• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PROYEK"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PROYEK

2.2.

Tinjauan Terhadap Rumah Sakit

4.2.2. Terminologi Judul

Rumah sakit dalam kamus Bahasa Inggris berasal dari kata hospital adalah sebuah institusi perawatan kesehatan yang menyediakan tempat untuk pasien rawat inap dalam jangka waktu tertentu. Rumah sakit biasanya didirikan berdasarkan wilayah oleh suatu organisasi/lembaga kesehatan (baik profit maupun non-profit), badan asuransi maupun badan amal termasuk donator secara langsung bahkan organisasi keagamaan individu atau yayasan. Pengertian rumah sakit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri memiliki pengertian rumah atau tempat merawat orang sakit, tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas, rumah sakit mempunyai fungsi melaksanakan usaha pelayanan medis, melaksanakan usaha rehabilitasi medis, usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan, melaksanakan usaha perawatan, melaksanakan pendidikan dan latihan medis dan para medis, melaksanakan sistem rujukan, berperan sebagai tempat penelitian.

2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit

2.1.3.2. Klasifikasi rumah sakit menurut jenisnya a. Rumah sakit umum

Rumah sakit umum melayani hampir seluruh penyakit umum dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk

(2)

mangatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium dan sebagainya. Rumah sakit umum juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarskat umum, biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.

b. Rumah Sakit Khusus/Terspesialisasi

Didefinisikan sebagai unit pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan masalah spesifik seperti trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit mata, rumah sakit gigi dan mulut dan sebagainya.

c. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk penelitian dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru.

d. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan

Rumah sakit ini didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan udara). Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.

(3)

e. Klinik dan Puskesmas

Merupakan fasilitas dengan lingkup yang lebih kecil dari sebuah rumah sakit yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.

2.1.3.2. Klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikannya a. Rumah Sakit Pemerintah

Adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit.

b. Rumah sakit non pemerintah (swasta)

Adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan atau oleh badan hukum lain dan dapat juga bekerjasama dengan institusi pendidikan. Rumah sakit ini dapat bersifat profit maupun nonprofit.

2.1.3.3. Klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikannya a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Adalah rumah sakit umum yang memberikan pelayanan dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan sub-spesialistik luas dengan kapasitas tempat tidur lebih dari 1000 tempat tidur dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi tingkat nasional.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Adalah rumah sakit umum yang memberikan pelayanan dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

(4)

minimal sebelas spesialistik dan sub spesialistik dengan kapasitas tempat tidur 500-1000 tempat tidur dan merupakan rumah sakit tingkat regional ( Propinsi ).

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Adalah rumah sakit umu yang memberikan pelayanan dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang spesialistiknya sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialistik dasar yaitu Spesialistik Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, Spesialis Kebidanan/kandungan dan spesialis penyakit anak, lengkap dengan tempat tidur 100-400 tempat tidur dan merupakan rumah sakit tingkat wilayah (Kotamadya).

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Adalah rumah sakit umum yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan medik umum dan gigi. Kapasitas tempat tidur kurang dari 100.

2.1.3.4. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta

a. Rumah Sakit Umum Swasta Kelas Pratama

Merupakan rumah sakit umum dengan kemampuan pelayanan medis bersifat umum terhadap masyarakat dengan kapasitas tempat tidur minimal 50 tempat tidur.

b. Rumah Sakit Umum Swasta Kelas Madya

Merupakan rumah sakit umum dengan kemampuan pelayanan medis bersifat umum dan spesialistik empat dasar. c. Rumah Sakit Umum Swasta Kelas Utama

Merupakan rumah sakit umum dengan kemampuan pelayanan medis yang bersifat umum spesialistik dan sub spesialistik.

(5)

2.1.4. Bentuk-Bentuk Rumah Sakit a. Village Form

Diatur seperti sebuah kota kecil dimana-koridor-koridor berhubungan dengan jalan dan unit-unit yang berubungan. Desain ini mudah untuk diubah; sangat cocok jika dana yang tersedia terbatas. Bentuk ini juga mudah dikembangkan karena desainnya yang tidak selesai dan dinding dapat dibongkar untuk pengembangan menjadi ruang terbuka. Bentuk ini membutuhkan lahan yang luas dan jika ruangan-ruangan yang ada diharapkan berkembang menjadi besar, jarak antar unit akan cukup jauh.

