• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tanggal 12 September 2015 pukul diunduh pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tanggal 12 September 2015 pukul diunduh pada"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang masyarakatnya pun terdiri dari beragam etnis, ras, warna kulit, bahasa, adat-istiadat dan juga budaya atau yang oleh Furnival dalam Liliweri (2011:166) disebut sebagai masyarakat majemuk. Kita akan membahas salah satu mengenai

kemajemukan yang ada di Indonesia yaitu kebudayaan. 1Kebudayaan atau

budaya sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, sedangkan dalam bahasa Latin, kebudayaan disebut colere, yang memiliki arti mengolah atau mengerjakan, bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Menurut Edward Burnett Tylor dalam Liliweri (2004:107), kebudayaan merupakan kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Hebdin dan Glick dalam (Liliweri, 2004:108), membagi kebudayaan menjadi 2, yaitu dilihat secara material (contohnya pakaian, desain arsitektur), maupun non material (contohnya kepercayaan, bahasa). Sedangkan menurut Wahlstrom dalam (Liliweri, 2004:108), kebudayaan diartikan sebagai pengalihan atau

1

http://www.rangkumanmakalah.com/hubungan-antara-budaya-agama-adat-istiadat/ diunduh pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00

(2)

2

sosialisasi perilaku, kepercayaan, seni, institusi, dan semua karya intelektual dan karya lain dalam suatu masyarakat.

Berbicara kebudayaan, erat kaitannya dengan agama. Agama dan budaya memiliki keterkaitan satu sama lainnya, seperti yang dikatakan oleh Oliver Roy bahwa hubungan budaya dan agama ada pada tahap inkulturasi yaitu agama memposisikan dirinya di tengah-tengah budaya, dan terdapat hubungan saling memberi dan menerima di antara budaya dan

agama2. Ada enam agama yang diakui di Indonesia, antara lain Islam,

Hindu, Kristen Protestan, Katolik, Buddha dan Kong Hu Cu3. 4Agama

bagi masyarakat berfungsi sebagai sistem pengetahuan dan keyakinan untuk menjalani kehidupan di dunia dan kesiapan untuk memasuki kehidupan di akhirat. Agama juga dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak bagi pemeluknya, atau dapat dikatakan bahwa agama adalah sistem acuan nilai (system of referenced values). Berdasarkan fungsi tersebut, agama bisa menjadi perekat kedamaian, bahkan bisa juga menimbulkan ketegangan dan kekerasan sosial.

Untuk menjaga keberagaman itu, Indonesia mempunyai semboyan yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti “Berbeda-beda tapi tetap satu

jua”5. Semboyan tersebut menjadi pengikat atau pemersatu bagi bangsa

Indonesia. Namun dalam perkembangannya, semboyan tersebut tidak seutuhnya dapat dijalankan dengan baik. Masih banyak individu-individu atau kelompok-kelompok dengan nilai-nilai dan preferensi-preferensi yang berbeda tidak berhasil menyerasikan tindakan-tindakan mereka, sehingga menimbulkan konflik (Budyatna & Ganiem, 2011:276). Konflik terjadi karena adanya perbedaan dalam budaya, nilai, persepsi, ideologi, opini, perilaku, agama, derajat ekonomi, kelangkaan sumber daya, kepentingan

2

http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77261/potongan/S3-2015-292349-chapter5.pdf diunduh pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00

3

http://Ilmupengetahuanumum.com/agama-agama-di-indonesia/ diunduh pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00

4

jurnal kajian LEMHANNAS RI, Edisi 14, Desember 2012 diunduh pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00

5

http://www.ilmusiana.com/2015/12/arti-semboyan-bhineka-tunggal-ika.html?m=1 diunduh pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00

(3)

3

pribadi dan kelompok (Cangara, 2014:201). Sedangkan menurut K. Domenici (Cangara, 2014:201), bila ada konflik, maka yang terjadi adalah hilangnya komunikasi, tidak ada informasi baru yang diperoleh, tidak ada hubungan, dan tidak ada kesesuaian, bahkan lebih parah lagi jika konflik sudah dilandasi kefrustasian dan dendam sehingga bisa mengarah pada konflik fisik dan anarkisme.

Di Indonesia, ada banyak sekali konflik dengan agama sebagai alasannya. Misalnya saja konflik yang terjadi di Aceh pada bulan Oktober

20156. Kasus ini berawal dari tuntutan remaja Muslim setempat kepada

pemerintah. Mereka meminta agar pemerintah membongkar beberapa gereja yang dibangun tanpa memiliki surat izin. Pemerintah mengatakanakan melakukan pembongkaran pada 21 gereja yang tidak memiliki izin, namun sebelum hal itu dilakukan, sekelompok orang mengambil langkah sendiri untuk menyelesaikannya. Sekitar 600 orang membakar gereja pertama dan kemudian melanjutkan ke gereja kedua. Bentrokan pun terjadi antar sekelompok orang ini dengan polisi, tentara dan juga warga Kristen. Satu orang meninggal akibat tembakan dan beberapa orang lainnya mengalami luka akibat bentrok tersebut.

Kasus lainnya terjadi di Bali, dimana terjadi konflik antara agama

Hindu dan agama Kristen pada masa awal orang Bali menjadi Kristen7.

Saat itu umat Kristen menganggap bahwa bila mereka sudah mengikut Yesus, maka mereka harus meninggalkan semua tradisi ke-Bali-an. Mereka beranggapan bahwa tradisi Bali khusunya umat Hindu sama dengan menyembah berhala dan hal itu tidak benar menurut agama yang mereka percaya. Konflik ini berlangsung cukup hebat, dimana umat Kristen sampai menghancurkan segala sesuatu yang menurut mereka adalah berhala, seperti penghancuran sanggah (tempat sembahyang keluarga Hindu).

6

http://www.dw.com/id/aceh-membara-disulut-konflik-agama/a-18780213 diunduh pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00

7

http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77261/potongan/S3-2015-292349-chapter5.pdf diunduh pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00

(4)

4

Konflik antara agama Hindu dan Kristen juga terjadi di salah satu Kabupaten di Bali, yaitu Kabupaten Singaraja, tepatnya di Banjar Penataran Bujak, Sepang Kelod, namun konflik yang terjadi di daerah ini tidaklah sampai kepada penghancuran tempat ibadah. Konflik di daerah ini terjadi pada awal masuknya masyarakat Kristen ke Banjar Penataran tahun 1931, dimana saat itu terjadi penolakan dari masyarakat Hindu. Penolakan yang terjadi saat itu adalah tidak diberikannya lahan kubur bagi masyarakat Kristen, sehingga saat ada yang meninggal, mereka menguburkannya di halaman rumah.

Hal ini diperkuat dengan keterangan dari salah satu masyarakat

Kristen, Bapak Gusti Nyoman Wisma Adi8

“Men masalah agama saat itu ade sih gek, adane gen rage berbeda, tapi masalah antara dua umat niki sing kanti ade pelarangan kebaktian ato ngerusak apo gek. Paling setahu kakek kedua umat niki pernah ada salah paham waktu awal rage nak Kristen datang ke banjar niki. Rage nak Kristen sing baange menguburkan di tempat yang sama nike ajak umat Hindu. Dadine men ade ane meninggal, rage nguburang di pekarangan umah rage masing-masing. Waktu to sebet asane rage onyang, nah rage merase umat Hindu sing adil jak rage.” (“Kalau masalah agama saat itu ada, tapi masalah antara dua umat ini tidak sampai ada pelarangan kebaktian atau merusak apapun. Setahu kakek, pernah terjadi salah paham antara dua umat ini, pada saat awal umat Kristen datang ke banjar ini. Kami umat Kristen tidak diperbolehkan untuk menguburkan di tempat yang sama dengan umat Hindu. Akhirnya bila ada yang meninggal, kami menguburkannya di halaman rumah masing-masing. Saat itu rasanya sedih dan kami merasa umat Hindu tidak adil.”)

Menurut Bapak Gusti Nyoman Wisma Adi, selain tidak diberikannya lahan kubur, ada bentuk penolakan lain dari masyarakat Hindu. Penolakan ini terjadi saat pemuda-pemuda Kristen dan Hindu terlibat dalan seka gong (kelompok pemain gong tradisional) Banjar Penataran Bujak. Saat itu, pemuda-pemuda Hindu mengatakan kalau mereka merasa tidak nyaman bila pemuda-pemuda Kristen ikut bermain

8

Wawancara dengan salah satu masyarakat Kristen, Bapak Gusti Nyoman Wisma Adi pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 10.00 WITA di rumah Bapak Gusti Nyoman Wisma Adi

(5)

5

Gong saat ada odalan (upacara Hindu). Mereka mengatakan bahwa upacara itu menjadi tidak sakral dan najis bila ada umat lain yang ikut. Hal ini tentu membuat pemuda-pemuda Kristen merasa tersinggung dan secara

langsung mereka berhenti bergabung dengan kelompok tersebut9.

“Masalah ne antara teruna-teruna dini. Teruna Hindu merasa sing cocok men misalne teruna Kristen ne tergabung di seka gong banjar milu tampil pas odalan atau hari raya Hindu ne lenan. Teruna Hindu ngorahang men ade nak Kristen milu di acarane to najis.” (“Masalah terjadi antara pemuda-pemuda disini. Pemuda Hindu merasa tidak cocok kalau pemuda Kristen yang tergabung dalam kelompok gong banjar ikut tampil saat ada upacara Hindu seperti odalan atau hari raya yang lain. Pemuda Hindu mengatakan kalau ada orang Kristen yang terlibat, acara itu jadi najis.”)

Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh salah satu tokoh

masyarakat Hindu, Bapak Made Oka Adnyana10

“Kejadiane to men bapak sing pelih tahun 1985. Tahun itu konyang teruna-teruna saking umat Hindu lan umat Kristen ngae seka gong, adane Seka Gong Banjar Penataran Bujak. Awalne sing ade masalah apa gek, tapi suatu hari teruna-teruna Hindu ngorang sing nyak men teruna-teruna Kristen milu tampil pas ade odalan di Pura. Terunane ngorang najis men teruna Kristen milu tampil pas odalan, odalane njep sing sakral kone. Mih tengkejut bene bapak ningeh keto.” (“Kejadiannya itu kalau bapak tidak salah pada tahun 1985. Pada tahun itu, semua pemuda-pemuda Hindu dan Kristen membuat sebuah kelompok gong tradisional, namanya Kelompok Gong Banjar Penataran Bujak. Awalnya tidak ada masalah apa gek, tapi suatu hari pemuda Hindu mengatakan pada bapak kalau mereka tidak mau pemuda-pemuda Kristen ikut tampil saat odalan, odalannya nanti tidak sakral dan najis. Duh bapak kaget sekali mendengarnya.”)

Konflik yang terjadi antara umat Hindu dan Kristen di Banjar Penataran ini ternyata tidak berlangsung lama. Setiap terjadi konflik, mereka segera mengadakan paum (rapat) untuk mencari jalan keluarnya.

9

Wawancara dengan salah satu masyarakat Kristen, Bapak Gusti Nyoman Wisma Adi pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 10.00 WITA di rumah Bapak Gusti Nyoman Wisma Adi

10

Wawancaradengan salah satu tokoh masyarakat Hindu, Bapak Made Oka Adnyana pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 14.00 WITA di rumah Bapak Made Oka Adnyana

(6)

6

Hal ini serupa dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Gusti

Nyoman Wisma Adi sebagai salah satu masyarakat Kristen11

“Nah pas to lantas rage ngajak umat Hindune paum untuk membahas hal niki. Rage nak Kristen ngorang men rage merasa tidak adil sing baange milu nguburang di lahan to. Umat Hindu lantas menjelaskan napi alasan mereka sing mengizinkan rage nguburang di lahan to. Mereka jak onyang sadar men di adat mereka ade bek ritual lan tata carane masih berbeda jak rage. Dadine mereka nyeh njep saling menganggu men rage satu lahan kuburan. Ningehang alasane nike mare rage nak Kristen merasa lega terus setuju masih ajak alasane to dan kesalahpahaman nike selesai.Pas ade masalah seka gong, biin be rage ngae paum bersama. Akhirne di paum ento diputuskan men Seka Gong Banjar Penataran Bujak nak dadi anggo jak teruna-teruna Hindu atau Kristen men diperlukan. Nah nyen ne main pas ado kegiatan disesuaikan saja, misalne kel nganggo seka gong pas odalan, pang teruna Hindu ne tampil begitu juga sebaliknya.” (“Saat itu, kami mengadakan rapat bersama umat Hindu untuk membahas masalah ini. Kami umat Kristen mengatakan kalau kami merasa tidak adil saat tidak diberikan izin menguburkan di tempat yang sama. Umat Hindu kemudian menjelaskan apa alasan mereka tidak mengizinkan kami untuk menguburkan di lahan yang sama. Mereka semua sadar kalau ritual adat mereka ada banyak, kemudian tata cara saat penguburan juga berbeda. Mereka takut menganggu bila kami memiliki kuburan di lahan yang sama. Mendengar alasan mereka, kami umat Kristen merasa lega dan setuju juga dengan alasan tersebut dan kesalahpahaman pun teratasi. Kemudian saat ada permasalahan kelompok gong, kami kembali mengadakan rapat. Akhirnya di rapat tersebut diputuskan bahwa Kelompok Gong Banjar Penataran Bujak bisa ditampilkan oleh umat Hindu atau umat Kristen jika diperlukan. Untuk pemainnya, disesuaikan saja dengan acaranya, misalnya ingin menampilkan kelompok gong saat odalan, jadi biarkan pemuda Hindu yang tampil begitu juga sebaliknya. Setelah kesalahpahaman itu, hubungan kami dengan umat Hindu jadi lebih baik sampai sekarang. Kami semua sepakat bila ada permasalahan, kita akan mengadakan rapat agar semuanya jelas dan mencari penyelesaiannya bersama-sama.”)

11

Wawancara dengan salah satu masyarakat Kristen, Bapak Gusti Nyoman Wisma Adi pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 10.00 WITA di rumah Bapak Gusti Nyoman Wisma Adi

(7)

7

Tidak hanya oleh masyarakat Kristen, masyarakat Hindu pun ternyata memiliki pernyataan yang sama. Hal ini dikatakan oleh Bapak

Made Oka Adnyana sebagai salah satu tokoh masyarakat Hindu12

“Nah be keto, bapak langsung ngajak paum konyanagan anggota seka gong lan pengurus banjar. Ring paum, teruna-teruna Hindu ngorang kel suud milu seka gong men teruna-teruna Kristen nu menjadi anggota. Sadurung rage ngae keputusan, bapak memberikan pengertian malu bahwa seka gong nike dari awal dibentuk sing baange untuk umat Hindu gen, tapi untuk Banjar Penataran Bujak secara keseluruhan, dadine nyen gen dados milu gabung, nyen gen dados milu tampil walaupun beda agama. Sebelum ngadaang paum nike gek, bapak sudah mencari tahu nak engken bise ada masalah kene. Ternyata ade ne mem-provokator gek. Anak ne dadi provokator ne to anak ne merasa sing demen nolih rage umat Hindu ajak umat Kristen to rukun. Be baang penjelasan keto, nu masih teruna-teruna Hindu ne membantah. Akhirne rage ngae musyawarah jak onyang, dan hasilne rage setuju seka gong nike dados anggo ajak umat Hindu atau umat Kristen jika diperlukan dengan menyesuaikan pemain saat acara berlangsung. Keputusan nike berlangsung kanti jani gek.” (“Sudah begitu, bapak langsung mengajak semua anggota seka gong dan pengurus banjar untuk rapat. Dalam rapat, pemuda-pemuda Hindu mengatakan akan keluar dari seka gong bila pemuda-pemuda Kristen tetap bergabung menjadi anggota. Sebelum kami membuat keputusan, bapak memberikan pengertian terlebih dulu bahwa dari awal seka gong tersebut dibuat untuk Banjar Penataran Bujak secara keseluruhan bukan hanya untuk umat Hindu, jadi siapa saja boleh bergabung, siapa saja boleh ikut tampil walaupun berbeda agama. Sebelum melaksanakan rapat, bapak sudah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang membuat masalah ini muncul. Ternyata ada yang mem-provokator. Yang menjadi provokator itu adalah orang yang tidak suka melihat umat Hindu dan Kristen rukun. Penjelasan seperti itu sudah bapak berikan, tapi masih juga dibantah oleh pemuda-pemuda Hindu. akhirnya kami mengadakan musyawarah dan hasilnya adalah seka gong tersebut boleh digunakan oleh umat Hindu atau umat Kristen jika diperlukan dengan menyesuaikan pemain saat acara berlangsung. Keputusan itu berlaku sampai sekarang.”)

Pada akhirnya, konflik yang terjadi antara umat Hindu dan umat Kristen pun bisa diselesaikan dengan baik. Umat Hindu mau menerima

12

Wawancaradengan salah satu tokoh masyarakat Hindu, Bapak Made Oka Adnyana pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 14.00 WITA di rumah Bapak Made Oka Adnyana

(8)

8

kehadiran umat Kristen dan memberikan ijin untuk membangun sebuah gereja disana. Umat Kristen pun sudah diberikan tanah kubur, sudah ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di banjar dan tidak dipandang sebagai kaum minoritas. Sampai sekarang, tidak ada konflik yang terjadi di antara dua agama ini. Mereka hidup saling tolong menolong, saling menghargai, menghormati tanpa memandang agama. Mereka bahkan saling terlibat dalam urusan agama tanpa merasa takut.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Bapak Made Oka

Adnyana yang merupakan salah satu tokoh masyarakat Hindu13,

“Men jani bentuk kerukunan bek masih. Misalne rage nak Kristen terus nike dilibatkan dalam kepengurusan banjar, kepengurusan suka duka, subak, dan lain-lain gek. Selain itu umat dini nak saling nguopin misalne ade acara nganten atau kematian gek. Jek konden rage ngorahang atau ngidih tulung nguopin be ye banjare teka nulungin, ne masih tetangga-tetangga teke, pokokne kebersamaan dini to kuat gek.” (“Kalau sekarang bentuk kerukunan banyak. Misalnya kami orang Kristen selalu dilibatkan dalam kepengurusan banjar, kepengurusan suka duka, subak, dan lain-lain. Selain itu umat disini saling membantu misalnya ada acara pernikahan arau kematian. Sebelum yang memiliki acara memberitahu dan memunta tolong, semua masyarakat banjar sudah datang untuk menolong, tetangga-tetangga juga datang, pokoknya kebersamaan disini itu kuat.”)

Hal diatas sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Pace van Devender (Cangara, 2014:201), dimana menurutnya, untuk mengatasi konflik, perbedaan yang ada harus di-manage menjadi kompetitif yang sehat (healthy competition), kerjasama (collaboration), dan saling melengkapi (complementation). Salah satu cara untuk menyelesaikan konflik adalah melalui komunikasi.

Kerukunan yang tercipta hingga saat ini diantara dua umat yang pada awalnya susah menerima kehadiran salah satunya membuat penulis ingin melakukan penelitian tentang bagaimana strategi yang dilakukan untuk menjaga kerukunan tersebut.

13

Wawancaradengan salah satu tokoh masyarakat Hindu, Bapak Made Oka Adnyana pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 14.00 WITA di rumah Bapak Made Oka Adnyana

(9)

9

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti bagaimana strategi komunikasi umat Hindu dan umat Kristen dalam menjaga kerukunan di Banjar Penataran Bujak, Sepang Kelod, Singaraja, Bali?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi komunikasi umat Hindu dan umat Kristen dalam menjaga kerukunan di Banjar Penataran Bujak, Sepang Kelod, Singaraja, Bali

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 MANFAAT PRAKTIS

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah menjadi masukan bagi desa lain untuk mencegah konflik serupa terjadi, juga menangani konflik yang sudah terjadi dan menjaga kerukunan antar umat beragama

1.4.2 MANFAAT TEORITIS

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah kajian komunikasi antarbudaya serta memperkaya kajian ilmu komunikasi mengenai strategi komunikasi

1.5 BATASAN PENELITIAN

Penelitian berjudul ”Strategi Komunikasi Umat Hindu dan Umat Kristen Dalam Menjaga Kerukunan di Banjar Penataran Bujak, Sepang Kelod, Singaraja, Bali” ini menggunakan beberapa konsep yang dijadikan acuan sebagai kerangka analisis, yaitu:

a. Strategi Komunikasi : Menurut Middleton (Cangara, 2014:64),

strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai

(10)

10

pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.

b.

Kerukunan umat beragama : Kerukunan umat beragama yaitu hubungan

sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraanpengamalan ajaran

agamanya dan kerjasama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara14.

14

http://www.academia.edu/9010766/PENGERTIAN_KERUKUNAN_UMAT_BERAGAMA diunduh pada tanggal 12 September 2015

Referensi

Dokumen terkait

Matriks Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang CK Kabupaten Situbondo Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.. Tahun 2016

orang yang bertanggung jawab terhadap bagaimana suku cadang di distribusikan dan bisa sampai ke tangan pengecer, pelanggan dan konsumen. Bagian operasional juga

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Umur 6-36 Bulan Di Posyandu Mawar 1 Desa Karangrejo. Kediri: STIKES

1) Persyaratan yang tidak bertentangan dengan tujuan akad. Misalnya: seseorang mahasiswa membeli sebuah laptop dan mensyaratkan kepada penjual agar menanggung segala cacat

100 - Mahasiswa mendiskusikan materi yang sudah disusun dalam kelompok kecil - Presentasi hasil diksusi - Mahasiswa secara perorangan menyusun ringkasan

Efek penurunan kadar asam urat yang optimal ditunjukan oleh ekstrak etanol daun sukun dengan dosis 400 mg/kg BB dengan jangka waktu 21 hari yang menunjukkan efek

Bila kita mengalirkan arus melalui spul atau coil ( kumparan ) yang dibuat dari Bila kita mengalirkan arus melalui spul atau coil ( kumparan ) yang dibuat

Pada beberapa kasus, beberapa gamet yang dihasilkan juga mengalami duplikasi atau delesi, oleh karena itu seringkali tidak hidup, salaah satu perkecualian adalah sindrom Down