• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI FITOREMEDIASI PADA DETERJEN DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN GENJER (Limnocharis flava)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI FITOREMEDIASI PADA DETERJEN DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN GENJER (Limnocharis flava)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI FITOREMEDIASI PADA DETERJEN

DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN GENJER (Limnocharis flava)

Fitoremediation Effectivity and Efficiency of Yellow velvetleaf (Limnocharis

flava) for Detergent Orthophosphate

Sari Ikawati1), Andi Zulfikar2), Diana Azizah2)

Programme Study Management of Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries

Maritime Raja Ali Haji of University Email : fikp@umrah.ac.id

Abstrak

Pencemaran yang berasal dari deterjen dapat menyebabkan unsur hara berlebih pada badan air di alam karena mengandung phospat. Hal tersebut dapat menyebabkan eutrofikasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan orthophosfat di dalam perairan adalah dengan metode fitoremediasi dengan memanfaatkan tanaman air. Genjer (Limnocharis flava) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase (%) tingkat penyerapan yang efektif dari berbagai konsentrasi orthoposfat deterjen dengan detensi (lamanya) waktu fitoremediasi tersingkat/efisien dalam menyerap kandungan orthofosfat dengan menggunakan Genjer (Limnocharis flava). Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi orthoposfat pada deterjen 0,05 mg/L, 0,08 mg/L, dan 0,13 mg/L dan detensi waktu fitoremediasi (hari ke-2, hari ke-4, dan hari ke-6). Efektivitas fitoremediasi penyerapan orthoposfat deterjen dengan waktu tersingkat yang optimal (efisien) bagi proses fitoremediasi yaitu fitoremediasi pada perlakuan konsentrasi 0,05 mg/L dihari ke-2 (k1t2) sebesar 13,33 % atau senilai dengan 0,007 mg/L penyerapan orthoposfat

perharinya.

Kata kunci : Fitoremediasi, Genjer (Limnocharis flava), Deterjen, Orthoposfat

Abstract

Waste disposal without waste treatment from detergent to natural water resources will increase nutrient level, especially phosphate. This will ignite eutrofication in natural water and will increase suitability for water biota environment. Fitoremediation using Yellow velvetleaf (Limnocharis flava) is one of solution to at least reducing orthophosphate concentration from natural water. This study was conducted to investigate persen effectivity and the most efficient treatment which reduce orthophosphate from water. Factorial in completely randomized design (CRD) with two variables (orthophosphate concentration and time detention) was used. Orthophosphate concentrations were 0.05 mg/L, 0.08 mg/L, 0.13 mg/L and time detentions were 2, 4 and 6 days, with independent variable was effectivity and efficiency of Yellow velvetleaf (Limnocharis flava) to eliminate orthophosphate based on interaction of initial orthophosphate concentrations and time detentions. The most effective and efficient for absorbing orthophosphate from water was treatment with initial concentration at 0.05 mg/L for 2 days with 13.33% (0.007 mg/L) orthophosphate absorbing per day.

Keywords: Phytoremediation, Genjer (Limnocharis flava), Detergents, Orthophosphate

1

Student of Aquatic Resource Management Programme Study

2

(2)

2

I. PENDAHULUAN

Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Perkembangan penduduk yang semakin meningkat sejalan dengan ketergantungan manusia terhadap air pun semakin besar, maka dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Salah satu faktor pencemaran lingkungan di perairan yaitu merupakan limbah domestik yang bersifat cair, berasal dari buangan limbah yang mengandung deterjen, seperti limbah rumah tangga, loundry, rumah makan serta pabrik. Detergen merupakan senyawa sabun yang terbentuk melalui proses kimia. Pada umumnya komponen utama penyusun detergen adalah Natrium Dodecyl Benzen Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripolyphosphat (STPP) yang bersifat sangat sulit terdegradasi secara alamiah (Sumarno

et al., dalam Hermawati et al., 2005).

Pada deterjen terdapat unsur posphat yang dapat menyebabkan eutrofikasi karena besifat nutrien. Phospat sebagai orthoposfat dikategorikan kepada tingkat/level eutrofik apabila kandungannya bekisar 0,031-0,1 mg/L pada perairan (Effendi, 2003). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan phospat di dalam perairan adalah dengan metode fitoremediasi menggunakan tanaman genjer.

Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi polutan, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fitochelator. Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah yang terkontaminasi polutan adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik dalam bentuk padat, cair, dan gas (Salt et al., dalam Rossiana et al., 2007). Dipilihnya genjer karena berdasarkan penelitian sebelumnya tanaman ini memliki kemampuan dalam mengolah limbah deterjen. Seperti yang telah dilakukan oleh Hermawati et

al., 2005 bahwa genjer mampu menurunkan

phospat air limbah deterjen sebesar 28,9% pada konsentrasi 20% atau menurun dari 2 mg/L menjadi 1,423 mg/L, pada konsentrasi 40% menurun dari 2 mg/L menjadi 1,456 mg/L atau sebesar 17,6%, sedangkan pada konsentrasi 60% juga mengalami penurunan dari 2,900 mg/L menjadi 1,977 mg/L atau sebesar 31,8%.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi dan detensi waktu yang palaing efektif dan efisien dalam menyerap orthoposfat deterjen dengan menggunakan tanaman genjer.

Manfaat dari penelitian ini adalah hasil dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam usaha mengatasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh air limbah deterjen, serta mendorong penelitian lain untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan limbah deterjen.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan sejak bulan Februari hingga Juni 2013. Untuk perlakuan sampel limbah yang akan difitoremediasi sesuai dengan desain penelitian bertempat di lokasi yang telah disediakan peneliti di Jl. Maharani Km.5 Atas Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau. Sedangkan untuk uji analisis kandungan fosfat akhir pada detergen menggunakan jasa analisis di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Kelas I Pulau Batam Jalan. R.E. Martadinata No.16 Sekupang - Batam, Propinsi Kepulauan Riau.

2.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah spektofotometri yang digunakan untuk pengujian orthoposfat, thermometer digunakan untuk mengukur suhu, turbidymeter digunakan untuk mengukur kekeruhan, pH meter digunakan untuk mengukur nilai pH, DO meter digunakan untuk mengukur DO (oksigen terlarut), wadah untuk treatmen ukuran 10L, genjer dan deterjen merek Boom

Putih.

2.2. Rancangan Penelitian

Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Total keseluruhan rancangan

(3)

3 penelitian dengan 9 kombinasi dan 3x pengulangan berjumlah 27 petak bak penelitian. Variabel penelitian meliputi:

a. Variabel Bebas: Faktor pertama adalah konsentrasi orthoposfat pada deterjen dengan menggunakan 3 taraf, yaitu 0,05 m/L, 0,08 m/L dan 0,13 m/L. Faktor kedua adalah lamanya hari (detensi waktu) selama 6 hari dengan pengukuran 3 taraf yaitu hari ke-2, hari ke-4 dan hari ke-6.

b. Variabel terikat: penyerapan orthoposfat Dalam percobaan RAL pola faktorial setiap unit percobaan ditempatkan secara acak serta tidak mengikuti suatu pola baris atau lajur tertentu.

Tabel 1. Perlakuan Faktorial

No Konsentrasi Waktu t2 t4 t6 1. k1 k1t2 k1t4 k1t6 2. k2 k2t2 k2t4 k2t6 3. k3 k3t2 k3t4 k3t6 2.3. Penentuan Konsentrasi

Konsentrasi phospat deterjen sebagai orthoposfat yang merupakan bahan uji bervariasi ditentukan sesuai dengan rumus penentuan dosis menggunakan persamaan perhitungan logaritma seperti berikut.

N a Log = k (Log ) n n Maka,

Log N – Log n = k log a – k log n……..(1) a b c d e

= = = = ……….(2) n a b c d

Dimana

N = konsentrasi ambang batas n = konsentrasi ambang bawah

a = konsentrasi terkecil dalam deret konsentrasi yang ditentukan

k = jumlah konsentrasi yang diujikan

Konsentrasi orthoposfat deterjen sebagai bahan uji yang digunakan didasarkan dari kadar orthoposfat di perairan yang dapat menyebabkan eutrofikasi (0,031-0,1 mg/L) dimana nilai ambang bawah didasarkan pada 0,031 mg/L sebagai (n) sedangkan nilai ambang atas adalah 0,1 mg/L sebagai (N). Dari hasil perhitungan maka didapat konsentrasi dengan 3 taraf yang merupakan nilai yang berada pada rentang nilai ambang bawah dan

ambang atas konsentrasi orthoposfat tersebut dengan nilai yang didapat.

2.4. Pembuatan Larutan Stok

Pada penelitian detergen yang digunakan sebagai bahan uji merupakan deterjen merek Boom Putih yang berbentuk bubuk. Pembuatan larutan stok dilakukan dengan menimbang 1 g deterjen dan dilarutkan dalam 1 liter air. Dari cara ini diperoleh larutan stok dengan konsentrasi 1000 mg/L deterjen. Larutan stok ini kemudian diencerkan sesuai dengan konsentrasi perlakuan konsentrasi orthoposfat yang dibutuhkan untuk uji sesungguhnya dengan menggunakan formula:

V1∙N1 = V2∙N2 Dimana :

V1 = volume larutan stok (ml) N1 = konsentrasi larutan stok (mg/L) V2 = volume larutan yang diinginkan (ml) N2 = konsentrasi perlakuan (mg/L)

2.5. Aklimatisasi Genjer (Limnocharis flava)

Tanaman genjer yang akan digunakan kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel untuk selanjutnya diaklimatisasi sebelum penelitian. Aklimatisasi tanaman dilakukan dengan mengadaptasikan tanaman pada bak plastik selama 3 hari sebelum dipindahkan ke bak uji sesungguhnya. Tanaman genjer yang telah diaklimatisasi selama 3 hari, kemudian ditimbang, dipilih dengan berat 300g dan yang memiliki kriteria berdaun segar berwarna hijau, tinggi dan berat masing-masing individu tanaman genjer dianggap homogen.

2.6. Perlakuan Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

Tanaman yang telah disortir kemudian dipindahkan kedalam bak-bak plastik yang telah berisi limbah model deterjen sesuai dengan masing-masing konsentrasi orthoposfat yang telah ditentukan. Bak perlakuan ditempatkan pada areal terbuka yang cukup terlindung dari matahari dan diberi pelindung agar terhindar dari perubahan cuaca dengan menggunakan atap terpal transparan. Selama hari pengamatan fitoremediasi yaitu hari ke-2, hari ke-4 dan ke-6 dilakukan pengujian orthoposfat pada deterjen yang diberi perlakuan fitoremediasi untuk membandingkan dengan kandungan awal orthoposfat sebelum

(4)

4 fitoremediasi. Sebelum dan selama pengamatan perlakuan sebaiknya air detergen juga diukur parameter fisik dan kimia yang mendukung meliputi suhu, kekeruhan, derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO) dan COD (Chemical

Oxygen Demand). 2.7.

Uji Orthoposfat

Pada pengamatan tiap hari ke-2, hari ke-4 dan hari ke-6 dilakukan uji orthoposfat pada tiap wadah penelitian sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan. Sampel orthoposfat yang akan di uji dimasukkan pada masing-masing wadah botol sampel khusus yang telah diberi label sesuai kode perlakuan dan selanjutnya disimpan dalam cool box/ice box kemudian didinginkan dengan meletakkan es batu secukupnya sebagai salah satu upaya penanganan sampel selama perjalanan sebelum tiba ditempat uji analisis. Sampel uji orthoposfat yang telah didinginkan ini mampu bertahan selama 48 jam (2 hari).

2.8. Analisis Data

Model linier aditif untuk rancangan faktorial dua faktor dengan rancangan lingkungannya RAL adalah sebagai berikut : Yijk = µ + α1 + βj + (αβ)ij +εijk

Keterangan :

Yijk = pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-1 dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B.

µ = mean populasi

α1 = pengaruh taraf ke-i dari faktor A βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ij = pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

εijk = pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij. εijk˜N(0,a2).

Untuk mengetahui pengaruh detensi waktu dan konsentrasi orthoposfat terhadap penyerapanorthoposfat dengan menggunakan tanaman genjer, digunakan program software

SPSS ver 17 untuk Analisis Sidik Ragam

(ANOVA dua arah).

Menurut Setiawan (2009), jika pada hasil analisis sidik ragam diperoleh nilai F hitung > F tabel 0,5 maka perlu dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil analisis akan disimpulkan dan ditabulasikan dalam bentuk tabel serta dianalisa secara

deskriptif untuk memberikan gambaran tentang pengaruh detensi (lamanya) waktu dan perbedaan konsentrasi orthoposfat deterjen terhadap penyerapan orthoposfat oleh tanaman genjer.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Uji Kandungan Phospat pada Deterjen

Boom Putih

Berdasarkan hasil uji laboratorium di BTKL Sekupang Batam, kandungan phospat yang di ukur dalam bentuk persen orthophospat (P2O5).

Persentase kandungan orthoposfat dalam deterjen Boom Putih sebesar 50,86 mg/L. Berdasarkan perhitungan laboratorium tersebut dan kisaran eutrofikasi orthoposfat menurut Effendi (2003) sebesar 0,031 – 0,1 mg/L, ditentukan tiga konsentrasi orthoposfat yang berbeda (0,05 mg/L, 0,08 mg/L dan 0,13 mg/L).

3.2. Hasil Uji dan Analisis Deskriptif Kandungan Orthoposfat

Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil rata-rata kandungan orthopospat dalam wadah air percobaan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tampilan Tabel 1.

Tabel 2. Rata-rata Kandungan Orthoposfat dalam Air Wadah Percobaan

No Perlakuan Ulangan Rata-rata

(mg/L) 1 2 3 1. k1t2 0,04 0,04 0,03 0,037 2. k2t2 0,06 0,07 0,06 0,063 3. k3t2 0,12 0,12 0,11 0,117 4. k1t4 0,04 0,04 0,03 0,037 5. k2t4 0,05 0,05 0,04 0,047 6. k3t4 0,10 0,10 0,09 0,097 7. k1t6 0,02 0,02 0,03 0,023 8. k2t6 0,04 0,04 0,04 0,040 9. k3t6 0,09 0,09 0,10 0,093

Tabel 2 menunjukkan data kandungan orthopospat dalam air wadah percobaan bahwa rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan k3t2

dengan nilai penyerapan 0,117 mg/L, k3t4 dengan

nilai penyerapan 0,097 mg/L dan k3t6 dengan

nilai penyerapan 0,093 mg/L dengan konsentrasi 0,13 mg/L. Tingkat rata-rata penyerapan orthoposfat oleh tanaman Genjer berdasarkan data dari Tabel 2 disajikan pada Tabel 3.

(5)

5

Tabel 3. Rata-rata Penyerapan Orthoposfat oleh Tanaman Genjer

No Perlakuan Ulangan Rata-rata (mg/L) 1 2 3 1. k1t2 0,01 0,01 0,02 0,013 2. k2t2 0,02 0,01 0,02 0,017 3. k3t2 0,01 0,01 0,02 0,013 4. k1t4 0,01 0,01 0,02 0,013 5. k2t4 0,03 0,03 0,04 0,033 6. k3t4 0,03 0,03 0,04 0,033 7. k1t6 0,03 0,03 0,02 0,027 8. k2t6 0,04 0,04 0,04 0,040 9. k3t6 0,04 0,04 0,03 0,037

Hasil uji laboratorium dan analisis deskriptif tingkat rata-rata penyerapan orthoposfat dari 9 perlakuan, tertinggi terdapat pada perlakuan k2t6 (konsentrasi 0,08 mg/L selama 6 hari) dengan nilai penyerapan 0,04 mg/L. Sedangkan tingkat penyerapan rata-rata orthoposfat terendah pada perlakuan k1t2 (konsentrasi 0,05mg/L selama

2 hari), k1t4 (konsentrasi 0,05mg/L selama 4 hari)

dan k3t2 (konsentrasi 0,13mg/L selama 2 hari)

mempunyai nilai yang sama sebesar 0,013 mg/L.

3.3.

Faktorial dalam RAL

Uji statistik menggunakan uji faktorial berdasarkan interaksi level konsentrasi dan jumlah hari terhadap tingkat penyerapan orthoposfat oleh tanaman genjer menggunakan software SPSS ver

17. Uji kesesuaian asumsi untuk uji faktorial

menggunakan Levene’s Test of Equality of Error

Variances. Hasil uji ini adalah 0,106 (> 0,05)

yang berarti signifikan. Nilai uji ini harus lebih besar dari 0,05 yang berarti keragaman dari variabel terikat antar seluruh kelompok adalah sama.

Berdasarkan hasil uji faktorial yang disajikan pada Tabel 1 baik faktor konsentrasi awal orthoposfat, jumlah hari maupun interaksi konsentrasi dan hari, mempunyai interaksi efek yang signifikan (nilai sig ≤ 0,05) terhadap penyerapan orthoposfat oleh tanaman genjer dengan nilai sig berturut-turut 0.000; 0.000 dan 0,049.

Uji lanjut Tukey (beda nyata jujur) dilakukan untuk melihat perbedaan antar berbagai level perlakuan. Berdasarkan hasil uji lanjut dari faktor konsentrasi awal orthoposfat, tingkat penyerapan tanaman genjer pada konsentrasi awal orthoposfat 0,05 mg/L berbeda nyata dengan konsentrasi awal 0,08 mg/L dan 0,13 mg/L. Tingkat penyerapan orthoposfat tanaman genjer pada konsentrasi awal 0,08 mg/L tidak berbeda nyata dengan konsentrasi awal orthoposfat 0,13

mg/L. Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan nilai sig < 0,05. Sedangkan hasil uji lanjut dari faktor hari, tingkat penyerapan orthoposfat tanaman genjer berdasarkan lamanya hari, berbeda nyata pada semua lamanya hari (hari ke 2, 4 dan 6) Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan nilai sig < 0,05.

Kombinasi terbaik dari konsentrasi awal dan lamanya hari terhadap tingkat rata-rata penyerapan orthoposfat adalah perlakuan k2t6

(konsentrasi awal orthoposfat 0,08 mg/L selama 6 hari). Laju penyerapan orthoposfat tiap perlakuan berdasarkan lamanya hari tertinggi terjadi selama hari ke-6.

3.4. Efektivitas dan Efisiensi Penyerapan Orthoposfat

Efektivitas penyerapan orthoposfat merupakan tingkat keberhasilan genjer (Limnocharis flava) dalam menyerap orthoposfat deterjen pada setiap konsentrasi orthoposfat yang berbeda. Tingkat efisiensi penyerapan orthoposfat merupakan tingkat ketepatan waktu yang menunjukkan bahwa genjer mampu menyerap orthoposfat dalam jangka waktu fitoremediasi yang lebih singkat.

Tingkat efektivitas penyerapan orthoposfat pada tiap perlakuan menghasilkan tingkat efektivitas penyerapan orthoposfat terbaik yaitu pada perlakuan k1t6 dengan persentase penyerapan

total sebesar 53,33% atau senilai dengan 0,027 mg/L.

Dari keseluruhan perlakuan fitoremediasi tingkat efisiensi penyerapan othoposfat terbaik yaitu pada perlakuan konsentrasi 0,05 mg/L pada hari ke-2 (k1t2) dengan nilai persentase

penyerapan sebesar 13,33% atau sebesar 0,007 mg/L penyerapan perhari.

Dari penelitian ini menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi terbaik dari konsentrasi awal dan lamanya hari terhadap tingkat rata-rata penyerapan orthoposfat oleh tanaman genjer adalah perlakuan k1t2 (konsentrasi orthoposfat

awal 0,05 mg/L selama 2 hari) yaitu dengan nilai rata-rata persentase penyerapan sebesar 13,33 %. Hal ini memperlihatkan bahwa tanaman genjer mampu menyerap kandungan orthoposfat tertinggi dalam waktu fitoremediasi ke-2 atau selama dua hari dengan konsentrasi awal orthoposfat 0,05 mg/L sebesar 13,33%.

(6)

6

3.5.

Analisis Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini meliputi suhu, kekeruhan, pH, oksigen terlarut dan COD.

3.5.1. Suhu

Hasil penelitian ini suhu air berkisar 26o C-27oC masih dalam batas suhu optimum untuk pertumbuhan yaitu 10oC-38oC (Rahayu, et al.,

dalam Rosnah 2012). Pada konsentrasi 0,08 mg/L

selama 6 hari mengalami kenaikan di bandingkan dengan konsentrasi dan hari lainnya yaitu sebesar 27,03oC. Peningkatan suhu berpengaruh terhadap tingkat penyerapan, karena suhu berkaitan dengan proses metabolisme dan fotosintesis. Menurut Hidayat dalam Rosnah (2012) semakin tinggi suhu lingkungan tanaman maka semakin tinggi tingkat penyerapan oleh tanaman, dimana suhu lingkungan akan menyebabkan proses fotosintesis meningkat, sehingga penyerapan tanaman akan meningkat juga.

3.5.2. Kekeruhan

Nilai kekeruhan pada penelitian ini berkisar 3 NTU - 11 NTU masih dalam keadaan normal yaitu ≤ 20 NTU, sehingga penyerapan orthoposfat tetap dapat berlangsung. Hal ini di dukung oleh pendapat Yusuf (2008), yang menyatakan suatu perairan yang tingkat kekeruhannya ≥ 20 NTU masih berbahaya bagi kehidupan biota di dalamnya, karena mengganggu aktivitas serta metabolisme yang berlangsung di dalamnya.

3.5.3. pH

Pada penelitian ini nilai pH berkisar 5-6. Nilai pH tertinggi pada penelitian terjadi pada perlakuan k1t6 yaitu sebesar 6,23. Peningkatan pH

menyebabkan selama pengamatan daun dan batang genjer menguning, layu, sebagian ada yang gugur dan rata-rata berat basah tanaman genjer menurun dari 300g menjadi 270g. Hal ini didukung oleh pendapat Badrus dalam Rosnah (2012), derajat keasaman (pH) merupakan ukuran dalam kandungan ion H+ yang menunjukkan bahwa jika suatu perairan bersifat sangat asam maupun sangat basa maka akan mempengaruhi proses metabolisme dan respirasi organisme. Namun nilai pH pada perlakuan k1t6 masih dalam kondisi normal, sehingga penyerapan orthoposfat

masih dapat berlangsung dengan nilai penyerapan sebesar 0,027 mg/L.

3.5.4. Oksigen Terlarut (DO)

Hasil rata-rata pengukuran nilai oksigen terlarut pada setiap perlakuan berkisar antara 3,31 – 6,73 mg/L. Nilai ini termasuk baik untuk mendukung kehidupan organisme perairan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hermawati et al., 2005 yang menyatakan kadar oksigen terlarut < 3 mg/L kan membahayakan organisme perairan karena dapat mengakibatkan kematian.

3.5.5. COD

Hasil rata-rata pengukuran COD pada penelitian ini berkisar 11-36 mg/L. Berdasarkan pengukuran selama penelitian berlangsung menunjukkan bahwa nilai COD berada pada tingkat kelayakan tidak tercemar karena nilainya masih dibawah tingkat kelayakan perairan tercemar yaitu 200 mg/L (UNESCO, WHO/UNEP, 1992) dalam Effendi (2003).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan persentase penyerapan yang efektif pada rata-rata penyerapan othoposfat, terjadi pada konsentrasi 0,05 mg/L selama 6 hari dengan nilai rata-rata persentase penyerapan sebesar 53,33%. Persentase penyerapan yang efisien pada rata-rata penyerapan orthoposfat, terjadi pada hari ke-2 konsentasi 0,05 mg/L dengan nilai rata-rata persentase penyerapan sebesar 13,33 %.

Efektivitas dan efisiensi fitoremediasi terbaik dari konsentrasi awal dan lamanya hari terhadap tingkat rata-rata penyerapan orthoposfat oleh tanaman genjer adalah konsentrasi awal 0,05 mg/L selama 2 hari yaitu dengan nilai rata-rata persentase penyerapan sebesar 13,33% atau senilai 0,007 mg/L pada tiap harinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik faktor perbedaan konsentrasi orthoposfat, detensi waktu maupun interaksi antara perbedaan konsentrasi orthoposfat dengan detensi waktu berpengaruh terhadap penyerapan orthoposfat oleh tanaman genjer.

(7)

7

V. UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan serta bimbingan kepada penulis diantaranya kepada:

1. Andi Zulfikar, S.Pi, M.P dan Diana Azizah, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing. 2. Laboratorium Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

3. Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Kelas 1 Pulau Batam, Kepulauan Riau.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hermawati, E, Wiryanto dan Solichatun. 2005.

Fitoremediasi Limbah Detergen Menggunakan Kayu Apu ( Pistia

stratiotes L. ) dan Genjer (Limnocharis flava L.). Jurnal BioSMART ISSN:

1411-321X Volume 7, Nomor 2 Oktober 2005Halaman: 115-124 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Rosnah. 2012. Efektivitas Fitoremediasi Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Terhadap Phospat pada Limbah Laundry. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tangjungpinang

Rossiana. Supriatun, Titin. Dhahiyat, Yayat. 2007. Fitoremediasi Limbah Cair dengan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms) dan Limbah Padat Industri Minyak Bumi dengan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Bermikoriza.

(http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/04/fitoremediasi_i mbah_cair_dengan_eceng_gondok_dan_li mbah_padat_industri.pdf)

Setiawan, A. 2009. Percobaan Faktorial. http ://smartstat.wordpress.com.

Yusuf, G. 2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga dengan Sistem Simulasi Tanaman Air-Fakultas MIPA Universitas Islam Makassar. Jurnal Bumi Lestarivolume 8 No.2, Agustus 2008, hlm. 136-144.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kreteria tersebut sudah jelas kalau tari Rangda diperankan (dilakukan) oleh manusia sebagai sebuah ekspresi seni dalam rupa-rupa gerak mengikuti irama gambelan (bentuk

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yakni (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan dari hasil observasi lapangan dan kajian pustaka,

Pada penelitian ini menguji keakuratan klasifikasi kelulusan mahasiswa dengan membandingkan hasil algoritma Naïve Bayes dan algoritma C4.5 dari dataset yang diambil

Selanjutnya menurut Fasold (1990 : 58) , Bach dan Harnish (1979 : 47) bahwa tindak tutur permintaan tidak hanya penutur menuntut mitra tutur melakukan sesuatu, bertindak

Diketahui bahwa, pengalaman Anggota DPRD Kota Palangka Raya yang belum pernah duduk dalam lembaga legislatif sebelumnya berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan

Akibat diberi gaya tekan (gaya prategang) F yang bekerja pada pusat berat penampang beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh penampang beton sebaesar F/A,

Veˇ cje aminokisline se lahko bolj upogibajo ob interakciji, zato smo uvedli ˇse znaˇ cilko, kjer je dolˇ zina projekcije normalizirana s povpreˇ cno dolˇ zino

Berdasarkan hasil persentase penghambatan udem tiap perlakuan menunjukkan bahwa fraksi air daun mahkota dewa dengan dosis 0,5 g/kgBB memiliki nilai persen penghambatan