• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keluarga adalah unit yang paling kecil dalam masyarakat yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keluarga adalah unit yang paling kecil dalam masyarakat yang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1 Pengertian keluarga

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 87 tahun 2014 pasal 1, keluarga adalah unit yang paling kecil dalam masyarakat yang padanyaterdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Keluarga memiliki beberapa karakteristik, yaitu (Setiawan, 2016) : 1. Terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan, atau adopsi.

2. Umumnya anggota keluarga tinggal bersama atau jika tidak tinggal bersama maka saling memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing masing memiliki kedudukannya masing masing.

4. Memiliki tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota. 2.1.2 Fungsi keluarga

Fungsi keluarga merupakan suatu aspek penting dalam lingkungan keluarga yang mempengaruhi kesehatan seseorang secara fisik, emosional dan sosial (Ghamari, 2012).

(2)

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang pengelompokan fungsi keluarga, antara lain :

Menurut Friedman (1998), sebagaimana dikutip dalam Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga tahun 2016, terdapat 5 fungsi keluarga yaitu:

a. Fungsi afective (The Affective Function)

Adalah fungsi keluarga yang utama, untuk mengajarkan segala sesuatu guna mempersiapkan anggota keluarga berinteraksi dengan orang lain atau bersosialisasi, dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Merupakan proses perubahan dan perkembangan yang dilewati oleh individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak seseorang lahirke dunia. Fungsi ini untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai - nilai budaya keluarga.

c. Fungsi reproduksi ( The Reproduction Function)

Adalah fungsi keluarga untuk melindungi generasi dan menjaga kontinuitas keturunan dari suatu keluarga..

(3)

Yaitu keluarga memiliki fungsi untuk melengkapi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan keluargamerupakantempat untuk mengembangkan kemampuan individu sehingga meningkatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care

Function)

Adalah untuk menjaga keadaan kesehatan anggota keluarga sehingga memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini kemudiandikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.

2.1.3 Alat ukur fungsi keluarga

APGAR keluarga dikembangkan tahun 1978 oleh Smilkstein, merupakan kuesioner 5 item, yang mengukur lima konsep yaitu: “Adaptation”, “Partnership”, “Growth”, “affection”, dan “Resolve”. Untuk menilai fungsi dari suatu keluarga maka, digunakan APGAR Keluarga (Apgar Family). APGAR sendiri hanya terdiri dari lima pertanyaan sehingga relatif mudah dijawab dan dikelola (Takenaka & Ban, 2016) . Masing - masing konsep tersebut dapat dijelaskan, yaitu (Balgis,2009 yang dikutip dalam Setiawan, Febri Endra Budi, 2016) : a. Adaptasi (Adaptation)

Merupakan tingkat kepuasan antar anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukannya dari anggota keluarga lainnya.

(4)

b. Kemitraaan (Partnership)

Adalah tingkat kepuasan anggota keluarga dalam berkomunikasi, bermusyawarah yang berguna untuk mengambil keputusan dan atau mengatasi suatu masalah yang sedang terjadi pada anggota keluarga. Kemitraan adalah penarikan keputusan dan membina tanggungjawab anggota keluarga.

c. Pertumbuhan (Growth)

Adalah tingkat kepuasan anggota keluarga dalam kebebasan yang diberikan untuk mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.

d. Kasih sayang (Affection)

Merupakan tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang dan interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga. Kasih sayang adalah hubungan saling peduli antar anggota keluarga.

e. Kebersamaan (Resolve)

Kebersamaan merupakan tingkat Kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga. Kebersamaan merupakan suatu komitmen untuk memberikan kesempatan antar anggota keluarga untuk perawatan fisik dan emosional.

(5)

Adapun skoring yang digunakan dalam mengukur fungsi keluarga menggunakan indikator keluarga APGAR adalah skala 3 poin (Smilkstein, 1978):

1) Skor 0 : jika anggota keluarga merasa hampir tidak pernah merasa puas,

2) Skor 1 : jika kadang kadang merasa puas, dan 3) Skor 2 : jika hampir selalu merasa puas.

Skor total untuk menilai fungsi keluarga adalah antara 0 hingga 10 dengan skor makin tinggi menunjukkan kepuasan yang lebih tinggi terhadap keluarganya

1) Skor 0 - 3 : menunjukkan disfungsi keluarga yang parah (tidak baik)

2) Skor 4 - 7 :menunjukkan disfungsi keluarga sedang (kurang baik) 3) Skor 8 – 10 : menunjukkan fungsi keluarga baik.

Fungsi keluarga terdiri dari beberapa komponen yang mana berperan dalam keberlangsungan suatu keluarga. Fungsi keluarga dapat dinilai dengan SCREEM. Adapun SCREEM terdiri dari beberapa komponen yaitu (Dewi, 2016) :

1. Sosial (Social)

Interaksi sosial merupakan bukti bahwa antar anggota keluarga dapat berinteraksi dengan baik dengan anggota kelompok

(6)

sosial lain seperti kelompok pertemanan, kelompok olahraga, dan kelompok komunitas lain.

2. kebudayaan (Cultural)

Adalah kebanggaan atau kepuasan terhadap budaya. Kebanggaan / kepuasan terhadap budaya ini dapat di idenifikasi, khususnya pada kelompok etnis yang berbeda.

3. Agama (Religious)

Agama atau kepercayaan menawarkan pengalaman spiritual yang memuaskan dan interaksi dengan dukungan keluarga lain. 4. Ekonomi (Economy)

Stabilitas ekonomi cukup untuk menyediakan kepuasan yang berhubungan dengan status keuangan dan kemampuan untuk menyatukan permintaan ekonomi sesuai dengan norma kehidupan. 5. Pendidikan (Education)

Pendidikan dari anggota keluarga cukup untuk mengijinkan anggota keluarga untuk memecahkan atau memahami sebagian besar masalah yang muncul dalam kehidupan sehari hari yang dibangun oleh keluarga.

6. Layanan Kesehatan (Medical)

Perawatan kesehatan tersedia melalui alur yang mana secara mudah terbangun dan pengalaman sebelumnya telah terbukti memuaskan.

(7)

Family SCREEM terdiri dari 12 pertanyaan singkat yang

masing – masing mewakili dari domain SCREEM. Setiap item diberi skor dari 0 hingga 3 menggunakan kunci berikut : sangat setuju = 3, setuju = 2, tidak setuju = 1, sangat tidak setuju = 0. Skor berkisar dari 0 hingga 36 untuk skor total dan dari 0 hingga 6 untuk subskala Sosial, Budaya, Agama, Ekonomi, Pendidikan dan Medis. Total skor SCREEM RES dikelompokkan menjadi : Kurang = 0 hingga 12, Cukup = 13 hingga 24, baik = 25 hingga 36 (Medina Jr., 2010).

2.2 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes adalah sekelompok sindrom metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemi yang dikarenakan defek insulin, kerja insulin, atau keduanya (ADA, 2014).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan endokrin yang disebabkan oleh ketidakmampuan memproduksi atau menggunakan insulin (Tortora & Derrickson, 2014) , Merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan heterogenitas dari metabolisme, penyebabnya dikarenakan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin, maupun keduanya (Kerner & Brückel, 2014).

Menurut Pusat Data dan Informasi Kesehatan Republik Indonesia, Diabetes Mellitus atau Diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik menahun dikarenakan pankreas tidak mampu memproduksi cukup insulin

(8)

untuk tubuh maupun tubuh tidak bisa menggunakan insulin yang telah diproduksi (infodatin, 2014).

