi yang berada di seluruh Pulau Sumatera. Berikut di bawah ini Gambar 1. peta Kabupaten Aceh Singkil

(21)

dibuktikan dengan telah dibukanya jalur perhubungan laut antara Singkil – Gunung Sitoli Kotamadya Nias dan rencana pembangunan jalan darat antara Kecamatan Kuala Baru Kabupaten Aceh singkil dengan Kecamatan Trumon yang berada di Kabupaten Aceh Selatan. Selain itu Kabupaten Aceh Singkil juga telah membangun dan mengoperasikan Bandar Udara Syeh Hamzah Fansuri sebagai sarana perhubungan udara yang membuka jalur penerbangan antara Singkil – Medan dan Singkil Banda Aceh ataupun sebaliknya.

Secara hidrologis, Kabupaten Aceh Singkil memiliki potensi sumberdaya air yang sangat besar bersumber dari air sungai, danau, rawa-rawa dan mata air. Potensi sumberdaya air terbesar bersumber dari air sungai.Sungai Singkil (Lae Singkil) adalah sungai utama yang bermuara ke Samudera Indonesia dan merupakan pertemuan dari dua sungai yaitu Lae Cinendang dan Lae Soraya. Lae Cinendang memiliki hulu di Pakpak Barat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Lae Soraya berhulu di Lawe Alas Kabupaten Aceh Tenggara. Di samping itu terdapat beberapa sungai lainnya yang relatif lebih kecil, diantaranya Lae Siragian dan Lae Silabuhan.

Pemanfaatan air tanah yang bersumber dari mata air dilakukan dengan pembuatan sumur bor dan pemanfaatan air tanah dangkal dilakukan dengan metode penggalian sumur yang umumnya terdapat di daerah yang agak tinggi. Sedangkan di daerah yang agak rendah seperti Kota Singkil, Kuala Baru dan Singkil Utara, air sumur tidak layak diminum karena berbau, berwarna, dan berasa lagang. Sumberdaya air yang sangat besar seperti diuraikan di atas sangat berpotensi digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri, irigasi, perikanan, peternakan dan lainnya. Jumlah cadangan air yang tersedia dari Lae Singkil diperkirakan sebesar 982 Juta m3/tahun dengan debit rata-rata 55 m3/detik, Lae Cinendang sebesar 580 Juta m/tahun dan Lae Soraya sebesar 397 Juta m3 /tahun. Lae Singkil yang melewati Kota Singkil juga berpotensi menyebabkan banjir tahunan pada daerah sekitar aliran sungai.Ditambah lagi kondisi sebagian fisik lahan yang berbentuk rawa-rawa gambut mengakibatkan mudahnya terjadi genangan air yang agak lama.Iklim di wilayah Kabupaten Aceh Singkil termasuk dalam tipe iklim tropis.

Kabupaten Aceh Singkil secara alamiah adalah daerah pertanian dengan budaya pertanian yang kuat.Bertani, beternak, berburu ikan dilaut adalah keahlian turun-menurun yang sudah mendarah daging.Teknologi dasar ini sudah

(22)

dikuasai sejak jaman nenek moyang.Karena budaya pertanian yang telah mendarah daging maka usaha pada sektor pertanian kita sebenarnya dapat dipacu untuk berproduksi sebesar besarnya.Luas lahan, cadangan air yang melimpah, dan potensi wilayah yang tersedia mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang mendukung menjadi obsesi dalam menjadikan Kabupaten Aceh Singkil sebagai pemasok hasil pertanian unggulan di kemudian hari.

Potensi sumberdaya yang tidak akan pernah habis, dan akan tetap ada sepanjang usia alam itu sendiri yakni manusia,sinar matahari, tanah, hutan, dan laut. Manusia dengan akal dan budaya lokal daerah yang beraneka ragam akan menghasilkan beragam teknologi budidaya yang unggul spesifik lokasi.

