BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada perspektif komunikasi massa, televisi merupakan media dengan karakteristiknya sebagai saluran dalam menyampaikan isi pesan terhadap khalayak umum dan luas, sekaligus pihak yang berkarakter dalam menyediakan bentuk pesan sebagai komunikator. Proses media dalam karakteristik elektronik terhadap pesannya dapat dipembendaharai dalam kata penyiaran yang memegang predikat teknis menghasilkan isyarat verbal.
Penyiaran merupakan hal teknis dalam proses penyampaian pesan secara elektronik pada krangka komunikasi, konsep komunikasinya terletak pada bentuk formulasi Shannon dan Weaver (1949) yaitu Source-Message-Channel-Receiver. Artinya media dalam kerangka komunikasi sebagai saluran pesan, juga memiliki peran yang sangat penting atau signifikan atas sumber atau sebagai sumber terhadap khalayaknya.
Melihat struktur teknis komunikasi dengan kenyataan sosial, mencari sebab khusus dari sudut pandang lain untuk menghasilkan akibat atau tujuan, akhirnya menjelaskan perkembangan teori-teori dari ilmu komunikasi seperti konsep komunikasi dua arah, keterlayakan media akan isi pesan terhadap khalayak, spiral of silence dan lain-lain. Bisa dikatakan proses ini merupakan bagian media dalam pola aktif menyampaikan pesan sebagai sumber.
Sebagai media elektronik yang menyampaikan pesannya kepada khalayak atau publik, televisi bergerak pada karakteristik kommunikasi massa.1 Media selalu terikat sebagai perantara pesan yang saling aksi (source) dan bereaksi (receiver) dalam menghasilkan persepsi atau pengertian, melalui imajinasi atau interpretasi simbol serta isyarat audiens. Artinya konsep media dalam memberikan pesan atas sumber terhadap khalayak tercipta dalam sistem komunikasi massa yang berjalan saling membutuhkan (segmented).
Secara umum televisi dikenal antara beberapa tipe yang dipilah berikut karakteristiknya yaitu televisi publik (public TV-broadcasting), komersial (commercial TV-broadcasting), dan pendidikan (educational TV-broadcasting). Beberapa tipe media massa elektronik televisi berdasarkan karakteristiknya, memiliki pola pemograman yang berbeda yang menghubungkan siapa butuh siapa atas tujuan serta visi dan misi berdirinya sejak awal.
Perkembangan sistem komunikasi masa media penyiaran komersil selalu melacak kebutuhan khalayak yang akan menjadi orientasinya sebagai audiens penerima pesan, proses tersebut berlangsung antara sistem teknis komunikasi dari empunya media sebagai komunikator, menyediakan pesan, memilih khalayak, hingga efek yang diinginkan.
Hal tersebut dapat terlihat melalui peran dan strategi media penyiaran khususnya televisi yang akan menetapkan pola siaran yaitu susunan mata acara yang memuat penggolongan, jenis, waktu dan lamanya, serta frekuensi siaran setiap mata acara dalam suatu periode tertentu sebagai panduan dalam
1
. Ashari Siregar. Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi dan Melihat Radio. LP3Y, Yogyakarta. 2001.
penyelenggaraan siaran2, hingga mencari bahan program sebagai latar dari program acara, kelompok acara, dan format acaranya.
Hubungan yang terkaji dalam analisis atau penelitian yang dikemukakan penulis, memperlihatkan sebuah kasus atau permasalahan dalam media komunikasi massa yang mengaitkan keberadaan khalayak terhadap strategi media dalam proses komunikasi. Seluruh isi pesan yang terdapat pada media masa, secara khusus televisi menguraikannya melalui berbagai teknik dan strategi sebagai tujuan atas keberadan dan fungsi suatu media melalui pesan-pesannya.
Dari lima besar stasiun televisi swasta nasional dengan segmentasi kurang lebih sama antara RCTI, TRANS TV, SCTV, TPI, dan INDOSIAR, PT Indosiar Visual Mandiri (“Anak Perusahaan”), yang berusaha di industri pertelevisian berskala nasional setidaknya memilki reputasi besar dengan mampu mengikuti dan bertahan pada industri media massa televisi untuk memperoleh peringkat tiga total perolehan rating 2009.3
Nielsen Media Research memprediksi belanja iklan nasional tahun 2010 mencapai Rp 56,34 triliun atau naik sekitar 16% dibandingkan 2009 sebesar Rp 8,57 triliun, salah satunya dipicu oleh kejuaraan sepak bola Piala Dunia 2010. Setidaknya 2010 merupakan tantangan lebih besar bagi IVM mengingat cara meningkatkan efisiensi operasi perusahaan dan menjaga serta berupaya meningkatkan marjin operasi menjadi perhatian penting bagi perusahaan, ungkap Handoko selaku presiden direktur Indosiar / IVM dalam laporan direksi per 2009.
Kemunculan program baru bagi Indosiar dalam menjaga pola siaran untuk meningkatkan rating serta audience share 2010, sepertinya akan melanjutkan
2
Soenarto RM, Progama Televisi: Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, FFTV-IKJ Press, Jakarta, 2007.
3
kesuksesan di 2009. Program-program besar yang memiliki top rating pada genre
reality show, seperti mamamia show dan take me/him out Indonesia akan
diperbaharui dan dikembangkan lebih variatif dan strategis.
Setelah kesuksesan acara take me/him out di 2009, Indosiar akan menayangkan Take A Celebrity Out 2010. Manajer Humas Indosiar, Gufron Sakaril, mengungkapkan bahwa “terobosan Indosiar membuat sebuah program yang terinspirasi dari program yang responnya bagus, tentu kita ingat "Supermama" yang terinspirasi dari "Mamamia".”
Program yang tayang perdana pada 25 Januari 2010 pukul 19.00, mendapatkan apresiasi penonton yang besar. Hasil survey AGB Nielsen Media Research periode 24-30 Januari 2010, TCO melesat ke puncak dengan perolehan rating 7,5 dan share 27,7 persen.4 FremantleMedia sendiri memproyeksikan program Take A Celebrity Out Indonesia berhasil menarik sekitar 3.5 audiens dengan memperoleh share 27.1%.5 Dalam beberapa dekade per 7 kali episode yang tayang sebgai program mingguan, TCO (Take Celebrity Out) berhasil mempertahankan asumsi share point pada kisaran diatas 18.3%. Hal ini diikuti sejalan dengan komitmen peningkatan nilai jual dan iklan 2010 yang ditetapkan manajemen PT. Indosiar Visual Mandiri.
Sejalan dengan berjalannya waktu dan tingkat kepuasan penonton, faktor yang mempengaruhi nilai strategis sebuah program seperti TCO, penurunan apresiasi audiens dapat terlihat pada nilai rating per 15 Juli 2010, Take Celebrity
4
Baru Tayang, "Take Celebrity Out" Langsung Puncaki rating
http://www.tabloidbintang.com/televisi/ulasan-acara/645-baru-tayang-qtake-celebrity-outq-jawara-perolehan-penonton.html 5 http://www.fremantlemedia.com/news/news-detail/10-02-08/FremantleMedia_s_Take_A_Celebrity_Out_Launches_As_Indonesia_s_Number_One_Show.a spx
Out (IVM,20:00-23:46) 3.2/ 15.9share - 3.3/15.5. Tentu saja banyak faktor yang
mempengaruhi nilai strategis suatu program, dengan demikian media sebagai sumber dalam menyalurkan informasi yaitu televisi kormesil, harus berperan pasif menilai sendiri secara akurat bagaimana mengaplikasikan riset khalayak sebagai dasar strategi pemograman.
Prilaku khalayak dalam menentukan atau melatari media penyiaran sebagai penyedia pesan diasumsikan melalui pola kebermanfaatan media terhadap audiensnya yang memilih kebutuhan (acara televisi) sesuai tujuan akan isi pesan. Teori uses and gratification mengungkapkan prilaku khalayak yang telah memposisikan dirinya sebagai audiens untuk menentukan sendiri penggunaan dari bentuk media yang dipilih sesuai kebutuhan atau kenginannya dalam menerima isinya.
Sebagai bentuk pesan dalam komunikasi, berbagai program televisi dilatari strategi media massa dalam menyampaikan isi programnya melalui segmentasi komunikasi terhadap audiens, hal ini terkait efek dengan motivasi khalayak. Artinya media sebagai penyalur dan penyedia pesan atas sumber di dalamnya, juga melihat konsep kebermanfaatan media yang pasif melihat kepentingan khalayak akan isi pesan terhadap medianya.
Teori uses and gratification dan uses and effects memberikan bagaimana pengaruh khalayak mempengaruhi isi media dari efek yang diinginkan melalui motivasinya dalam memilih isi pesan terhadap medianya yang paling sesuai. Motivasi untuk memenuhi pragmatis psikis akan diwujudkan melalui penggunaan
program fiksional yang berfungsi hiburan, dan pragmatis sosial khalayak dengan sendirinya akan mencari program faktual yang berfungsi informasional.6
Teori uses and effects menjelaskan karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media, serta tingkat akses kepada media, yang akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media.7
Media penyiaran televisi memiliki daya tarik audio-visual yang menyediakan format gambar dan suara, sekaligus aspek multimedia di dalamnya. Format penyampaian pesan media penyiaran televisi dapat melihat keberadaan khalayak yang memungkinkan bagaimana proses pesan dapat dengan baik, efektif, serta efisien diterima oleh audiensnya sebagai sasaran penerima pesan. Dalam hal ini, melihat posisi pesan yang berfungsi sebagai kebutuhan bagi khalayak oleh komunikator, atau dengan melihat beberapa teori komunikasi yang menghubungkannya. Isi siaran dari suatu media televisi khususnya, akan selalu berorientasikan khalayak atau audiens dalam merencanakan, mengadakan produk dan memberikannya.
Pada kesempatan ini acuan penulis sebagai pelaku riset akan mengembangkan pengertian khalayak sebagai audiens terhadap program Take A Celebrity Out, melalui persepsi dalam konteks komunikasi massa. Jumlah populasi akan dikategorikan pada tingkat remaja, karena program tersebut memiliki batasan kategori remaja sebagai segmentasi audiens.
6
Siregar Ashadi, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi dan Melihat Radio, LP3Y, Yogyakarta, 2001.
7
S. Djuarsa Sendjaja Ph.D., Dkk, Teori Komunikasi: “buku materi pokok modul 1-9”,Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002
Remaja merupakan titik balik di mana pencerapan dan proses berpikir sangat kuat dipengaruhi aspek lingkungan dan kondisi sekitar termasuk televisi sebagai media informasi dan hiburan. Hal yang paling diminati hingga banyak diteliti mengenai remaja adalah tentang percintaan dan pergaulan, di antara banyak acara TV buat remaja, sepertinya sinetron dan reality show adalah yang paling banyak digandrungi,. buktinya Panasonic Award yang digelar 12 Desember lalu berhasil diraih “katakan cinta” untuk kategori reality show ( Suara Merdeka , 13/12/2008).8
Program “TAKE A CELEBRITY OUT” merupakan salah satu dari sekian program prime time yang sukses meraih rating, batasan usia tidak terpaku dalam waktu siaran atau jam tayang, namun segmentasi yang dimaksud merupakan kategori acara sebagai program dengan parental usia remaja hingga dewasa dengan unsur percintaan dan hiburan. Menimbang faktor sikologis yang lebih rentan pada remaja dalam proses komunikasi intrapersonal dan penjajakan usia dewasa, penting bagi penulis untuk memberikan gambaran terkait stimulus of
respons bagaimana persepsi remaja terkait penayangan “TCO” sebagai bagian
19% nilai share9 yang ada pada segmentasi prime time dewasa ini.
Wilayah yang akan di lakukan pada tingkat survey melalui penyebaran questioner, mengambil asumsi sample di sekitar Sukabumi Utara RW 01. Pemilihan objek penelitian diambil berdasarkan tingkat audiensi masyarakat sekitar yang memiliki populasi remaja sekitar 35% dari total keseluruhan RW tersebut. Hal lain yang menjadi dasar pemilihan bagi penulis adalah tingkat audiensi masyarakat sekitar khusunya remaja yang aktif melalui penelitian
8
http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/menghibur-remaja-dengan-mimpi.html
9
“Mamamia Show” sebelumnya bahwa, mereka memiliki kapasitas atau kriteria audiensi yang potensial bagi perkembangan program televisi. Hal tersebut dapat terlihat melalui dasar pengetahuan dan atensi yang cukup baik mengenai program televisi saat ini.
Keberhasilan motivasi pragmatis psikis mengenai hiburan sebagai dasar strategi pemograman pada industri media penyiaran televisi terhadap khalayaknya, selama ini dapat diukur melalui hasil rating atau share yang dilakukan lembaga independent dengan konsep segmentasi yang masih perlu dipertimbangkan dengan ketat.
Analisa penelitan mengorientasikan aspek akademis mengenai program media penyiaran televisi dari kaitannya mengenai perkembangan teori komunikasi massa. Karena berdasarkan perspektif itu, topik muncul dengan melihat fenomena yang terkait di dalamnya, menjelaskan melalui proses deskritif analisis kualitatif, bagaimana media penyiaran khususnya televisi dengan pesannya terkait fungsi dan tujuannya bergerak pada proses industri komunikasi.
Penelitian menitikkan sifat berpola deskritif untuk melihat sebuah proyek industri media elektronik terkait program TCO atas signifikansi penelitian di lapangan terhadap khalayak. Penulis tidak memberikan hasil analisis berupa kesimpulan, sebuah justifikasi, dan penilaian terhadap subjek penelitian, terkait materi pemograman dan kebijakannya.
Mengenai program televisi yang akan dipaparkan dalam metode analisis penelitian, penulis akan menghasilkan pemahaman sosial atas signifikansi penelitan dari beberapa teori-teori komunikasi, terkait isi dan hasil riset pada penelitian kuantitatif dalam bentuk survey, pendekatan keilmuan terkait teori yang
digunakan bergaya dekduktif yaitu untuk mengembangkan teori (to develope
theory), pelaporan model induktif yang ialah membangun teori (to theory building) membangun teori tipikalnya metode kualitatif.10.
Topik yang telah dipilih dan diangkat nanti akan memberikan sedikit gambaran atau sebuah pernyataan terkait dalam tujuan penelitian. Proses analisa dengan pendekatan kuantitatif yang deskritif merupakan alur dari proses analisis yang akan dilakukan, di mana data dari tema riset penelitian yang dikumpulkan menjadi bahan baku pengemasan pesan melalui hasil penelitan dalam penyebaran quetioner adalah sebagai data primer.
Hal terakhir yang perlu disampaikan penulis mengenai penulisan atas analisis survey deskritif tersebut sebagai bentuk penelitian, adalah keterbatasan dan kemampuan penulis dalam menyusun serta mengembangkannya dalam struktur kalimat dan bahasa yang paling baik untuk dimengerti setiap orang. Menimbang usaha dari penulis dalam memberikan hasil penelitian yang baik terhadap sebuah permasalahannya adalah struktur pola pemikiran pada referensi baik secara praktis atau akademis, dalam hal ini pengalaman penulis sebagai seorang mahasiswa yang baru akan menyelesaikan masa kuliahnya, sedikit banyak penulis menyusunnya dengan mengandalkan gaya penulisan yang subjektif-objektif dari pengamalan pola pikir akademis yang disertai asumsi dan teori-teori pada bidangnya yang telah didapatkan.
10
Santana, Septiwan K., Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian akan mengetahui mengenai: Bagaimana persepsi remaja kelurahan Sukabumi Utara RW 01 terhadap tayangan reality show “TAKE A CELEBRITY OUT” di Indosiar 2010?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian, tujuan penulis adalah untuk mengetahui Bagaimana persepsi remaja kelurahan Sukabumi Utara RW 01 terhadap tayangan reality show “TAKE A CELEBRITY OUT” di Indosiar 2010.
1.4
Signifikansi Penelitian
1.4.1. Akademis
Konsep jurusan dalam ilmu komunikasi atas perkembangannya yang multidisipliner pada aplikasi industri media massa penyiaran televisi, menciptakan beberapa kajian teoritis keilmuan di bidang terkait khusunya komunikasi dan media massa elektronik. Penelitian yang bersifat deskritif ini dapat menambah unsur evaluatif nilai studi pada faktor keilmuan terkait.
1.4.2. Praktis
Penulis melihatnya sebagai salah satu kajian atau materi yang dapat diamati dari sebuah kondisi media penyiaran televisi saat ini, hingga akhirnya penulis dapat menggambarkan referensi evaluatif bagi tingkat pemograman dalam mengetahui tayangan yang disukai masyarakat.