b. Modular Village

Selain sama seperti konsep village form, setiap unit harus tetap pada bentuk yang sudah ada sebelumnya. Bentuk ini berguna ketika modul-modul yang berulang dipakai. Akibatnya desain terlalu memaksakan bentuk-bentuk yang sama pada setiap unit. Beberapa unit mungkin akan cocok, tetapi beberapa unit lain akan terlalu kecil dan yang lainnya akan kelebihan ruang.

c. Finger Plan

Terdiri dari satu koridor utama dan koridor-koridor kecil yang menghubungkan beberapa unit, bercabang seperti jari. Bentuk ini merupakan pengembangan dari bentuk train coridor, dimana seseorang harus melewati kamar tidur yang satu untuk mencapai kamar yang berikutnya.Karena koridor pada bentuk finger hanya mempunyai satu jalur, bentuk ini

(6)

memungkinkan untuk mendapatkan penghawaan dan pencahayaan alami.

d. Open-ended Finger

Bentuk ini memungkinkan pengembangan masing-masing blok pada waktu yang berbeda- beda, juga terbuka kemungkinan untuk penambahan lantai dengan memperhatikan koridor utama sebagai komponen utama yang sangat dibutuhkan. e. Block

Adalah bentuk untuk tapak yang terbatas. Sebagai rumah sakit yang berkembang secara vertikal, hubungan antar unit akan lebih sulitdan suatu unit mungkin akan ditempatkan di dua lantai.

f. Tower dan Podium Design

Unit-unit dengan daya dukung tinggi ditempatkan pada podium dan unit-unit yang jarang didatangi dan bentuknya tipikal dilokasikan pada tower. Tower ini menuntut penanganan mekanikal, elektrikal dan struktur juga lokasi lift dan fungsi-fungsi servis lainnya yang mungkin terbatas pada bagian tengah podium. Atap podium harus dibuat dengan material tahan api sehingga api tidak akan menyebar dari podium melalui dinding bagian luar dan jendela kearah tower. Jika tapak memungkinkan, ada baiknya menempatkan tower bersebelahan dengan podium; tidak tepat di atas podium.

g. Court Plan

Bentuk inisaling menutupi. Sama seperti bentuk village dan finger, bentuk ini

(7)

memungkinkan adanya pencahayaan dan penghawaan alami. Lebih tepat diterapkan di daerah panas lembab. Bentuk ini mempunyai beberapa kekurangan, ruangan pada sisi sudut tidak akan mendapatka penerangan dan pengudaraan. Fasilitas-fasilitas yang menghadap ke taman tidak akan diperbesar tanpa memindahkan ruangan lain.

Pada kasus proyek ini, bentuk rumah sakit yang dipakai adalah bentuk open ended finger. Bentuk ini dipilih dengan maksud agar tercipta ruang-ruang di antara bangunan yang masih memungkinkan ruang-ruang dalam mendapatkan penerangan dan penghawaan alami. Di samping itu, bentuk ini juga tepat untuk lokasi perencanaan yaitu di Tarutung, yang memiliki kepadatan penduduk tidak tinggi.

2.6.

Tinjauan Umum Terhadap Lokasi Site

2.2.3. Tinjauan terhadap Kabupaten Tapanuli Utara 2.2.1.1. Visi dan Misi

Adapun visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara yang telah disepakati menjadi ajuan dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu : “Mewujudkan kemakmuran masyarakat berbasis pertanian..”

Untuk mencapai visi tersebut maka disusun misi Kabupaten Tapanuli Utara sebagai berikut :

- Menempatkan sektor pertanian sebagai andalan perekonomian rakyat yang didukung sektor pariwisata, agroindustri, pertambangan dan energi.

- Meningkatkan sektor pendidikan dan kesehatan guna penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas dan handal

(8)

- Menciptakan kondisi yang dinamis, bagi terjaminnya kesatuan dan persatuan yang harmonis

- Terciptanya pemerintahan yang baik (good govermance) bagi terjaminnya pelayanan masyarakat yang optimal

2.2.1.2. Strategi Pembangunan Daerah

Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut di atas maka ditetapkan strategi pembangunan daerah Kbupaten Tapanuli Utara yaitu : mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan derajat kesehatan, peningkatan sarana dan prasarana, mengoptimalisasi kemitraan, peningkatan inisiatif dan prakarsa serta kerukunan hidup masyarakat dan peningkatan profedionalisme aparatur.

