• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH

3.1. Arahan Rencana Kawasan Andalan di Jawa Barat Bagian Selatan

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), wilayah Jawa Barat bagian Selatan

termasuk dalam beberapa Kawasan Andalan sebagai berikut:

a. Kawasan Andalan Sukabumi dan sekitarnya, dengan sektor unggulan perikanan,

pertanian, pariwisata dan perkebunan; dan

b. Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran, dengan sektor unggulan pertanian,

industri, perkebunan, pariwisata dan perikanan.

3.2. Arahan Rencana Wilayah Pengembangan (WP) di Jawa Barat Bagian Selatan

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat 2009-2029,

wilayah Jawa Barat bagian Selatan termasuk ke dalam dua Wilayah Pengembangan yaitu:

a. WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Priangan

Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Pacangsanak

(Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan) yang antisipatif terhadap perkembangan

pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya,

Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar; dan

b. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Sukabumi yang

antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota

Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur.

Arahan pengembangan untuk masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) ini adalah

sebagai berikut :

a. WP Priangan Timur-Pangandaran

Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP Priangan Timur-Pangandaran

meliputi pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan,

industri kerajinan dan pertambangan mineral.

Fokus pengembangan masing-masing kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan pada WP

Priangan Timur-Pangandaran ini, meliputi :

1. Kabupaten Garut, diarahkan untuk kegiatan dan industri pengolahan pertanian,

perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, wisata alam dan minat khusus,

serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non-logam serta pengembangan

sarana dan prasarana yang terintegrasi, serta kegiatan wisata minat khusus di PKWp

Rancabuaya;

(2)

2.

Kabupaten Tasikmalaya, diarahkan untuk kegiatan pertanian, perkebunan,

kehutanan, peternakan, agroindustri, perikanan dan industri pengolahan perikanan,

pusat pengembangan industri kerajinan, wisata alam, serta kegiatan pertambangan

mineral logam dan non-logam;

3.

Kabupaten Ciamis, diarahkan untuk kegiatan dan industri pengolahan pertanian,

perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, wisata pantai, serta kegiatan

pertambangan mineral non-logam serta penyediaan sarana dan prasarana PKW

Pangandaran yang terintegrasi serta pengembangan PKNp Pangandaran sebagai

daerah tujuan wisata nasional dan internasional.

b. WP Sukabumi dan sekitarnya

Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP Sukabumi dan sekitarnya, meliputi

peternakan, pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan

dan bisnis kelautan, serta pertambangan mineral. Fokus pengembangan masing-masing

kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan pada WP Sukabumi dan sekitarnya ini,

meliputi :

1. Kabupaten Sukabumi, diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pengembangan

kawasan penggembalaan umum ternak ruminansia, wisata pantai, wisata agro,

wisata minat khusus, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air,

perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Palabuhanratu dan simpul

layanan wilayah sekitarnya, pengembangan wilayah pesisir selatan melalui

pengembangan wisata pantai dan minat khusus serta perikanan tangkap, serta

pertambangan mineral logam dan non-logam serta pengembangan sarana dan

prasarana yang terintegrasi yang diarahkan untuk kegiatan bisnis kelautan skala

nasional dan internasional di PKNp Palabuhanratu; dan

2. Kabupaten Cianjur, diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pertanian,

perkebunan, kehutanan, pengembangan kawasan penggembalaan umum ternak

ruminansia, wisata agro, wisata alam, industri kreatif, pengembangan wilayah

pesisir untuk perikanan tangkap, wisata minat khusus, serta pertambangan mineral

logam dan non-logam.

3.3. Rencana Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan

Wilayah Jawa Barat bagian Selatan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa

Barat 2009-2029, diarahkan dengan kebijakan pembatasan pengembangan wilayah.

Strategi untuk kebijakan tersebut, meliputi:

(3)

2. meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan tetap

memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan;

3. meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan;

4. meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan;

5. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan kesetaraan

peran dan fungsi di KSN; dan

6. mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi

yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS.

Wilayah Jawa Barat bagian Selatan dikembangkan dengan menerapkan prinsip koridor

ekonomi yang pada intinya merupakan wilayah yang terdiri dari simpul-simpul pusat

kegiatan ekonomi (pusat pelayanan jasa dan simpul transportasi) dan pusat

pengembangan komoditas yang dihubungkan dengan jaringan infrastruktur untuk

memperlancar mobilisasi barang dan orang baik dari arah Timur-Barat maupun

Utara-Selatan. Pusat kegiatan ekonomi di wilayah Jawa Barat bagian Selatan adalah pusat-pusat

permukiman sebagaimana ditetapkan dalam Perda No. 22 Tahun 2010 tentang RTRWP

Jawa Barat yaitu :

1. Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNp) Palabuhanratu,

2. PKNp Pangandaran,

3. Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi (PKWp) Rancabuaya,

4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Jampangkulon, PKL Sagaranten, PKL Sindangbarang,

PKL Pameungpeuk, PKL Cijulang

Dalam pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan dibagi menjadi 14 Satuan

Wilayah Pengembangan (SWP). Dasar pertimbangan dalam penentuan SWP

pengembangan adalah:

a. arahan/kebijakan pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP Jawa

Barat maupun pada setiap Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan;

b. kondisi eksisting dan keseuaian penggunaan lahan;

c. struktur tata ruang yang terbentuk;

d. kesatuan sistem interaksi dan ketergantungan kegiatan fungsional harian;

e. penetapan komoditas-komoditas dan sector-sektor unggulan yang akan dikembangkan;

dan

f. ketersediaan sarana-prasarana penunjang, yaitu ketersediaan dan kualitas jalan

penghubung antar wilayah dan sarana perekonomian penunjang pusat koleksi-distribusi

komoditas.

(4)

Penentuan SWP pengembangan komoditas unggulan diharapkan dapat berperan sebagai

motor penggerak bagi pertumbuhan wilayah sekitarnya dan Jawa Barat bagian Selatan

pada umumnya. Berdasarkan hasil kajian terhadap pertimbangan di atas, maka ditetapkan

pembagian SWP sebagai berikut:

1. SWP Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak, Kalipucang, Sidamulih, Cigugur;

2. SWP Banjarsari, Padaherang, Pamarican, Langkaplancar, Mangunjaya, Purwadadi,

Lakbok;

3. SWP Cikalong, Cikatomas, Pancatengah;

4. SWP Karangnunggal, Bantarkalong, Cibalong, Bojongasih, Culamega, Parungponteng,

Cipatujah;

5. SWP Sodonghilir, Taraju, Bojonggambir;

6. SWP Cikajang, Pamulihan, Cisompet, Cihurip, Peundeuy, Singajaya, Banjarwangi,

Bungbulang, Pakenjeng;

7. SWP Pameungpeuk, Cibalong, Cikelet, Mekarmukti, Caringin;

8. SWP Cisewu, Talegong;

9. SWP Sindangbarang, Cikadu, Cibinong, Agrabinta, Cidaun, Naringgul, Leles;

10. SWP Sukanagara, Pagelaran, Pasirkuda, Tanggeung, Kadupandak, Takokak, Cijati;

11. SWP Sagaranten, Curugkembar, Cidadap, Cidolog, Pabuaran;

12. SWP Jampang Kulon, Cibitung, Surade, Ciemas, Waluran, Kalibunder, Tegalbuleud,

Ciracap;

13. SWP Jampang Tengah, Warungkiara, Lengkong, Purabaya, Nyalindung, Geger Bitung,

Cikembar; dan

(5)

Tabel 3.1

Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) di Jawa Barat bagian Selatan

SWP Pusat Karakteristik Potensi

SWP Pangandaran : Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak, Kalipucang, Sidamulih, Cigugur

Pangandaran Merupakan SWP yang sebagian besar kawasannya adalah kawasan pesisir  Pertanian (kelapa)  Peternakan (sapi, domba)

 Perikanan tangkap dan kelautan

 ODTW unggulan wisata pantai SWP Banjarsari: Banjarsari, Padaherang, Pamarican, Langkaplancar, Mangunjaya, Purwadadi, Lakbok

Banjarsari Merupakan SWP yang seluruh wilayahnya di daratan dengan topografis yang bergelombang

 Hutan produksi dan hutan rakyat (kayu jati, mahoni, sengon)  Pertanian (kelapa, kopi,

kakao, holtikultura)

SWP Cikalong: Cikalong, Cikatomas, Pancatengah

Cikalong Sebagian wilayah terletak di wilayah pesisir,

sedangkan sisanya di wilayah daratan dengan topografi bergelombang

 Peternakan (sapi potong)

 Hutan rakyat (hasil kayu)

 Perikanan tangkap dan kelautan SWP Karangnunggal: Karangnunggal, Bantarkalong, Cibalong, Bojongasih, Culamega, Parungponteng, Cipatujah

Karangnunggal Sebagian di wilayah pesisir dan sebagian di daratan  Kehutanan (kayu mahoni, sengkon)  Buah-buahan local (manggis, tomat, pisang)

 Perikanan tangkap dan kelautan  Penambangan pasir hitam SWP Songhilir: Sodonghilir, Taraju, Bojonggambir

Songhilir Seluruhnya merupakan kawasan daratan yang bergelombang

 Kehutanan (kayu, mahoni, singon)  Pertanian lahan kering

(kopi, manggis) SWP Cikajang: Cikajang, Pamulihan, Cisompet, Cihurip, Peundeuy, Singajaya, Banjarwangi, Bungbulang, Pakenjeng

Cikajang Seluruhnya merupakan kawasan daratan yang bergelombang

 Perkebunan (the, kelapa)

 Palawija dan sayuran  Hutan (kayu)

SWP Pameungpeuk: Pameungpeuk,

Cibalong, Cikelet, Mekarmukti, Caringin

Pameungpeuk Sebagian besar merupakan kawasan pesisir  Kehutanan (kayu Afrika, sengon)  Perkebunan (kelapa, pisang)  Perikanan tanggap  Peternakan

(6)

SWP Pusat Karakteristik Potensi

 ODTW unggulan wisata pantai

SWP Cisewu: Cisewu, Talegong

Cisewu Merupakan kawasan dataran yang bergelombag  Perkebunan (kelapa)  Palawija (jagung) SWP Sindangbarang: Sindangbarang, Cikadu, Cibinong, Agrabinta, Cidaun, Naringgul, Leles

Sindangbarang Sebagian merupakan kawasan pesisir

 Peternakan (domba, sapi)

 Perkebunan (kelapa)  Perikanan tangkap dan

kelauatan

 Tambang pasir hitam  ODTW unggulan wisata

pantai SWP Sukanegara: Sukanagara, Pagelaran, Pasirkuda, Tanggeung, Kadupandak, Takokak, Cijati

Sukanegara Sebagian besar merupakan daratan bergelombang  Kehutanan (kayu, mahoni, singon)  Perkebunan teh  Peternakan (sapi, domba) SWP Sagaranten: Sagaranten, Curugkembar, Cidadap, Cidolog, Pabuaran

Sagaranten Sebagian besar merupakan daratan bergelombang

 Perternakan (sapi, domba)

 Palawija (kacang tanah)  Perkebunan (karet, salak)  Kehutanan (kayu sengon) SWP Jampang Kulon: Jampang Kulon, Cibitung, Surade, Ciemas, Waluran, Kalibunder, Tegalbuleud, Ciracap

Jampang Kulon Sebagian merupakan kawasan pesisir

 Palawija (kacang tanah, kedelai)

 Peternakan (sapi , domba)

 Perikanan tangkap dan kelautan  Penangkaran penyu  Wisata pantai Ujunggenteng  Wisata petualangan SWP Jampang Tengah: Jampang Tengah, Warungkiara, Lengkong, Purabaya, Nyalindung, Geger Bitung, Cikembar

Jampang Tengah Sebagian besar merupakan daratan bergelombang

 Peternakan (domba)  Palawija (kacang tanah)  Perkebunan karet dan

teh  ODTW unggulan perkebunan teh SWP Pelabuhanratu: Pelabuhanratu, Cisolok, Cikakak, Simpenan, Cikidang, Bantargadung

Pelabuhanratu Sebagian besar merupakan kawasan pesisir

 Perkebunan (karet, kelapa)

 Peternakan (domba)  Perikanan tangkap dan

kelautan

 ODTW unggulan pantai, Goa Lalay, wisata petualangan

(7)

Tabel 3.2

Matriks Kebijakan Strategi dan Rencana Pengembangan Wilayah

Jawa Barat bagian Selatan

Kebijakan Strategi Rencana

Pengembangan Jawa Barat bagian Selatan dilakukan secara terintegrasi dan terkendali dengan mempertimbangkan

keberadaan kawasan lindung terutama kawasan rawan bencana

a. memanfaatkan kawasan budidaya secara optimal melalui pendayagunaan kembali lahan tidur serta potensi pesisir dan laut; dan

a. pencegahan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan tidur; b. mendorong alih fungsi

lahan tidur di kawasan budidaya menjadi lahan pertanian produktif; b. memanfaatkan lahan secara

terbatas agar memiliki nilai ekonomis di kawasan lindung non hutan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya.

c. pencegahan terjadinya alih fungsi lahan kawasan lindung menjadi kawasan budidaya;

d. penerapan aturan sempadan pantai sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku di sepanjang wilayah pesisir

Pengembangan Jawa Barat bagian Selatan difokuskan pada sektor prioritas berbasiskan potensi

sumberdaya lahan, pesisir dan laut

a. mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan melalui pendayagunaan kembali lahan tidur;

a. pendayagunaan pemanfaatan kembali lahan tidur untuk kegiatan pertanian melalui

kerjasama dengan pihak pengelola

b. pengembangan komoditas unggulan pada lahan tidur; c. penyediaan teknologi

produksi tepat guna b. mengembangkan sektor

kehutanan melalui

pendayagunaan lahan hutan produksi dan hutan rakyat;

a. optimalisasi lahan hutan produksi dan hutan rakyat b. pengembangan kegiatan

agroforestry yang berkelanjutan

c. pengembangan sarana produksi dan distribusi c. mengarahkan kegiatan

pertambangan yang ramah lingkungan dan terkelola secara terintegrasi dan terkendali;

a. penetapan kawasan

lindung cagar alam geologi tidak boleh dijadikan lokasi penambangan; dan

(8)

Kebijakan Strategi Rencana

penambangan pasir besi dengan pemanfaatan kandungan yang lebih bernilai tambah

c. perehabilitasian kondisi lingkungan akibat kegiatan penambangan

d. pembentukan koperasi dan kelompok-kelompok

penambang yang berkoordinasi dengan Dinas energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa Barat d. mengembangkan sektor

pesisir dan kelautan melalui peningkatan daya saing masyarakat pesisir;

a. pengembangan budidaya ikan di wilayah pesisir di Jawa Barat bagian Selatan; b. pengembangan

infrastruktur penunjang kegiatan penangkapan dan pengolahan hasil perikanan laut; dan

c. peningkatan kualitas SDM yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan, pengetahuan dan teknologi produksi maupun distribusi hasil perikanan laut. e. mempertahankan bentang

alam dan pemandangan visual di kawasan pariwisata pantai.

a. pengembangan objek dan daya tarik wisata yang berakar pada alam, kearifan lokal dan budaya Jawa Barat bagian Selatan; dan

b. pemanfaatan aktivitas agroindustri dan industri kelautan sebagai objek wisata.

c. peningkatan keterlibatan masyarakat dalam

pengembangan pariwisata d. pengembangan pariwisata

di 3 KWU sesuai dengan rencana pengembangan pariwisata Jawa Barat dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Jawa Barat

(9)

Kebijakan Strategi Rencana

pengembangan terbatas di sempadan pantai dari jalan lintas selatan ke arah pantai

f. penetapan area

pengembangan terbatas di sepanjang koridor utara-selatan

Pembangunan infrastruktur bersifat struktural, dengan mempertimbangkan kondisi fisik geografis yang rawan bencana dan pembangunan infrastruktur non struktural untuk meningkatkan dayadukung lingkungan

a. meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang

dilaksanakan melalui

peningkatan penyediaan dan peningkatan kualitas

infrastruktur dasar permukiman;

a. peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan

infrastruktur dasar (energi, air, sanitasi,

telekomunikasi)

b. menjamin pemerataan pelayanan infrastruktur dasar permukiman hingga kawasan perbatasan;

a. perluasan pelayanan air baku untuk aktivitas keseharian masyarakat dan prasarana irigasi dan pada kawasan pertanian, terutama pada pusat pengembangan komoditas unggulan;

b. pengembangan jaringan listrik PLN ke seluruh wilayah Jawa Barat bagian Selatan;

c. pengembangan jaringan telekomunikasi ke seluruh wilayah Jawa Barat bagian Selatan;

c. meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur pendukung kegiatan di perkotaan dan perdesaan;

a. penyelesaian

pembangunan jalan Trans Selatan, sehingga seluruh ruas Trans Selatan dari perbatasan Jawa Barat-Banten sampai perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah terhubungkan oleh jaringan jalan dengan kualitas yang baik;

b. peningkatan kualitas jalan pada ruas Utara-Selatan yang sudah ada;

c. peningkatan dan atau membangun jaringan jalan antara setiap pusat satuan pengembangan wilayah dengan pengembangan

(10)

Kebijakan Strategi Rencana komoditas unggulan dengan pusat kabupaten; d. peningkatan dan atau

membangun jaringan jalan antara pusat-pusat

permukiman dengan pusat kecamatan;

e. peningkatan kualitas jalan pada pusat-pusat produksi komoditas unggulan. f. pembangunan dan atau

peningkatan kualitas terminal di satuan wilayah pengembangan komoditas; a. pengoptimalan layanan

jaringan kereta api

eksisting yang sudah ada; b. pengoptimalan layanan

perhubungan udara eksisting yang sudah ada; dan

c. peningkatan kapasitas dan fungsi pelabuhan yang sudah ada bagi lalulintas orang dan komoditas unggulan Jawa Barat Selatan.

d. mengarahkan infrastruktur untuk pengembangan energi baru dan terbarukan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam mikro hidro, panas bumi, tenaga surya, tenaga angin dan bioenergi secara

berkelanjutan, dengan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan energi untuk masyakarat Jawa Barat bagian Selatan;

a. pengembangan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH) atau geothermal atau solar cel dan pengembangan energi baru terbarukan lainnya

e. memprioritaskan

pengembangan infrastruktur yang memperhatikan

keterbatasan daya dukung dan daya tampung

lingkungan;

a. pembangunan infrastruktur wilayah dengan besaran dan skala pelayanan sesuai dengan keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan sekitarnya f. meningkatkan koordinasi dan

kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Kabupaten di Jawa Barat

a. Pelaksanaan koordinasi antar Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan

(11)

Kebijakan Strategi Rencana bagian Selatan, antar

Pemerintah Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan, antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan dan swasta dalam

mewujudkan penyediaan infrastruktur.

dalam pengembang infrastruktur

b. Pembangunan infrastruktur transportasi dan wilayah dengan melibatkan pihak swasta baik skala lokal maupun regional

Pengembangan pusat-pusat permukiman di wilayah Jawa Barat bagian Selatan diarahkan di Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNp), Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi (PKWp) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) perkotaan dan pedesaan sebagaimana diatur dalam rencana struktur ruang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Jawa Barat

a. memantapkan peran pusat-pusat permukiman sesuai arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029;

a. pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya; b. perintisan pembangunan

pusat komunitas secara terintegrasi dengan pengembangan potensi ekonomi di sepanjang koridor barat-timur

c. perwujudan terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk

b. memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang ramah lingkungan;

d. peningkatan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP

c. mempertimbangkan keterbatasan dayadukung dan dayatampung lingkungan dalam pengembangan pusat-pusat permukiman.

e. pengendalian

perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak melebihi daya dukung dan daya tampungnya; Pengembangan wilayah Jawa

Barat bagian Selatan dilakukan dengan mengintegrasikan kearifan lokal dan melibatkan peranserta masyarakat

a. mengarahkan pengembangan kegiatan di Jawa Barat

bagian Selatan dalam kerangka kearifan lokal;

a. pengembangan kegiatan pariwisata dalam kerangka kearifan local

b. pengolahan hasil pertanian khas Jawa Barat bagian Selatan menjadi makanan atau obat-obatan

b. memelihara dan

memantapkan peran kearifan lokal yang dapat

mengakselerasi

pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan;

a. mempertahankan kearifan lokal yang bernilai tinggi pada jaman modern ini (bangunan tradisional, seni budaya, obat herbal

(12)

Kebijakan Strategi Rencana c. meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam upaya integrasi kearifan lokal dalam pengembangan wilayah.

a. pelibatan masyarakat dalam aktivitas pengembangan agroindustri, industri kelautan dan pariwisata terpadu

Pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah

bersama-sama dengan

Pemerintah Daerah Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan

a. meningkatkan kerjasama antar Pemerintah Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan untuk mewujudkan tujuan pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan

a. pemberian insentif dan disinsentif terhadap Pemerintah Kabupaten terkait dengan

pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan b. memantapkan peran

Pemerintah Daerah dalam pengembangan wilayah melalui Lembaga Pengelola Wilayah Jawa Barat bagian Selatan.

b. perwujudan peran Pemerintah Daerah

dengan merancang bentuk Lembaga Pengelola

Wilayah Jawa Barat bagian Selatan

Referensi

Dokumen terkait

5.2. Yang dimaksud dengan Anggota adalah badan usaha yang bergerak di bidang penyelenggaraan jasa internet dan memiliki usaha resmi yang sah sebagaimana.. diatur

Jumlah pengeluaran kegiatan program sarjana (rutin & Non Rutin) untuk masa Tahun Akademik 2014/2015 dan 2013/2014 (periode 1 September 2014 sampai dengan 31 Agustus 2015 dan

Pada penelitian ini digunakan larva instar 3 dan 4 karena pada tahap ini larva nyamuk sudah dalam ukuran tubuh yang besar dan toleransi terhadap daya racun ekstrak

It is important that the teacher paid attention to the amount of his talking time during the motivating strategies and presentation stage in the next application of the lesson

Maka keputusan investasi yang dilakukan oleh manajemen dalam menggunakan dana perusahaan yang ada pada sebuah aset yang diharapkan akan memberikan keuntungan dimasa

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya item-item soal.. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan. Item soal yang valid berarti item

suoraan edellisen vuoron päätyttyä, minkä ohessa uuden sekvenssin aloittava vuoro voitiin aloittaa tiimin jäsenten puolesta myös ottamalla se itselle päällekkäin

Makanan menurunkan absorpsi kaptopril 30-40 % (Lacy CF.,Armstrong LL.,Goldman MP.,Lance LL. Peneliti menyampaikan pada dokter dan perawat sebaiknya kaptopril diberikan 1 jam