• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Membaca

Menurut Surastina (2010 : 5) membaca adalah proses dimana pikiran hanya memfokuskan pada kata-kata yang ada dalam suatu bacaan untuk meningkatkan pemahamannya, pemahaman tersebut juga memerlukan keterampilan - keterampilan tertentu untuk mencapai tarafnya. Menurut Lerner (Dalman, 2013), kemampuan dalam membaca merupakan titik utama dalam penguasaan diberbagai bidang studi yang dalam dunia pendidikan. Apabila ditemukan peserta didik yang usia sekolah permulaannya lambat dalam kemampuan membaca, maka ia nantinya akan mendapatkan banyak kesulitan saat mempelajari berbagai studi yang ditempuhnya. Oleh sebab itu, anak sejak dini dilatih untuk belajar membaca demi kepentingan proses belajarnyaa ditingkat yang lebih tinggi. Sependapat dengan Lerner, Marcer (Dalman, 2013) mengemukakan bahwa kemampuan dalam membaca dapat menambah kemampuan kerja serta penguasaan diberbagai bidang salah satunya di dibidang akademik, akan tetapi juga dapat memungkinkan berpartisipasi dikehidupan sosial, politik, dan budaya yang menciptkan kebutuhan emosional.

Pendapat lain juga datang dari Dalman (2013), bahwa keterampilan yang dimiliki peserta didik itu salah satunya adalah keterampilan dalam pemahaman membaca. Pemahaman membaca merupakan proses membaca yang memfokuskan

(2)

pada pemahaman peserta didik dalam membaca. Untuk bisa melakukan pemahaman membaca, diwajibkan peserta didik memiliki konsentrasi yang cukup. Penguasaan dalam kosakata yang dimiliki peserta didikpun dapat berpengaruh terhadap kualitas pemahaman membacanya. Selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi pemahaman membaca peserta didik adalah tingkat intelektualnya. Perlu diketahui bahwa kemampuan pemahaman membaca termasuk dalam sebuah keterampilan, maka dari itu kemampuan pemahaman membaca pun dapat dilatih sejak dini melalui lingkup yang ada dilingkungan keluarga.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman membaca itu sendiri proses yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami dan memperoleh infomasi dari isi teks yang dibacanya, pemahaman dalam membaca tersebut membutuhkan ketrampilan dan semangat keingintahuan yang ada dalam diri peserta didik. Maka dari itu untuk mencapai hal tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang ada disekitar peserta didik mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan bermain dan dilingkungan formalnya dilingkungan sekolah

2. Peserta Didik

a. Pengertian Peserta Didik

Pengertian peserta didik itu banyak sekali bisa dilihat dari segi etimologi dan terminologi. Dilihat dari segi etimologi pengertian peserta didik yaitu anak didik yang memperoleh pengajaran ilmu. Sedangkan secara terminologi itu sendiri peserta didik merupakan anak didik yang mengalami perkembangan dan perubahan sehingga mereka perlu arahan dan bimbingan yang berguna untuk membentuk kepribadian juga sebagai

(3)

bagian struktural dari proses pendidikan. Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan individu yang mengalami fase pertumbuhan atau perkembangan dari segi mental, fisik, dan pikiran. Disini peserta didik mempunyai peran penting yaitu sebagai obyek dan subyek dalam sasaran pendidikan yang biasa diketahui dengan cara membawa peserta didik masuk dalam pemecahan masalah saat proses pembelajaran berlangsung. Disini juga peserta didik dicirikan sebagai individu yang memerlukan pengetahuan, arahan dan bimbingan dari guru serta orang yang ada disekitarnya. (Syafaruddin 2016 : 46), sehingga peserta didik menjadi salah satu faktor “penentu” yang menuntut dan mempengaruhi sesuatu yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran (Sardiman 2010 : 111).

Selain pendapat yang disampaikan para ahli diatas, hal-hal yang berhubungan dengan peserta didik juga ada didalam pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2003 meliputi sistem Pendidikan Nasional, peserta didik merupakan anggota dari masyarakat yang sedang berusaha mengembangkan apa yang ada dalam dirinya melalui pendidikan pada jenjang dan jenis tertentu. Banyaknya pembahasan tentang peserta didik, disini (Mangun Budiyanto 2013 : 92) menyimpulkan defenisi peserta didik secara lebih sederhana yaitu peserta didik merupakan individu tanpa adanya batasan usia yang menjadi sasaran kegiatan pendidikan oleh pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan.

