• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

WORLD TRADE ORGANIZATION

(WTO)

Bagian Pertama

Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum.

1

Latar Belakang dan Sejarah

Terbentuknya

• Tidak terlepas dari sejarah lahirnya International Trade Organization (ITO) dan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT).

• Seusai Perang Dunia ke II, masyarakat internasional menyadari perlunya pembentukan suatu organisasi internasional di bidang perdagangan

• Kebetulan pada waktu Piagam ITO dirancang di Konfrensi Jenewa, pada waktu yang bersamaan dirancang pula GATT

 Tetapi pada waktu itu GATT tidak dirancang menjadi suatu organisasi. GATT menyelenggarakan putaran – putaran perundingan (Round) untuk membahas isu – isu hukum perdagangan dunia.

 Pada pertemuan bulan Desember 1993, tercapai kesepakatan terhadap usulan pembentukan organisasi internasional. Tetapi namanya berubah kembali menjadi WTO  1 Januari 1995

 WTO merupakan satu – satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antarnegara.

2

Tujuan WTO

WTO memiliki beberapa tujuan penting, yaitu :

1. mendorong arus perdagangan antarnegara, dengan

mengurangi dan menghapus berbagai hambatan yang dapat mengganggu kelancaran arus perdagangan barang dan jasa. 2. memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum

negosiasi yang lebih permanen. Hal ini mengingat bahwa perundingan perdagangan internasional di masa lalu prosesnya sangat kompleks dan memakan waktu.

3. untuk penyelesaian sengketa, mengingat hubungan dagang sering menimbulkan konflik – konflik kepentingan. Meskipun sudah ada persetujuan – persetujuan dalam WTO yang sudah disepakati anggotanya, masih dimungkinkan terjadi perbedaan interpretasi dan pelanggaran sehingga diperlukan prosedur legal penyelesaian sengketa yang netral dan telah disepakati bersama.

Fungsi WTO

Secara khusus, berdasarkan Pasal III Persetujuan WTO

ditegaskan lima fungsi WTO yaitu :

1. untuk memfasilitasi implementasi administrasi dan pelaksanaan dari Persetujuan WTO serta perjanjian – perjanjian multilateral dan plurilateral tambahannya.

2. untuk memberikan suatu forum tetap guna melakukan perundingan diantara anggota. Perundingan ini tidak saja menyangkut masalah/isu – isu yang telah tercakup dalam Persetujuan WTO saja, namun juga berbagai masalah/isu yang belum tercakup dalam Persetujuan WTO.

3. sebagai administrasi sistem penyelesaian sengketa WTO 4. sebagai administrasi dari Mekanisme Tinjauan atas Kebijakan

Perdagangan (Trade Policy Review Mechanism – TPRM) 5. melakukan kerjasama dengan organisasi – organisasi

(2)

Prinsip – Prinsip dalam wtO

5

Prinsip Utama WTO

Most Favoured Nations Treatment-MFN

Tariff binding

Perlindungan hanya melalui tariff

Special and Differential Treatment for developing countries

National treatment

6

Prinsip Most-Favoured-Nations (Pasal I GATT)

 bahwa suatu kebijakan perdagangan harus dilaksanakan atas dasar nondiskriminatif

 semua negara anggota terikat untuk memberikan negara – negara lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan kebijakan impor dan ekspor serta yang menyangkut biaya – biaya lainnya.

Prinsip Perlindungan melalui Tarif (Pasal II GATT 1994

)

 setiap negara anggota GATT atau WTO harus memiliki daftar produk yang tingkat bea masuk atau tarifnya harus diikat (legally bound).

Prinsip National Treatment (Pasal III GATT)

 produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri.

Prinsip National Treatment (Pasal III GATT)

 produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri.

Prinsip Perlindungan hanya melalui Tariff (Pasal XI GATT)

 hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri

domestik melalui tarif (menaikkan tingkat tarif bea masuk) dan tidak melalui upaya–upaya perdagangan lainnya (non-tarif

commercial measures).

