• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN VARIETAS/KLON UBI KAYU TERHADAP HAWAR BAKTERI SECARA ALAMI DI LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETAHANAN VARIETAS/KLON UBI KAYU TERHADAP HAWAR BAKTERI SECARA ALAMI DI LAPANGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN VARIETAS/KLON UBI KAYU TERHADAP HAWAR BAKTERI SECARA ALAMI DI LAPANGAN

Nasir Saleh, Budhi Santoso r., dan Muslikul Hadi

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak KM 8, Kotak Pos 66 Malang Telp. 0341-801468 E-mail: nasir_kabi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hawar bakteri merupakan penyakit penting pada ubikayu, terutama pada musim hujan. Penanaman varietas tahan merupakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit tersebut. Penelitian ketahanan 30 varietas/klon ubikayu terhadap hawar bakteri telah dilakukan di KP Tegineneng dan KP Pekalongan pada tahun 2011 menggunakan rancangan acak kelompok, diulang tiga kali. Infeksi terjadi secara alami. Terdapat keragaman reaksi varietas/klon ubikayu terhadap hawar bakteri di kedua lokasi. Varietas Malang-6 dan Adira-4 konsisten agak tahan. Terda-pat emTerda-pat klon yang agak tahan terhadap bakteri hawar dengan hasil cukup tinggi (>25 t/ha) yaitu CMM 03069-6, CMM 03008-11, CMM 03005-12, dan CMM 03021-6. Tidak terdapat korelasi antara produktivitas dan kadar pati varietas/klon ubikayu dengan tingkat ketahanannya terhadap penyakit hawar bakteri.

Kata kunci: ketahanan, Manihot esculenta, Xanthomonas campestris pv. manihotis.

ABSTRACT

The resistance of cassava varieties/clones against cassava bacterial blight with natu-ral infection. Cassava bacterial blight is considered as an important cassava disease during rainy season. The cultivation of resistant varieties is an effective way to control the disease. The evaluations of 30 cassava varieties/clones to the disease were carried out at Tegineneng and Pekalongan experi-mental research station in 2011 relying on the natural infection. The experiment was arranged in randomized completely block design, with three replicates. There were variation among the cassava varieties/clones and the locations in relation to the bacterial blight infection. Malang-6 and Adira-4 varieties had moderately resistant to the bacterial blight. There were four clones, namely CMM 03069-6, CMM 03008-11, CMM 03005-12 dan CMM 03021-6 which were moderately resistant in both locations and having high productivity (>25 t/ha). No significant correlation between cassava productivity and starch content with their resistance to bacterial blight infection was observed.

Keywords: Resistance, Manihot esculenta, Xanthomonas campestris pv. manihotis

PENDAHULUAN

Hawar bakteri (Cassava bacterial blight = CBB) merupakan penyakit yang sering me-rusak tanaman ubikayu (Semangun 1991; Moses 2007; Tominaga et al. 1978; IITA 2000). Di Indonesia, penyakit hawar bakteri telah diteliti oleh Tominaga et al. (1978). Gejala penyakit ini meliputi bercak menyudut, bercak bulat nekrotik, pelendiran dan mati pucuk. Patogen penyebab penyakit diidentifikasi sebagai Xanthomonas campestris pv. manihotis. Bakteri tersebut termasuk bakteri gram negatif. Di Indonesia, data kehilangan hasil ubi-kayu akibat penyakit hawar bakteri belum terdokumentasi dengan baik. Di Uganda, penyakit hawar bakteri dilaporkan dapat mengakibatkan kehilangan hasil 90−100% (Otimnape 1980). Demikian juga di Kolumbia, penyakit hawar bakteri ini dapat meng-akibatkan kerugian hasil 12−90%, bergantung pada musim, varietas, dan umur tanaman pada saat mulai terinfeksi bakteri.