(4)

b. Kedudukan peserta didik

Peserta didik merupakan pokok persoalan dalam proses pendidikan. Dalam proses pembelajarannya peserta didik adalah pihak yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang secara optimal dalam proses pencapaianya. Disini peserta didik melakukan dan menuntut sesuatu supaya tujuan belajarnya terpenuhi. Saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar disinilah peserta didik harus sangat diperhatikan.

Karena pendidikan termasuk suatu keharusan yang diberikan pada peserta didik dan juga dimanfaatkannya akal yang mereka punya, maka disini peserta didik perlu dibimbing dan dibina sebaik mungkin melalui perantara guru atau pendidik. Pendidik juga perlu memahami hakikat peserta didiknya yang sebagai obyek dan subjek suatu pendidikan saat terjadinya kegiatan belajar mengajar. Beberapa hal terkait hakekat peserta didik antara lain:

1) Peserta didik mempunyai dunia sendiri dan bukan boneka orang dewasa

2) Peserta didik memiliki pola perkembangan yang perlu disesuaikan didalam proses pendidikannya

3) Peserta didik mempunyai banyak kebutuhan meliputi kebutuhan biologis, realisasi diri, rasa kasih sayang, rasa aman, dan rasa harga diri

4) Peserta didik mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lain, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor eksogen (lingkungan) dan faktor endogen (fitrah)

5) Peserta didik sebagai sistem manusia yang terdiri dari berbagai segi tetapi termasuk dalam satu kesatuan raga dan jiwa (cipta, karsa dan rasa).

(5)

6) Peserta didik adalah obyek yang aktif, produktif dan kreatif dalam dunia pendidikan yang bukan hanya menerima dan medengar saja saat kegiatan pembelajaran berlangsung

c. Tugas dan Kewajiban Peserta Didik

Dalam mencapai tujuan pendidikan, sangat perlu bagi peserta didik untuk menyadari kewajibannya dan tugas yang harus dilakukannya. Tugas peserta didik menurut Haidar Putra Daulay antara lain:

1.Mencari ilmu pengetahuan sebanyak - banyaknya 2. Belajar dengan rajin, tekun dan bersungguh-sungguh.

3.Selalu berbenah diri, dengan mengamalkan akhlak mulia dan menanamkannya dalam diri peserta didik

Dari penjabaran diatas dapat diketahui bahwa peserta didik merupakan individu yang mengalami fase pertumbuhan atau perkembangan dari segi mental, fisik, dan pikiran serta mempunyai peran penting sebagai obyek dan subyek dalam sasaran pendidikan yang diketahui dengan membawa peserta didik masuk dalam pemecahan masalah saat proses pembelajaran berlangsung

3. Kemampuan Bercerita

Kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita merupakan suatu kesanggupan peserta didik dalam menceritakan kembali suatu informasi yang didapatnya kepada pendengar yang bertujuan untuk memberikan informasi baru yang belum diketahui pendengar sebelumnya. Kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita terdiri atas empat kemampuan yang harus dikuasai salah satunya adalah

(6)

membaca. Membaca merupakan komponen dari komunikasi secara tulisan. Membaca pada dasarnya adalah kegiatan yang rumit karena melibatkan banyak hal, seperti melafalkan tulisan, berfikir, metakognitif, psikolingustik dan juga melibatkan aktivitas visual. Proses membaca pada anak usia dini lebih ditekankan pada persiapan membaca dan selanjutnya lebih ditekankan pada pengenalan simbol-simbol huruf yang dikenal sampai memahami arti kata dalam suatu cerita (Risna et al., 2016).

Setelah peserta didik selesai membaca dan memahami apa yang telah dibaca, tahap selanjutnya adalah peserta didik menceritakan kembali isi dari teks bacaan yang telah dibacanya tersebut kepada orang lain. Teks bacaan / teks cerita merupakan salah satu media yang cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan bercerita peserta didik yang sering digunakan oleh guru. Selain menggunakan media, metode juga sangat diperlukan bagi guru untuk mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar, seperti halnya yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2013) bahwa metode sangat diperlukan dalam mengajar karena merupakan cara guru untuk berinteraksi dengan peserta didik saat proses pembelajaran berlangsungnya.

Dalam penggunaan metode tersebut guru harus menyesuaikan dengan kesulitan yang dialami peserta didik, misalnya peserta didik kurang lancar dalam membaca, peserta didik kurang paham dalam memahami bacaan, peserta didik kurang percaya diri untuk bercerita kembali didepan kelas dan lain sebagainya. Kesulitan-kesulitan tersebut harus secepatnya dicarikan solusi oleh guru karena kalau tidak akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Misalnya dalam hal berbicara / bercerita, berbicara / bercerita sangat penting untuk peserta didik karena dengan berbicara / bercerita peserta didik bisa menyampaikan keadaan dirinya dan

(7)

pendapatnya mengenai suatu hal. Dalam bercerita itu sendiri juga memainkan peranan penting bukan hanya dalam menumbuhkan minat kebiasaan membaca peserta didik, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran peserta didik. Keterampilan dalam berbicara / bercerita memiliki beberapa manfaat antara lain meningkatkan keterampilan perserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, memberikan sentuhan manusiawi, membentuk karakter peserta didik, dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berbahasa. Sehingga kegiatan bercerita merupakan keterampilan berbicara yang penting didalam pengajaran bahasa maupun kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan bercerita / menceritakan kembali akan lebih bagus apabila peserta didik bercerita dengan menggunakan bahasanya sendiri secara runtut dan tidak menyimpang dari apa yang seharusnya diceritakan.

Didalam permasalahan menceritakan kembali ini masih banyak peserta didik yang menggunakan metode menghafal kalimat per kalimat. Sehingga perserta didik yang kurang mempunyai kepercayaan diri untuk bercerita dan maju didepan kelas akan ngeblank dan bisa juga hasil hafalannya hilang dan berpengaruh pada hasil ceritanya secara keseluruhan dan penyusunan alur ceritanya. Dalam bercerita tersebut juga diperlukan metode supaya peserta didik bercerita dengan lancar, karena tujuan penggunaan metode dalam bercerita itu sendiri selain melatih ketrampilan berbicara menurut Mulatsih juga untuk melatih daya tangkap anak, melatih konsentrasi, melatih daya pikir, dan membantu perkembangan imajinasi dan fantasi peserta didik serta menciptakan suasana akrab dan menyenangkan di dalam kelas. Maka dari itu dalam penelitian ini langkah-langkah yang diambil untuk menceritakan kembali dengan melakukan intruksi kepada peserta didik untuk membaca bersama-sama, setelah itu guru memancing pemahaman peserta didik dengan melakukan

(8)

tanya jawab terhadap teks yang telah dibaca, untuk memperdalam pemahaman peserta didik pada teks tersebut guru memberi intruksi lagi untuk membaca teks bacaan secara individu kemudian meminta peserta didik menceritakan kembali kepada teman kelasnya. Apabila teman kelasnya paham pada apa yang telah diceritakan maka bisa dikatakan peserta didik mampu dalam hal bercerita kembali

4. Gambar Kreasi

Gambar adalah gabungan dari titik – titik dan garis yang menjadi satu yang disetiap prosesnya merupakan hasil dari proses imajinasi abstrak yang ada dalam pikiran, dan setiap goresannya mempunyai makna tersendiri, dan dikeseluruhan jadinya mempunyai satu arti yang sangat berarti. Menggambar merupakan salah satu aktivitas yang di sukai peserta didik. Tidak ada satupun peserta didik yang tidak menyukai kegiatan menggambar karena menggambar merupakan pemahaman lebih awal yang dimiliki oleh peserta didik daripada pemahaman kata yang dipelajarinya (Tabrani : 2012).

Dalam memahami hasil gambar dari peserta didik bisa dilakukan melalui pemberian perhatian yang ingin mereka sampaikan melalui hasil gambarnya yang merupakan cara berkomunikasi mereka secara tidak langsung. Dengan begitu peserta didik akan lebih bebas berkomunikasi dan bereksplorasi dengan lingkungan

sekitarnya dilihat dengan dihargainya dan ditunjukkannya sikap ketertarikan guru atau orang dewasa disekitarnya terhadap hasil gambarannya. Sayangnya di Indonesia ini guru maupun orang dewasa kurang memahami bahasa rupa berupa gambar yang disampaikan oleh peserta didik.

(9)

Menurut Tabrani (2012), hal ini bisa menurunkan semangat menggambar peserta didik, dan juga bisa menghambat perkembangan dalam diri peserta didik untuk memunculkan kreativitas baru. Sehingga perlu dibangkitkan kembali semangat menggambar peserta didik melalui gambar kreasi yang nantinya peserta didik akan diminta menggambar sesuai dengan subyek – subyek utama yang ada dalam suatu bacaan yang telah mereka baca dengan menggambar sekreatif mungkin. Kreasi itu sendiri berasal dari kata kreatif yang artinya menciptakan suatu hal yang baru dan unik dari apa yang ada sebelumnya.

Lama kelamaan kreatif mendapat kata serapan Bahasa Indonesia yaitu kreativitas yang artinya kecerdasan yang terus dilatih sehingga mulai berkembang didalam diri seseorang, dalam bentuk kebiasaan, sikap, dan tindakan sehingga menciptakan hal yang baru dalam pemecahan suatu masalah. Kreativitas tersebut juga banyak memakan tenaga dan pemikiran bagi peserta didik (Tabrani : 2012). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir tidak hanya dengan bahasa kata, tetapi juga perlu menggunakan bahasa rupa. Meninjau kembali bahwa berpikir merupakan proses dengan bahasa rupa yang termasuk dalam ambang kesadaran dan tidak kesadaran yang ada pada peserta didik, maka diperlukannya pembinaan supaya terpadu antara kemampuan berpikir melalui bahasa rupa juga bahasa kata yang sangat diperlukan untuk dilatih sejak dini.

Dalam proses belajar bahasa rupa dan bahasa kata harus beriringan. Perpaduan antara kemampuan berpikir kata dan rupa termasuk dalam kebutuhan manusia dimasa yang akan datang dalam mencetuskan karya kreatif yang lebih bagus (Tabrani : 2014). Maka dari itu, diperlukan kegiatan menggambar kreasi seperti yang telah disebutkan diatas untuk mendorong munculnya suatu pemikiran kreatif dari

(10)

peserta didik yang nantinya dari pemikirannya tersebut memunculkan pengetahuan baru yang perlu dikaji lagi lebih mendalam.

Perlu diketahui juga bahwa kreativitas itu mempunyai hal-hal penting yang harus diperhatikan, seperti permasalahan kreativitas dalam pembelajaran, ciri umum kreativitas, pentingnya pengembangan kreativitas bagi peserta didik, dan kecerdasan kreatif itu sendiri.

a. Permasalahan Kreativitas Dalam Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan sekarang khusunya disekolah para guru masih menggunakan berpikir konvergen dalam pembelajarannya, sehingga apabila guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik, peserta didik harus mempunyai jawaban yang sama dengan jawaban guru dan apabila jawaban peserta didik berbeda dengan guru maka jawaban tersebut dikatakan salah.

Hal tersebut bisa mengambat perkembangan kreativitas peserta didik karena peserta didik merasa pendapatnya selalu salah, sehingga peserta didik hanya menggunakan berpikir konvergen dalam pembelajaranya dan berpikir divergennya lambat laun akan tidak berkembang, padahal peserta didik sangat perlu berpikir divergen sebab peserta didik belajar dengan melihat apa yang ada dilingkungan sekitar dan mereka gabungkan dengan materi - materi pelajaran yang disampikan oleh guru.

b. Ciri Umum Kreativitas

Seseorang dikatakan kreatif atau mempunyai ke kreativitasan apabila memiliki ciri-ciri afektif dan kognitif yang dalam dirinya.Ciri afektif tersebut adalah ciri yang berkaitan dengan sikap yang dimiliki seseorang meliputi sifat

(11)

imajinatif, rasa ingin tahu, berani mengambil resiko, sifat merasa tertantang oleh kemajemukan dan sifat menghargai. Dan ciri-ciri kognitifnya yang merupakan kemampuan dalam proses berpikir antara lain orisinalitas dan kelenturan dalam berpikir, kelacaran dalam berpikir, dan kemampuan berelaborasi dalam suatu gagasan

a. Pentingnya Pengembangan Kreativitas Bagi Peserta Didik

Kreativitas itu bisa dimiliki oleh semua individu tinggal individunya tersebut bisa mengembangkan kreativitas yang ada didalam dirinya atau tidak, selain dari individu faktor lingkungan dan pendidikannya juga sangat pengaruh terhadap kreativitasnya. Didalam pendidikannya untuk mengembangkan kreativitas peserta didik guru tidak hanya memberikan pemahaman terhadap suatu pengetahuan tetapi guru juga harus memberikan metode serta proses yang kreatif saat pembelajaran. Maka dari itu apabila peserta didik menemukan kesulitan maka dia akan menggunakan metodenya dan memprosenya dengan caranya sendiri dalam menyelesaikan suatu kesulitan yang sedang dihadapinya saat pembelajaran berlangsung.

b. Kecerdasan Kreatif

Menurut Ayu Sri Menda Sitepu (2019 : 48) kecerdasan adalah suatu anugrah yang sangat diinginkan oleh semua orang, dan tidak semua orang dapat memilikinya. Kecerdasan sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah apalagi bagi peserta didik yang masih menempuh bangku sekolah, tetapi seseorang yang memiliki IQ standar juga tidak kalah dengan orang yang cerdas

(12)

tinggal bagaimana dia mengasah ilmu yang dia dapatkan, dia juga bisa mengembangkan kreativitasnya sehingga dalam pemecahan masalah dia tidak kalah dengan orang cerdas karena dia mempunyai metode sendiri dalam pemecahan masalah tersebut

Dari penjabaran yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa gambar kreasi disini merupakan gambar yang sengaja dibuat dari gabungan titik-titik dan garis yang nantinya akan mempunyai makna tersendiri. Gambar itu dibuat berdasarkan kreatifitas yang dimiliki peserta didik

5. Seni Rupa 2 Dimensi

Karya seni dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristiknya. Umumnya karya seni rupa dibedakan berdasar bentuk dan fungsinya. Berdasar bentuknya, karya seni rupa terbagi menjadi dua yaitu, seni rupa dua dimensi yang merupakan karya seni yang mempunyai ukuran panjang dan lebar dan juga karya seni rupa tiga dimensi yang merupakan karya seni yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi atau karya seni rupa yang memiliki ruang. Contoh - contoh karya seni rupa 2 dimensi adalah semua hal yang berbentuk gambaran misalnya lukisan, fotografi, poster dan lain - lain. Dalam memahami sebuah seni rupa diperlukannya pengetahuan unsur - unsur dan obyek yang ada didalamnya.

Karya seni rupa itu sendiri mempunyai dua jenis unsur meliputi unsur non fisik dan fisik. Unsur non fisik merupakan kaidah umum atau prinsip yang beguna dalam penempatan unsur fisik sebuah karya seni. Sedangkan unsur fisik merupakan unsur yang bisa diraba dan dilihat secara langsung dan juga merupakan karya seni rupa yang dasarnya terdiri dari unsur visual yang ada disebuah benda misalnya di garis, raut, tekstur, ruang, gelap terang dan warna

(13)

a. Garis (Line)

Garis / line merupakan unsur fisik mendasar dan penting untuk mewujudkan karya seni rupa. Sebuah garis mempunyai dimensi memanjang, arah, dan sifat khusus meliputi : panjang, pendek, horizontal, vertikal, melengkung, lurus, berombak dan lain sebagainya. Garis juga dapat digunakan dalam mengkomunikasikan suatu gagasan serta mengekspresikan diri. Tebal dan tegak lurusnya garis memberikan kesan tegas dan kuat, sedangkan tipis dan melengkungnya garis, memberikan kesan ringkih dan lemah. Penggunaan alat yang berbeda dalam membuat garis akan berpengaruh terhadap karakter hasil gambarnya.

b. Raut

Raut merupakan tampak, wujud atau potongan dari sebuah obyek. Raut disini mempunyai bidang dan bentuk. Makna bidang ditunjukan pada benda yang mempunyai wujud yang pipih atau datar , dan makna dari bentuk ditunjukan pada benda yang mempunyai volume.

c. Tekstur

Tekstur merupakan unsur yang memperlihatkan kualitas taktil suatu permukaan juga penggambaran struktur dari permukaan obyek tersebut. Berdasarkan wujudnya itu sendiri, tekstur dibedakan menjadi 2 yaitu tekstur buatan dan tekstur asli. Tekstur buatan kesan permukaan obyeknya timbul disuatu bidang dikarenakan pengolahan unsur warna, garis, terang - gelap, ruang dan

