• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALYSIS OF COMPARATIVE ADVANTAGES IN EFFORTS TO DEVELOP LEADING COMMODITIES IN THE WEST AREA OF ACEH PROVINCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALYSIS OF COMPARATIVE ADVANTAGES IN EFFORTS TO DEVELOP LEADING COMMODITIES IN THE WEST AREA OF ACEH PROVINCE"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 128

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DI WILAYAH BARAT PROVINSI ACEH

ANALYSIS OF COMPARATIVE ADVANTAGES IN EFFORTS TO DEVELOP LEADING COMMODITIES IN THE WEST AREA OF ACEH PROVINCE Indra1), Yadi Juftri1), Sulaiman Ali2), Ema Alemina3), Irham Iskandar3)

1) Fakultas Pertanian Universitas Unsyiah 2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Unsyiah

3) Litbang Bappeda Bappeda Aceh E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk; pertama, mendeskripsikan pengembangan komoditas unggulan komparatif pada masing-masing sub sektor sesuai dengan “potensi wilayah” yang ada di wilayah Barat - Selatan Provinsi Aceh; dan kedua, peran pegembangan komoditas unggulan komparatif masing-masing sub sektor (tanaman pangan, perkebunan dan perikanan) dalam mendukung kebijakan distribusi terhadap pemerataan pendapatan bagi masyarakat di wilayah Barat - Selatan Provinsi Aceh (aspek fisik, sosial dan ekonomi). Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode survei yang bersifat diskriptif, pertama adalah metode eksplorasi data sekunder mulai dari kondisi umum komoditas yang ada, sehingga dengan dasar ini akan ditetapkan jenis komoditas unggulan masing-masing sub sektor pada wilayah Barat – Selatan Provinsi Aceh; kedua adalah metode survey dengan teknik random sampling.

Hasil analisa ditemukan bahwa; pertama, komoditas unggulan komparatif pada masing-masing sub sektor (pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan) yang sesuai dengan “potensi wilayah” di wilayah Barat – Selatan, berdasarkan aspek biofisik, sosial dan ekonomi adalah Kabupaten Aceh Jaya seperti padi sawah dan nilam, Kabupaten Aceh Barat seperti padi sawah dan karet, Kabupaten Nagan Raya seperti kelapa sawit dan padi sawah, Kabupaten Aceh Barat Daya seperti padi sawah dan kelapa sawit, Kabupaten Aceh Selatan seperti pala dan padi sawah, Kabupaten Aceh Singkil seperti kelapa sawit, karet dan perikanan darat, dan Kabupaten Simeulue seperti padi sawah, karet dan perikanan laut, Kota Subussalam seperti komoditas padi sawah dan kelapa sawit; kedua, komoditas unggulan komparatif berperan dalam menghasilkan jumlah produksi yang optimal karena sesuai dengan kondisi biofisik wilayah, sosial dan ekonomi sehingga berdampak pada pendapatan yang lebih besar dan berperan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kata Kunci: unggulan komparatif, metode survei, aspek biofisik, aspek sosial, aspek ekonomi.

ABSTRACT

This research aims to; first, describe the development of comparative superior commodities in each subsector in accordance with the “regional potential” that exists in the West - South region of Aceh Province; and second, the role of the development of comparative superior commodities of each sub-sector (food crops, plantations and fisheries) in supporting the distribution policy of equal income distribution for people in the West - South region of Aceh Province (physical, social and economic aspects).

(2)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 129

The method used in this research is descriptive survey method, first is the secondary data exploration method starting from the general condition of existing commodities, so that on this basis the types of superior commodities for each sub-sector in the West - South region of Aceh Province will be determined; second is the survey method with random sampling technique.

The analysis results found that; first, comparative superior commodities in each sub-sector (food crop agriculture, plantation and fisheries) that are in accordance with the “regional potential” in the West - South region, based on biophysical, social and economic aspects are Aceh Jaya Regency such as lowland rice and patchouli, West Aceh Regency such as lowland rice and rubber, Nagan Raya Regency such as oil palm and lowland rice, Aceh Barat Daya Regency such as lowland rice and oil palm, South Aceh Regency such as nutmeg and lowland rice, Aceh Singkil Regency such as oil palm, rubber and inland fisheries , and Simeulue Regency such as lowland rice, rubber and marine fisheries, Subussalam such as lowland rice and palm oil commodities; second, comparative superior commodities play a role in producing the optimal amount of production because they are in accordance with the biophysical, social and economic conditions of the region so that they have an impact on greater income and play a role in improving the welfare of the community.

Keywords: comparative superiority, survey method, biophysical aspects, social aspects, economic aspects.

PENDAHULUAN

Pembangunan yang strategis dilakukan dengan mengacu pada dukungan potensi sumberdaya alam yang ada di suatu lokasi tertentu, prasarana dan hubungan ekonomi antar wilayah yang saling menunjang. Dengan kata lain, sistem pewilayahan pembangunan pertanian dilakukan melalui pendekatan zona agroekologi. Pengembangan wilayah produksi dilakukan berdasarkan azas keuntungan, oleh karena itu suatu wilayah diharapkan dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki secara lebih efisien.

Pembangunan pada masing-masing subsektor (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan) sebagai bagian integral dari pembangunan

ekonomi secara nasional. Maka tujuan pembangunan masing-masing subsektor harus sejalan dengan tujuan pembangunan ekonomi nasional. Arah pembangunan pertanian secara umum yang ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan nilai ekspor sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang diinginkan.

Dalam upaya mendorong perkembangan wilayah usaha pengembangan dilakukan melalui pendekatan komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi dan sosial. Mengkaji potensi sumberdaya alam sangat berperan dalam usaha pembangunan wilayah. Informasi tentang potensi sumberdaya alam

(3)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 130 merupakan landasan penting dalam

penataan ruang. Sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan merupakan sektor yang selama ini secara konsisten memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan nasional.

Sektor ini dianggap mampu bertahan menghadapi krisis moneter. Atas dasar fakta tersebut, seyogyanya pembangunan ke empat sektor di atas ditempatkan sebagai prioritas utama dalam pembangunan perekonomian nasional dan harus menjadi unsur yang ikut mendorong pembangunan wilayah. Langkah-langkah dalam kegiatan-kegiatan pembangunan harus dapat memberikan dampak positif yang mampu mendorong pembangunan sektor lain dalam wilayah tersebut (multiplier effect). Ini berarti bahwa sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan harus terus menerus ditingkatkan peranannya untuk mewujudkan pembangunan para petani. Untuk dapat terujud, implementasi berbagai kebijakan seyogyanya diarahkan agar tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi terintegrasi dalam sebuah wawasan perencanaan dan pelaksanaan.

Keterpaduan tersebut berdasarkan pada pendekatan dasar pembangunan, yang pernah dicanangkan pada masa lalu, yaitu pembangunan yang mencakup kebijaksanaan; (1) usahatani terpadu; (2)

komoditas terpadu; (3) komoditas wilayah terpadu, yaitu kegiatan pembangunan wilayah pertanian sebagai bagian dari wilayah seutuhnya, dengan memperhatikan potensi wilayah secara seimbang, baik ditinjau dari kepentingan sektoral maupun nasional (Yasin, 2005).

Uton dan Syarwani (2006) mengemukakan bahwa pengembangan wilayah adalah kegiatan ekonomi dilakukan berdasarkan asas keuntungan komparatif dan alokasi sumberdaya alam secara optimal. Agar keuntungan komparatif dapat dieksploitasi secara maksimal, karakteristik wilayah yang khas baik dari aspek geografis, demografis maupun agroekologis harus menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pengembangan wilayah. Hal ini pada akhirnya akan mendorong konsentrasi pengembangan komoditas tertentu dalam satu wilayah pengembangan sesuai dengan agroekosistem. Dalam pengembangan wilayah, perlu dilakukan perencanaan penggunaan lahan yang strategis agar dapat memberikan keuntungan ekonomi wilayah. Perencanaan penggunaan lahan yang strategis bagi pembangunan sutu daerah merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan (Sitorus, 2004).

Hal ini penting untuk mengetahui potensi pengembangan wilayah, daya

(4)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 131

dukung dan manfaat ruang wilayah melalui proses inventarisasi dan penilaian keadaan atau kondisi lahan, potensi dan pembatas-pembatas suatu daerah tertentu. Perencanaan wilayah diartikan sebagai bentuk pengkajian yang sistematis dari aspek fisik, ekonomi dan sosial untuk mendukung serta mengarahkan pemanfaatan lahan secara berkelanjutan. Perencanaan dapat dipandang sebagai tahap awal dari rangkaian kegiatan pembangunan yang menentukan keberhasilan pembangunan tersebut.

Ada tiga hal yang termasuk dalam tingkat perencanaan, yaitu: (1) situasi saat ini harus terlebih dahulu dianalisa, (2) tujuan harus ditentukan terlebih dahulu, (3) metode kerja yang terbaik dalam situasi saat ini untuk sebuah tujuan harus terlebih dahulu diseleksi dari beberapa ketersediaan alternatif yang ada (Anonim, 1979). Kesalahan dalam perencanaan pembangunan, tidak hanya berakibat pada ketidakberhasilan dicapainya tujuan pembangunan, melainkan juga berakibat pada pemborosan penggunaan sumberdaya yang semakin langka dan waktu yang semakin terbatas.

Dalam perencanaan dan pembangunan suatu wilayah, konsep wilayah harus dipahami terlebih dahulu. Ciri dan geografis yang digunakan untuk mendefinisikan suatu wilayah haruslah

mencerminkan tujuan analisis atau tujuan penyusunan kebijaksanaan pembangunan wilayah. Misalkan wilayah atau gabungan komoditas pertanian yang memenuhi ciri penggunaan lahan yang memberikan pendapatan optimum bagi individu petani, masyarakat dan wilayah yang bersangkutan tanpa harus mengorbankan sistem sumberdaya alam dan lingkungan yang merupakan faktor penentu dan pendukung sistem pertanian wilayah (Saptati, 2004).

Peta pewilayahan untuk pengembangan komoditas unggulan diperlukan untuk menentukan tanaman apa yang sesuai dikembangkan di suatu wilayah yang didasarkan pada keuntungan komparatif, khususnya untuk komoditas pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Menurut Saptati (2004), pengembangan wilayah agroekonomi bertumpu pada pengembangan produksi pertanian secara terpadu dan serasi dengan skala ekonomi dan keterkaitannya dengan industrialisasi. Sistem pewilayahan merupakan acuan pembangunan melalui pendekatan zona agroekosistem dilaksanakan dengan memperhatikan potensi sumberdaya alam, prasarana dan hubungan antar wilayah yang saling menguntungkan.

Peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regionak Bruto (PDRB) Provinsi Aceh Tahun 2010 (BPS, 2011)

(5)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 132 adalah sebesar 34 persen merupakan

penyumbang terbesar terhadap PDRB Aceh dibandingkan dengan sektor lain, masing-masing hanya menyumbangkan kurang dari 18 persen. Ini artinya sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi di daerah ini. Peran sektor pertanian selain sebagai penyedia bahan pangan rakyat, juga sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baik secara lokal maupun regional. Subsektor ini menjadi penyedia lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta penghasil devisa bagi negara untuk mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahap ke-2 (Tahun 2013 – 2017) yang difokuskan pada agro industri dan tujuan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).

Studi empiris terkait keunggulan komparatif telah ada dilakukan, seperti Daryana dkk (2020), Samon (2005), Saptana (2000), dan Sadikin (1999), dengan menentukan salah satu komoditi unggulan. Namun, untuk penelitian ini cenderung melengkapi penelitian sebelumnya dengan memasukkan lebih satu komoditi seperti tanaman pangan, perkebunan dan perikanan berdasarkan potensi wilayah.

Penelitian ini bertujuan, pertama, untuk pengembangan komoditas unggulan komparatif pada masing-masing sub sektor

sesuai dengan “potensi wilayah” yang ada di wilayah Barat –Selatan Provinsi Aceh, dan kedua, peran pegembangan komoditas unggulan komparatif masing-masing sub sektor (tanaman pangan, perkebunan dan perikanan) dalam mendukung kebijakan distribusi terhadap pemerataan pendapatan bagi masyarakat di wilayah Barat - Selatan Provinsi Aceh (aspek fisik, sosial dan ekonomi).

METODE

Ruang lingkup penelitian adalah penetapan jenis komoditas, lokasi, kesesuaian lahan, dampak terhadap distribusi pendapatan serta kearifan lokal. Adapun pelaksanaannya dimulai pada bulan Maret – Nopember 2012, dengan lokasi terdiri dari delapan kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Simeulue dan Kota Subulussalam. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa kabupaten tersebut terletak di wilayah Barat - Selatan Provinsi Aceh dan mempunyai potensi untuk pengembangan komoditas pertanian, khususnya tanaman pangan, perkebunan dan perikanan yang berdaya saing tinggi untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode survey yang bersifat

(6)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 133

diskriptif. Metode pertama adalah metode eksplorasi data sekunder mulai dari kondisi umum komoditas yang ada, sehingga dengan dasar ini akan ditetapkan jenis komoditas unggulan masing-masing sub sektor pada wilayah Barat – Selatan Provinsi Aceh. Metode kedua adalah metode survey dengan teknik random sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Komoditas Unggulan Komparatif

Berdasarkan kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk komoditas unggulan berdasarkan tingkat rangking dari hasil klasifikasi menurut Deptan (1993) di wilayah Barat – Selatan, Provinsi Aceh sangat memungkinkan untuk dikembangkan komoditas unggulan (pertanian pangan, perkebunan dan perikanan), kesesuaian ini dengan dukungan sumberdaya lahan di daerah pengamatan baik dari kondisi morfologi, fisika, kimia dan kualitas air.

Komoditas unggulan komparatif yang menjadi andalan dalam pertanian, sehingga diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat di Barat – Selatan, dimana komoditas unggulan (padi sawah, karet, kelapa sawit, nilam, pala, perikanan darat dan perikanan laut) sangat sesuai untuk dikembangkan di lokasi pengamatan. Namun, dalam

pengembangan komoditas unggulan terebut tidak terlepas dari pengelolaan dan pengolahan lahan dalam upaya memperbaiki faktor pembatas yang ada. Faktor pembatas pada umumnya mulai dari LI (low input), MI (medium input) sampai HI (hingt input). Adapun input teknologi untuk memperbaiki faktor pembatas antara lain; pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan yang berimbang dan pemberian bahan organik.

Demikian juga, bila dilakukan secara analisis komoditas unggulan komparatif dan analisa SWOT ditemukan bahwa di tiap Kabupaten/Kota di Wilayah Barat - Selatan dipilih 1 hingga 4 komoditas unggulan berdasarkan rangking. Sebagai contoh, di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat, komoditas unggulan yang dapat dikembangkan adalah pada sub sektor pangan dan perkebunan. Berdasarkan aspek fisik tentang komoditas yang paling unggul adalah padi sawah, nilam, karet dan kelapa sawit. Untuk mengembangkan komoditas perkebunan ini, maka harus memperhatikan segi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan (analisa SWOT) yang ada sekarang ini. Berdasarkan hasil analisis, untuk mengembangkan komoditas unggulan di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat, maka kekuatan yang dimiliki petani adalah hanya kemampuan untuk

(7)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 134 memasarkannya. Hal ini dikarenakan

karena banyaknya permintaan dari pasaran hasil komoditas tersebut. Namun, kelemahan yang masih dimiliki petani adalah: fasilitas teknis modern yang tersedia dan dimiliki, kemudahan memperoleh bahan baku atau bibit; kemudahan memperoleh bahan baku atau bibit, telah memiliki teknologi modern

untuk pasca panen;

kemampuan/pengusahaan terhadap pembuatan benih atau bibit unggul; kemampuan/penguasaan teknologi mutakhir/modern; kecukupan modal usaha; penyajian buku laporan keuangan usaha; keterampilan manajemen keuangan usaha; kondisi koperasi; dan lembaga yang dimiliki bersama/kelompok untuk pemasaran komoditas.

Secara eksternal, beberapa peluang yang perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan komoditas unggulan komparatif di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat adalah: peluang pasar/kebutuhan pasar terhadap komoditas; keadaan harga di pasaran; akses transportasi; akses komunikasi; dan kondisi keamanan lingkungan. Sedangkan tantangan adalah persaingan usaha; iklim usaha dalam perizinan dan aturan/perundangan; pembinaan oleh lembanga pemerintah; pembinaan oleh lembaga non pemerintah; teknologi yang

digunakan; suplay bahan baku untuk pengembangan komoditas; peran lembaga keuangan yang membantu usaha pengembangan komoditas; dan Keadaan bencana.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan komoditas tersebut di atas menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat adalah dengan memfasilitasi para pelaku/petani perkebunan untuk mengurangi kelemahan dengan pembinaan dan pendampingan, dan diikuti dengan pemodalan yang cukup, sehingga rakyat/petani dapat memanfaatkan peluang. Selanjutnya, untuk menghadapi tantangan, peran pemerintah sangat dibutuhkan agar tantangan para petani dapat diminimalkan, dengan demikian tantangan dapat dirubah menjadi peluang bagi para petani perkebun.

Peran Pegembangan Komoditas Unggulan Komparatif Terhadap Pemerataan Pendapatan Bagi Masyarakat di Wilayah Barat -Selatan Aspek Fisik

Kondisi aktual di lapangan terlihat petani tidak melakukan pengolahan lahan dengan baik, hal ini terlihat dari tingkat pengelolaan lahan pada saat dilakukan pengamatan masih sangat rendah, seperti terlihat di Kabupaten Aceh Jaya apabila

(8)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 135

dibandingkan dengan kabupaten lainnya yang menjadi cakupan dalam pengamatan ini.

Pengembangan komoditas unggulan ini disarankan dibudidayakan pada ketinggian lahan 2 – 144 m dpl, tekstur lempung, lempung berliat berdebu, liat berdebu, liat berlempung, liat berpasir sampai liat, kedalaman efektif > 60 cm untuk tanaman perkebunan, kelerengan dibawah > 45 %, sedangkan kondisi lahan dengan kelerengan di atas > 45 % disarankan sebagai lahan konservasi. Dalam pengelolaan lahan yang dilakukan oleh petani diharapkan adanya penerapan kaidah konservasi sumberdaya lahan.

Secara umum pengelolaan yang dilakukan masyarakat hanya dilakukan pada lahan dengan komoditas kelapa sawit dan coklat apabila dibandingkan dengan komoditas lainnya, namun pengelolaan ini masih dalam kategori sedang. Permasalahan yang secara umum ditemukan di lapangan terhadap pengembangan komoditas ini minimnya sarana dan prasarana maupun modal yang dimiliki petani dalam proses pengelolaan lahannya.

Aspek Sosial

Berdasarkan hasil kajian kesesuaian lahan di wilayah Barat – Selatan Aceh, maka komoditi (unggulan) yang sesuai untuk wilayah tersebut dari subsektor

tanaman pangan adalah padi sawah dan subsektor perkebunan adalah nilam, karet, kelapa sawit, walaupun di sebagian daerah, seperti di Kabupaten Simeulue perlu penambahan input yang cukup tinggi (HI). Khusus untuk wilayah Aceh Selatan, selain ke-4 komoditi di atas, tanaman pala cukup mempunyai keunggulan komparatif, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan dimasa yang akan datang.

Selain pertanian, sektor lain yang sangat potensial di Pantai Barat – Selatan Aceh khususnya dan Provinsi Aceh umumnya adalah sektor perikanan. Aceh dikenal mempunyai sumber daya pesisir dan lautan yang melimpah. Terdapat 19 kabupaten/kota (dari 23 kabupaten/kota) yang berbatasan dengan pantai, panjang garis pantai 2.467 km (Medrilzam et al. 2005), potensi lestari (MSY) di Pantai Barat 366 260 ton/tahun dan Pantai Timur 127.670 ton/tahun (PT. Oxalis 2006). Luas areal budidaya 43.173.5 ha, yang terdiri dari tambak 36.615 ha dan selebihnya merupakan perairan umum (DKP 2011).

Dari delapan kabupaten/kota yang menjadi wilayah penelitian, hanya satu kabupaten yang tidak berbatasan dengan laut, yaitu Kota Subulussalam. Sedangkan kabupaten lainnya sangat potensial dengan sumberdaya laut (perikanan). Kabupaten Simeulue dan Singkil misalnya, selain perikanan tangkap juga sangat potensial

(9)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 136 untuk budidaya laut (mariculture), seperti

budidaya kerapu dalam Keramba Jaring Apung (KJA).

Jika dilihat dari jenis komoditi unggulan di atas, sebenarnya komoditas tersebut bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat di daerah penelitian. Menanam padi misalnya, sudah dilakukan oleh masyarakat di Pantai Barat – Selatan Aceh sejak dahulu secara turun temurun. Begitu juga dengan usaha tani nilam, karet, sawit, dan pala sudah lama menjadi sumber penghidupan masyarakat setempat. Bedanya adalah dahulu sistem pertaniannya masih bersifat tradisional (petani gurem), hanya untuk memenuhi kebutuhan (konsumsi) keluarga dan dengan sistem pertanian berpindah (shifting cultivation), namun sekarang menjadi pertanian modern, menetap, dan komersial. Hal yang sama dengan usaha di bidang perikanan, juga merupakan warisan secara turun temurun dari para orang tua pendahulu mereka (nelayan). Artinya, dari sisi sosial kemasyarakatan tawaran komoditi unggulan di atas (baik tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan) diyakini akan mudah diterima oleh masyarakat di Pantai Barat – Selatan Aceh.

Kelimpahan sumberdaya pertanian dan perikanan di Aceh umumnya dan Pantai Barat – Selatan pada khususnya, belum mampu mengangkat harkat

perekonomian masyarakatnya. Statistik Tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Aceh adalah 19,57 persen, jumlah pengangguran 7,43 persen, dan pertumbuhan ekonomi 5,89 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2010), jumlah penduduk miskin di Aceh bertambah 32.960 jiwa, walaupun secara persentase turun 1,41 persen. Persentase kemiskinan (keluarga miskin) ini menjadi salah satu sub indikator ketertinggalan suatu daerah, dan faktanya hampir seluruh kabupaten/kota yang menjadi lokasi penelitian masih bermasalah dengan sub indikator ini. Oleh karena itu, kedepan masih sangat perlu intervensi dari pemerintah agar keluar dari “jabatan” kabupaten tertinggal. Jika dilihat dari sebarannya, maka sebagian besar penduduk miskin tersebut adanya di pedesaan dan mereka bermata pencaharian sebagai petani. Land rent pertanian, dewasa ini relatif rendah, maka tidak heran setiap saat terjadi konversi lahan pertanian menjadi non pertanian.

Kebijakan pengembangan komoditas unggulan di Pantai Barat – Selatan Aceh diharapkan dapat mengendalikan atau mengurangi beberapa masalah sosial yang ada seperti jumlah fakir miskin, pengangguran, rumah tidak layak huni, angka harapan hidup, pelayanan pendidikan, kesehatan, dan

(10)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 137

lain. Pengembangan komoditas unggulan yang dimaksud tidak hanya pada aspek produksinya saja, namun yang lebih penting adalah penanganan pasca panen, agro industri, agro marketing dan agro penunjang.

Menurut beberapa penelitian yang dilakukan IPB menunjukkan bahwa sekitar 70 persen nilai tambah produk pertanian adanya di pasca panen. Oleh karen itu, di negara-negara maju penanganan pasca panen ini menjadi perhatian para pemangku kepentingan. Semua kegiatan di atas harus dilakukan secara tersistem hulu – hilir, dari penyediaan agro input sampai ke pasar. Jaminan harga produksi adalah kunci dari motivasi masyarakat untuk melakukan usaha pertanian, sebab hasil akhir yang dituju oleh petani sebagai pengelola usaha tani adalah tidak hanya produksi yang melimpah, akan tetapi yang lebih penting adalah mendapatkan income yang memadai. Jika pembangunan komoditi unggulan secara terintegrasi ini berhasil, maka diyakini akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat, land rent pertanian juga akan meningkat, konversi lahan, kesenjangan sosial akan berkurang, dan beberapa persoalan sosial lainnya akan teratasi. Sebab, menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa akar permasalahan dari munculnya berbagai persoalan sosial dalam

masyarakat adalah kemiskinan. Dengan kata lain, beberapa persoalan sosial, termasuk kekerasan yang terjadi dalam masyarakat adalah dampak dari faktor kemiskinan.

Aspek Ekonomi

Kesejahteraan masyarakat merupakan komponen yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara. Seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat maka peningkatan taraf hidup harus selalu diupayakan. Seperti halnya tujuan pembangunan yaitu meningkatkan taraf hidup di daerah melalui pembangunan yang serasi, terpadu antar sektor dengan perencanaan efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah.

Pembangunan daerah dinilai sangat strategis dalam kerangka pelaksanaan pembangunan nasional. Bukan hanya membangun daerah merupakan bagian integral pembangunan nasional, namun karena pembangunan daerah diakui berhasil mendorong peningkatan pemerataan, stabilitas, pertumbuhan, dan kesejahteraan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Pembangunan ekonomi suatu daerah dapat diukur melalui pertumbuhan ekonomi, yang sekaligus indikator tersebut memberikan gambaran tentang sejauh mana aktivitas perekonomian daerah pada periode tertentu telah menghasilkan peningkatan

(11)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 138 pendapatan bagi masyarakat yang

ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan per kapita.

Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan.

Sektor pertanian yang menjadi penggerak utama dalam bidang agribisnis di wilayah Barat-Selatan Provinsi Aceh dan merupakan sektor terpenting yang dapat ditingkatkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Melalui pengembangan komoditas unggulan diharapkan setiap daerah menghasilkan komoditas yang unggul secara komparatif sehingga akan menghasilkan jumlah produksi yang optimal. Dengan jumlah produksi optimal akan berdampak pada pendapatan yang lebih besar dan berperan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, komoditas

unggulan komparatif pada masing-masing sub sektor (pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan) yang sesuai dengan “potensi wilayah” di wilayah Barat – Selatan, Provinsi Aceh berdasarkan aspek biofisik, sosial dan ekonomi adalah sebagai berikut: Kabupaten Aceh Jaya, padi sawah dan nilam, Kabupaten Aceh Barat, padi sawah dan karet, Kabupaten Nagan Raya, kelapa sawit dan padi sawah, Kabupaten Aceh Barat Daya, padi sawah dan kelapa sawit, Kabupaten Aceh Selatan, pala dan padi sawah, Kabupaten Aceh Singkil, kelapa sawit, karet dan perikanan darat, dan Kabupaten Simeulue, padi sawah, karet dan perikanan laut, Kota Subussalam, komoditas padi sawah dan kelapa sawit; Kedua, komoditas unggulan komparatif berperan dalam menghasilkan jumlah produksi yang optimal karena sesuai dengan kondisi biofisik wilayah, sosial dan ekonomi sehingga berdampak pada pendapatan yang lebih besar dan berperan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Adapun rekomendasi terkait penelitian ini adalah: Pertama, program pembangunan wilayah Barat – Selatan Provinsi Aceh sebaiknya dirancang berdasarkan komoditas unggulan komparatif yang ada pada masing-masing subsektor (pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan) sesuai dengan

(12)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 139

“potensi wilayah” yang ada di setiap Kabupaten/Kota; Kedua, komoditas unggulan komparatif setiap Kabupaten/Kota dapat menghasilkan jumlah produksi yang optimal dan berperan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Aceh dan Kabupaten/Kota di wilayah Barat - Selatan memberikan prioritas pembangunannya di sektor keunggulan komparatif dengan mengacu pada analisis biofisik, sosial dan ekonomi serta tetap memperhatikan faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan, sehingga sasaran kesejahteraan masyarakat dapat tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alkadri, dkk. (2001). Tiga Pilar Pengembangan Wilayah, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia. Teknologi. Jakarta. BPPT.

Anwar, A. (2005). Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Tinjauan Kritis. P4Wpress. Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2011.

Daryana Dinanti, Romano, Arida Agustina (2020). Analisis Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif Serta Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Industri Minyak Pala di Kabupaten Aceh Selatan, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 5, Nomor 1.

Hakim, N, M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, Go Ban Hong dan H. H. Bailey. (1986). Dasar-Dasar Ilmu

Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Hardjowigeno S, dkk. (2001). Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata guna Tanah. Bogor. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Hoekstra DA. (1990). Economics of Agroforestry. In MacDicken K. G. and N.T. Vergara (eds.). Agroforestry. Classsification and Management. John Wiley and Sons. New York. pp. 310-331.

Sadikin, Ikin. (1999). Keunggulan Komparatif dan Dampak Kebijakan Pemerintah pada Pengembangan Produksi Jagung di Bengkulu. Penelitian Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Saptana, dkk. (2000). Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Komoditas Kentang dan Kubis di Wonosobo Jawa Tengah, (online) (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/( 8)%soca-saptana-superna-

daya%20saing%20komoditas(1).pd f), diakses 1 Mei 2012

Samon, Howan A. (2005). Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usahatani Jagung di Kabupaten Boalemo. Tesis Tidak Diterbitkan. Makassar. Program Pascasarjana, Agribisnis, Unhas. Schmidt, F.H., and J.H. Ferguson. (1951).

Rainfall Types Based on Wet and Dry Period Ratios fo Indonesians with Western New Guinea. Jawatan Metereologi dan Geofisika. Jakarta. Sitorus, S. R. P. (1998). Evaluasi Sumber

Daya Alam. Tarsito. Bandung. Suharjito D. (2002). Kebun-Talun. Strategi

Adaptasi Sosial Kultural dan Ekologi Masyarakat Pertanian Lahan Kering di Desa Buniwangi, Sukabumi-Jawa Barat. Disertasi, Program Studi Antropologi Universitas Indonesia.

(13)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11, Nomor 2 Tahun 2020 140

Soehardjo dan Dahlan Patong. (1993).

Sendi-sendi Pokok Berusaha tani.

IPB. Bogor.

Tarigan, Robinson. (2002). Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi (edisi revisi). Bumi Aksara. Jakarta. Oldeman, L. R., (1975). Agroclimatic map

of Java dan Madura. Contr. of Centra Res. Inst. for Food Crops 16/76. Bogor.

Warner K. (1995). Patterns of Tree Growing by Farmers in Eastern Africa. In Arnold JEM and PA Dewees (eds). Tree Management in Farmer Strategies: Responses to Agricultural Intensification. Oxford University Press. New York. p.90-137

Yasin M. (2005). Analisis Prioritas Pembangunan Berdasarkan Proses Perencanaan dan Potensi Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Sumbawa). [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. IPB.

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur atau mekanisme pelayanan surat izin usaha perdagangan, pertama-tama masyarakat datang ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, pemohon langsung keloket

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa faktor media tanam dan ukuran polybag memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang tanaman sengon pada umur 90 hari

Pengembangan alat ukur yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teori spiritual leadership dari Fry (2003), yang terdiri dari lima dimensi yaitu vision, altruistic

Memenuhi Terdapat Dokumen Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (RKUPHHK-HA) Untuk Jangka Waktu 10 (Sepuluh) Tahun Periode 2011 – 2020 sesuai dengan

Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Sosial Guru PAI yang Belum Tersertifikasi Di MA Al-Hikmah Langkapan Srengat diantaranya adalah Pertemuan Wali Murid sebagai

Perencanaan, Pada siklus I, peneliti mempersiapkan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan

Dejavniki, ki v Sloveniji zagotavljajo uvedbo in razvoj telebankinške storitve v banke, so naslednji: • plačilni promet pravnih oseb se bo z reformo plačilnega prometa preusmeril

Pada dasarnya, proses motivasi dapat digambarkan jika seseorang tidak puas akan mengakibatkan ketegangan, yang pada akhirnya akan mencari jalan atau tindakan untuk memenuhi dan