Perlakuan Khusus Bagi Negara Sedang Berkembang (Special dan

Differential Treatment for developing countries

 mengakui kebutuhan negara yang sedang berkembang untuk menikmati akses pasar yang lebih menguntungkan.

 melarang negara – negara maju untuk membuat rintangan– rintangan baru terhadap ekspor negara – negara berkembang.  Negara – negara industri juga mau menerima bahwa mereka

tidak akan meminta balasan dalam perundingan mengenai penurunan atau penghilangan tarif dan rintangan – rintangan lain terhadap perdagangan negara – negara yang sedang berkembang.

(3)

Prinsip-prinsip Lain

Prinsip Resiprositas

Larangan kuota, subsidi, dan dumping

Prinsip Larangan Restriksi (Pembatasan) Kuantitatif

Pengecualian Prinsip GATT/WTO bagi setiap negara

anggota

9

REFERENSI

Alfons Samosir, World Trade Organization (WTO) dan Negara

Berkembang, Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan

Internasional

Hidayat, Mochamad Slamet, dkk. 2006. Sekilas Tentang WTO

(World Trade Organization). Jakarta : Direktorat Perdagangan,

Perindustrian, Investasi dan HKI, Direktorat Jendral Multilateral Departemen Luar Negeri

Huala, Adolf, 2005, Hukum Ekonomi Internasional, PT. Raja Grafindo Persada. Bandung;

Huala Adolf, 2005, Penyelesaian Sengketa Dagang dalam World

Trade Organization (WTO), CV. Mandar Maju, Bandung;

Huala Adolf, 2004, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung;

Huala Adolf, 2005. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika. Bandung

Kartadjoemena, H.S. 1996. “GATT dan WTO” Sistem, Forum dan

Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan. Jakarta : Penerbit

Universitas Indonesia.

• http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/gatt47_01_e.htm

10

WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO),

Bagian ke Dua

Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum.

Struktur Organisasi

dalam WTO

(4)

13

Pokok-pokok Persetujuan dan

Komitmen dalam WTO

Secara garis besar beberapa persetujuan

pokok dan komitmen dalam WTO adalah

sebagai berikut :

1. Barang/ goods (General Agreement on Tariff and

Trade/ GATT)

2. Jasa/ services (General Agreement on Trade and

Services/ GATS)

3. Kepemilikan intelektual (Trade-Related Aspects of

Intellectual Properties/ TRIPs)

4. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlements)

14

Desakan Negara-negara Berkembang

• Hingga saat ini, negara-negara berkembang telah terus-menerus menekan negara-negara maju untuk membahas masalah ketidakseimbangan yang muncul dari persetujuan Putaran Uruguay.

• Negara berkembang seringkali mempermasalahkan berbagai pasal dalam berbagai persetujuan WTO yang dianggap merugikan maupun kurang jelas sehingga menyulitkan negara berkembang dalam mengimplementasikan komitmennya di WTO.

Isu - isu implementasi yang dimuat dalam Decision on Implementation-Related Issues and

Concerns dan menyangkut kepentingan negara berkembang antara lain:

1. Agreement on Agriculture

2. Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures 3. Agreement on textiles and clothing

4. Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT ) 5. Agreement on Trade Related Investment Measures (TRIMs) 6. Anti-dumping Agreement

7. Agreement on Preshipment Inspection (PSI) 8. Agreement on Rules of Origin (ROO) 9. Agreement on Import Licensing

10. Agreement on Subsidies and Countervailing Duties

11. Agreement on Safeguard

12. General Agreement on Trade in Services (GATS)-WTO

KTM WTO Bali Desember 2013

Pada Konferensi Tingkat Menteri ke IX WTO di

Bali (Des 2013), negara2 berkembang

dipimpin India, mempermasalahkan:

Bahan kebutuhan dasar manusia seperti bahan

pangan seharusnya TIDAK dimasukkan dalam

skema WTO. Seharusnya tidak diliberalisasikan,

tidak dibebaskan pd harga pasar, tetapi berhak

dikontrol, disubsidi, oleh negara, terutama di

negara berkembang.

(5)

REFERENSI

Alfons Samosir, World Trade Organization (WTO) dan Negara Berkembang, Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional

Hidayat, Mochamad Slamet, dkk. 2006. Sekilas Tentang WTO (World Trade

Organization). Jakarta : Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan HKI,

Direktorat Jendral Multilateral Departemen Luar Negeri.

Huala Adolf, 2005. Hukum Ekonomi Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung

Huala Adolf, 2005. Penyelesaian Sengketa Dagang dalam World Trade

Organization (WTO), CV. Mandar Maju, Bandung;

Huala Adolf, 2004. Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung

Huala Adolf, 2005. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Bandung;

Kartadjoemena, H.S., 1996, “GATT dan WTO” Sistem, Forum dan Lembaga

Internasional di Bidang Perdagangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

• http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/gatt47_01_e.htm

17

World Trade Organization (WTO)

Bagian Ketiga

Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum.

18

Penyelesaian Sengketa Antara

Negara Anggota WTO

• Understanding on Rules Procedures Governing the Settlement of

Dispute (DSU atau Dispute Settlement Understanding)

Berdasarkan hasil Putaran Uruguay  sistem penyelesaian sengketa yang ada dalam GATT

• untuk menjaga agar setiap anggota tetap menghormati hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan perjanjian yang telah disepakat • pencapaian pemecahan masalah secara positif

• penyelesaian substansi dari masalah yang dapat menimbulkan kerugian terhadap negara lain akibat tindakan yang diambil oleh suatu negara • langkah awal : negara-negara yang bersengketa mengambil langkah untuk

menyelesaian secara langung

• jika upaya penyelesain tersebut tidak dapat dicapai, maka permasalahan itu akan dibawa kepada tingkat yang melibatkan sistem GATT/WTO secara langsung

Terdapat sebuah prinsip umum dalam sistem penyelesaian sengketa :

(6)

Tahapan Penyelesaian Sengketa Menurut

Settlement of Dispute Understanding (DSU)

21

Tahap-tahap penyelesaian persengketaan yang

timbul sebagaimana diatur dalam DSU setelah

terbentuknya WTO yakni sebagai berikut :

1. Konsultasi

2. Jasa Baik

3. Pembentukkan Panel

4. Arbitrase

5. Dispute Settlement Body (DSB)

22

REFERENSI

 Alfons Samosir, World Trade Organization (WTO) dan Negara

Berkembang, Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional

 Hidayat, Mochamad Slamet, dkk. 2006. Sekilas Tentang WTO (World

Trade Organization). Jakarta : Direktorat Perdagangan, Perindustrian,

Investasi dan HKI, Direktorat Jendral Multilateral Departemen Luar Negeri.

 Huala Adolf, 2005. Hukum Ekonomi Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung

 Huala Adolf, 2005. Penyelesaian Sengketa Dagang dalam World Trade

Organization (WTO), CV. Mandar Maju, Bandung;

 Huala Adolf, 2004. Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung

 Huala Adolf, 2005. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Bandung;

 Kartadjoemena, H.S., 1996, “GATT dan WTO” Sistem, Forum dan Lembaga

Internasional di Bidang Perdagangan, Penerbit Universitas Indonesia,

Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Dari surat dakwaan yang disusun oleh jaksa penuntut umum menunjukkan bahwa pasal 64 KUHP ini relevansinya adalah melihat keterkaitan antara peristiwa tanggal 12 September 1984

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji penggunaan asap cair tempurung kelapa sebagai pengawet nira yang lebih terkontrol dan lebih aman, sedangkan tujuan khususnya yaitu

Jack pemantauan headphone memberikan opsi untuk mendengarkan saluran penerima yang dipilih atau untuk mengakses dan memonitor audio dari perangkat Dante aktif di jaringan Anda.

Penjadwalan kerja pada perusahaan dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode penambahan jam kerja lembur dan metode penambahan tenaga kerja (Baroto, 2002; Nasution,

merupakan salah satu bentuk aktivitas utama dalam diplomasi komersial, maka terwujudnya promosi investasi smelter bauksit oleh Indonesia ke Jepang dan China yang

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persentase konsep diri pada mahasiswa fakultas Ilmu Komputer cenderung negatif, dikarenakan mahasis- wa fakultas Ilmu Komputer

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dalam penelitian ini mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi

(Disertasi – Universitas Airlangga, 2005).48.. Hal ini berarti ada penerimaan dari hipotesis yang diajukan. Menurut hasil anaslisa di atas, impulsif buying mahasiswa