2.2.1.3. Banyaknya penduduk dan Jumlah Kecamatan

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara memiliki jumlah penduduk 278.897 jiwa pada tahun 2010. Tapanuli Utara terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara, berada pada ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 15 kecamatan dapat dilihat dari tabel berikut ini.

(9)

Tabel 2.1. Daftar kecamatan beserta jumlah desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara

No Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

1 Parmonangan 8 - 8 2 Adian Koting 14 - 14 3 Sipoholon 11 1 12 4 Tarutung 23 7 30 5 Siatas Barita 12 - 12 6 Pahae Julu 18 1 19 7 Pahae Jae 12 1 13 8 Purbatua 11 - 11 9 Simangumban 7 - 7 10 Pangaribuan 19 - 19 11 Garoga 12 - 12 12 Sipahutar 22 - 22 13 Siborong-borong 18 1 19 14 Pagaran 12 - 12 15 Muara 15 - 15 Total 214 11 225

Sumber. Tapanuli Utara Dalam Angka 2010

2.2.1.4. Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Tapanuli Utara

Di dalam hubungannya dengan struktur tata ruang regional, Kabupaten Tapanuli Utara difungsikan sebagai pusat kegiatan pengembangan budidaya pertanian dan perkebunan skala besar serta pariwisata. Struktur ruang daerah yang akan dituju adalah untuk mencapai pemerataan dan keseimbangan tingkat perkembangan antar wilayah. Hal demikian diwujudkan dengan pembentukan atau pengaturan orde-orde (tingkat pelayanan) simpul jasa distribusi dimana jasa distribusi orde satu pada sistem kabupaten merupakan pusat bagi pusat kabupaten.

Dalam pembagian rencana sistem hirarki kota di Kabupaten Tapanuli Utara terbagi atas tiga klasifikasi rencana sistem hirarki kota dan Kota Pusat Kegiatan Khusus ini

(10)

mempunyai peran penting sebagai pengembangan wilayahnya tersebut.

a. Kota Pusat Hirarki I berpusat pada kecamatan Tarutung dengan fungsi hirarki sebagai kegiatan industri, pusat perdagangan dan jasa, permukimandan berfungsi sebagai pintu gerbang pemasaran antara wilayah dan wilayah kabupaten lain dan propinsi.

b. Kota Pusat Hirarki II berpusat pada Kecamatan Siborong-borong dan Kecamatan Garoga dengan fungsi hirarki sebagai kegiatan perdagangan dan jasa, permukiman, insudtri dan pusat pemerintahan kecamatan dengan skala pelayanan intra antar regional

c. Kota Pusat Hirarki III berpusat pada Kecamatan Adiankoting, Pangaribuan, Parmonangan, Sipoholon, Pahae Julu, Pahae Jae, Pagaran, Simangumban, Purbatua, Sipahutar dengan fungsi hirarki sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, permukiman, industri dan pusat pemerintahan kecamatan dengan skala pelayanan intra dan ekstra regional.

d. Kota Pusat Kegiatan Khusus berpusat pada Kecamatan Muara yang lokasinya merupakan bagian kawasan pariwisata Danau Toba. Kota ini berfungsi sebagai pusat produksi khusus seperti kepariwisataan yang berfungsi juga sebagai kota yang melaksanakan kegiatan kepariwisataan.

(11)

Tabel 2.2. Rencana sistem kota Kabupaten Tapanuli Utara

No Kecamatan

Orde Kota Arah Pengembagan

1 Parmonangan III Perkebunan, peternakan

2 Adian Koting III Perkebunan, tanaman pangan,

industri, perikanan

3 Sipoltahon III Perikanan, industri

4 Tarutung I Tanaman pangan, perikanan, industri,

pariwisata 5 Siatas Barita

6 Pahae Julu III Perkebunan, peternakan, perikanan,

industri, pertambangan

7 Pahae Jae III Perkebunan, perikanan, industri

8 Purbatua III Hortikultura

9 Simang-umban

III Hortikultura

10 Pangaribuan III Perkebunan, tanaman pangan,

industri

11 Garoga II Hortikultura, tanaman pangan,

peternakan

12 Sipahutar III Hortikultura

13 Siborong-borong

II Hortikultura, peternakan, industri

14 Pagaran III Hortikultura, perkebunan

15 Muara III/Khusus Periwisata

(12)