(2)

jukkan varietas Adira-1 dan Adira-2 termasuk beberapa keturunannya bersifat tahan, 17 klon agak tahan, 18 klon agak rentan, dan 26 klon rentan (Nunung et al. 1985). Varietas lokal Ketan dan Adira-4 agak tahan terhadap penyakit hawar bakteri (Purnawati et al. 1990). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi ketahanan varietas/ klon ubikayu terhadap penyakit hawar bakteri Xanthomonas campestris pv. manihotis.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilaksanakan di KP Tegineneng, Kabupaten Pasawaran dan KP Pekalo-ngan, Lampung Timur pada MT 2011. Penanaman dilakukan masing-masing pada 22 dan 24 Maret 2011. Di masing-masing lokasi, penelitian dilakukan dengan rancangan acak kelompok, diulang tiga kali. Jumlah varietas/klon yang diuji sebanyak 30, masing-masing ditanam lima baris, dan tiap baris terdiri dari lima tanaman. Jarak tanam antarbaris adalah 100 cm, sedangkan jarak dalam barisan ádalah 80 cm. Tanaman dipupuk dengan 100 kg Urea+100 kg S36+100 kg KCl/ha.

Pengamatan terhadap intensitas penyakit hawar bakteri dilakukan pada umur 4 dan 10 bulan (menjelang panen) pada lima tanaman contoh yang diambil secara acak. Intensitas penyakit dihitung dengan menggunakan rumus:

nv

IP = ⎯⎯ x 100% NZ

IP = intensitas penyakit (%), n = jumlah daun dengan skor tertentu, v = skor penyakit pada daun (1-5), N = jumlah daun yang diamati, dan Z = skor tertinggi (5).

Skor penyakit didasarkan pada luas bercak/luas daun yang terinfeksi sebagai berikut: 1 = daun sehat, tidak ada bercak, 2 = luas bercak 0,0-0,05 luas daun, 3 = luas bercak >0,05-0,10 luas daun, daun menguning, 4 = luas bercak >0,10–0,20 luas daun, daun menguning, 5 = luas bercak > 0,20 luas daun, daun menguning, layu.

Klasifikasi ketahanan didasarkan atas tingkat intensitas penyakit (IP) sebagai berikut; Sangat tahan (ST) apabila IP = 0−10%, Tahan (T) apabila IP >10–20%, Agak tahan (AT) apabila IP >20–30%, Rentan (R) apabila IP >30–60%, dan Sangat rentan (SR) apabila IP >60%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahun 2011, curah hujan di KP Tegineneng dan KP Pekalongan tidak terlalu besar. Hal tersebut kurang mendukung perkembangan penyakit hawar bakteri. Restrepo et al. (2000) melaporkan bahwa curah hujan yang rendah kurang cocok bagi perkembangan penyakit hawar bakteri. Pengamatan pada Juli 2011 (tanaman berumur sekitar empat bulan) menunjukkan bahwa di KP Tegineneng terdapat keragaman intensitas penyakit hawar bakteri, berkisar antara 7,8−30% dengan rata-rata 16,1%. Pada Desember 2011 (tanaman berumur sekitar 10 bulan), intensitas penyakit meningkat menjadi 24,2−46,8% dengan rata-rata 32,5%. Sebanyak 14 varietas/klon termasuk agak tahan dan 16 rentan terhadap CBB (Tabel 1). Di KP Pekalongan, pengamatan pada umur empat bulan menunjukkan intensitas penyakit berkisar antara 7,2−27,6%, dengan rata-rata 16,7%, dan pada umur 10 bulan meningkat menjadi 25,5−45,1% dengan rata-rata 33,6%. Berdasar nilai intensitas pada umur 10 bulan, terdapat 12 varietas/klon yang agak tahan dan 18 varietas/klon peka terhadap CBB (Tabel 2).

(3)

Di KP Tegineneng, klon CMM 03036-7 dan CMM 03069-14 termasuk rentan tetapi agak tahan di KP Pekalongan. Sebaliknya, klon CMM 03098-8, Butoijo, dan Cecekijo agak tahan di KP Tegineneng tetapi rentan di KP Pekalongan. Baik di KP Tegineneng maupun KP Pekalongan, varietas UJ-5 dan Malang-4 rentan terhadap infeksi hawar bakteri. Saleh et al. (2011) melaporkan bahwa di Kalimantan Selatan, varietas Malang-4 bereaksi tahan terhadap infeksi CBB. Di KP Tegineneng dan KP Pekalongan, varietas Malang-6 dan Adira-4 bersifat agak tahan. Hal ini sejalan dengan penelitian Purnawati et al. (1990) yang melaporkan bahwa varietas Adira-4 agak tahan terhadap infeksi hawar bakteri. Nunung et al. (1985), Rahayu dan Sundari (2003) melaporkan bahwa varietas Adira-1 dan Adira-2 agak tahan terhadap infeksi CBB. Perbedaan reaksi ketahanan terse-but mungkin karena perbedaan strain bakteri atau kondisi lingkungan yang mendorong terjadinya penyakit. Menurut Ogunjobi et al. (2007), kemungkinan terdapat spesifitas antara strain bakteri dengan kultivar ubikayu, sehingga respon terhadap infeksi CBB ber-beda pada satu kultivar dengan kultivar lainnya.

Varietas Malang-6 dan Adira-4 yang bersifat agak tahan di kedua lokasi dapat diman-faatkan untuk mengendalikan penyakit hawar bakteri. Penanaman varietas tahan meru-pakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit hawar bakteri (Lozano 1975; Umemura dan Kawano 1983; Restrepo et al. 2000).

Tabel 1. Reaksi ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit hawar bakteri, Xanthomonas campestris pv. manihotis. KP Tegineneg, MT 2011.

Intensitas penyakit (%) No. Varietas/klon

Umur 4 bln Umur 10 bln Kategori

1 UJ-5 17,14 35,22 Rentan

2 Malang-6 9,30 25,05 Agak tahan

3 Malang-4 13,15 35,13 Rentan

4 Adira-4 23,23 23,69 Agak tahan

5 CMM 03025-43 24,81 37,64 Rentan 6 CMM 03094-4 21,70 37,17 Rentan 7 CMM 03036-7 19,43 40,52 Rentan 8 CMM 03036-5 15,76 35,05 Rentan 9 CMM 03038-7 16,14 30,79 Rentan 10 CMM 03095-5 18,68 40,37 Rentan 11 CMM 02040-25 13,00 26,92 Agak tahan 12 CMM 02033-1 19,02 27,62 Agak tahan 13 CMM 02035-3 8,76 27,46 Agak tahan 14 CMM 02048-6 9,06 28,47 Agak tahan 15 CMM 03096-12 13,86 40,00 Rentan 16 CMM 03069-6 12,81 24,15 Agak tahan 17 CMM 03028-4 29,97 34,23 Rentan 18 CMM 03095-21 14,90 38,92 Rentan 19 CMM 03008-11 12,41 28,89 Agak tahan 20 CMM 03080-8 19,24 46,79 Rentan 21 CMM 03005-12 17,33 28,91 Agak tahan 22 CMM 03034-21 15,10 31,53 Rentan 23 CMM 03098-8 23,64 28,65 Agak tahan 24 CMM 03100-8 12,73 42,96 Rentan 25 CMM 03069-14 16,10 36,19 Rentan 26 CMM 03021-6 7,76 28,78 Agak tahan 27 BW1 20,68 27,23 Agak tahan

28 Butoijo 12,98 29,58 Agak tahan

29 CMM 03007-16 22,37 30,95 Rentan

30 Cecekijo 12,71 25,71 Agak tahan

(4)

Tabel 2. Reaksi ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit hawar bakteri, Xanthomonas campestris pv. manihotis. KP Pekalongan, MT 2011.

Intensitas penyakit (%) No. Varietas/klon

Umur 4 bln Umur 9 bln Kategori

1 UJ-5 12,39 36,54 Rentan

2 Malang-6 8,97 25,47 Agak tahan

3 Malang-4 12,48 40,65 Rentan

4 Adira-4 23,91 28,21 Agak tahan

5 CMM 03025-43 27,62 45,33 Rentan 6 CMM 03094-4 23,58 41,06 Rentan 7 CMM 03036-7 19,81 34,17 Rentan 8 CMM 03036-5 11,28 29,13 Agak tahan 9 CMM 03038-7 18,30 36,84 Rentan 10 CMM 03095-5 22,71 40,55 Rentan 11 CMM 02040-25 18,02 29,85 Agak tahan 12 CMM 02033-1 21,93 26,97 Agak tahan 13 CMM 02035-3 7,24 26,61 Agak tahan 14 CMM 02048-6 8,82 26,77 Agak tahan 15 CMM 03096-12 18,96 37,14 Rentan 16 CMM 03069-6 11,23 29,62 Agak tahan 17 CMM 03028-4 22,34 33,47 Rentan 18 CMM 03095-21 8,09 45,07 Rentan 19 CMM 03008-11 15,84 25,78 Agak tahan 20 CMM 03080-8 19,91 41,13 Rentan 21 CMM 03005-12 20,79 28,74 Agak tahan 22 CMM 03034-21 19,88 34,12 Rentan 23 CMM 03098-8 20,15 41,84 Rentan 24 CMM 03100-8 11,12 36,30 Rentan 25 CMM 03069-14 7,47 29,54 Agak tahan 26 CMM 03021-6 9,87 26,60 Agak tahan 27 BW1 16,67 31,43 Rentan 28 Butoijo 13,28 32,60 Rentan 29 CMM 03007-16 16,14 33,33 Rentan 30 Cecekijo 16,23 34,25 Rentan Rata-rata 16,70 33,64

Di KP Tegineneng, tanaman tertinggi terdapat pada klon CMM 03025-43 (288,3 cm) dan terendah pada klon CMM 02048-6 (125,3 cm) dan varietas Butoijo (159,7 cm). Kedua klon juga mempunyai postur tanaman terendah di KP Pekalongan. Jumlah umbi besar/tanaman terbanyak terdapat pada klon CMM 03069-6 (6,7 umbi), tidak berbeda dengan klon CMM 030005-12 dan MLG-4, masing-masing 6,3 umbi. Jumlah umbi besar terendah terdapat pada klon CMM 02035-3. Klon CMM 02035-3 juga mempunyai umbi besar terendah di KP Pekalongan. Jumlah umbi kecil terbanyak terdapat pada klon CMM 03025-43 (6,9 umbi), tidak berbeda dengan klon BW1 (6,8 umbi) dan CMM 03005-12 (6,1 umbi), dan terendah pada klon CMM 02035-3 (2,8 umbi)

(5)

Bobot umbi/petak (25 tanaman) tertinggi diberikan oleh klon CMM 03094-4 (68,6 kg/petak) atau setara dengan 34,3 t/ha, tidak berbeda dengan klon CMM 03095-21 (65,2 kg), Cecekijo (63,8 kg), CMM 03007-16 (63,1 kg), dan CMM 03069-6 (61,5 kg). Hasil terendah terdapat pada klon CMM 02033-1 (30,9 kg), tidak berbeda dengan klon CMM 02035-3 (32,2 kg).

Di KP Pekalongan, tinggi tanaman berkisar antara 152,0 cm pada klon CMM 02048-6 hingga 269,3 cm pada klon CMM 02035-3. Klon CMM 02048-6 berumur genjah dengan habitus tanaman pendek. Jumlah umbi besar/tanaman terbanyak diperoleh dari varietas lokal Butoijo yaitu 5,1 umbi dan terendah pada klon CMM 03025-43. Varietas UJ-5 yang dominan di Lampung dan sudah beradaptasi dengan baik menghasilkan 4,7 umbi besar/ tanaman, tidak berbeda nyata dengan varietas unggul MLG-4 dan MLG-6 yang mengha-silkan 4,3-4,8 umbi besar/tanaman. Terdapat 11 varietas/klon ubikayu yang menghamengha-silkan umbi besar 4,1-5,1 umbi/tanaman. Jumlah umbi kecil terbanyak diperoleh dari varietas UJ-5 yaitu 10,8 umbi/tanaman, dan terendah pada klon CMM 03096-12, yaitu 3,1 umbi/tanaman.

Bobot umbi tertinggi terdapat pada klon CMM 03007-16 dan CMM 03005-12, masing-masing sebesar 66,9 kg dan 66,1 kg/petak atau setara dengan 33,45 t dan 33,05 t/ha, sedangkan terendah pada klon CMM 03095-5 yaitu 29,3 kg/petak atau setara 14,65 t/ha. Varietas UJ-5 menghasilkan 63,2 kg/petak atau setara 31,6 t/ha.

Analisis korelasi antara intensitas penyakit dengan hasil umbi/petak menunjukkan tidak terdapat korelasi negatif yang nyata (r =-0,068). Hal tersebut berarti bahwa klon dengan produktivitas tinggi tidak selalu tahan terhadap hawar bakteri, demikian juga klon yang produktivitasnya rendah tidak selalu rentan terhadap hawar bakteri. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Wydra et al. (2007) yang meneliti karakter ketahanan genotipe ubikayu terhadap bakteri hawar pada berbagai ekosistem yang menyimpulkan bahwa umumnya terdapat korelasi negatif antara perkembangan gejala hawar bakteri pada daun dengan hasil umbi.

Kadar pati tertinggi terdapat pada klon CMM 03100-8 yaitu 19,8%, dan terendah pada klon CMM 03007-16 yaitu 12,6%. Varietas UJ-5 mempunyai kadar pati yang tinggi, yaitu 19,7% (Tabel 4). Analisis korelasi antara kadar pati dengan intensitas penyakit menunjuk-kan korelasi yang tidak nyata (r= 0,181). Hal ini juga berbeda dengan penelitian Ume-mura dan Kawano (1983) yang melaporkan bahwa bobot bahan kering umbi klon yang rentan lebih rendah dibandingkan dengan klon tahan.

Baik di KP Pekalongan maupun di KP Tegineneng terdapat 13 klon yang konsisten berdaya hasil cukup tinggi (>25 t/ha), yaitu UJ-5, Mlg-4, CMM 03094-4, CMM 03069-6, CMM 03095-21, CMM 03008-11, CMM 03005-12, CMM 03100-8, BW1, Butoijo, CMM 03007-16, dan Cecekijo (Tabel 3 dan 4). Dari 13 varietas/klon tersebut, empat di antara-nya agak tahan terhadap hawar bakteri, yaitu CMM 03069-6, CMM 03008-11, CMM 03005-12, dan CMM 03021-6.

(6)

Tabel 3. Hasil dan komponen hasil 30 varietas/klon ubikayu. KP Tegineneng, MT 2011. Jumlah umbi/tan No. Varietas/klon Tinggi tan (cm)

Besar Kecil Bobot umbi

/plot (kg) 1 UJ-5 212,3 fghij 5,8 abcdefg 4,4 ghijk 51,8 efgh

2 Malang-6 240,3 bcdef 4,5 kl 4,1 ghijkl 47,7 ghij 3 Malang-4 212,0 fghij 6,3 abcd 4,1 ghijkl 51,8 efgh

4 Adira-4 209,3 fghij 5,1 fghijkl 4,3 ghijk 47,2 hijk 5 CMM 03025-43 288,3 a 5,5 cdefghi 6,9 a 59,0 bcde 6 CMM 03094-4 210,0 fghij 5,3 efghijkl 3,4 klm 68,6 a 7 CMM 03036-7 256,3 abcd 4,8 hijkl 6,0 abcd 44,5 hijkl 8 CMM 03036-5 191,7 ghijk 5,4 cdefghijk 4,4 ghijk 49,4 fghi 9 CMM 03038-7 217,3 defghi 5,1 fghijkl 4,9 defghi 48,1 ghij 10 CMM 03095-5 264 ab 4,7 hijkl 3,7 ijklm 38,4 klm 11 CMM 02040-25 214,7 efghij 5,5 cdefghi 4,4 ghijk 47,8 ghij 12 CMM 02033-1 207,7 fghij 5,0 fghijkl 4,6 fghij 30,9 m 13 CMM 02035-3 232,3 bcdefg 3,3 m 2,6 m 32,2 m 14 CMM 02048-6 125,3 l 4,4 l 5,7 bcdef 38,9 klm 15 CMM 03096-12 224,7 bcdefgh 4,5 jkl 3,0 lm 39,4 jklm 16 CMM 03069-6 257,7 abcd 6,7 a 5,0 cdefgh 61,5 abc 17 CMM 03028-4 219,0 cdefghi 5,3 defghijkl 5,9 abcde 37,6 lm

18 CMM 03095-21 240,7 bcdef 6,5 ab 4,0 ghijkl 65,2 ab 19 CMM 03008-11 242,7 bcdef 6,1 abcde 4,8 efghi 52,4 defgh 20 CMM 03080-8 186,0 hijk 5,1 fghijkl 3,9 hijkl 59,4 bcde 21 CMM 03005-12 174,7 jk 6,3 abc 6,1 abc 60,7 abcd 22 CMM 03034-21 264,7 ab 5,5 cdefghij 5,1 cdefg 42,0 ijkl 23 CMM 03098-8 209,0 fghij 5,5 cdefghi 3,1 lm 48,7 ghi

24 CMM 03100-8 259,3 abc 4,9 ghijkl 3,8 ijkl 50,1 fghi 25 CMM 03069-14 258,0 abcd 4,6 ijkl 4,9 defghi 48,2 ghi 26 CMM 03021-6 254,7 abcde 5,5 cdefghi 4,6 fghij 59,5 bcde 27 BW1 214,0 efghij 5,9 abcdef 6,8 ab 57,7 bcdef 28 Butoijo 159,7 kl 5,6 bcdefgh 5,9 abcde 56,2 cdefg 29 CMM 03007-16 181,7 ijk 5,1 fghijkl 5,0 cdefgh 63,1 abc 30 Cecekijo 194,0 ghijk 5,5 cdefghi 3,5 jklm 63,8 abc

KK (%) 11,5 10,9 15,2 10,6

(7)

Tabel 4. Hasil dan komponen hasil 30 varietas/klon ubikayu. KP Pekalongan, MT 2011. Jumlah umbi/tan

No. Varietas/klon Tinggi tan(cm)

Besar Kecil Bobot umbi

/plot (kg)

Kadar pati (%) 1 UJ-5 212,3 efghij 4,7 abc 10,8 a 63,2 ab 19,68 abc 2 Malang-6 226,3 cdefg 4,8 ab 7,5 bcdefghi 52,9 efgh 16,79 ghij 3 Malang-4 202,7 ghij 4,3 abcd 8,1 abcdefg 61,6 abc 18,85 abcd 4 Adira-4 224,3 defg 3,4 defgh 5,9 fghij 46,3 ijk 16,84 fghij 5 CMM 03025-43 261,3 ab 2,2 i 8,7 abcdef 34,2 nop 18,85 abcd 6 CMM 03094-4 218,3 defghi 4,0 abcdef 5,5 ghij 55,4 defg 16,11 ij 7 CMM 03036-7 229,7 cdef 3,9 bcdef 10,3 abc 46,3 ijk 16,45 hij 8 CMM 03036-5 190,7 j 3,6 cdefgh 7,8 bcdefghi 43,2 jkl 17,54 defgh 9 CMM 03038-7 210,3 fghij 3,5 defgh 9,0 abcde 57,2 bcde 18,45 abcdef 10 CMM 03095-5 236,3 cde 2,7 ghi 6,2 efghi 29,3 p 17,47 defghi 11 CMM 02040-25 199,0 hij 4,1 abcde 9,7 abcd 49,6 ghi 19,55 ab 12 CMM 02033-1 231,3 cdef 3,9 bcdef 7,7 bcdefghi 41,5 klm 17,14 efghij 13 CMM 02035-3 269,3 a 2,5 hi 5,0 hij 55,5 cdefg 15,76 j 14 CMM 02048-6 152,0 k 3,5 defgh 6,8 defghi 46,0 ijkl 16,84 fghij 15 CMM 03096-12 251,0 abc 2,9 fghi 3,1 j 33,5 op 17,54 defgh 16 CMM 03069-6 238,7 bcd 3,5 defgh 10,4 ab 50,9 fghi 18,77 abcde 17 CMM 03028-4 215,3 defghij 3,7 bcdefgh 8,6 abcdef 40,8 klm 17,54 defgh 18 CMM 03095-21 209,7 fghij 3,9 bcdef 8,1 abcdefg 53,5 defgh 17,87 cdefgh 19 CMM 03008-11 220,3 defghi 3,8 bcdefg 8,3 abcdefg 59,0 bcd 17,14 efghij 20 CMM 03080-8 206,7 fghij 4,7 abc 7,9 abcdefghi 53,0 defgh 18,85 abcd 21 CMM 03005-12 208,7 fghij 4,3 abcd 9,3 abcd 66,1 a 17,14 efghij 22 CMM 03034-21 223,3 defgh 3,0 efghi 7,5 bcdefghi 41,7 kl 17,87 cdefgh 23 CMM 03098-8 235,7 cde 3,7 bcdefgh 7,4 cdefghi 48,9 hij 16,11 ij 24 CMM 03100-8 208,3 fghij 3,5 defgh 6,3 efghi 55,8 cdef 19,83 a 25 CMM 03069-14 219,7 defghi 2,9 efghi 4,9 ij 35,5 mno 18,45 abcdef 26 CMM 03021-6 217,7 defghi 3,3 defghi 7,5 bcdefghi 40,2 lmn 18,16 bcdefg 27 BW1 203,7 ghij 4,3 abcd 9,3 abcd 58,4 bcde 17,87 cdefgh 28 Butoijo 165,7 k 5,1 a 8,8 abcdef 58,9 bcde 18,45 abcdef 29 CMM 03007-16 197,3 ij 4,8 ab 8,8 abcdef 66,9 a 12,55 k 30 Cecekijo 192,3 j 4,1 abcde 7,9 abcdefgh 58,6 bcde 18,77 abcde

KK (%) 7,0 19,0 23,2 7,4 6,8

BNT 0,05 24,74 1,16 2,95 6,07 1,92

KESIMPULAN

1. Terdapat keragaman reaksi ketahanan dari 30 varietas/klon ubikayu terhadap penya-kit hawar bakteri.

2. Varietas Malang-6 dan Adira-4 konsisten agak tahan terhadap hawar bakteri.

3. Terdapat empat klon yang hasilnya cukup tinggi (>25 t/ha) dan agak tahan terhadap hawar bakteri di dua lokasi pengujian, yaitu CMM 03069-6, CMM 03008-11, CMM 03005-12, dan CMM 03021-6

(8)

4. Tidak terdapat korelasi yang nyata antra produktivitas dan kadar pati varietas/klon ubikayu dengan tingkat ketahanannya terhadap penyakit hawar bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

IITA. 2000. Disease control in cassava farms. IPM field guide for extention agens. IITA. Ibadan, Nigeria. 26 pp.

Lozano, J.C. 1975. Bacterial blight of cassava. PANS 21(1): 38−43.

Moses, E. 2007. Guide to identification and control of cassava diseases. CSIR-Crops Research Institute, Kumasi Ghana.41 pp.

Nunung, HA., N. Zuraida, J. Wargiono dan Suparman. 1985. Ketahanan klon-klon ubikayu terha-dap penyakit busuk daun yang disebabkan oleh Xanthomonas campestris pv. manihotis. Buletin Penelitian No.1 Balittan Bogor.Hlm:1−10.

Ogunjobi, A.A., O.F. Fagade, A.G.O. Dixon and N. Amusa. 2007. Pathological variation in Cassava Bacterial Blight (CBB) isolates in Nigeria. World Applied Sciences Journal 2(6): 578−593. Otim-nape. 1980. Cassava bacterial blight in Uganda. PANS 26(3): 274−277.

Purnawati, A., R. Mastuti dan L. Sulistyowati. 1990. Ketahanan ubikayu local dan Adira-4 hasil radiasi terhadap bakteri Xanthomonas xampestris pv. manihotis secara in-vitro. Hlm: 118−125. Rahayu. M. dan. T. Sundari. 2003. Penyakit-penyakit penting pada tanaman ubikayu dan upaya

mendapatkan klon/varietas yang tahan. Dalam. Pemberdayaan Agribisnis ubikayu mendukung ketahanan pangan. Balitkabi Malang. Hlm: 214−223.

Restrepo, S., M.C. Duque, and V. Verdier. 2000. Resistance spectrum of selected Manihot esculenta genotypes under field conditions. Field crop Research 65: 69−77.

Saleh, N., B.S. Rajid, N. Prasetyaswati dan A. Munip. 2011. Uji adaptasi varietas/klon ubikayu yang sesuai untuk bahan baku industry di Kalimantan Selatan. Laporan Kerjasama Penelitian Balit-kabi Malang dengan PT. Bhakti Putra Sejati. Kalimantan Selatan.21 hlm.

Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.449 hlm.

Tominaga, T., H.A. Nunung, K. Nishiyama, and A.Ezuka. 1978. Xanthomonas manihotis, the causal bacterial blight in Indonesia. Contribution. CRIA Bogor .16 pp.

Umemura dan Kawano.1983. Field assessment and inheritance of resistance to cassava bacterial blight. Crop Science 23: 1127−1132.

Wydra, K., B. Agnasin, K. Kossi. 2007. Characterization of resistance of cassava genotypes to bacterial blight by evaluation of leaf and systemic symptoms in relation to field in different ecozone. Euphytica 155(3): 337−348.

Gambar

Tabel 1.   Reaksi ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit hawar bakteri, Xanthomonas campestris pv
Tabel 2.   Reaksi ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit hawar bakteri, Xanthomonas campestris pv
Tabel 3. Hasil dan komponen hasil 30 varietas/klon ubikayu. KP Tegineneng, MT 2011.
Tabel 4. Hasil dan komponen hasil 30 varietas/klon ubikayu. KP Pekalongan, MT 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Pada setiap siklus jumlah total yang diperoleh oleh kelompok pembudidaya udang vannamei dari ukuran 40-60/kg pada keseluruhan tambak adalah sebagai berikut: pada saat

Perbandingan nilai absorbansi untuk pita spektrum inframerah pada bilangan gelombang 1670,35 cm -1 pada spektrum kitin hasil ekstraksi dengan 1661,50 cm -1 pada

Pada penelitian ini didapatkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan, sikap Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan ada perbedaan pengetahuan, sikap dan

mengenali, mengingat, atau menghasilkan suatu respons dari informasi yang telah dipelajari beberapa waktu sebelumnya (Hall,1989:14). Informasi diterima sebagai stimulus yang

Dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu yang dimiliki, gambar yang digunakan dalam ilustrasi buku adalah sebagian besar diambil dari Google, sehingga hak cipta dari

Aspek teknis : Upaya pengolahan limbah padat medis dengan menggunakan insinerator RSUD Ponorogo untuk melayani limbah padat medis dari RSUD Ponorogo dan

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah : 1) Lampung Post dapat dan mengembangkan strategi pemasaran khususnya dalam

Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad Saw keluarga dan sahabatnya sekalian yang telah membawa umat manusia dari alam jahilliyyah ke alam yang penuh ilmu