(14)

sebagainya. Sedangkan tekstur asli itu sendiri mempunyai perbedaan ketinggian pada permukaan obyek nyata dan juga dapat diraba.

d. Ruang

Ruang yang terdapat dalam seni rupa 2 dimensi memberikan kesan dimensi dari obyek yang ada dalam seni rupa tersebut. Ruang yang terdapat dalam seni rupa dua dimensi menunjukan ukurannya yaitu lebar dan panjang sedangkan ruang dalam seni rupa tiga dimensi ada karena volume sebagai patokan kedalaman. Dalam karya dua dimensi ruangnya dihadirkan melalui pengolahan unsur kerupaan misalnya terang – gelap, perbedaan intensitas warna, dan juga bisa memakai teknik menggambar perspektif dalam pembuatan ruang semu. Sedangkan dalam ruang tiga dimensi karyanya berbentuk ruang yang sebenarnya.

e. Gelap - Terang

Gelap terang yang timbul pada seni rupa disebabakan oleh intensitas cahaya jatuh di permukaan benda. Intensitas cahaya ini menyebabkan tingkat nada warna yang berbeda. Penerapan gelap terang dapat memberikan ruang terhadap obyek yang divisualisasikannya. Unsur visual dalam penataan seni rupa memakai prinsip dasar yang berupa aturan baku atau kaidah yang telah diyakini seniman. Aturan baku atau kaidah yang dimaksud disini adalah komposisi.

Komposisi itu sendiri mencakup prinsip penataan diantaranya : keseimbangan (balance), kesatuan (unity), penekanan, irama (rhythm), keselarasan dan proporsi. Penataan unsur rupa dilakukan dengan

(15)

menggunakan bahan dan teknik pada berbagai medium dalam membentuk obyek unik pada seni rupa 2 dimensi.

f. Warna

Pada dasarnya warna ada karena mendapat pantulan cahaya yang kemudian mengenai permukaan benda. Dalam karya seni rupa itu sendiri warna bisa berwujud garis, ruang, nada gelap terang dan bidang. Didalam karya seni rupa juga terdapat macam - macam penggunaan warna, seperti harmonis, murni dan heraldis. Penggunaan warna dikatakan harmonis apabila sesuai dengan kenyataanya, seperti gunung berwarna hijau, laut berwarna biru, bunga berwarna merah dan masih banyak lainnya. Sedangkan penggunaan warna dikatakan murni apabila penerapan warnanya tidak terikat oleh simbol atau kenyataan obyek tertentu.

Adapun penggunaan warna dikatakan heraldis apabila pengunaan warna tersebut bertujuan untuk menunjukkan simbol tertentu, seperti kuning melambangkan kematian, merah melambangkan berani dan lain sebagainya. Perlu diketahui juga bahwa dalam pewarnaan karya seni ada istilah monokromatik dan polikromatik. Pewarnaan monokromatik menunjukkan pada penggunaan terhadap satu jenis warna. Dalam perbedaan menunjukkan kedalaman pewarnaan monokromatik bisa dilakukan dengan menambahkan atau mengurangi intensitas warnanya. Sedangkan pewarnaan polikromatik menunjukkan pada penggunaan lebih dari satu warna.

(16)

g. Medium, alat, bahan dan teknik

Dalam membuat karya seni rupa 2 dimensi, peserta didik lebih dulu harus mempunyai pemahaman dan pengetahuan tentang alat, teknik dan bahan yang digunakan dalam prakteknya, hal ini juga termasuk salah satu usaha peserta didik dalam mengenal peralatan yang dibutuhkan saat membuat karya seni rupa

1. Medium atau Bahan Berkarya Seni Rupa

Dalam berkarya seni rupa selalu tidak pernah ketinggalan dengan bahan yang dibutuhkannya, bahan yang digunakan tersebut merupakan material yang hanya bisa digunakan dalam satu kali pakai. Bahan yang digunakan dalam karya seni rupa itu banyak ragam dan macamnya, salah satunya berfungsi sebagai bahan penunjang. Contoh pembuatan lukisan bahan utamanya menggunakan cat dan kanvas dan bahan penunjangnya berupa paku dan kayu. Kayu sebagai bingkainya untuk menempatkan paku dan kanvas supaya kanvas terikat pada permukaan bingkai kayu tersebut.

2. Alat Berkarya Seni Rupa

Alat yang digunakan dalam berkarya seni rupa itu banyak sekali, misalnya alat - alat tulis digunakan dalam membuat rancangan karya seni rupa dan hampir semua karya seni rupa itu juga menggunakan alat tulis. Saat membuat seni rupa dua dimensi peserta didik harus mengenal kategori alat utama yang digunakan dalam berkarya yang meliputi membentuk, mewarnai, menggambar dan mencetak. Selain kategori tersebut, peserta didik juga harus mengetahui alat lainnya seperti alat pemotong, pengukur, pengering, dan sebagainya. Alat tersebut bersifat menunjang dan memudahkan proses pembuatan karya seni.

(17)

3. Teknik Berkarya Seni Rupa

Berkarya seni itu tidak semudah yang dipikirkan banyak hal yang harus dikuasai dan dibutuhkan dalam menciptakan suatu seni tersebut supaya bisa dinikmati oleh semua orang yang melihatnya, salah satu cara yang diperlukan supaya seni itu bagus dan bisa dinikmati oleh semua orang pembuat seni atau seniman harus mempunyai teknik khusus. Teknik tersebut diperlukan untuk mengolah alat dan bahan saat melakukan proses pembuatan seni rupa. Tanpa adanya teknik yang tepat saat membuat karya seni tersebut maka hasil seni tidak akan tersampaikan isi dan rasanya pada orang yang melihatnya Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seni rupa dua dimensi adalah karya seni yang mempunyai ukuran panjang dan lebar serta hanya bisa dinikmati dari satu arah. Seni rupa 2 dimensi juga mempunyai 2 unsur yaitu unsur fisik dan unsur visual

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Hasil penelitian dari Norma Farida Ariani (2009) yang berjudul penggunaan media gambar seri untuk meningkatkan aktivitas, motivasi belajar, dan pemahaman teks cerita anak pada peserta didik Kelas V SDN Kebonagung 2 mempunyai persamaan dan perbedaan dengan peneliti. Persamaan kedua penelitian sama-sama menggunakan gambar, perbedaannya kalau penelitian dari Norma Farida Ariani untuk meningkatkan aktivitas, motivasi belajar, dan pemahaman teks cerita anak pada peserta didik Kelas V SDN Kebonagung 2 sedangkan peneliti untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menceritakan kembali isi teks bacaan

(18)

2. Hasil penelitian dari Danny Rosdi Trianto (2010) yang berjudul peningkatan kemampuan menyimpulkan isi teks bacaan melalui media gambar ilustrasi peserta didik Kelas II SDN Mangaran 03 Jember mempunyai persamaan dan perbedaan dengan peneliti. Persamaan kedua penelitian ini sama-sama menggunakan gambar dan sasarannya pada peserta didik Kelas II, perbedaannya kalau penelitian dari Danny Rosdi Trianto untuk meningkatkan kemampuan menyimpulkan isi teks bacaan sedangkan peneliti untuk meningkatkan kemampuan dalam menceritakan kembali isi teks bacaan

3. Hasil penelitian dari Vinessa Kanza dkk (2018) yang berjudul pengaruh penggunaan media gambar dua dimensi terhadap kemampuan menulis puisi bebas peserta didik Kelas V SDN 161 Pekanbaru mempunyai persamaan dan perbedaan dengan peneliti. Persamaannya kedua penelitian ini sama-sama menggunakan gambar dua dimensi, sedangkan perbedaannya kalau penelitian Vinessa Kanza dkk pada permasalahannya yaitu kemampuan menulis puisi bebas peserta didik kelas V SDN 161 Pekanbaru dan pada peneliti permasalahannya yaitu upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menceritakan kembali isi teks bacaan dikelas II di SDN 4 Besuki Trenggalek

(19)

C. Kerangka Pikir

Membaca merupakan salah satu proses dari seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih update yang berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuannya. Salah satu obyek yang sangat membutuhkan kegiatan membaca adalah peserta didik, peserta didik lebih membutuhkan proses belajar dari kegiatan membaca, terlebih lagi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kegiatan membaca itu tidak semudah yang dibayangkan, karena tidak semua peserta didik mau membaca apa lagi mengerti isi dari bacaan yang dibacanya. Hal tersebut salah satunya karena terdapat sedikitnya gambar pada teks bacaan sehingga kurang menarik minat peserta didik untuk membaca.

Selain itu pemberian tugas dari guru untuk mengerjakan soal yang berhubungan dengan teks yang sudah dibaca. Guru tersebut langsung meminta peserta didik untuk memahami isi teks bacaan itu sendiri dan mengerjakan soal yang berhubungan dengan teks bacaan tersebut, sehingga disini peserta didik akan aktif (bermain) dan proses pengerjaaan soal akan memakan waktu yang lebih lama karena diselangi kegiatan bermain yang merupakan cara peserta didik untuk menghilangkan rasa bosan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal tersebut berpengaruh terhadap kepemahaman membaca peserta didik, semakin tidak pahamnya peserta didik pada apa yang dibaca secara otomatis peserta didik tidak akan bisa menyampaikan isi dari apa yang telah dibacanya kepada orang lain. Selain itu juga berpengaruh pada hasil jawaban dari pengerjaan peserta didik pada materi teks bacaan dilihat dari masih banyaknya peserta didik yang kurang tepat dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan teks bacaan dikarenakan belum pahamnya peserta didik tentang isi teks bacaan tersebut.

(20)

Oleh karena itu diperlukannya proses perubahan belajar untuk meningkatkan minat membaca dan semangat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Strategi yang bisa diterapkan oleh guru yaitu melalui penugasan gambar kreasi 2 dimensi. Proses penugasan ini lebih menyenangkan dan lebih menarik minat peserta didik karena disini peserta didik bisa mengembangan imajinasinya dan secara tidak langsung peserta didik akan memahami isi dari teks bacaan yang telah mereka baca.

Selain itu aktivitas peserta didik akan lebih aktif karena peserta didik bisa menyampaikan rasa atau pendapatnya yang disertai alasan dalam pembuatan gambar kreasi 2 dimensi yang diperlihatkan dalam pemberian warna dalam gambarannya. Pada akhirnya kegiatan tersebut dapat meningkatkan minat membaca dan memahami teks bacaan peserta didik sehingga peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, maka kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(21)

Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Menceritakan Kembali Isi Teks Bacaan Melalui Gambar Kreasi 2 Dimensi Kelas II Di SDN 4 Besuki

Trenggalek

Gambar 2.1. Bagan permasalahan peserta didik

Hasil Keadaan Sekarang Tindakan Minat membaca peserta didik kurang optimal Peserta didik cenderung aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung (bermain) Banyaknya aktivitas bermain menjadikan pembelajaran didalam kelas tidak kondusif Kurang tepatnya hasil jawaban peserta didik dalam pengerjaan soal

Penerapan gambar kreasi 2 dimensi

Meningkatkan minat membaca teks bacaan

Meningkatkan pemahaman tentang isi teks bacaan

Mampu menceritakan kembali isi teks bacaan

Gambar

Gambar 2.1. Bagan permasalahan peserta didik

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya sekalipun holiness, pentakosta dan kharismatik sudah mengembalikan peran kesembuhan ilahi dalam pelayanan gereja, yang harus kita syukuri, ternyata ajaran ini juga

Penelitian lain yang juga menjadi paduan pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Fifyanita (2012) dengan judul “Analisis Pengaruh Harga, Kualitas, Produk

Skor 3 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 41%dan tidak lebih dari 60% seluruh kelompok. Skor 4 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 61%

Pemikiran Bayesian menyediakan sebuah pendekatan probabilistic untuk mendapatkan suatu inference atau kesimpulan. Inference dalam sebuah Bayesian Network didapat

Pendidikan adalah proses menuntut ilmu yang ada pada peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat menggapai cita-cita. Dimana pendidikan

Uji hipotesis dalam penelitian ini ditujukan untuk membuktikan secara ilmiah pengaruh karakteristik perusahaan yang mencakup leverage dan profitabilitas terhadap

Dalam mengkonsumsi kentang dianjurka untuk tidak mengelupas kulit kentangnya, karena di bawah kulit kentang memiliki kandungan gizi yang penting dan bermanfaat bagi tubuh sehingga

Titik batas antara interaksi Compton dan fotolistrik menghasilkan puncak energi yang disebut Compton edge. Puncak Backscatter disebabkan oleh foton yang telah