• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR

(Sustainable Analysis of Local Economic Development of Shoes Industry at Bogor Regency)

Riny Kusumawati1), Hermanto Siregar2), Sugeng Budiharsono2), dan Wonny A. Ridwan2)

ABSTRACT

Shoes industry is an important sector which contributes significantly to the national and local government’s revenue and advantages to the local community to reduce unemployment and poverty. The objective of this research is to analyze local economic development of sustainable shoes industry, especially the environmental impact at Bogor. This research uses appraisal for local economic development for shoes industry analysis (ALEDIA), modification from Rapid Assessment for Local Economic Development (RALED). The result shows that the sustainability index of shoes industry at Bogor is bad/unsustainable (34.84). Its sustainability includes economy, ecology, social, institution, technology and policy aspects. Based on the strategic policy implementation, the sustainability index of shoes industry at Bogor is good/sustainable (55.82).

Key words: local economic development, sustainable development

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan di Indonesia ternyata telah menciptakan dampak negatif terhadap pengurasan sumber daya alam dan lingkungan karena hanya mementingkan aspek ekonomi semata, tanpa memperhatikan aspek sosial dan lingkungan setempat (Bappenas, 2006). Salah satu upaya untuk mendorong kemajuan pembangunan perdesaan dalam rangka mengurangi kesenjangan ekonomi antarwilayah dan antarpelaku adalah melalui pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan.

Melalui pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan diharapkan dapat tersedia fasilitas perkotaan di perdesaan yang ramah lingkungan dan dapat mencegah tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, tetapi harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Masalah dapat diredam dengan mendorong pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan sehingga permasalahan lain yang timbul seperti pengurasan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan dapat dikurangi (Bappenas, 2006).

Jusar (2006) menggunakan analisis kluster industri secara kuantitatif (dengan menggunakan input output, location quotient, dan shift share) serta secara kualitatif (dengan menggunakan focus group discussion, survey, wawancara pemetaan klaster dan multy sectoral qualitative analysis) dalam penelitiannya yang berjudul Model Strategi Pengembangan Klaster Agroindustri

1) Bappeda Kabupaten Bogor, Jawa Barat

(2)

Unggulan Menggunakan Kompetensi Inti di Daerah Kabupaten Bogor dan Kelembagaannya. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kelompok industri alas kaki termasuk dalam klaster industri unggulan di Kabupaten Bogor.

Amor (2004), yang Kajian Strategi Pemasaran Industri Kecil Sepatu dengan Kasus di Desa Ciomas, Kabupaten Bogor, mengidentifikasi bahwa rata-rata usia pengrajin sepatu dan sandal di Kecamatan Ciomas masih berada pada usia 30-45 tahun, yang pada awalnya berasal dari buruh sepatu dan berpendidikan hanya tamat SD. Lama usaha industri alas kaki rata-rata lebih dari tiga tahun, dengan kapasitas produksi 2.000-10.000 pasang/bulan dan jumlah tenaga kerja tetap 5-10 orang dengan modal rata-rata berasal dari kerja sama dengan grosir/pemesan.

Peningkatan aktivitas ekonomi tentunya membawa dampak terhadap lingkungan setempat, berupa limbah industri seperti limbah plastik, karet, kulit, dan lem yang digunakan sebagai bahan baku industri alas kaki. Secara ekologi, dampak dari industri alas kaki ini cukup tinggi, terutama dari limbah industri yang dapat mencemari lingkungan, juga dari penggunaan bahan baku seperti lem yang dapat membahayakan kesehatan para pekerja. Hal inilah yang menjadi permasalahan dalam mengembangkan ekonomi lokal industri alas kaki di Kabupaten Bogor, khususnya ditinjau dari sisi lingkungan mikro dan makro.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis status keberlanjutan usaha alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, dan merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi lokal industri alas kaki yang berkelanjutan di Kabupaten Bogor.

Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep nyata karena memainkan peran sebagai pemberi arah, yaitu orientasi yang strategis. Pembangunan berkelanjutan juga berperan untuk memberikan motivasi terhadap pelaku ekonomi lokal. Dalam pengembangan ekonomi lokal (PEL) yang harus diperhatikan adalah memahami konsep sistem karena PEL adalah suatu sistem industri yang dalam konsep sistem mencakup empat faktor atau sifat yang menentukan, yaitu (1) produktivitas, yakni yang produksi atau pendapatan bersih yang diperoleh setiap satuan sumber daya; (2) stabilitas, menggambarkan sejauh mana kemantapan produktivitas akibat gangguan kecil yang disebabkan oleh gejolak normal seperti iklim dan harga; (3) kemerataan, yang menggambarkan sejauh mana hasil suatu sistem PEL; dan (4) keberlanjutan, menggambarkan kemampuan sistem untuk mempertahankan produktivitas dalam jangka waktu panjang meskipun mengalami guncangan (seperti banjir, erosi, polusi dan kejadian bencana secara eksplosif) (Sugiyanto, 2006).

Pembangunan berkelanjutan merupakan kerangka berfikir (grand theory) yang telah menjadi wacana secara internasional. Munasinghe (1993) menyebutkan bahwa paradigma pembangunan berkelanjutan adalah dilihat dari tiga pilar yang saling berkaitan, yaitu tujuan ekonomi yang berkaitan dengan efisiensi dan pertumbuhan, tujuan ekologis yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya alam, dan tujuan sosial yang berkaitan dengan hak kepemilikan dan keadilan, sebagaimana dalam Gambar 1.

Penelitian ini dapat berguna dalam menetapkan kebijakan pengembangan ekonomi lokal industri alas kaki yang berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Bagi pihak swasta/dunia usaha dan masyarakat, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk panduan dalam menanamkan investasi yang memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

(3)

·Penanggulangan kemiskinan ·Pemerataan ·Kelestarian ·Ase sm en li ngku ngan ·Val uasi ling kung an ·In tern alis asi ·Nilai-nilai budaya ·Partisipasi ·Konsultasi EKONOMI Efisiensi Pertumbuhan EKOLOGI Sumber Daya Alam

SOSIAL Keadilan Pemerataan · K es em pata n k erja · R ed istrib us i p en da pata n · R es olu si ko nflik

Gambar 1. Pembangunan berkelanjutan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian ini diambil secara sengaja (purposive samping) karena merupakan sentra industri alas kaki (sepatu dan sandal) di Kabupaten Bogor. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Maret 2010 atau sekitar 12 bulan.

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang berasal dari pengisian angket penentuan atribut/indikator keberlanjutan untuk tujuh orang pakar sesuai dengan latar belakang kepakaran/jabatannya. Analisis keberlanjutan penelitian ini merupakan integrasi dari berbagai aspek ekologi, sosial budaya, ekonomi, akses kepada infrastruktur dan teknologi, kebijakan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan juga focus group discussion dan indepth interview dengan pihak-pihak terkait dan pengumpulan data sekunder untuk menentukan atribut/indikator keberlanjutannya yang berasal dari Bappeda, Dinas Perindustian dan Perdagangan, Badan Lingkungan Hidup dan Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, LSM, Perguruan Tinggi, dan DPRD.

Analisis indeks dan status keberlanjutan dilakukan dengan teknik ordinasi ALEDIA (appraisal for local economic development untuk industri alas kaki), modifikasi dari RALED-SBH (2007) yang menempatkan sesuatu pada urutan yang terukur dengan metode multy dimensional scaling (MDS). MDS merupakan salah satu metode multy variate yang dapat menangani data metrik (skala ordinal atau nominal). Metode ini juga dikenal sebagai salah satu metode ordinasi dalam ruang (dimensi) yang diperkecil (ordination in reduce space) (Budiharsono, 2008).

Melalui metode MDS, posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% (buruk) dan 100% (sangat baik). Jika sistem yang dikaji mempunyai

(4)

nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50% (>50%), sistem dikatakan berkelanjutan (sustainable) dan dinyatakan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50% (<50%). Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 2 (Iswari, 2008).

0% 50% 100%

Buruk Baik

Sumber: Budiharsono, 2006

Gambar 2. Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal sektor industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor dalam skala ordinasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan ALEDIA diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi kebijakan sebesar 17,64 dengan status tidak berkelanjutan, dimensi akses terhadap infrastruktur dan teknologi sebesar 41,50 dengan status tidak berkelanjutan, dimensi sosial budaya sebesar 68,60 dengan status berkelanjutan, dimensi lingkungan sebesar 33,71 dengan status tidak berkelanjutan, dimensi kelembagaan sebesar 41,57 dengan status tidak berkelanjutan dan dimensi ekonomi sebesar 41,31 dengan status tidak berkelanjutan.

Dari keenam dimensi tersebut, diperoleh nilai indeks keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, sebesar 34,84 dengan status buruk (tidak berkelanjutan). Gambar Diagram layang-layang hasil analisis ALEDIA disajikan pada Gambar 3.

17,64 41,5 68,6 33,71 41,57 41,31 0 20 40 60 80 100

Akses infrastruktur teknologi

Sosial budaya

Lingkungan Kelembagaan

Ekonomi

Kebijakan

Gambar 3. Diagram layang-layang PEL industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor tahun 2009

Status Keberlanjutan Dimensi Kebijakan

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi kebijakan terdiri dari delapan atribut, yaitu (1)

peraturan tentang kemudahan investasi dalam bentuk insentif fiskal,

(5)

kecepatan pengurusan ijin bagi investasi baru (standar SPM) khususnya alas kaki; (3) kebijakan promosi/pemasaran alas kaki; (4) kebijakan persaingan usaha; (5) kebijakan pengembangan kemudahan memperoleh bahan baku; (6) kebijakan fasilitasi permodalan bagi dunia usaha oleh Pemda; (7) kebijakan fasilitasi pelatihan dan keterampilan kewirausahaan; (8) kebijakan pendampingan dan monitoring bisnis bagi pengusaha sepatu sandal. Nilai indeks keberlanjutan dimensi kebijakan industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, sebesar 17,64 dengan status tidak berkelanjutan, sebagaimana tertera pada Gambar 4. ALEDIA Sustainability O th er d is tin gi sh in g fe at ur es Real Fisheries References Anchors 17,64 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 80 0 20 40 60 80 100 120

Gambar 4. Indeks keberlanjutan dimensi kebijakan industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi kebijakan, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi kebijakan, yaitu kebijakan fasilitasi permodalan, kebijakan fasilitasi pelatihan, kebijakan persaingan usaha, peraturan tentang investasi, dan kecepatan pengurusan izin. Hasil analisis leverage dapat dilihat seperti Gambar 5. 4,34 3,99 3,44 5,26 2,72 9,79 8,11 0,35 At tri bu te Leverage of Attributes

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

0 2 4 6 8 10 12

Peraturan tentang investasi Kecepatan pengurusan izin Kebijakan promosi Kebijakan persaingan usaha Kebijakan pengembangan Kebijakan fasilitasi pemodalan Kebijakan fasilitasi pelatihan dan ketrmpilan kewirausahaan Kebijakan pendampingan dan monitoring

Gambar 5. Peran masing-masing atribut dimensi kebijakan yang dinyatakan dalam bentuk nilai RMS

(6)

Status Keberlanjutan Dimensi Akses terhadap Infrastruktur dan Teknologi

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi akses terhadap infrastruktur dan teknologi terdiri dari delapan atribut, yaitu (1) kondisi jaringan jalan; (2) akses ke terminal antarkota/antarprovinsi; (3) sarana transportasi; (4) infrastruktur komunikasi; (5) teknologi alas kaki; (6) teknologi pengolahan limbah alas kaki; (7) pengembangan teknologi untuk industri pendukung alas kaki; (8) akses terhadap teknologi. Nilai indeks keberlanjutan dimensi akses terhadap infrastruktur dan teknologi sebesar 41,50 dengan status tidak berkelanjutan, sebagaimana pada Gambar 6.

O th er d is tin gi sh in g fe at ur es -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 Real aledia References Anchors GOOD 41.50 BAD UP DOWN 0 20 40 60 80 ALEDIA Sustainability

Gambar 6. Indeks keberlanjutan dimensi akses terhadap infrastruktur dan teknologi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi akses terhadap infrastruktur dan teknologi, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi akses terhadap infrastruktur dan teknologi, yaitu akses terhadap teknologi, teknologi pengolahan limbah alas kaki, dan teknologi alas kaki yang digunakan. Hasil analisis leverage dapat dilihat seperti Gambar 7.

Leve rage of Attributes

Kondisi jaringan jalan Akses ke terminal antar kota/antar provinsi Sarana transportasi Infrastruktur komunikasi Teknologi alas kaki yang digunakan Teknologi pengolahan industri alas kaki Pengembangan teknologi industri pendukung Akses terhadap teknlogi

At

tri

bu

te

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) 0 2 4 6 8 10 12 6,.52 7,95 10,16 5,19 6,98 7,10 6,96 7,05

Gambar 7. Peran masing-masing atribut dimensi akses terhadap infrastruktur dan teknologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai RMS (root mean square)

(7)

Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi sosial budaya terdiri dari delapan atribut, yaitu (1) tenaga kerja pengrajin alas kaki yang terampil; (2) tenaga kerja terdidik (jumlah angkatan kerja lulusan SLTA jika dibandingkan dengan total angkatan kerja) (3) peluang bekerja bagi tenaga kerja lokal dibandingkan dengan pendatang; (4) citra dari lokasi (sentra usaha); (5) mempekerjakan pekerja anak (dibawah usia 15 tahun); (6) PEL mempertimbangkan keberadaan adat dan kelembagaan lokal; (7) budaya masyarakat terhadap industri alas kaki (8); pekerjaan masyarakat setempat. Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, sebesar 68,60 dengan status berkelanjutan. Aledia sustainability O th er d is tin gi sh in g fe at ur es Real aledia References Anchors -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 GOOD BAD UP DOWN 0 20 40 60 80 100 68,61

Gambar 8. Indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

Status Keberlanjutan Dimensi Lingkungan

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi lingkungan terdiri dari delapan atribut, yaitu (1) kualitas tempat usaha; (2) pengelolaan dan pendaurulangan limbah; (3) tempat pembuangan limbah pada setiap unit usaha; (4) penggunaan alat keselamatan kerja, seperti penutup hidung dan mulut; (5) tingkat kesehatan masyarakat setempat; (6) kualitas udara; (7) kualitas air sungai; (8) kualitas air sumur. Adapun nilai indeks keberlanjutan dimensi lingkungan industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, sebesar 33,71 dengan status tidak berkelanjutan, sebagaimana tertera pada Gambar 9.

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi lingkungan, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh empat atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi lingkungan, yaitu kualitas tempat usaha, pengelolaan dan pendaurulangan limbah, tempat pembuangan limbah pada setiap unit usaha, dan status kesehatan masyarakat, khususnya pekerja. Hasil analisis leverage dapat dilihat seperti Gambar 10.

(8)

Aledia Sustainability Real aledia References Anchors 0 20 40 60 80 100 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 33,71 GOOD BAD UP DOWN O th er d is tin gi sh in g fe at ur es

Gambar 9. Indeks keberlanjutan dimensi lingkungan industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor

Leverage of Attributes

At

tri

bu

te

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

Kualitas tempat usaha Pengelolaan dan pendaurulangan limbah Tempat pembuangan limbah pada setiap unit usaha Penggunaan alat keselamatan kerja seperti penutup hidung dan mulut Tingkat kesehatan masyarakat setempat Kualitas udara (SO2, H2S, CO, NH3, debu) Kualitas air sungai (DO, COD, BOD, pH, logam berat) Kualitas air sumur (DO, COD, BOD, pH, logam berat)

0 1 2 3 4 5 6 7 5,19 4,85 5,22 3,93 5,98 4,70 5,11 4,50

Gambar 10. Peran masing-masing atribut dimensi lingkungan yang dinyatakan dalam bentuk nilai RMS

Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi kelembagaan terdiri dari delapan atribut, yaitu (1) kemitraan di bidang infrastruktur dan teknologi; (2) kemitraan di bidang promosi dan perdagangan; (3) kemitraan di bidang pembiayaan usaha (antara lain, penjaminan, penyaluran kredit); (4) status asosiasi industri/komoditi/forum bisnis; (5) manfaat asosiasi/organisasi bagi anggotanya; (6) lembaga penelitian perguruan tinggi; (7) lembaga penelitian dan pengembangan pemerintah dan swasta bukan perguruan tinggi; (8) frekuensi dilakukan diskusi bagi proses pemecahan permasalahan. Nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, sebesar 41,57 dengan status tidak berkelanjutan, sebagaimana tertera pada Gambar 11.

(9)

-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 41,57 GOOD BAD UP DOWN 0 20 40 60 80 100 Aledia Sustainability Real aledia References Anchors O th er d is tin gi sh in g fe at ur es

Gambar 11. Indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh satu atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan, yaitu kemitraan di bidang pembiayaan usaha, antara lain, penjaminan dan penyaluran kredit. Hasil analisis leverage dapat dilihat seperti Gambar 12.

Leverage of Attributes

At

tri

bu

te

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

Kualitas tempat usaha Pengelolaan dan pendaurulangan limbah Tempat pembuangan limbah pada setiap unit usaha Penggunaan alat keselamatan kerja seperti penutup hidung dan mulut Tingkat kesehatan masyarakat setempat Kualitas udara (SO2, H2S, CO, NH3, debu) Kualitas air sungai (DO, COD, BOD, pH, logam berat) Kualitas air sumur (DO, COD, BOD, pH, logam berat)

0 1 2 3 4 5 6 7 5,19 4,85 5,22 3,93 5,98 4,70 5,11 4,50

Gambar 12. Peran masing-masing atribut dimensi kelembagaan yang dinyatakan dalam bentuk nilai RMS

Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekonomi terdiri dari delapan atribut, yaitu (1) efisiensi ekonomi; (2) tingkat keuntungan usaha; (3) kelayakan usaha; (4) upah tenaga kerja dibandingkan dengan daerah sekitar; (5) informasi prospek investasi (buku/booklet/leaflet peluang investasi, official website); (6) promosi pemasaran melalui media massa (media cetak, elektronik, dan website) dan kegiatan interaktif

(10)

(temu usaha/pameran/seminar); (7) ketersediaan bahan baku; dan (8) ketersediaan pasar. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor sebesar 41,31 dengan status tidak berkelanjutan, sebagaimana tertera pada Gambar 13.

-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 GOOD BAD UP DOWN 0 20 40 60 80 100 Aledia Sustainability Real aledia References Anchors O th er d is tin gi sh in g fe at ur es 41,31

Gambar 13. Indeks keberlanjutan dimensi ekonomi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh dua atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi, yaitu informasi prospek investasi usaha dan promosi pemasaran. Hasil analisis leverage dapat dilihat seperti Gambar 14. Leverage of Attributes At tri bu te

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

Efisiensi ekonomi Tingkat keuntungan usaha Kelayakan usaha Upah tenaga kerja setempat Informasi prospek investasi Promosi pemasaran Ketersediaan bahan baku Ketersediaan pasar 2,70 2,90 3,38 4,61 6,11 5,43 2,13 2,80 0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 14. Peran masing-masing atribut dimensi ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk nilai RMS

Skenario Keberlanjutan Multi Dimensi Hasil Analisis ALEDIA

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan ALEDIA diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi kebijakan sebesar 55,26 dengan status berkelanjutan, dimensi akses terhadap infrastruktur dan teknologi sebesar 55,64 dengan status berkelanjutan, dimensi sosial budaya sebesar 68,60 dengan status

(11)

berkelanjutan, dimensi lingkungan sebesar 54,44 dengan status berkelanjutan, dimensi kelembagaan sebesar 53,65 dengan status berkelanjutan dan dimensi ekonomi sebesar 52,14 dengan status berkelanjutan.

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai indeks keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, meningkat dengan adanya kebijakan yang diterapkan dari Pemerintah Kabupaten Bogor terhadap sektor-sektor kunci dari enam dimensi dari sebesar 34,84 dengan status buruk (tidak berkelanjutan) menjadi 55,82 dengan status baik (berkelanjutan). Diagram layang-layang hasil analisis ALEDIA seperti pada Gambar 15. 55,26 55.64 68,60 54,44 53,65 52,14 0 20 40 60 80 100 Kebijakan

Akses infrstruktur dan teknologi

Sosial budaya

Lingkungan Kelembagaan

Ekonomi

Gambar 15. Diagram layang-layang hasil perbaikan sektor kunci analisis leverage pada PEL industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor tahun 2009

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis ALEDIA (modifikasi RALED-SBH) diperoleh status pengembangan ekonomi lokal industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, memiliki nilai sebesar 34,84 dengan status buruk (tidak berkelanjutan). Setelah dilakukan analisis leverage dan perbaikan pada sektor-sektor kunci, diperoleh status pengembangan ekonomi lokal industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, sebesar 55,82 dengan status baik (berkelanjutan).

Saran

Alternatif kebijakan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah (1) kebijakan fasilitas permodalan; (2) kebijakan persaingan usaha; dan (3) promosi pemasaran. Secara spesifik dan operasional, Pemerintah Kabupaten Bogor berkewajiban untuk menjadi fasilitator dalam akses permodalan pengrajin alas kaki, menjadi regulator dalam melindungi usaha alas kaki melalui kebijakan baik di tingkat input(modal dan bahan baku), melakukan pelatihan dan monitoring dalam proses produksi agar

(12)

tidak merusak lingkungan dan menimbulkan masalah sosial budaya serta efisien dalam berproduksi juga kebijakan di tingkat pemasaran, dengan cara mengadakan promosi pemasaran dan fasilitasi pemasaran alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

DAFTAR PUSTAKA

Amor A. 2004. Kajian strategi pemasaran industri kecil sepatu (Studi kasus di Desa Ciomas, Kabupaten Bogor) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Revitalisasi

Pengembangan Ekonomi Lokal. Jakarta: Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Budiharsono S. 2008. Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal. Bogor: Bappeda Kabupaten Bogor.

Iswari D. 2008. Indeks keberlanjutan pengembangan kawasan sentra produksi jeruk dengan Rap-Citrus (Studi kasus di Kabupaten Agam, Sumatera Barat) [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Jusar A. 2006. Model Strategi pengembangan klaster agroindustri unggulan menggunakan kompetensi inti di Daerah Kabupaten Bogor dan kelembagaannya [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Munasinghe M. 1993. Environmental Economic and Sustainable Development. Washington D.C. USA: The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank.

Sugiyanto C. 2006. Strategi Penyusunan Komoditas Unggulan Daerah. Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Gambar

Gambar 1. Pembangunan berkelanjutan
Gambar 2. Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal  sektor industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor dalam  skala ordinasi
Gambar 4. Indeks keberlanjutan dimensi kebijakan industri alas kaki di Kecamatan  Ciomas, Kabupaten Bogor
Gambar  6.  Indeks  keberlanjutan  dimensi  akses  terhadap  infrastruktur  dan   teknologi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten  Bogor
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk massa pada perancangan Stasiun Kereta Api Kota Dumai ini dibentuk berdasarkan konsep desain yang akan dipadukan dengan Arsitektur Postmodern Kontekstual

usahatani okra yang dilakukan petani di Desa Bandar Setia layak diusahakan atau. tidak berdasarkan kriteria kelayakan usaha R/C Ratio dan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daging bekicot kedalam ransum sampai dengan taraf 3 % tidak berpengaruh nyata terhadap performans produksi

Data mengenai peristiwa rujuk, dari hasil penjelasan Kepala KUA Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo. Jumlah penduduk Kecamatan Tarik + 63.899 orang, dengan jumlah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis membatasi pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan rasio ROA, menurut pengungkapan Widayanto (1993) “Ukuran yang dipakai

Pertama-tama, Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugrah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “PENERAPAN NATURAL

Dan ini berarti adanya pengakuan kedudukan hukum perempuan dalam proses pembagian waris pada hukum adat Banjar didasarkan oleh ajaran Islam dan norma hukum adat

Dengan Peta , Anda dapat melihat lokasi Anda saat ini pada peta, menelusuri peta untuk menemukan berbagai kota dan negara, mencari alamat dan berbagai tempat tujuan,