2.3 Klasifikasi

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

a) Diabetes yang diperantarai imun

Biasanya menyerang pada 5-10% pasien diabetes. Diabetes tipe 1 ini muncul karena ada perantara sel autoimun yang rusak di sel ß pankreas. Marker dari autoimun sel ßpankreas yang rusak antara lain autoantibodi sel islet, autoantibodi untuk insulin, autoantibodi untuk GAD (GAD65), dan autoantibodi untuk thyrosin phosphatase IA-2 dan IA-2ß. Marker tersebut Merupakan marker yang sering ditemukan (80-90%) pada seseorang saat hiperglikemik puasa pertama ditemukan. Tipe diabetes ini juga berhubungan kuat dengan Human Leucocyte Antigen (HLA) yang dipengaruhi oleh gen DRB dengan keterkaitan gen DQA dan DQB. Kerusakan sel ß pankreas biasanya lebih cepat pada anak anak dan remaja dibandingkan dengan usia lanjut (ADA, 2014).

b) Diabetes idiopatik

Hanya minoritas pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 yang mengalami hal ini. Diabetes idiopatik berarti tidak diketahuinya etiologi dari diabetes tipe 1 itu sendiri. Beberapa pasien diketahui memiliki insulopenia permanen dan rentan terhadap ketoasidosis, tapi tidak ditemukannya hubungan dengan autoimunitas (ADA, 2014)

(9)

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada diabetes tipe ini menyerang 80-90% pasien dengan diabetes. Diabetes Mellitus Tipe 2 biasanya menyerang usia pertengahan sampai usia lanjut dan memiliki status gizi overweight, terlebih lagi jika pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes mellitus tipe 2 (Kerner & Brückel, 2014) . Sekresi insulin biasanya berlebih atau normal tetapi kemampuan sel sasaran atau sel target terhadap insulin justru menurun (Sherwood, 2016). Menurut infodatin, diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh (infodatin, 2014).

3. Diabetes Mellitus tipe spesifik lain

Menurut PERKENI, diabetes tipe ini bisa didasarkan beberapa etiologi antara lain : defek genetik fungsi sel ß, kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, dan sindrom lain yang bisa menyebabkan diabetes (Soelistijo, et al., 2015). 4. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus gestasional adalah setiap derajat intoleransi glukosa yang didapat pertama kali selama kehamilan (ADA, 2014).

Sedangkan Menurut kerner (Kerner & Brückel, 2014) , seseorang di diagnosis dengan diabetes mellitus gestasional jika memenuhi satu atau lebih dari kriteria antara lain :

1. Plasma vena saat puasa ≥92 mg/dl dan ≥ 5,1 mmol/l 2. Saat 60 menit ≥180 mg/dl dan ≥ 10.0 mmol/l

(10)

3. Saat 120 menit ≥ 153 mg/dl dan ≥8.5 mmol/l 2.4 Diabetes Mellitus Tipe 2

2.4.1 Definisi

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) merupkan penyakit diabetes yang paling sering ditemui dan sering terkait dengan riwayat keluarga yang menderita Diabetes, usia tua, jarang berolahraga dan juga sering dikaitkan dengan obesitas (Baynest, 2015) . DMT2 meliputi individu yang memiliki resistensi insulin dan kekurangan insulin yang terjadi tidak bersifat absolut atau relatif. Sifat tersebut setidaknya dijumpai pada awal dari diabetes, dan seringkali sepanjang hidup pasien. Individu yang menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 ini mungkin tidak memerlukan perawatan insulin selama hidupnya (American Diabetes Association, 2015)

2.4.2 Patogenesis

Diabetes Mellitus Tipe 2 terjadi karena penurunan sensitivitas reseptor insulin pada jaringan target atau yang biasa disebut resistensi insulin, sehingga insulin tidak bisa mengaktifkan reseptor target yang menyebabkan tidak adanya efek metabolik. (Costanzo, 2018) . Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan resistensi insulin, antara lain (Hall, 2016) :

a) Obesitas/overweight (terutama kelebihan adipositas viseral)

Obesitas memiliki keterkaitan yang erat dengan Diabetes Mellitus Tipe 2, karena obesitas sering mengeksaserbasi keadaan

(11)

diabetes, sebaliknya pada banyak kasus, seseorang yang mengalami penurunan berat badan seringkali mengarah pada perbaikan diabetes (Harsh, 2015).

b) Kelebihan glukokorticoid , hormon pertumbuhan (akromegali) c) Kehamilan,diabetes gestasional

d) Penyakit ovarium polikistik

e) Lipodistrofi (didapat atau genetik; berhubungan dikarenakan akibat dari akumulasi lipid atau lemak di hepar)

f) Auto antibodi terhadap reseptor insulin g) Mutasi oleh reseptor insulin, PPARγ

h) Mutasi yang menyebabkan obesitas genetik i) Hemokromatosis

2.4.3 Manifestasi klinis

Pada Diabetes Mellitus Tipe 2 dapat bermanifestasi klinis sama seperti Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT-1), yaitu poliuria, dan polidipsia. Namun berbeda dengan DMT-1, penyakit DMT2 sering diderita oleh usia yang lebih tua dari 40 tahun dan sering mengalami obesitas. Jika dalam keadaan dimana tubuh tidak dapat mengkompensasi penyakit, maka pasien dapat mengalami koma asidosis non ketotik hiperosmolar dikarenakan dehidrasi berat akibat diuresis osmotik berkelanjutan dan hiperglikemia kronis. Selain itu pada DMT2, pada awalnya terjadi peningkatan insulin darah dan kemudian lama kelamaan jika dibiarkan

(12)

akan terjadi penurunan insulin darah yang abnormal maupun sedang (Kumar, et al., 2013)

2.4.4. Faktor risiko

Faktor risiko dari Diabetes Mellitus Tipe 2 antara lain adalah (Baynest, 2015) :

a. Resistensi Insulin

Biasanya berhubungan dengan keadaan obesitas pada pasien. b. Riwayat Keluarga DMT2

c. Berdasarkan etnis

Afrika-Amerika, Kepulauan Pasifik, Penduduk asli Amerika, dan Bangsa Pertama Kanada.

d. Diabetes Gestasional e. Kurangnya aktivitas fisik f. Diet tinggi kalori

Selain faktor – faktor yang disebutkan diatas terdapat faktor risiko lain yaitu (Goyal & Jialal, 2018): seorang dengan usia diatas 40 tahun, orang yang kelebihan berat badan atau overweight atau obesitas dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) lebih besar atau sama dengn 25 kg/m² atau 23 kg/m² pada orang Asia Amerika, Riwayat penyakit kardiovaskuler, hipertensi, rendahnya kolesterol High Density

(13)

2.4.5 Diagnosis

Diagnosis DMT2 dikelompokkan menjadi dua, yaitu adanya gejala khas Diabetes Mellitus dan tidak adanya gejala Diabetes Mellitus. Gejala khas DM yang dimaksud adalah poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan yang menurun tanpa sebab yang jelas. Sedangkan gejala tidak khas dari DM adalah lemas, kesemutan, pandangan kabur, luka yang tidak kunjung sembuh, disfungsi ereksi pada pria, gatal,

pruritus (gatal) vulva pada wanita. Untuk memastikan bahwa

ditemukan adanya gejala khas, maka cukup dilakukan satu kali pemeriksaan gula darah abnormal. Sebaliknya, jika tidak ditemukan adanya gejala khas DM, maka gula darah abnormal di periksa sebanyak dua kali (Setiati, et al., 2014).

2.4.6 Tatalaksana 1. Edukasi

Tatalaksana dalam bentuk edukasi ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pasien Diabetes Mellitus. Adapun edukasi ini dilakukan dalam 2 tingkat materi, yaitu materi awal dan materi lanjutan. Materi awal dilkukan di Pelayanan Kesehatan Primer, materi tingkat awal menjelaskan bagaimana pelaksanaan preventif dan mengatasi penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2. Sedangkan pada materi tingkat lanjutan, lebih mengarah ke pengetahuan tentang komplikasi dan cara untuk menangani komplikasi tersebut, adapun

(14)

materi tingkat lanjutan ini dilaksnakan di Pelayanan kesehatan sekunder atau tersier (Soelistijo, et al., 2015).

2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Tujuan terapi nutrisi menurut Amerian Diabetes Assosiation (ADA, 2014) adalah untuk mempromosikan dan mendukung pola makan yang sehat, makanan padat nutrisi dengan ukuran yang sesuai dan untuk meningkatkan kesehatan, khususnya untuk mendapatkan lipid individual, glikemik kontrol dan tekanan darah yang normal, untuk menunda atau mengurangi risiko komplikasi diabetes mellitus, dan mencapai sekaligus mengatur berat badan yang sesuai (normal).

Komposisi makan yang dianjurkan (Soelistijo, et al., 2015) : a. Karbohidrat

Konsumsi karbohidrat yang dianjurkan adalah sebesar 45% sampai 60% dari total energi dan dianjurkan makanan yang tinggi serat. konsumsi glukosa tidak lebih dari 5% kebutuhan energi (Waspadji & Suyono, 2018) . Fruktosa tidak boleh berlebih karena akan meningkatkan kadar Low

Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan penggunaan glukosa dalam bumbu masih diperbolehkan, alternatif pengganti glukosa dipebolehkan asalkan tidak melebihi batas konsumsi harian pasien. Untuk pembatasan kalori sejumlah kurang dari 130 g/hari tidak dianjurkan.

(15)

b. Lemak

Asupan lemak yang dianjurkan adalah 20% sampai 25% kebutuhan kalori, makanan mengandung lemak yang perlu dibatasi adalah yang memiliki kandungan lemak jenuh dan trans yaitu daging berlemak dan susu fullcream. c. Protein

Untuk kebutuhan protein yang dianjurkan adalah sebesar 10-20% kebutuhan kalori, sumber protein yang baik antara lain adalah ikan, kedelai, kacang-kacangan, daging tanpa lemak, tahu dan juga tempe. Khusus bagi pasien denga nefropati diabetik diperlukan penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB perhari (10% kebutuhan energi), 65% diantaranya bernilai biologik tinggi. Pengecualian pada pasien diabetes mellitus yang mtelah menjalani hemodialisa yaitu 1-1,2 g/kgBB untuk perharinya.

d. Natrium

Pemberian natrium untuk pasien diabetes sama dengan orang sehat pada umumnya yaitu sebesar kurang dari 2300 mg perhari, namun jika menderita hipertensi maka konsumsi dari tiap individu perlu diturunkan.

Pengaturan keseimbangan energi ditujukan bagi orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas dengan diabetes

(16)

mellitus tipe 2, mengurangi asupan energi sambil mempertahankan pola makan yang sehat dianjurkan untuk melakukan penurunan berat badan. Penurunan berat badan yang sederhana dapat memberikan manfaat klinis (peningkatan glikemia, tekanan darah, dan atau lipid) pada beberapa individu dengan diabetes, terutama dalam awal proses penyakit. Direkomendasikan untuk mencapai penurunan berat badan sederhana, intervensi gaya hidup intensif (konseling tentang terapi nutrisi, aktivitas fisik, dan perubahan perilaku) dengan dukungan berkelanjutan (Evert, et al., 2014).

3. Jasmani

Olahraga atau kegiatan jasmani perlu dilakukan pada pasien pasien diabetes mellitus tipe 2 yang tidak menderita nefropati. Aktivitas fisik yang dilakukan bisa tiga sampai lima kali perminggunya, dan tiap kali melakukan kegiatan jasmani waktu yang diperlukan cukup 30 sampai 45 menit atau 150 menit perminggunya. Kegiatan jasmani yang disarankan adalah olahraga jenis aerobik dengan intensitas sedang, contohnya yaitu : berjalan cepat, bersepeda santai, berenang, dan jogging. Sebelum melakukan kegiatan jasmani perlu dilakukan pengukuran gula darah, jika gula darah yang terukur adalah 100 mg/dl maka perlu ditambahkan asupan karbohidrat sebelum pasien DMT2 melakukan kegiatan jasmani, namun jika gula darah yang terukur lebih dari

(17)

250 mg/dl, pasien diharuskan untuk menunda kegiatan jasmaninya terlebih dahulu. Selain olahraga aerobik, pasien DMT2 juga direkomendasikan untuk melakukan latihan beban yaitu 2-3 kali perminggu, namun ini dilakukan jika pasien tidak mengalami komplikasi (Soelistijo, et al., 2015).

4. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi dapat berupa 2 sediaan yaitu terapi oral dan juga terapi injeksi (suntikan). Terapi oral ada dibedakan menjadi 5 golongan berdasarkan mekanisme kerjanya, anara lain (Soelistijo, et al., 2015):

a. Obat yang mekanismenya sebagai pemacu sekresi insulin antara lain: sulfonilurea dan glinid

b. Obat yang meningkatkan sensitivitas terhadap insulin antara lain : metformin, tiazolindion (TZD)

c. Obat yang merupakan penghambat absorbsi glukosa di saluran pencernaan antara lain: alfa glukosidase (contoh: acarbose);Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase IV), contoh: stagliptin dan linagliptin; Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2), contoh : canagliflozin. Sedangkan obat antihiperglikemia suntik antara lain insulin, agonis GLP-1, dan kombinasi antara insulin dan agonis GLP-1.

(18)

2.5 Ketepatan Diet

Diet adalah faktor risiko utama yang terkait dengan gaya hidup dan berperan dalam berbagai penyakit kronis (Shim, et al., 2014) . Diet padat nutrisi memiliki keterkaitan dalam menurunkan risiko penyebab mortalitas (Streppel, et al., 2014). Sedangkan pengelolaan diet yang tepat adalah kesesuaian dalam jumlah makan, jenis dan jumlah kalori, terutama bagi pasien yang mengonsumsi obat. Makan sehari hari dianjurkan untuk seperti biasanya yaitu tiga kali sehari dan diupayakan selingan yaitu dua kali seperti buah atau makanan lain sebagai pelengkap kebutuhan kalori perhari (Soelistijo, et al., 2015).

Menurut Wisconsin Department of Health Services (2010), Diet dan nutrisi yang cukup, tepat dan aman adalah konsumsi makanan yang bergizi sepanjang hidupnya serta mendukung pertumbuhan, perkembangan dan meningkatkan kesejahteraan baik fisik, emosional dan sosial bagi semua orang.

Standar diet diabetes bisa digunakan baik pada pasien diabetes maupun pasien yang sehat sesuai kalori yang dibutuhkan. Konsumsi suplemen vitamin tidak diperlukan kecuali pada pasien lanjut usia, ibu hamil, vegetarian ketat, dan diet rendah kalori. Disebutkan bahwa terdapat delapan jenis standar diet menurut kandungan energinya, adapun rentang energinya adalah 1100 sampai 2500 kkal. Jumlah kalori yaitu 1100 kalori sampai dengan 1500 kkal untuk pasien diabetes yang gemuk, Parameter diet untuk pasien diabetes dengan berat badan sesuai (normal) dan 2100 sampai dengan 2500 kkal bagi pasien diabetes kurus (Waspadji & Suyono, 2018).

(19)

Menurut Waspadji (Waspadji, 2004), pasien diabetes harus memperhatikan 3 J (Jumlah, Jadwal, Jenis) dalam melaksanankan diet yaitu:

1. Jumlah kalori yang dibutuhkan

Jumlah energi yang dibutuhkan oleh pasien diabetes mellitus berbeda dengan orang tanpa diabetes mellitus. Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk pria. Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan komposisi tersebut di atas, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya (Soebagijo, et al., 2015).

Total energi diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Satu gram karbohidrat dan protein masing – masing menghasilkan 4 kkal dan 1gram lemak menghasilkan 9 kkal. Proporsi masing – masing dalam total energi adalah 55 – 60% dari karbohidrat, 12 – 20% dari protein dan lemak kurang dari 30%. Kebutuhan energi dapat ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan metabolisme basal sebesar 25 -35 kkal per kg berat badan normal, ditambah dengan kebutuhan aktifitas fisik dan keadaan khusus (misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi). Menurut PERKENI 2015 (Soebagijo, et al., 2015) , terdapat bebrapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan pasien DM, antara lain yatu dengan menghitung kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan, ditambah atau dikurangi berdasar pada beberapa faktor yaitu:

(20)

jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut :

Berat Badan Ideal (BBI) = 90% x (TB dalam cm – 100) 1 kg

Dengan catatan bagi pria dengan tinggi badan <160 cm dan wanita <150 cm, rumus dimodifikasi menjadi :

Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm 100) x 1 kg. 1. BB Normal : BBR 90 – 110%

2. Kurus : BBR < 90% 3. Gemuk : BBR >110% 4. Obesitas : BBR ≥120%

Dalam praktek, pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk diabetes yang bekerja biasa adalah :

1. Kurus : BB x 40 – 60% kalori sehari 2. Normal : BB x 30% kalori sehari 3. Gemuk : BB x 20% kalori sehari 4. Obesitas : 10 – 25% kalori sehari

Ada cara lain yang digunakan untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes seperti yang dikemukakan oleh

Waspadji, 2004 (Waspadji, 2004) yaitu:

1. Menghitung kebutuhan basal terlebih dahulu dengan mengalikan berat badan idaman (ideal) dengan sejumlah kalori:

a. Untuk laki – laki : BBI (kg) x 30 Kkal b. Untuk perempuan : BBI (kg) x 25 kkal

(21)

Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari – hari.

a. Kerja ringan : +10% dari kalori basal b. Kerja sedang : +20% dari kalori basal c. Kerja berat 40 – 100% dari kalori basal Tabel 2.1 Jenis Aktivitas

(Suyono, Slamet et al., 2018)

Faktor – faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain : a. Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori wanita lebih kecil dari pada pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg dan kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kg.

b. Umur

Untuk diabetisi usia 40 – 59 tahun kebutuhan kalori dikurang 5%, untuk diabetisi usia 60 – 69 kebutuhan kalori dikurangi 10% dan untuk diabetisi usia lebih dari 70 tahun kebutuhan kalori dikurangi 20%.

c. Aktifitas Fisik

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intesitas aktifitas fisik. Penambahan sejumlah 10%dari kebutuhan basal pada

Ringan Sedang Berat

Mengendarai mobil Memancing

Kerja Lab Kerja Sekretaris Mengajar

Kerja rumah tangga Bersepeda Bowling Jalan cepat Berkebun Aerobic Bersepeda Memanjat Menari Lari

(22)

keadaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktifitas ringan, 30% dengan aktifitas sedang, dan pada pasien dengan aktifitas berat dapat ditambahkan 50%

d. Berat Badan

Bila kegemukan dikurangi sekitar 20 – 30% tergantung tingkat kegemukan. Apabila kurus ditambah 20 – 30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan berat badan.

e. Kondisi Khusus

Pasien dengan kondisi khusus, misalnya dengan ulkus diabetika atau infeksi dapat ditambah 10 – 20%.

2. Jadwal makan yang harus diikuti

Menurut Perkumpulan Endokronologi Indonesia (Soelistijo, et al., 2015) Prinsip dasar pengaturan jadwal makan pada penederita DM tipe 2 adalah tiga kali makan utama dan tiga kali makan selingan yang diberikan dalam interval kurang lebih tiga jam. Jenis makanan yang harus diperhatikan :

a. Karbohidrat

Jumlah asupan total karbohidrat pada pasien diabetes melitus tidah boleh melebihi 50 – 60% dari total asupan energi (Arisman, 2010). Jenis karbohidrat yang diutamakan untuk dikonsumsi jenis karbohidrat komlpeks karena selain merupakan sumber serat juga banyak mengandung vitamin. Adapun jenis karbohidrat kompleks antara lain nasi, roti tawar, jagung, sereal, kentang, ubi, singkong, tepung terigu, sagu dan tepung singkong. Jenis karbohidrat sederhana harus dibatasi

(23)

oleh diabetisi karena karbohidrat sederhana lebih cepat dicerna dan diserap sehingga membuat kadar glukosa darah meningkat dengan cepat dan tinggi mengakibatkan keadaan hyperglikemia.

Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah indeks glikemik makanan. Indeks glikemik makanan adalah efek langsung dari makanan terhadap kadar gula darah. Makanan dengan indeks glikemik tinggi akan cepat dipecah di saluran pencernaan dan akan melepaskan glukosa secara langsung ke dalam darah sehingga dapat terjadi peningkatan kadar gluosa darah dengan cepat

b. Protein

Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 0,8 – 1 g per kg berat badan atau setara dengan 12% – 20 dari total energi. Apabila diabetes mellitus tidak ditangani dengan baik dan mengabaikan jumlah asupan protein yang berlebihan akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada organ ginjal. Rendahnya aktifitas insulin akan menghambat sisntesis protein, oleh karena itu kecukupan asupan protein dibutuhkan untuk mempertahankan sintesis protein.

c. Lemak

Lemak total yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 30% total energi dengan komposisi 10% dari lemah tak jenuh ganda, 10% dari lemak tak jenuh tunggal dan 10 dari lemak jenuh. Sumber asam lemak tak jenuh adalah minyak zaitun, biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak jagung, minyak kacang kedelai .

(24)

d. Serat

Serat larut air dapat mempengaruhi kadar glukosa dan insulin dengan menaikkannya secara perlahan setelah makan. Makanan yang mengandung 20gram serat larut air per hari ketika dikonsumsi bersamaan dengan karbohidrat dapat menurunkan LDLn secara cepat. Seseorang dengan diabetes dianjurkan untuk mengkonsumsi minimum 14 gram serat per 1000 kkal (B. Evert, et al., 2019).

Referensi

Dokumen terkait

Total bunga yang harus dibayar selama 3 tahun = Rp 2.520.000,- dan total pembayaran selama 3 tahun Rp 7.520.000,-.Jadi walaupun bunga bulanannya rendah tetapi karena

1) Langkah pertama yang ditempuh yaitu siswa selama 3 bulan mengikuti training/kaderisasi, dalam hal ini siswa yang berpotensi diberi kepercayaan untuk membantu

Dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka dipandang penting adanya pengembangan model permainan penjasorkes yang perlu dilakukan di SMP N 1 Leksono, oleh karena itu

Membran tanpa penambahan Pluronic ® (Gambar 3) tidak berpori pada lapisan atas dan lapisan bawah membentuk seperti jari yang mengakibatkan etanol bisa terjebak

Sejalan dengan pembangunan sarana dan prasarana umum tersebut, dibangun pula Perguruan Tinggi yang sudah lama menjadi cita-cita rakyat Riau yaitu Universitas Riau pada tanggal

Pemanfaatan Ekstrak dan Uji Stabilitas Zat Warna dari Bunga Nusa Indah Merah (Musaenda frondosa), Bunga Mawar Merah (Rosa), dan Bunga Karamunting (Melastoma malabathricum)

Teknik spyware yang bertujuan untuk memonitor dan merekam semua paket data yang melewati jaringan dikenal dengan.. Teknik spyware yang bertujuan untuk mengubah paket data

Dalam Sistem PLTS-PV, baterai biasanya digunakan untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh modul PV pada siang hari yang kemudian digunakan untuk memasok listrik yang