Sinar matahari sepanjang tahun menyebabkan kita tidak memerlukan rumah kaca yang mahal untuk mengembangkan sektor pertaniannya. Sinar matahari yang memungkinkan terjadinya proses fotosintesa pada tanaman memungkinkan untuk mengembangkan dan menghasilkan komoditas pertanian yang sangat besar. Rancang bangun revitalisasi sektor pertanian saat ini berfokus pada penyiapan rancang bangun untuk peningkatan produk pertanian secara kuantitas dan kualitas.

Beberapa hal-hal yang harus dirancang secara cermat dalam rancang bangun tersebut meliputi kondisi luas lahan yang tersedia termasuk didalamnya jenisnya (sawah, lahan tadah hujan, dan lahan kering yang akan ditanami untuk tanaman pangan), jenis komoditas (hortikultura, perkebunan, obat-obatan/ dan industri) serta pelaku tindak budidaya (siapa petaninya). Untuk meningkatkan produktivitas yang diinginkan, kebutuhan pupuk dan pestisida untuk setiap pertanaman harus dihitung dengan cermat dan dirancang cara pengadaannya dengan teliti agar pupuk/pestisida berkualitas baik sudah tersedia dengan jumlah yang dibutuhkan pada waktu yang tepat.

3.3.2. Pelatihan Petani dan Penyuluhdi Kabupaten Singkil

Pelatihan petani dan penyuluh bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dan penyuluh dalam penerapan Pengelolaan Tanaman terpadu (PTT) padi sawah. Pelatihan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Singkil, Kabid. Produksi, Koordinator

(23)

Penyuluh BPP Kecamatan Suro, peneliti, penyuluh dan teknisi BPTP Aceh, dengan jumlah peserta sebanyak 55 orang.

Pelatihan Petani dan Penyuluh pada kegiatan UPSUS Pajale di Kecamatan Suro Kabupaten Aceh Singkil adalah sebagai berikut :

1. Sambutan sekaligus penyampaian materi oleh Sahbudin tentang kebijakan tanam serempak di Kabupaten Aceh Singkil.

2. Penyampaian materi oleh Didi Darmadi, SP. M.Si tentang teknologi tanam padi jajar legowo 2 : 1.

3. Penyampaian materi oleh Ir. Chairunnas, MS tentang pengendalian tanaman terpadu.

4. Penyampaian materi oleh Hendra, tentang pengendalian hama terpadu. 5. Diskusi yang dipandu oleh penyuluh

Pada saat pelatihan juga dibagikan juknis PTT padi, caplak roda dan gastrok serta bahan pendukung lainnya.

3.3.3. Hasil Pelaksanaan Demfarm Padi

Kegiatan demfarm dilaksanakan di Kelompok Tani Masah Ate, Desa Pangkalan Sulampi Kecamatan Suro. Potensi lahan di kelompok tani ini mencapai 32 Ha per MT. Kelompok tani masah ate memiliki anggota kelompok mencapai 53 Orang, dalam pelaksanaan kerjasama antara BPTP Aceh sebagai pendamping diikuti oleh 12 orang petani yang mencakup areal seluas 5 Ha, dengan metode penanaman jajar legowo. Kelompok tani ini setiap tahunnya telah mampu menanam padi sebanyak 3 kali dalam setahun.Hal ini dapat dilakukan karena air tersedia cukup dikelompok ini.akan tetapi akibat musibah banjir bandang yang lalu telah merusak sebagaian besar infrastruktur irigasi yang ada dikelompok ini.

Sementara penerapan teknologimelalui pendekatan PTT padi sawah telah memberikan dampak yang signifikan terhadap produktivitas tanaman padi di Desa Pangkalan Sulampi Kecamatan Suro. Produktivitas yang didapatkan mencapai 6,0 ton/ha (varietas Inpari 30) sedangkan produktivitas eksisting sebelumnya di tingkat petani hanya 4,0 ton/ha.

(24)

3.3.4. Realisasi Luas Tanam Padi

Target tanam padi provinsi Aceh sebesar 512.756 hektar sementara Kabupaten Aceh Tenggara berkontribusi sebesar 2.316 hektar atau sebesar 0,45 %.

Realisasi tanam padi sampai bulan Desember 2016 sebesar 176 ha dari target periode tersebut sebesar 2.316 hektar terdapat kekurangan sebesar 173.684 hektar. Realisasi tanam padi tahun 2016 hanya sebesar 7,59 % dari target tahun 2016.

3.4. Demfarm Padi Sawah 12 Ha Di Kabupaten Aceh Tenggara 3.4.1. Gambaran Umum Lokasi

Kabupaten Aceh Tenggara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh yang terletak di garis 2’0.55 – 4’0.16 Lintang Utara, 9’60.45 – 9’80.00 Bujur Timur yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan dan Gunung Leuser memanjang dari Utara ke Selatan dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kotamadya Subulussalam dan Provinsi Sumatera Utara

- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kabupaten Aceh Barat.

Luas wilayahKabupaten Aceh Tenggaraadalah 423.141 Ha. Lahan terbagi menjadi dua yaitu lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Lahan pertanian di Kabupaten Aceh Tenggara seluas 75.455 Ha yang terdiri dari lahan sawah : 17.455 Ha dan lahan bukan sawah : 58.000. Lahan bukan sawah terdiri dari lahan-lahan yang dikelola dalam sektor pertanian seluas 21.953 Ha, sektor perkebunan seluas 36.660 Ha, seluas perikanan seluas 237 Ha dan sektor perternakan seluas 150 Ha. Luas lahan sawah di Kabupaten Aceh Tenggara adalah seluas 15.695 Ha (Aceh Tenggara dalam angka 2014) yang terdiri dari :

a. Irigasi Teknis : 0 Ha b. Irigasi ½ Teknis : 3.365 Ha

(25)

e. Tadah Hujan : 846 Ha

Lahan bukan pertanian di Kabupaten Aceh Tenggara pada tahan 2009 seluas 347.686 ha yang terdiri dari : rumah bangunan dan halaman sekitarnya : 2.244 Ha, hutan Negara : 343.079 Ha dan lainnya (jalan, sungai, danau dan lahan tandus) : 2.363 Ha.

Penerapan pola tanam jajar legowo2 : 1 pada kegiatan program telah mencapai 90 %, tetapi pada areal diluar program penerapannya baru lebih kurang 30 %. Oleh sebab itu sangat diperlukan pendampingan dalam penerapan polatanam legowo 2 : 1.

(26)

3.4.2. Pelatihan Petani dan Penyuluh di Kabupaten Aceh Tenggara Dalam Pelaksanaan kegiatan demfarm juga diberikan pelatihan kepada para penyuluh dan kelompok tani. Pelatihan ini dihadiri oleh anggota kelompok tani dan penyuluh lapangan, Kabid. Produksi Padi dan palawija , Kabid. Penyuluhan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh kabupaten Aceh Tenggara, serta POPT Kabupaten Aceh Tenggara dengan jumlah peserta 60 orang.

Pelatihan Petani dan Penyuluh pada kegiatan UPSUS Pajale dilaksanakan di desa Biak Muli Sejahtera kecamatan Bambelkabupaten Tenggara adalah sebagai berikut :

1. Sambutan/arahanKepala BPTP Aceh yang diwakili oleh Koordinator Program BPTP Aceh mempresentasikan sekilas profil BPTP Aceh yang dilanjutkan, tugas pokok BPTP Aceh dan hasil-hasil kajian yang telah diperoleh dan sudah layak untuk diterapkan.

2. Penyampaian materi oleh Mohammad Bustamim tentang program pengembanagn padi di kabupaten Aceh Tenggara

3. Penyampaian materi oleh Mansyur, SP tentang peranan penyuluh dalam peningkatan produktivitas padi di kabupaten Aceh Tenggara.

4. Penyampaian materi oleh Taufik Hidayat, SP tentang pengendalian hamadan penyakit terpadu khususnya tanaman padi.

5. Penyampaian materi oleh M. Ramlan, SP tentang teknologi produksi benih padi.

6. Diskusi yang dipandu oleh penyuluh

Pada saat pelatihan juga dibagikan juknis PTT padi, caplak roda dan gastrok serta bahan pendukung lainnya.

3.4.3. Hasil Pelaksanaan Demfarm Padi

Demfarm dilaksanakan pada 2 lokasi dengan menerapkan teknologi sistem penanaman jarwo super (belum seluruh paket teknologinya di terapkan), penggunaan micro organisme dekompuser telah dilakukan sebelum tanam,tepatnya setelah pengolahan tanah pertama, varietas unggu baru yaitu Inpari 30 dan 32, pada masa pertanaman digunakan pupuk organiak Cair (POC)

(27)

Lokasi kegiatan demfarm di Kabupaten Aceh Tenggara adalah: 1. Desa Biak Muli Sejahtera Kecamatan Bambel (luas sawah 1.008 Ha)

Demfarm yang dlaksanakan di desa ini seluas 5 ha yang diikuti oleh kelompoktani Tuah Padang dengan jumlah anggota 25 orang. Sementara produktivitas yang dicapai dari penerapan sistem jarwo super dengan varietas Inpari 30 pada demfarm ini sebesar 7,01 ton/ha.

2. Desa Lawe Singa LapterKecamatan Semadam (luas sawah 950 Ha)

Demfarm yang dlaksanakan di desa ini seluas 7 ha yang diikuti oleh kelompoktani Harmoni dengan jumlah anggota 30 orang. Sementara produktivitas yang dicapai dari penerapan sistem jarwo super dengan varietas Inpari 32 pada demfarm ini sebesar 7,30 ton/ha.

Pada lokasi demfarm di desa Biak Muli Sejahtera hasil yang diperoleh sebesar 7,01 ton/ha yang berarti terjadi peningkatan sebesar 44,24%, dan pada lokasi di Desa Lawe Singa Lapter diperoleh hasil 7,30 ton/ha atau meningkat sebesar 50,21 % bila dibandingkan dengan rata-rata produktivitas berdasarkan BPS 2015.

3.4.4. Realisasi Luas Tanam Padi

Target tanam padi provinsi Aceh sebesar 512.756 hektar sementara Kabupaten Aceh Tenggara berkontribusi sebesar 15.919 hektar atau sebesar 4,85 %. Sementara itu total luas lahan Kabupaten Aceh Tenggara hanya 14.106 ha termasuk lahan tadah hujan, oleh sebab itu untuk mencapai sasaran tanam tahun 2016 maka Indek Pertanaman (IP) harus 1,58.

Realisasi tanam padi sampai bulan Desember 2016 sebesar 15.519 ha dari target periode tersebut sebesar 15.919 hektar terdapat kekurangan sebesar 400 hektar. Realisasi tanam padi tahun 2016 hanya sebesar 97,49 % dari target tahun 2016.

3.5. Demfarm Padi Sawah 5 Ha Di Kabupaten Gayo Luwes 3.5.1. Gambaran umum

Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh yang terletak di garis koordinat : 96° 43’ 24” - 97°55’ 24” BT dan 03° 40’ 26” - 40° 16’55” LU dengan batas – batas daerah adalah :

(28)

- Sebelah Utara berbatasan dengan kab. Aceh Tengah, Kab. Nagan Raya, Kab. Aceh Timur.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Aceh Tenggara, Kab Aceh Barat Daya.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Aceh Tamiang, Kab. Langkat (Prov.Sumut)

Luas wilayahKabupaten Gayo Lues adalah 554.994,4. Lahan terbagi menjadi dua yaitu lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Lahan pertanian di Kabupaten Gayo Lues seluas 548.722.8 Ha yang terdiri dari lahan sawah : 7.746 Ha dan lahan bukan sawah : 540.976,8 Ha. Lahan bukan sawah terdiri dari lahan-lahan yang dikelola dalam sektor pertanian seluas 540.976,8 Ha,tegal/kebun 6.830,0 Ha, ladang/huma 6.546,0, perkebunan seluas 13.614,0 Ha, hutan rakyat 18.706,8 Ha, padang rumput/pengembalaan 6.196,3 Ha, hutan Negara 480.633,5 Ha, lahan tidak diusahakan 7.548,6 Ha, dan lainnya 901,6 Ha (BPS, 2015)

Masalah utama selama ini Gayo Lues adalah belum mampu menyediakan benih sendiri, baru tahun ini distan aceh menyediakan benih padi melalui penangkar di Gayo Lues, baik melalui dana APBN, APBA maupun APBK, total seluas 68 ha setara 272 ton benih padi, dan ini terpenuhi sekitar 10.000 ha sawah, Bila tidak cukup hanya skitar 50 ton benih lagi. Selain itu masalah pemupukan belum tepat jenis, belum tepat volume dan belum tepat waktu aplikasi, sehingga produktivitas belum optimal juga, pada bagian pendampingan oleh penyuluh menjadi sangat penting.

Sedangkan penerapan pola tanam jajar legowo2 : 1 pada kegiatan program telah mencapai 80 %, tetapi pada areal diluar program penerapannya baru lebih kurang 25 %. Oleh sebab itu sangat diperlukan pendampingan dalam penerapan pola tanam legowo 2 : 1.

3.5.2. Pelatihan Petani dan Penyuluh di Kabupaten Gayo Lues

Dalam Pelaksanaan kegiatan demfarm juga diberikan pelatihan kepada para penyuluh dan kelompok tani. Pelatihan ini dihadiri oleh anggota kelompok

(29)

Penyuluhan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh kabupaten Gayo Lues serta POPT Kabupaten Aceh Tenggara dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang.

Pada kesempatan ini Kepala BPTP Aceh yang diwakili oleh Koordinator Program BPTP Aceh mempresentasikan sekilas profil BPTP Aceh yang dilanjutkan, tugas pokok BPTP Aceh dan hasil-hasil kajian yang telah diperoleh dan sudah layak untuk diterapkan.

Materi pelatihan Petani dan Penyuluh pada kegiatan UPSUS Pajale di Kampung Kute Bukit Kecamatan Blang Pegayon Kabupaten Gayo Luwes adalah sebagai berikut :

1. Sambutan sekaligus penyampaian materi oleh M. Nasir, SP tentang program pengembangan padi di Kabupaten Gayo Lues.

2. Penyampaian materi oleh Usman B. Shut MP tentang peranan penyuluh dalam peningkatan produktivitas padi di Kabupaten Gayo Lues.

3. Penyampaian materi oleh Jaiduaji tentang pengendalian hama dan penyakit terpadu khususnya tanaman padi.

4. Penyampaian materi olehLamhot Edi P, SP tentang teknologi produksi benih padi.

5. Diskusi yang dipandu oleh penyuluh

Pada saat pelatihan juga dibagikan juknis PTT padi, caplak roda dan gastrok serta bahan pendukung lainnya.

3.5.3. Hasil Pelaksanaan Demfarm Padi

Demfarm dilaksanakan di desa Kute Bukit kecamatan Blang Pegayon kabupaten Gayo Lues dalam pelaksanaan kerjasama antara BPTP Aceh sebagai pendamping diikuti oleh 15 orang petani yang mencakup areal seluas 5 Ha, dengan menerapkan penanaman sistem jajar legowo 2:1 dan penggunaan varietas unggul baru yaitu Inpari 16 dan 30.

Sementara pertumbuhan tanaman padi pada fase vegetatif agak terganggu karena serangan hama putih palsu mencapai 30 %.

Penerapan teknologimelalui pendekatan PTT padi sawah telah memberikan dampak yang signifikan terhadap produktivitas tanaman padi di lokasi demfarm. Produktivitas yang didapatkan mencapai 5,5ton/ha sedangkan produktivitas eksisting sebelumnya di tingkat petani hanya 4,0 ton/ha.

(30)

3.5.4. Realisasi Luas Tanam Padi

Target tanam padi provinsi Aceh sebesar 512.756 hektar sementara Kabupaten Gayo Lues berkontribusi sebesar 7.746 hektar atau sebesar 1,51 %.

Realisasi tanam padi sampai bulan Desember 2016 sebesar 3.917 ha dari target periode tersebut sebesar 7.746 hektar terdapat kekurangan sebesar 3.829 hektar. Realisasi tanam padi tahun 2016 hanya sebesar 49,43 % dari target tahun 2016.

3.6. Demfarm Jagung 7 ha di Kabupaten Pidie 3.6.1. Gambaran Umum

Kondisi Geografis, Topografis dan Geohidrologis Kabupaten Pidie terletak pada 4,30 - 4,6 LU dan 95,75 - 96,20 BT. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten dalam daerah Provinsi Aceh yang mempunyai luas wilayah 3,562.14 km2, yang terbagi dalam 23 kecamatan, 713 gampong, 20 kelurahan dan 94 mukim, dengan ibukota kabupaten adalah Sigli yang terletak lebih kurang 112 km sebelah timur ibukota Provinsi Aceh dengan batas wilayah sebagai berikut :

❖ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya ❖ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar ❖ Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

❖ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Pidie memiliki topografi yang terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, daerah lembah dan daerah pegunungan dengan rincian sebagai berikut : - Ketinggian 0 – 100 m dpl : (20,35 %) - Ketinggian 100 – 500 m dpl : (18,23 %) - Ketinggian 500 – 1000 m dpl : (23,84 %) - Ketinggian > 1000 m dpl : (37,58 %) - Kemiringan 0 – 8 % : (33,28 %) - Kemiringan 8 – 15 % : (14,08 %) - Kemiringan 15 – 25 % : (23,83 %) - Kemiringan > 25 % : (31,88 %)

(31)

1000 – 2000 mm/th dengan hari hujan 114 hari/th. Tentang keadaan curah hujan di Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Rata - rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Pidie, Tahun 2013 – 2015

BULAN

Keadaan Hujan

Curah Hujan Hari Hujan

2013 2014 2015 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 Januari 141 237 151 9 16 11 Februari 23 78 117 6 10 11 Maret 74 7 165 15 135 13 April 177 9 120 11 130 12 Mei 73 6 78 9 98 9 Juni 116 8 29 5 21 3 Juli 82 8 74 8 46 5 Agustus 46 3 104 11 82 7 September 210 11 111 10 112 9 Oktober 132 7 146 14 109 9 November 197 23 163 16 125 11 Desember 211 19 203 16 212 12

Sumber : Pidie dalam Angka, 2015

Sentra penanaman komoditi jagung hibrida di kabupaten ini tersebar di beberapa kecamatan. Luas tanam, luas panen dan produksi komoditi jagung menurut kecamatan dapat di lihat pada Tabel 5 berikut :

(32)

Tabel 5.Luas Tanam, Luas Panen, Dan Produksi Tanaman Jagung di Kabupaten Pidie, 2015

No. Kecamatan Luas Tanam(Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Geumpang 60 28 106 2. Mane 70 32 122 3. Glumpang Tiga 13 50 205 4. Glumpang Baro 4 4 16 5. Mutiara - - - 6. Mutiara Timur 1 20 84 7. Tiro/Truseb 5 5 22 8. Tangse 36 15 57 9. Keumala 13 7 32 10. Titeue 10 2 9 11. Sakti 149 94 404 12. Mila 12 3 14 13. Padang Tiji 68 56 230 14. Delima 1 5 19 15. Grong-grong 5 2 8 16. Indrajaya - 16 67 17. Peukan Baro - - - 18. Kembang Tanjong 4 1 4 19. Simpang Tiga 1 1 4 20. Kota Sigli - - - 21. Pidie - - - 22. Batee - 5 21 23. Muara Tiga 60 - - Jumlah/Total 512 346 1,424

3.6.2. Hasil Pelaksanaan Demfarm Jagung

Kegiatan Upsus jagung ini dilaksanakan di kelompoktani Udep Beusare desa Blang Kumot Baroeh Kecamatan Sakti pada lahan milik petani dengan luas ± 8 ha yang dimulai pada bulan Oktober 2016 dengan menggunakan varietas

(33)

varietas pembanding. Paket teknologi yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Paket Teknologi kegiatan Demfarm Jagung di Pidie

Komponen Teknologi Paket Teknologi

Persiapan/pengolahan lahan TOT

Varietas Bima 19,Bima 20, Bisi 18 dan P32

Jarak tanam/jumlah benih per lubang

tanam 70 x 40 cm, 2 biji/lubang

Jenis dan dosis pupuk Urea (kg/ha) NPK Phonska (kg/ha) KCl 270 kg/ha 400 kg/ha 150 kg/ha

Waktu pemberian - 1/3 bagian Urea + NPK + KCl 50 kg/ha pada 15 HST

- 2/3 bagian Urea + NPK pada 25 HST

Pemeliharaan tanaman Pola PTT

Pengendalian OPT Penerapan PHT

Pada saat ini tanaman jagung dalam fase pertumbuhan vegetatif dan perkembangannya cukup baik.

(34)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Peningkatan produktivitas tanaman padi dapat dilakukan melalui pendekatan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah yang dikombinasikan dengan penerapan teknologi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu. Secara umum penerapan komponen teknologi terutama sistem tanam jajar Legowo 2 : 1 di tengah petani sudah agak meluas dibandingkan dua tahun sebelumnnya. Beberapa kabupaten yang pernah dilakukan pembinaan, penerapan jarwo sudah mencapai 55 – 60 persen dari luas areal tanam. Hal ini karena didukung oleh tersedianya alat tanam caplak roda dan pembinaan langsung oleh BPTP Aceh bersama penyuluh lapangan.

2. Pelaksanaan komponen teknologi di lapangan masih terkendala dengan budaya masyarakat setempat. Selain itu faktor alam seperti curah hujan tinggi atau kekeringan ikut mempengaruhi tingkat adopsi teknologi. Lahan sawah yang belum memiliki jaringan irigasi atau sawah tadah hujan, masih sulit menerapkan komponen teknologi system tanam.

3. Pelaksanaan pelatihan, demfarm, dan temu lapang mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan dan mensosialisasikan PTT padi sawah kepada pengguna sekaligus dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM penyuluh lapangan. Selain itu pertemuan untuk tanam atau panen merupakan media efektif untuk menyampaikan informasi dan teknologi kepada pengguna.

Saran

- Khusus daerah terpencil, jauh dari sumber teknologi seperti Simeulue, Gayo Lues, dan Subulussalam danlain-lain perlu dilanjutkan pembinaan berupa pelatihan dan demplot, sehingga transfer teknologi dalat berlangsung lebih cepat dalam upaya meningkatkan produktivitas padi dankomoditas lainnya.

- Keikutsertaan Dinas dan badan penyuluhan tingkat kabupaten perlu lebih ditingkatkan mulai perencanaan kegiatan hingga evaluasi.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

... Aceh Tamiang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang.

... Aceh Tenggara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tenggara.

... Pidie Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupate Pidie.

...Aceh Gayo Lues Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gayo Luwes.

...Aceh Simeulue Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue.

...Aceh Singkil Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Singkil. Annonimous. 2015. Pedoman Teknis GPP-TT Padi 2015.

Badan Litbang Pertanian, 2011. Panduan Umum Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI), Badan Litbang Departemen Pertanian Republik Indonesia.

BPS. 2015. Aceh Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Aceh.

Pikukuh, Bambang., Kustiono, Gatot., Setyorini, Dwi., Purwoko, Muslich. 2010. Membangun Kemandirian Agribisnis. Diakses dari internet pada Selasa, 11 Mei 2010 di www.sinartani.com/.../proses-benih-padi-bersertifikat-dan-penggunaannya-parapetani-1265599338.html

Roy, S.K, and J. Mondel. 1988. Potential for Rice Ratooning in Easteren India, With Special Reperence to Photoperiod Sensitive Rices for Deepwater Areas. In : Rice Ratooning. IRRI.Los Banos Philipines. Pp. 135-142.

Sun, Zhang dan Liang, 1988. Ratooning With Rice Hybrids, In Ratooning. IRRI, Manilla, Philippines.

Sutarwi Surowinoto.1983. Budidaya Tanaman Padi. Jurusan Agronomi Faperta IPB. Bogor.

Petunjuk Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Puslitbangtan, 2013.

(36)

Lampiran Foto – Foto Kegiatan 1. Kegiatan di Kabupaten Simeulue

Pertemuan dan diskusi

dengan Bupati Simeulue

tentang UPSUS PAJALE

Pelatihan petani dan

penyuluh

Kata

sambutan

oleh

Bupati

Simeulue

saat

Temu lapang

(37)

2. Kegiatan di Kabupaten Aceh Tamiang

Penyuluh peserta temu

lapang

Panen padi di lokasi

demfarm

Koordinasi dengan

Ditannak kab. Aceh

Tamiang

(38)

Saat pengamatan

tanaman padi pada fase

vegetatif yang dilakukan

oleh mantra tani di

demfarm kab. Aceh

Tamiang

Saat panen padi di

demfarm kabupaten Aceh

Tamiang

Temu lapang di demfarm

kabupaten Aceh Tamiang

(39)

3. Kegiatan di Kabupaten Aceh Tenggara

Tanaman padi pada

seluas 5 Ha demfarm di

desa Biak kec. Bambel

kab. Aceh Tenggara

Penimbangan hasil ubinan

demfarm di Aceh

Tenggara yang dilakukan

oleh petugas lapangan

LO sedang melakukan

koordinasi dengan dinas

tananman pangan

kabupaten Aceh Tenggara

Pelatihan petani dan

penyuluh mendukung

kegiatan UPSUS di

(40)

4. Kegiatan di Kabupaten Gayo Luwes

LO sedang melakukan

koordinasi dengan dinas

tananman pangan

kabupaten Gayo Luwes

Pelatihan petani dan

penyuluh mendukun

kegiatan UPSUS di

kabupaten Gayo Luwes

Tim BPTP sedang

melakukan monitoring

pada lahan demfarm padi

di di kabupaten Gayo

Luwes

(41)

5. Kegiatan di Kabupaten Singkil

Pelatihan petani dan

penyuluh mendukung

kegiatan UPSUS di

kabupaten Singkil

Kondisi tanaman padi

pada demfarm seluas 5 ha

di kabupaten Singkil

(42)

6. Kegiatan di Kabupaten Pidie

LO sedang melakukan

koordinasi dengan dinas

pertanian di kabupaten

Pidie

LO sedang melakukan

koordinasi dengan BPP

Sakti Kabupaten Pidie

Perkembangan tanaman

jagung pada demfarm di

kabupaten Pidie

Gambar

Gambar 1. Praktek penggunaan alat tanam caplak roda
Gambar  2.  Pelatihan  bagi  penyuluh  dan  kontaktani  yang  dihadiri  Wakil  Bupati  Simeulue
Tabel  1. Keragaan tinggi tanaman Inpari 31 dan Situbagendit di Desa Lataling  Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulu
Gambar 3. Panen padi dan Temu lapang di Desa Johar Kecamatan Karang Baru
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui tingkat stres responden kelompok intervensi sebelum diberikan latihan hatha yoga, bahwa hasil tertinggi dari pretest

Tingkat keragaman fenotipe (TKF) yang diduga berdasarkan persentase fenotipe rekombinan (PFR) pada karakter warna daun pucuk, warna permukaan atas dan bawah tangkai daun

gambar (peta), media/ cerita tentang Keadaan masyarakat Yastrib sebelum hijrah Nabi Muhammad

(6) Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI

AN ANALYSIS OF SPONGEBOB SQUAREPANTS’ SELECTED EPISODES: A STUDY OF QUEER THEORY AND GENDER PERFORMATIVITY Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu..

Pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat disain antarmuka, pembentukan

Peralatan atau mesin-mesin kantor, lazim disebut juga pesawat kantor, yaitu semua mesin komunikasi yang berfungsi sebagai alat untuk mengadakan komunikasi, baik di lingkungan

2.2Menjelaskan urutan membuat atau melakukan sesuatu dengan kalimat yang runtut dan mudah dipahami 2.3Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah