• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Konsep Dasar Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan. Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi rasa kebahagiaan dan penuh harapan (Mandriwati, 2008). Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi pada wanita yang didahului oleh suatu peristiwa fertilisasi yang membentuk zigot dan akhirnya menjadi janin yang mengalami proses perkembangan di dalam uterus sampai proses persalinan (Herlina, 2006). Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Prawirohardjo, 2008).

Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian : masing-masing 1) kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu); 2) kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu); dan 3) kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu) (Prawiroharjo, 2008).

(2)

2. Proses Kehamilan (Fisiologi Kehamilan)

Kehamilan merupakan suatu hal yang membahagiakan tentunya bagi pasangan suami istri (Sebastian, 2008). Adanya kehamilan menyebabkan perubahan besar pada tubuh ibu, beberapa dari perubahan tersebut membuat ibu hamil merasa tidak nyaman bahkan terganggu (Nakita, 2004). Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya. Semakin bertambah usia kehamilan, akan mengakibatkan bentuk tubuh ibu berubah yang semula langsing menjadi tidak langsing lagi. Buah dada mulai membesar, pembuluh-pembuluh darah pada perut tampak biru, perut semakin menonjol ke depan. Semua perubahan fisik pada ibu mengakibatkan terjadinya perubahan psikis berupa rasa tidak percaya diri terhadap penampilan dirinya. Pada masa ini ibu akan enggan bepergian, bahkan ada yang sampai menarik diri dari aktifitas kehidupan sosial sebagai seorang ibu (Mandriwati, 2008).

Tiap kehamilan harus ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (Prawirohardjo, 2008). Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan, terdiri atas (1) ovulasi; (2) migrasi spermatozoa dan ovum; (3) nidasi (implantasi) pada uterus; (4) pembentukan plasenta; (5) pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai aterm (Hidayati, 2009).

(3)

Pembuahan (konsepsi/fertilasi) adalah penyatuan sperma dari laki-laki dengan ovum dari perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang sehingga memungkinkannya untuk bergerak dalam media cair. Sel-sel benih ini diyakini dapat mempertahankan kemampuan fertilisasinya selama 2-4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup selama maksimal 48 jam setelah ovulasi sehingga agar fertilisasi berhasil, senggama harus dilakukan dalam waktu 5 hari di sekitar ovulasi. Selama senggama akan terdapat sebanyak 300 juta spermatozoa di dalam 3 ml cairan seminalis (air mani). Sejumlah besar sperma akan hancur akibat keasaman vagina, dan beberapa di antaranya mati dalam perjalanan menuju tuba fallopii. Sel-sel benih ini berjalan dengan menggerakkan ekornya memakai energinya sendiri dan pada saat ovulasi, gerakannya dibantu oleh mukus serviks yang mudah ditembus. Perjalanan sperma lewat serviks serta korpus uteri dan ke dalam tuba fallopii diperkirakan berlangsung selama sekitar 20 menit (Farrer, 2001).

Pada saat ovulasi, ovum akan didorong keluar dari folikel de Graaf dan kemudian ditangkap oleh fimbria yang memeluk tuba fallopii pada sisi tersebut. Spermatozoa bertemu dengan ovum di dekat ujung tuba yang memiliki fimbria. Hanya satu sperma yang akan membuahi ovum, namun beberapa (juta) sperma lainnya diperlukan untuk memasok enzim hialuronidase yang akan melunakkan korona radiata (sel-sel yang mengelilingi ovum). Spermatozoa menembus ovum dengan membenamkan kepalanya lewat dinding ovum tersebut yang dengan

(4)

segera menjadi tidak permeabel lagi bagi semua sperma lainnya. Kedua sel benih itu menyatu dan membentuk satu sel tunggal. Sel tunggal ini merupakan individu yang baru dan unik karena mampu berkembang menjadi bayi dengan jenis kelamin serta karakteristik yang sudah ditentukan selain membentuk plasenta serta selaput ketuban (Farrer, 2001).

Ovum yang sudah dibuahi (zigot) memerlukan waktu 6-8 hari untuk berjalan ke dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba fallopii dibantu oleh kerja peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang dilakukan oleh silia pada dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Selama perjalanannya ke dalam uterus, zigot berkembang melalui pembelahan sel yang sederhana setiap 12-15 jam sekali, namun ukurannya tidak bertambah. Ketika mencapai uterus, zigot merupakan massa sel dan disebut morula. Kemudian morula terpisah menjadi dua lapisan, cairan terbentuk dan mengisi ruangan di antara kedua lapisan massa sel tersebut. Struktur ini disebut blastokist. Massa sel luar disebut trofoblast; trofoblast ini akan melekatkan ovum pada desidua dan berkembang menjadi plasenta serta membran (korion) luar. Dinding massa sel dalam akan berkembang menjadi embrio, tali pusat dan membran (amnion) dalam (Farrer, 2001).

Sekitar 10 hari setelah terjadi fertilisasi ovum, blastokist akan menanamkan dirinya dalam endometrium. Implantasi (yang juga disebut penanaman atau nidasi) biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri. Sel-sel blastokist sebelah luar akan mensekresikan suatu substansi, yaitu

(5)

enzim proteolitik, untuk memecah permukaan endometrium sehingga blastokist dapat menanamkan dirinya. Aktivitas muskuler uterus pada saat ini adalah rendah karena kadar progesteron yang relatif tinggi dalam aliran darah. Begitu implantasi terjadi, lapisan uterus akan menyelimuti blastokist dan kehamilan terbentuk. Saat ini dan seterusnya sampai akhir kehamilan, lapisan uterus disebut desidua. Sel-sel trofoblast kemudian dapat menyerap nutrien dari desidua dan mensekresikan hormonnya sendiri, yaitu human chorionic gonadotropin (HCG) ke dalam aliran darah ibu yang hamil tersebut. Gonadotropin korionik ini mempertahankan korpus luteum dan dengan demikian mempertahankan desidua. Sekresi gonadotropin korionik meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya pada sekitar 70 hari sesudah konsepsi. Kemudian sekresi hormon ini menurun karena plasenta mengambil alih produksi estrogen dan progesteron dari korpus luteum. Pengukuran HCG dalam urin biasanya merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan untuk menegakkan kehamilan (Farrer, 2001).

3. Tanda dan Gejala Kehamilan

Menurut Mansjoer dkk (2000) untuk dapat menegakkan kehamilan dibedakan dua tanda dan gejala, yaitu gejala dan tanda kehamilan tidak pasti, dan tanda pasti kehamilan.

(6)

a. Gejala dan Tanda Kehamilan Tidak Pasti.

Semakin banyak gejala dan tanda tidak pasti ditemukan semakin besar kemungkinan kehamilan, yaitu :

1) Amenore (tidak mendapat haid). Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut Naegele bila siklus haid + 28 hari adalah tanggal + 7, bulan – 3.

2) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah). Sering terjadi pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan, disebut morning sickness.

3) Mengidam (menginginkan makanan atau makanan tertentu).

4) Konstipasi/obstipasi. Kondisi ini disebabkan penurunan peristaltik usus oleh hormon steroid.

5) Sering kencing. Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan berkurang perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada akhir kehamilan.

6) Pingsan dan mudah lelah. Pingsan dijumpai bila berada di tempat ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan, lalu hilang setelah kehamilan 18 minggu.

(7)

8) Pigmentasi kulit. Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di pipi, hidumg, dan dahi, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Terjadi karena pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

9) Leukore. Sekret serviks meningkat karena pengaruh hormon progesteron.

10) Epulis (hipertrofi papila gingiva). Kondisi ini sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.

11) Perubahan payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum bila kehamilan lebih dari 12 minggu.

12) Pembesaran abdomen. Jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.

13) Suhu basal meningkat terus antara 37,2 – 37,8 derajat celcius.

14) Perubahan-perubahan organ dalam pelvik :

a. Tanda Chadwick : vagina livid, terjadi kira-kira minggu ke-6. b. Tanda Hegar : segmen bawah uterus lembek pada perabaan. c. Tanda Piscaseck: uterus membesar ke salah satu jurusan. d. Tanda Braxton-Hicks : uterus berkontraksi bila dirangsang.

Tanda ini khas untuk uterus pada masa kehamilan. 15) Tes kehamilan positif (Mansjoer dkk, 2000).

(8)

16) Tanda McDonald, yaitu fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain dan bergantung pada lunak atau tidaknya jaringan isthmus (Hidayati, 2009).

b. Tanda pasti kehamilan

Indikator pasti kehamilan adalah penemuan-penemuan keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan dengan kondisi kesehatan yang lain (Hidayati, 2009), yaitu :

1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.

2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin (BJJ). Dengan Stetoskop Laennec BJJ baru terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.

3) Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin.

4) Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Pemeriksaan ini tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin (Mansjoer dkk, 2000).

4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Ibu Hamil Trimester I a. Perubahan fisiologis

Tanda fisik pertama yang dapat dilihat pada beberapa ibu adalah perdarahan sedikit/”spotting” sekitar 11 hari setelah konsepsi pada saat embrio melekat pada lapisan uterus. Jika seorang ibu mempunyai

(9)

siklus menstruasi 28 hari perdarahan ini terjadi sebelum ia akan mendapat menstruasi. Perdarahan implantasi ini biasanya kurang dari lamanya menstruasi normal. Setelah terlambat satu periode menstruasi, perubahan fisik berikutnya adalah nyeri dan pembesaran payudara diikuti oleh rasa kelelahan yang kronis/menetap dan sering kencing. Ibu akan mengalami dua gejala yang terakhir selama tiga bulan berikutnya. “Morning Sickness” atau mual muntah biasanya dimulai sekitar 8 minggu dan mungkin berakhir sampai 12 minggu. Pada usia kehamilan 12 minggu pertumbuhan uterus diatas simpisis pubis bisa dirasakan. Ibu biasanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester pertama (Saifudin, 2002).

b. Perubahan psikologis

Segera setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali biasanya di awal kehamilan, ibu berharap untuk tidak hamil. Selain itu juga terjadi perubahan hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada wanita trimester pertama ini berbeda-beda. Walaupun beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur

(10)

kepada suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa hubungan seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama (Kartono, 2000).

B. Emesis Gravidarum 1. Pengertian

Emesis Gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada pula yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi enam minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2008). Morning sickness adalah gangguan yang dialami ibu hamil di awal trimester pertama, dengan gejala-gejala berupa rasa panas di perut, mual, muntah-muntah disertai pusing (Sholihah, 2007). Morning Sickness bukan berarti rasa mualnya hanya terjadi di pagi hari saja, rasa mual dapat terjadi setiap saat, bisa malam, siang, atau pun setiap waktu (Indra, 2008). Beverley O”Brien (O”Brien & Naber, 1995) menemukan bahwa 70-90% dari semua wanita hamil mengalami mual-mual, sementara 50% mengalami muntah-muntah paling tidak sekali (Wesson, 2002). Diperkirakan lebih dari 70% wanita hamil mengalami mual, yang bisa berbentuk pusing di pagi hari saja (kurang dari 10%), atau sepanjang hari, atau disertai muntah (Rose & Neil, 2006).

(11)

Setiap wanita hamil akan mempunyai derajat mual yang berbeda-beda, ada yang tidak terlalu merasakan apa-apa, tetapi ada juga yang merasa mual dan ada yang merasa sangat mual dan muntah setiap saat sehingga memerlukan pengobatan (Indiarti, 2008).

Umumnya gejala ini menghilang pada usia kehamilan lebih kurang 14 minggu, tetapi adakalanya dapat berlangsung terus selama sembilan bulan atau timbul kembali pada trimester akhir kehamilan (Koesno, 2008/2009, p.A5). Keluhan morning sickness biasanya berkurang 12 minggu setelah menstruasi terakhir (umur kehamilan 3 bulan) dan lebih dari 90% merasa lebih baik setelah umur kehamilan 4 bulan tanpa memerlukan pengobatan. Sebagian kecil mengalami mual sepanjang masa kehamilannya dan yang lainnya mual kembali timbul pada akhir masa kehamilan (Lestari, 2005). Sebanyak 90% ibu mengalami mual selama masa kehamilan, dan sekitar setengahnya disertai muntah, hal tersebut terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan (Maulana, 2008).

Kehamilan pada trimester I terjadi perubahan aktifitas hormonal secara besar-besaran pada ibu, sehingga dapat dengan mudah mempengaruhi stabilitas emosi ibu dan menyebabkan morning sickness (Nakita, 2004).

Morning sickness jarang menimbulkan bahaya bagi bayi (Koesno, 2008/2009). Emesis gravidarum dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan berubah menjadi

(12)

hiperemesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan pada kehamilan yaitu ibu mengalami dehidrasi, terganggunya keseimbangan elektrolit, perdarahan gastrointestinal (robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung), ablasia retina dan kematian ibu, sedangkan janin akan mengalami perkembangan yang terganggu dan kematian janin (Cendy, 2008). Bila adaptasi ibu tidak kuat dapat menimbulkan muntah bahkan ada yang sampai tidak mampu lagi menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari, misalnya memasak, mencuci, mandi, makan, bahkan harus istirahat di tempat tidur, sampai ada yang dirawat di rumah sakit. Ibu hamil yang mampu beradaptasi terhadap perubahan keseimbangan hormon ini, perasaan mual tidak begitu dirasakan, mereka bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti tidak hamil (Mandriwati, 2008). Kehamilan di awal ini kebanyakan wanita hanya sedikit meningkat berat badannya, dan ini tidak mempengaruhi perkembangan bayi. Keluhan mual muntah akan menghilang pada akhir trimester pertama (Indiarti, 2008).

Saat hormon menjadi stabil pada minggu 12-14, sebagian besar wanita merasa bahwa mual dan muntah juga berkurang, meski ini tidak berlaku bagi tiap wanita karena ada beberapa calon ibu yang terus merasakan mual dan muntah. Wanita akan kembali mengalami mual pada akhir kehamilan saat level hormon berubah kembali sebagai persiapan kelahiran (Smith, 2007).

(13)

2. Faktor Penyebab Emesis Gravidarum

Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat diketahui secara pasti. Gejala ini mungkin diakibatkan karena kadar hormon estrogen dan chorionic gonodotropin (HCG) yang berlebihan (Koesno, 2008/2009).

Prawirohardjo (2008) mengatakan penyebab morning sickness adalah peningkatan hormon estrogen dan HCG dalam serum darah ibu. Namun menurut Rose & Neil (2006) pernah diduga akibat psikologis adanya kekacauan pada kegiatan normal tubuh.

Anggapan bahwa kadar hormon estrogen yang tinggi saat hamil muda, mungkin merupakan penyebabnya, wanita yang hamil untuk pertama kalinya dan wanita yang bertubuh besar, memiliki hormon estrogen yang bersirkulasi lebih tinggi dan lebih cenderung mengalami gangguan kehamilan (Cendy, 2008). Adanya ketidakseimbangan hormon progestrogen dan hormon estrogen akan merangsang lambung sehingga asam lambung menjadi meningkat, dan menimbulkan rasa mual sampai muntah (Mandriwati, 2008).

Makanan yang tidak tercerna dalam perut menyebabkan iritasi; makanan yang berlebihan dan berasa “tajam” menyebabkan muntah saat hamil tetapi kebanyakan muntah saat kehamilan disebabkan karena urat syaraf yang tertekan dan bahwa muntah yang selanjutnya disebabkan karena berkembangnya rahim dan tekanan kepala janin yang mengganggu gerakan peristaltis dan cenderung berhenti sebelum makanan sampai pada

(14)

tempatnya. Curtis (1837) menduga bahwa morning sickness disebabkan oleh iritasi perut yang dapat mengakibatkan muntah dan sering buang air besar (diare) pada bulan-bulan awal dan pertengahan (Wesson, 2002).

Kehamilan akan terjadi kekenduran relatif jaringan otot dalam sistem pencernaan sehingga pencernaan menjadi kurang efisien, dan kelebihan asam dalam lambung. Tetapi pencetus fisik ini belum dapat menjelaskan secara pasti penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan, karena sebagian besar hal ini terjadi pada semua kehamilan, namun tidak semua ibu hamil mengalaminya. Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, serta gaya hidupnya juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum ini (Rose & Neil, 2006).

Rasa lapar dan lelah dapat membuat mual muntah semakin parah. Ini sebabnya banyak calon ibu melaporkan adanya mual muntah di pagi hari saat baru bangun tidur dengan perut kosong atau kelelahan setelah menjalani aktivitas sepanjang hari dapat memicu munculnya mual di malam hari (Smith, 2007).

Beberapa penelitian melaporkan bahwa beberapa faktor mungkin berhubungan dengan meningkatnya risiko morning sickness yaitu hamil pada usia muda dan hamil pertama kalinya (Lestari, 2005).

Wesson (2002) menyebutkan bahwa ada faktor predisposisi yang menyebabkan emesis gravidarum yaitu :

(15)

a. Usia

Usia ibu mempengaruhi bagaimana mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatannya. (Notoatmodjo, 2003). Kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun (Prawirohardjo, 2006).

Usia 20 dan 30 adalah usia ideal untuk hamil dan melahirkan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), sedang para ahli berpendapat usia dan fisik wanita mempengaruhi proses kehamilan, kesehatan janin dan persalinannya (Indra, 2009), dijelaskan sebagai berikut :

1. Hamil kurang dari 20 tahun,

rahim dan panggul sering kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa, dengan kata lain kondisi fisik belum 100% siap, di usia ini secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami goncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian selama kehamilan. angka kematian ibu dan janin 4-6 kali lipat lebih tinggi dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-an.

2. Hamil di usia 20-an,

kondisi fisik prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental calon ibu juga sudah siap, ini berdampak pada perilaku ibu dimana ia menjaga dan merawat kehamilannya secara hati-hati.

(16)

3. Hamil di usia 30 hingga 35 tahun,

mengingat kemajuan teknologi saat ini, di rentang usia ini ibu masih boleh hamil asal kondisi tubuh, kesehatan dan asupan nutrisi betul-betul terjaga.

4. Hamil di usia lebih dari 35 tahun,

kesehatan ibu sudah menurun, kehamilan tergolong berisiko tinggi, itu sebabnya tidak dianjurkan menjalani kehamilan di usia ini (Indra, 2009).

Menurut Wesson (2002), beberapa peneliti menemukan bahwa wanita yang lebih tua semakin cenderung mengalami keluhan mual-mual dan muntah-muntah, sedangkan penelitian lainnya menemukan wanita-wanita muda lebih cenderung mengalami morning sickness.

Pada usia lebih tua juga cenderung lebih menderita mual muntah. keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu, kurang makan, pola makan yang buruk, kurang tidur atau istirahat, dan stres dapat memperburuk rasa mual (Rose & Neil, 2006).

b. Paritas

Paritas adalah status melahirkan anak pada seorang wanita. Wanita hamil atau jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh seorang wanita (termasuk kehamilan yang sekarang) disebut Gravida, dengan adanya kehamilan pertama disebut primigravida dan kehamilan berikutnya multigravida. Wanita yang belum

(17)

pernah hamil sampai stadium viabilitas adalah Nulligravida. Grande multygravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari lima kali (Farrer, 2001).

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida, Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat (Prawirohardjo, 2008). wanita hamil yang pertama kalinya lebih cenderung mengalami gangguan kehamilan (Wesson, 2002). Primigravida lebih sering terjadi mual dan muntah, O”Brien menemukan beberapa bukti yang menyatakan bahwa produksi hormon estrogen dan metabolisme berubah pada kehamilan pertama seorang wanita sehingga banyaknya oestriol bebas (dan rasa mual dam muntah sebagai akibatnya) akan lebih rendah pada kehamilan-kehamilan berikutnya (Wesson, 2002).

Ibu yang sudah berpengalaman dalam kehamilan dianggap dapat bertindak secara profesional dalam menghadapi kehamilannya, menangani anak-anaknya dan tidak akan membiarkan perubahan jasmaninya itu mengganggu kehidupannya sehari-hari. Sebagian besar kasus, ibu yang berpengalaman dapat beradaptasi dengan baik tanpa banyak dipengaruhi oleh akibat-akibat emosional serta sosial karena pengalaman hamil yang pertama membuatnya siap untuk menghadapi kehamilan berikutnya (Farrer, 2001).

(18)

c. Pekerjaan

Kerja adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan, atau pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Setiap pekerjaan apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan. Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku. Kemampuan tenaga kerja pada umumnya diukur dari keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti beban kerjanya relatif rendah (Notoatmodjo, 2007).

Wanita yang sehat mempunyai kesempatan untuk memenuhi semua potensi yang ada dalam dirinya. Wanita yang beban pekerjaannya cukup berat rentan terkena gangguan kesehatan (Astrini, 2007). Prospek karir atau kemajuan seorang

(19)

wanita tentu saja dapat dibatasi oleh kehamilan kendati hal ini tergantung pada kondisi wanita itu sendiri. Pengaruh kehamilan pada pekerjaannya dan pengaruh pekerjaan pada kehamilannya terutama tergantung pada jenis pekerjaan dan orang-orang tempat wanita itu bekerja. Banyak kasus seorang wanita hamil dapat terus bekerja selama kehamilannya, terutama jika pekerjaannya itu tidak banyak menyita tenaga dan wanita itu dapat beristirahat dengan baik pada malam (Farrer, 2001).

Semua wanita butuh persiapan khusus dalam menyambut proses kehamilan. Makanan perlu dijaga, porsi istirahat perlu ditambah, dan pikiran perlu dibuat sepositif mungkin sehingga tidak menimbulkan ketegangan. Namun terkadang tuntutan di pekerjaan sulit diajak kompromi. Pekerjaan tidak pernah peduli dengan kondisi pejabatnya. Deadline tetap akan selalu menghantui sehingga tidak jarang berbagai cara hidup sehat selama hamil sulit diterapkan bagi wanita karir. Hal utama yang perlu diperhatikan seorang wanita karir yang memutuskan hamil tetapi mempertahankan pekerjaan adalah kenyamanan tempat kerja. Nyaman mencakup bersih dari polusi lingkungan, minim stres fisik maupun mental, dan menghindari atmosfir lingkungan yang kurang simpatik (Saputra, 2010).

Agar mencapai kehamilan yang sehat, juga perlu meninjau kembali seberapa berat beban pekerjaan. Beban meliputi beban

(20)

fisik, misalnya pekerjaan yang butuh banyak kegiatan berdiri untuk waktu yang lama atau banyak mengangkat barang berat. Kondisi tempat kerja dengan suara berisik, suhu yang terlalu panas, jam kerja yang terlalu panjang, serta resiko bahaya dari peralatan kerja yang digunakan sangat perlu diantisipasi sejak usia kehamilan dini. Masing-masing tempat kerja cenderung punya sumber stres tersendiri yang berbeda-beda. Baik bagi wanita yang bekerja di kantor, rumah sakit, mengajar di sekolah, bekerja di restaurant atau café, atau bahkan menjadi seorang pramugari, ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kesehatan semasa hamil. (Saputra, 2010). Bagi pekerja maka Waktu Kerja menurut UU Ketenagakerjaan, UU No 13 Tahun 2003, meliputi : 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu (Suyatno, 2009).

Menurut Wesson (2002) banyak wanita yang melaporkan adanya hubungan antara gangguan kehamilan yang mereka alami dengan kelelahan. Salah satu gejala kelelahan umum adalah munculnya perasaan letih, suatu perasaan kelelahan akan teratasi jika dilakukan istirahat, kelelahan merupakan suatu kondisi dimana seluruh fungsi tubuh dalam bekerja sudah tidak maksimal lagi.

(21)

Curtis (2000) mengemukakan hal-hal yang membuat berkeringat atau kepanasan dapat memicu rasa mual.

Menurut Wesson (2002) kelelahan fisik maupun mental tampaknya juga meningkatnya kemungkinan rasa mual. Wesson (2002) menambahkan ibu hamil yang bekerja pada outlet makanan siap saji paling cenderung mengalami mual muntah. Menurut Long (1996) dalam Nursalam (2001) mengatakan seseorang yang mempunyai pekerjaan penting dan memerlukan aktivitas akan mengganggu saat kehamilan, ibu yang bekerja merasa terganggu dari pada ibu yang tidak bekerja, terutama sekretaris yang memerlukan penampilan dan kegiatan prima yang menyebabkan kecemasan yang merangsang rasa mual. Rose & Neil (2006) berpendapat keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu, kurang makan, kurang tidur atau istirahat dan stress dapat memperburuk rasa mual.

Aktifitas sehari-hari adalah kegiatan rutin harian, Aktivitas di bagi menjadi tiga golongan yaitu aktivitas ringan (ibu rumah tangga, pekerja salon, sekolah, kuliah), aktivitas sedang (pelayan toko, pelayan departement store, pedagang, pekerja kantor), aktivitas berat (karyawan pabrik, petani, kuli bangunan, pendaki gunung, tukang becak) (Irianto, 2007).

(22)

3. Tanda dan Gejala Emesis Gravidarum

Tanda-tanda emesis gravidarum (Rose & Neil, 2006) berupa : a. Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah

Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi setiap saat.

b. Nafsu makan berkurang c. Mudah lelah

d. Emosi yang cenderung tidak stabil

Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat berubah menjadi tidak normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus-menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya yaitu yaitu ibu mengalami dehidrasi, terganggunya keseimbangan elektrolit, perdarahan gastrointestinal (robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung), ablasia retina dan kematian ibu, sedangkan janin akan mengalami perkembangan yang terganggu dan kematian janin.

(23)

4. Penanganan emesis gravidarum

Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengatasi emesis gravidarum adalah :

a. Mengatur porsi makanan, Makan sesering mungkin, dalam porsi kecil. Siang hari untuk porsi besar, malam hari cukup porsi kecil.

b. Istirahat lebih banyak, hal ini akan membantu mengurangi keletihan yang dapat menimbulkan rasa mual.

c. Simpan beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker untuk dimakan sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari.

d. Bangun tidur perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari tempat tidur secara perlahan-lahan.

e. Olahraga dan hirup udara segar, dengan melakukan olah raga ringan, berjalan kaki atau berlari-lari kecil akan membantu mengurangi rasa mual dan muntah di pagi hari.

f. Beberapa ahli nutrisi menyarankan suplemen vitamin B6 mencegah dan mengurangi rasa mual, tetapi tidak diminum dalam dosis tinggi atau menurut aturan dokter (Rose & Neil, 2006).

g. Morning sickness akan bertambah buruk jika kelelahan. Untuk itu perlu meningkatkan waktu istirahat dan waktu untuk tidur beberapa saat pada siang hari. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jahe dapat membantu meredakan mual muntah. Jahe melintasi batas antara sebagai obat penyembuh sehari-hari dan ramuan tumbuhan karena jahe merupakan ramuan yang berhubungan dengan dapur atau masakan,

(24)

yang digunakan baik dalam keadaan segar dan dalam bentuk bubuk kering. Jahe mempunyai tempat khusus dalam pengobatan mual dan muntah, tidak hanya dalam kehamilan, tetapi juga dalam kasus mabuk perjalanan dan jenis gangguan kehamilan lainnya. Jahe diduga bekerja dalam beberapa cara, jahe dapat meningkatkan motilitas dalam sistem pensernaan yang berhubungan dengan lambung dan usus (gastrointestinal tract) itu sendiri sehingga makanan lewat sistem pencernaan lebih cepat dan cenderung tidak menimbulkan mual dam muntah. Jahe merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung seng paling banyak. Dan jahe pun tidak menimbulkan efek samping bagi ibu hamil sendiri dan janinnya (Wesson, 2002).

Adapun hal-hal yang harus dihindari agar tidak tejadi emesis gravidarum (Wesson, 2002) yaitu :

a. Menghindari masak atau mengkonsumsi makanan yang berminyak atau digoreng karena akan lebih sulit untuk dicerna dan sering menyebabkan mual bagi wanita hamil. Sebagian wanita tidak tahandengan bau saat memasak tetapi senang makan makanan yang dimasak; sebagian lainnya hanya dapat mentolerir makanan yang tidak dimasak seperti buah-buahan, sayur-sayuran, sereal dan roti isi.

b. Menghindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi, cola, teh, semua minuman yang membuat merasa mual.

(25)

Bagi beberapa ibu hamil menyikat gigi menjadi hal yang problematik karena hanya dengan memasukkan sikat gigi dalam mulut membuat mereka muntah, sehingga pilih waktu yang tepat untuk menggosok gigi.

d. Menghindari gerakan-gerakan yang tiba-tiba, khususnya setelah bangun tidur, dengan memperlama waktu bangun akan dapat membantu.

e. Menghindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat.

Bau menyengat seperti air buangan, tempat sampah, kotoran hewan, asap pembuangan pabrik, asap rokok biasanya dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.

f. Menghindari berpakaian yang ketat atau pakaian dengan ikat pinggang ketat. Pakaian yang terlalu ketat dapat memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat memperburuk rasa mual. Pakaian longgar atau ikat pinggang elastis dapat membantu.

(26)

C. Kerangka Teori Faktor Hormonal - Progesteron - Estrogen - HCG Kejadian Emesis Gravidarum Pola Makan Gaya Hidup Pekerjaan - Aktifitas Kelelahan Usia Paritas Iritasi Perut Faktor Predisposisi

Gambar.I. Faktor Kejadian Emesis Gravidarum.

Sumber : Modifikasi dari Wesson (2002), Prawirohardjo (2008), Rose & Neil (2006), Lestari (2005).

Referensi

Dokumen terkait

Permintaan Kebun Raya Bogor dari tahun ke tahun sudah menjadi hal yang lumrah sebagai tempat wisata yang terkenal, yaitu dimana setiap periode liburan atau hari libur seperti

Pada penelitian ini hanya melihat minat beli konsumen berdasarkan riset pasar mengenai penerapan green design pada rumah tinggal yang dapat menjadi pertimbangan bagi

Untuk itu dalam pandangan konstruktivis konflik ini bermula dari pembentukan identitas terhadap MB dan Iran akibat dari hasil interaksi kedua aktor tersebut yang dapat

Peneliti akan memberikan pelatihan tambahan yang bersifat inovatif kepada TKHI dengan materi geriatri dikaitkan dengan hal-hal di Arab Saudi yang dapat membahayakan status

Penelitian lain yang menunjukkan kemunculan patologis pada sisa rangka manusia berkaitan dengan gaya hidup dari periode transisi ke agrikultur, misalnya saja

Perjanjian internasional merupakan salah satu sumber hukum internasional. Perjanjian internasional memegang peranan penting dalam mengatur pergaulan internasional antara

Apabila bagian waktu yang dibutuhkan oleh molekul sampel pada fase gerak dikalikan dengan kecepatan linier (u) dari fase gerak maka diperoleh laju pemisahan (rate

Karena itu, marka 9 SSR tersebut membuktikan dapat menelusuri penurunan alel dari kedua tetua pada progeni F1 yang berimplikasi pada percepatan seleksi progeni