2.2.1.5. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara Banyaknya sarana kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3. Jumlah sarana kesehatan menurut kecamatan dan jenis sarana No Kecamatan Rumah Sakit Umum Puskesmas Pus-kesmas Pem-bantu Pon-dok Bersa lin Desa/ Polik linik Posy-andu Bi-asa Ra wat Ngi nap 1 Parmonangan - 2 - 3 10 23 2 Adian Koting - 1 - 6 13 27 3 Sipoltahon - 2 - 5 16 40 4 Tarutung 1 1 - 5 34 40 5 Siatas Barita - 1 - 4 12 16 6 Pahae Julu - 1 - 4 13 24 7 Pahae Jae - - 1 1 13 18 8 Purbatua - 1 - 1 8 14 9 Simang-umban - 1 - - 6 9 10 Pangaribuan - 1 1 7 18 37 11 Garoga - - 1 6 9 14 12 Sipahutar - - 1 3 14 27 13 Siborong-borong - 1 1 6 27 47 14 Pagaran - - 1 5 12 24 15 Muara - 1 - 3 9 20 Total 1 13 6 59 214 380

Sumber. Tapanuli Utara dalam angka 2010

2.2.4. Tinjauan terhadap Kecamatan Tarutung

Kecamatan Tatutung terletak pada bagian tengah dataran tinggi Propinsi Sumater Utara dan masih termasuk dalam Kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan. Secara geografis, Kecamatan Tarutung terletak di antara koordinat 1054’ sampai dengan 2007’ Lintang Utara dan 98052’ sampai

(13)

dengan 99004’ Bujur Timur. Secara administrasi Kecamatan Tarutung berbatasan dengan :

-

Sebelah Utara : Kecamatan Sipoholon

-

Sebelah Timur : Kecamatan Pahae Jae

-

Sebelah Selatan : Kecamatan Adiankoting

-

Sebelah Barat : Kecamatan Siatas Barita dan

Sipahutar

2.2.2.1. Rencana Pengembangan Sarana a. Sarana Pendidikan

Berdasarkan pada standar kebutuhan fasilitas pendidikan dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk, maka kebutuhan akan fasilitas pendidikan di Kecamatan Tarutung untuk Sekolah Dasar (SD) sebanyak 26 unit, Sekolah Menengah Perrtama (SMP) sebanyak 3 unit dan Sekolah Menengah Umum (SLTA) sebanyak 1 unit.

b. Sarana Kesehatan

Berdasarkan pada standar kebutuhan fasilitas kesehatan dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk sebagai dasar perhitungan maka kebutuhan akan fasilitas kesehatan di kecamatan Tarutung untuk rumah sakit sebanyak 1 unit dan perlu dilakukan pengembangan, posyandu sebanyak 13 unit.

c. Sarana Peribadatan

Mayoritas Kabupaten Tapanuli Utara beragama Kristen dan oloeh karena itu, fasilitas peribadatan lebih diarahkan kepada penyediaan gereja.

d. Sarasna Perekonomian

Keberadaan pasar di Kabupaten Tapanuli Utara masih sebatas pasar tradisional yang dibagi ke dalam tiga kelas. Berdasarkan proyeksi yang dilakukan untuk penentuan jumlah pasar, maka 30.000 penduduk dibutuhkan 1 unit

(14)

pasar lingkungan. Begitu juga penyediaan pasar di Kecamatan Tarutung pada tahun perencanaan diperlukan penambahan sebanyak 1 unit pasar lingkungan demi memenuhi kebutuhan penduduk.

2.2.2.2.

Rencana Pengembangan Prasarana a. Sistem Transportasi

Sistem transportasi di Kabupaten Tapanuli Utara didominasikan oleh transportasi darat yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antar kabupaten maupun beberapa kecamatan wilayah kabupaten ini. Salah satu indikasi program untuk pembangunan jaringan jalan yang tercantum pada RTR Pulau Sumatera salah satunya adalah :

- Pembangunan jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan Lintas Barat-Lintas Tengah dan/Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang menghubungkan kota-kota di Pulau Sumatera salah satunya adalah ruas jaringan jalan yang menghubungkan Sibolga-Tarutung-Pematang Siantar-Tebing Tinggi.

- Peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan yang menghubungkan Kota Tarutung ke arah Barat Daya, melewati Kecamatan Adiankoting hingga Kota Sibolga di Kabupaten Tapanuli Tengah.

b. Sistem Prasarana Air Bersih

Kabupaten Tapanuli Utara telah berdiri Perusahaan Air Minum Mual Natio PDAM ini telah mendistribusikan air minum ke lima kecamatan yakni Kecamatan Tarutung, Sipoholon, Muara, Pangaribuan dan Pahae Jae.

c. Sistem Prasarana Telekomunikasi

Dengan menggunakan standar maka hingga tahun 2016 wilayah perencanaan diperkirakan akan membutuhkan maksimal sebanyak 13.050 sambungan telepon.

(15)

d. Sistem Prasarana Listrik

Sumber energi listrik tersebar di Kecamatan Tarutung, Garoga, Sipoholon, Adiankoting dan Pahae Julu dengan daya yang telah dimanfaatkan sebesar 19.367 MW dengan pusat gardu induk terletak di Kecamatan Tarutung. e. Sistem Persampahan

Prasarana persampahan seperti TPA,TPS serta tempat penampungan sampah masyarakat lainnya belum tersedia di Kecamatan Kabupaten Tapanuli Utara. Di Kecamatan Tarutung sistem pembunangan sampah masih secara swadaya. Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga rata-rata dibakar, dikubur atau bahkan kebanyakan masyarakat membuang sampahnya ke sungai atau lahan kosong.

f. Sistem Prasarana Drainase

Rencana pengembangan sistem drainase di wilayah perencanaan umumnya terbagi menjadi 2 yaitu :

- Arahan Pengembangan Sistem Drainase Utama (mayor drainase)

Sistem ini adalah sistem drainase penyalur dari drainase pengumpul ke daerah outfull yaitu saluran alam dan laut. Pengadaan saluran drainase mengikuti aliran sungai yang tersebar di wilayah perencanaan Aek Garut, Aek Situ Mansi dan Aek Sigeon.

- Rencana Pengembangan Saluran Darinase Pengumpul Saluran drinase ini merupakan saluran pengumpul debit air yang berasal dari perumahan dan permukiman, perdagangan, perkantoran, industri dan lain-lain. Saluran berfungsi mengumpulkan dan mengalirkan air hujan dari lingkungan terkecil ke saluran primer, sekunder dan tersier.

(16)

2.7.

Tinjauan Umum Terhadap Rumah Sakit Umu Swadana Tarutung

2.3.3. Data Non Fisik

2.3.1.6. Sejarah singkat Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung Rumah Sakit Umum (RSU) Swadana daerah Tarutung berdiri tahun 1918 oleh Zending Jerman. Pada masa itu, di seluruh wilayah Tapanuli bahkan di seluruh Sumatera Utara belum ada pelayanan kesehatan melalui rumah sakit. Pelayanan yang diberikan oleh petugas Zending Jerman bersifat murni sosial. Tahun 1952, rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara walaupun sebagian tenaga masih disumbangkan oleh Zending Jerman, sebagai rumah sakit tipe D. Mulai era tahun 1980-an, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara memberikan beban target Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi RSUD Tarutung yang berakibat pelayanan demi pelayanan diatur dengan Peraturan Daerah (PERDA).

Pada tahun 1984, RSUD ditetapkan menjadi RSUD Kelas C dengan pelayanan oleh empat dokter spesialis dasar, di samping dokter umum dan dokter gigi. Pada tanggal 26 Desember 2000, status RSUD Tarutung disahkan menjadi Rumah Sakit Kelas B sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Nomor : 1809/Menkes- Kessos/SK/XII/2000. Pada tahun 2003, melalui perda No. 07 tahun 2003 sistem pengelolaan keuangan RSU Tarutung berubah dari sistem pengelolaan secara APBD menjadi sistem pengelolaan secara Swadana. Dengan demikian sejak tahun 2003, nama RSU Tarutung berubah menjadi RSU Swadana Daerah Tarutung.

2.3.1.7. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung

(17)

RSU. Swadana Daerah Tarutung merupakan pelayanan pusat rujukan kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara dan salah satu Rumah Sakit Swadana yang ada di Indonesia setelah diberlakukannnya Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 07 Tahun 2003 tentang Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 07 Tahun 2003 menetapkan diantaranya Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi serta Struktur Organisasi RSU Swadana Daerah Tarutung.

b. Tugas

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 07 Tahun 2003, Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

c. Fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 07 Tahun 2003 tentang Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung yang mengemban tugas membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan pemerintah daerah kesehatan dengan fungsi sebagai berikut : - Menyelenggarakan Pelayanan Medis

- Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medis Dan Non Medis

- Menyelenggarakan Pelayanan Asuhan Keperawatan (Askep)

- Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan - Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan

(18)

- Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan

- Menyelenggarakan Administrasi Umum, Keuangan dan Kepegawaian

2.3.1.8. Jumlah tempat tidur pelayanan rawat inap

Jumlah tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit Umum Swadana tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.4. Jumlah Tempat Tidur rawat inap Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Tahun 2010

N o

Ruang Perawatan

JUMLAH TEMPAT TIDUR Super VIP VIP Uta ma Kelas I Kelas II Kelas III TO- TAL 1 Melati - 12 - - - - 12 2 Dahlia - 10 - - - - 10 3 Mawar - 10 - - - - 10 4 Anggrek Bedah 1 8 - - - - 9 5 Cemara - - - - 8 4 12 6 Flamboyan - - - - 12 - 12 7 Aster Bedah - - - 20 20 8 Neurologi 1 - - - 8 6 15 9 Kebidanan - - - 4 4 8 16 10 Neonaty/ Perinatal - - 6 - - - 6 11 ICU - - 8 - - - 8 12 ICCU - - 4 - - - 4 13 Anak - - - 6 6 TOTAL 2 40 18 4 32 44 140 Sumber. Tarutung Dalam Angka Tahun 2010

2.3.1.9. Jenis-Jenis penyakit dan Jumlah Penderita

Jenis-jenis penyakit yang pernah ditangani di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(19)

Tabel 2.5. Jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan yang berobat di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung menurut jenis penyakit.

No Jenis Penyakit Rawat Inap Rawat Jalan TOTAL 1 Dyspepsia (gangguan pencernaan) 248 1.770 2.018

2 Bronchitis (radang cabang tenggorokan)

73 1.768 1.841

3 Hypertensi (tekanan darah tinggi) 149 1.500 1.649 4 Chronic Obstructive Pulmonary Disease (penyakit peru-paru) 96 1.440 1.536

5 Vulnus Laceratum (luka akibat goresan dan agak dalam) 87 1.300 1.387 6 Typhoid (tipus) 216 840 1.056 7 V. Excoriatie 78 964 1.042 8 Gastroenteritis (radang pencernaan) 157 798 955 9 Jantung Koroner (penyumbatan pembuluh darah) 92 689 781

10 Trauma Kapitis (cedera kepala)

89 670 759

11 Khock Pul Molum 73 503 576

12 Apendisitis (usus buntu) 65 178 243

13 Hepatitis (radang hati) 76 118 194

TOTAL 1.499 12.538 14.037 Sumber. Tapanuli dalam angka tahun 2010

2.3.1.10. Jenis-Jenis penyakit dan Jumlah Penderita

Jumlah tenaga kerja yang terdaftar di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(20)

Tabel 2.6. Jumlah Tenaga Kesehatan Tarutung

No Profesi Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 2

2 Dokter Spesialis -

3 Dokter Gigi 1

4 Medis 3

5 Paramedis Perawatan 78

6 Paramedis Non Perawatan 3

7 Non Kesehatan 6

8 Bidan 46

9 Akbid/ Academy of Obstctrics 20

10 Akper/ Academy of Nursing -

TOTAL 159

Sumber. Tapanuli Dalam Angka 2010

2.3.4. Data Fisik

(21)

Gambar2.1. Site Plan Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung

2.3.2.4. Foto-Foto Suasana Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung

Gambar 2.2. Foto Gedung ICCU

(22)

Gambar 2.4. Foto Gedung Instalasi Gizi

Gambar 2.5. Foto ruang rawat inap neurologie

Gambar 2.6. Foto Gedung Ibu dan Bayi

(23)

Gambar 2.7. Foto gedung instalasi bedah sentral

Gambar 2.8. Foto gedung rawat inap bedah

(24)

Gambar 2.10. Foto gedung transfusi darah

Gambar 2.12. Foto koridor rumah sakit

Gambar 2.11. Foto gedung poliklinik

(25)

2.3.2.3. Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung Bangunan Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung sudah sangat tua dan sudah banyak kerusakan. Fasilitasnya juga tidak memadai.

Gambar 2.13. Bekas rumah penduduk yang dijadikan sebagai kamar jenazah (atas) dan bangunan yang sudah rusak (bawah)

Rumah Sakit Umum Swadana (RSUD) Tarutung ternyata juga kurang diminati oleh masyrakat Tarutung, terutama golongan menengah ke atas. Pelayanan kesehatan RSU Tarutung, tidak asing lagi bagi masyarakat dengan sebutan dan tudingan miring. Beberapa masyarakat Tarutung berpendapat bahwa pelayanan RSU Tarutung tidak prima, alat-alat kesehatannya tidak lengkap, tenaga medis seperti dokter-dokter speialis sangat minim, dan kebersihan yang tidak menampilkan keindahan. Suasana rumah sakit umum Swadana Tarutung dapat kita lihat pada gambar berikut ini:

(26)

Gambar 2.14. Tanaman yang kurang dari segi perawatan dan penataannya

2.8.

Tinjauan Khusus

2.4.5. Deskripsi Proyek

Lokasi : Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Judul proyek : Rumah Sakit Umum Tarutung

Tema : Arsitektur Fungsional Sifat Proyek : Fiktif

Pemilik : Swasta Luas Lahan : ± 8 ha

Peraturan KLB: 1-4 lantai Peraturan KDB: 60%

(27)

2.4.6. Batas-Batas Site

Batas-batas site adalh sebagai berikut :

- Batas sebelah Utara : Desa Siwaluompu

- Batas sebelah Timur : Jalan Sisingamangaraja Tarutung - Batas sebelah Selatan: Gedung Sekolah SMU HKBP Tarutung - Batas sebelah Barat : Kompleks Akademi Keperawatan Tarutung

2.4.7. Lokasi Site

Gambar 2.15. Lokasi Site

Gambar. Peta Provinsi Sumater Utara

Gambar. Peta Kecamatan Tarutung

(28)

2.4.8. Kriteria Site

Kriteria pemilihan lokasi untuk Rumah Sakit Umum Tarutung yang akan direncanakan antara lain lokasi sesuai dengan arah pengembangan daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, lokasi terletak dekat dengan pusat pemerintahan, berada pada lokasi yang prasarana kotanya lengkap seperti telepon, air, listrik dan saluran pembuangan kota, terletak jauh dari pemukiman padat dan terletak di perbukitan sehingga udara yang diperoleh sejuk dan lokasi site terletak jauh dari jalan ramai sehingga dapat menghindari polusi udara karena sifat udara di rumah sakit harus bersih

2.9.

Studi Banding Proyek Sejenis

2.5.3. Rumah sakit St. Carolus Salemba, Jakarta

(29)

Lokasi : Jln. Salemba Raya 41 Jakarta Pusat Tahun Pengerjaan : 2008

Pemilik Proyek : St. Carolus Salemba Jakarta Kapasitas Bed : 420 TT

Luas Bangunan : 10.812 m2

Sumber : google.com

Luas Lahan : 11.347 m2

Partner Struktur : PT. Metromedia Elmeka Engineering

Konsep perancangan Masterplan RS St. Carolus Salemba ini ditekankan pada konsep pengembangan fasilitas dan fungsi di atas lahan yang terletak di tengah kawasan ibukota. Konsep ini juga diarahkan pada maksimalisasi pemanfaatan lahan yang ada, optimalisasi fungsi-fungsi dan penyesuaian zonasi, serta pentahapan pembangunan secara inkremental tanpa mengganggu pelayanan.

Konsep pengembangan dibagi menjadi dua aksis utama yaitu symbolic spine berupa ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru rumah sakit. Dan juga functional spine berfungsi sebagai aksis pelayanan dan sirkulasi rumah sakit. Sebagai jawaban atas berbagai tantangan yang berkaitan dengan kepadatan area urban metropolitan, strategi penataan lahan ditujukan untuk mempertahankan ruang hijau dengan luasan yang sangat memadai. lingkungan terbuka dengan ragam vegetasi ini berfungsi sebagai buffer zone, penahan dan peredam berbagai aktivitas kota yang berdampak pada beragam polusi.

Mengikuti arus perkembangan kebutuhan masyarakat urban metropolitan dengan segala aspek dan urgensinya, gugus gugus bangunan tampil saling bertaut dalam citra modern, bersih serta efisien sebagai bagian dari misi dari sebuah lembaga penyedia layanan kesehatan. Citra bangunan yang modern terlihat dari permainan double facade, dengan penggunaan material kaca dan metal, namun tetap memperhatikan sisi-sisi tropis bangunan dengan adanya penggunaan shading.

Meski demikian, konsep yang digunakan dalam pengolahan massa bangunan tetap memberikan ruang dan mempertahankan citra klasik

(30)

kawasan Salemba kawasan memorabilia kebanggaan Jakarta, sehingga diantara penyelesaian modern itu masih ditampilkan gagasan asli kompleks lama yang bisa dirasakan misalnya pada gerbang sirkulasi dan penyelesaian bentuk atap, sehingga memberikan memori kepada warga akan keberadaan salah satu rumah sakit terkemuka di Jakarta.

2.5.4. Women and Children's Hospital

Gambar 2.17. Fasad Rumah Sakit St. Carolus Salemba, Jakarta

Sumber : google.com

Lokasi : Jln. Golf Gading Boulevard Jakarta Tahun Pengerjaan : 2008

Pemberi Tugas : PT. Bhakti Karya Vita Kapasitas Bed : 55 TT

Luas Bangunan : 1.024 m2

Luas Lahan : 11.347 m2

Jumlah Lantai : 4

Partner Struktur : PT. Metromedia Elmeka Engineering Partner ME : PT. Metromedia Elmeka Engineering Partner Interior Designer : Sindhu Leni andAssociates

(31)

Woman and Children's Health Care St. Carolus Summarecon merupakan rumah sakit dengan target pelayanan khusus dimana seluruh fasilitas fungsi dan ruang diwadahi dalam sebuah gugus bangunan 4 lantai. Bangunan utama 4 lantai ini dikembangkan dengan menitikberatkan pada aspek efisiensi lahan.

Luasan bangunan hanya memakai kurang dari 10 % dari luas keseluruhan lahan. Pendekatan ini menghasilkan ruang hijau yang berfungsi sebagai sarana parkir dan sirkulasi kendaraan yang cukup luas, serta memberikan kemungkinan pengembangan kapasitas bangunan di masa yang akan datang dengan menggunakan lahan yang masih tersedia tersebut.

Kelancaran sirkulasi kendaraan dan nuansa hijau menjadi fokus berikutnya dalam pengembangan RS St Carolus Summarecon Serpong ini. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah parkir on ground serta pepohonan yang berada pada area parkir tersebut. Penampilan modern minimalis yang dipadu dengan pengolahan tekstur disertai oleh material dimaksudkan untuk menyampaikan sitra profesionalisme serta stndar pelayanan yang disediakan.

Di lantai dasar merupakan zona diagnostik dan pediatrik. Lantai 1 menjadi area untuk poliklinik, VK, dan OK. IRNA menempati lantai 2 dan 3, terdiri dari IRNA kelas VVIP, VIP, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Fasilitas ini dilengkapi pula dengan ruang bermain untuk anak serta ruang bayi.

Gambar

Tabel  2.1.  Daftar  kecamatan  beserta  jumlah  desa  dan  kelurahan  yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara
Tabel 2.2. Rencana sistem kota Kabupaten Tapanuli Utara
Tabel 2.3. Jumlah sarana kesehatan menurut kecamatan dan  jenis sarana  No  Kecamatan  Rumah Sakit  Umum  Puskesmas   Pus-kesmas   Pem-bantu   Pon-dok  Bersalin  Desa/  Polik linik   Posy-andu Bi-asa Rawat Nginap  1  Parmonangan  -  2  -  3  10  23  2  Adi
Tabel  2.4.  Jumlah  Tempat  Tidur  rawat  inap  Rumah  Sakit  Umum  Swadana Daerah Tarutung Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengamati pada saat guru PPKn melaksanakan kegiatan Pembelajaran, penelitian menggunakan lembar observasi yang berisi seluruh komponen-komponen kemampuan guru

Dilihat dari faktor tenaga pengajar, hal-hal yang menyebabkan belum lancarnya pelaksanaan promosi jabatan fungsional tenaga pengajar tetap yayasan pada UMB jika dibandingkan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ZPT NAA (Naphtalene Acetic Acid) mempengaruhi pertumbuhan (tinggi tanaman, diameter kanopi dan jumlah cabang)

Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami konsep matematika yang disampaikan guru, perlu adanya

keragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki. kompleksitas yang tinggi karena terjadi interkasi yang tinggi antar

Hal yang menarik dari penelitian ini yakni tidak adanya perbedaan keterlibatan ayah yang memiliki istri bekerja dan tidak bekerja padahal dalam keluarga dengan ibu

Fakultas Pascasarjana, Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA), Jl. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengaruh sikap berbahasa dan daya kreativitas secara bersama-sama

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Good Governance, dan Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada