• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK TAHU KACANG TUNGGAK DENGAN PEMANFAATAN SARI JERUK NIPIS Analisis Kandungan Protein Dan Uji Organoleptik Tahu Kacang Tunggak Dengan Pemanfaatan Sari Jeruk Nipis Dan Belimbing Wuluh Sebagai Koagulan Dan Penga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK TAHU KACANG TUNGGAK DENGAN PEMANFAATAN SARI JERUK NIPIS Analisis Kandungan Protein Dan Uji Organoleptik Tahu Kacang Tunggak Dengan Pemanfaatan Sari Jeruk Nipis Dan Belimbing Wuluh Sebagai Koagulan Dan Penga"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNG KACANG TUNGGAK DAN BELIMBING W

Pr

PROGR

FAKULTAS

UNIVERSI

NGAN PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK AK DENGAN PEMANFAATAN SARI JERUK WULUH SEBAGAI KOAGULAN DAN PENG

ALAMI

NASKAH PUBLIKASI

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun Oleh:

FISKA YENI RAHMAWATI

A 420090096

GRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

(2)
(3)

ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK TAHU KACANG TUNGGAK DENGAN PEMANFAATAN SARI JERUK NIPIS DAN BELIMBING WULUH SEBAGAI KOAGULAN DAN PENGAWET

ALAMI

Fiska Yeni Rahmawati, A420090096, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 44 halaman.

ABSTRAK

Tahu terbuat dari kacang kedelai import. Banyak tahu yang ditemukan masyarakat menggunakan formalin sebagai pengawet. Kacang tunggak memiliki kadar protein 22,9g/100g. Kacang tunggak dapat digunakan sebagai bahan pengganti kacang kedelai. Dalam memperpanjang umur simpan tahu dapat digunakan jeruk nipis dan belimbing wuluh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kandungan Protein dan Uji Organoleptik Tahu Kacang Tunggak dengan Menggunakan Sari Jeruk Nipis dan Belimbing Wuluh sebagai Koagulan dan sebagai Pengawet Makanan Alami. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap(RAL) menggunakan dua faktor perlakuan, yakni faktor I (Ekstrak) yang terdiri dari jeruk nipis dan belimbing wuluh dan faktor II (Konsentrasi) yang terdiri dari 20ml dan 40ml. Pengamatan meliputi uji organoleptik (warna, rasa, aroma, tekstur dan daya terima), uji protein dan uji daya simpan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan ekstrak dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kadar protein dan uji organoleptik, namun tidak terdapat pengaruh nyata pada daya simpan tahu. Perlakuan yang paling efektif berdasarkan uji organoleptik dan daya simpan tahu kacang tunggak adalah perlakuan E2.K2 karena tahu kacang tunggak yang dihasilkan memiliki warna

agak putih, rasa kurang asam, aroma agak khas kacang tunggak dengan daya terima panelis yakni suka serta daya simpan selama 3 hari. Perlakuan yang paling efektif berdasarkan uji kadar protein yakni perlakuan E1.K1 kadar proteinnya

sebesar 16,7%.

(4)

A. Pendahuluan

Tahu merupakan produk olahan kacang kedelai yang memiliki

kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

Kacang kedelai yang digunakan oleh industri tahu merupakan kacang kedelai

import yang harga belinya relatif mahal.

Kacang tunggak atau kacang tolo, berpotensi sebagai bahan pengganti

kacang kedelai dengan teknik pengolahan yang tepat, karena memiliki kadar

protein 18,3-25,53% . Pemanfaatan kacang tunggak hanya terbatas biasanya

dimanfaatkan sebagai sayuran, makanan tradisional, dan lauk. Kacang

tunggak diharapkan dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti

kedelai dalam pembuatan tahu.

Dalam proses pembuatan tahu, digunakan asam cuka yang berfungsi

untuk menggumpalkan sari. Asam cuka dapat menyebabkan gangguan pada

kesehatan, diantaranya gigi mudah rapuh atau mengalami erosi dan terlihat

kehitaman, kulit mengalami karatanisaia yang berlebihan, diare,

muntah-muntah dan hematemesis (kerusakan hati).

Kasus tahu yang mengandung formalin sangat meresahkan

masyarakat pada beberapa tahun terakhir. Formalin merupakan zat aditif yang

biasa digunakan untuk pengawet mayat, campuran bahan industri plastik dan

sebagai bahan perekat. Dampak dari penggunaan formalin terhadap kesehatan

sangatlah berbahaya, karena dapat menyebabkan gangguan pencernaan,

radang kulit, iritasi akut saluran pernapasan bahkan dapat menyebabkan

kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Jeruk nipis yang mengandung asam sitrat dapat digunakan sebagai

bahan pengganti asam asetat yang biasa digunakan dalam industri pembuatan

tahu. Triyono (2010) asam sitrat dapat digunakan sebagai koagulan protein

dengan cara pemanasan agar dapat terjadi penggumpalan. Belimbing wuluh

memiliki rasa asam. Sifat asam yang dimiliki oleh belimbing wuluh, dapat

digunakan sebagai koagulan protein. Menurut hasil penelitian Hayati (2011),

belimbing wuluh mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan tannin yang

(5)

Tujuan dari penelitian adalah : untuk mengetahui kandungan protein

dan uji organoleptik tahu kacang tunggak dengan menggunakan sari jeruk

nipis dan belimbing wuluh sebagai koagulan dan sebagai pengawet makanan

alami.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat: Kompor gas, panci, sendok, baskom, timbangan, gelas ukur, corong,

kain belacu, blender, pisau, cetakan,tabung centrifuge, mikro pipet, rak

tabung reaksi, spektrofotometer, water bath, lepek, dan sendok.

Bahan: Kacang tunggak 1200 gram, jeruk nipis 180 ml, belimbing wuluh 180

ml, air, larutan biuret, dan aquades.

Metode penelitian

Metode penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan

dua faktor perlakuan: faktor I (Ekstrak) dan faktor II (Konsentrasi).

C. HASIIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Kadar Protein

Tabel 1 Kadar Protein (%) pada Tahu Kacang Tunggak dengan

Penambahan Ekstrak Jeruk Nipis dan Belimbing Wuluh

Perlakuan

Ulangan Total

Kadar Protein

(%)

Rata- Rata

(%)

Keterangan

1 2 3

E1.K1 17,3 16,8 15,9 50 16,7* 100gr kacang tunggak +

20ml ekstrak jeruk nipis E1.K2 14,7 15,0 14,7 44,4 14,8* 100gr kacang tunggak+

40ml ekstrak jeruk nipis E2.K1 14,3 15,3 15,5 45,1 15,03 100gr kacang tunggak+

20ml ekstrak belimbing wuluh

E2.K2 15,7 15,7 15,1 46,5 15,5 100gr kacang tunggak+

40ml ekstrak belimbing wuluh

Keterangan: (*) kadar protein terendah

(6)

Kadar protein tertinggi tahu kacang tunggak terdapat pada

perlakuan (E1.K1), yaitu tahu kacang tunggak dengan penambahan ekstrak

jeruk nipis sebesar 20ml, kadar proteinnya sebesar 16,7%. Hal ini

dikarenakan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mengandung asam sitrat

(Cairns, 2008). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulistiani dan

Nuryati (2009), asam sitrat efektif sebagai bahan penggumpal dan bahan

pengawet tahu, dimana konsentrasi asam sitrat berpengaruh nyata terhadap

pH penggumpalan, rendemen, kadar air, kadar protein, pH penyimpanan,

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur tahu.

Kadar protein terendah terdapat pada perlakuan (E1.K2), yaitu tahu

kacang tunggak dengan penambahan ekstrak jeruk nipis sebesar 40ml,

kadar proteinnya sebesar 14,8%. Penambahan fitat dapat menyebabkan

meningkatnya kekerasan tahu tahu, namun dapat mengurangi kadar

protein tahu. Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu

akan menggumpal bila bereaksi dengan asam (Sarjono, dkk 2006). Dari

data tersebut, menunjukkan adanya penambahan koagulan dan konsentrasi

koagulan yang berbeda mempengaruhi kadar protein tahu kacang tunggak.

Pada perlakuan E1.K2 dengan penambahan ekstrak jeruk nipis

sebanyak 40ml, kadar proteinnya sebesar 14,8%. Adapun pada perlakuan

E2.K1 dengan penambahan ekstrak belimbing wuluh sebanyak 20ml, kadar

proteinnya sebesar 15,03% dan pada perlakuan E2.K2 dengan penambahan

ekstrak belimbing wuluh sebesar 40ml, kadar proteinnya sebesar 15,5%.

Berdasarkan penjelasan diatas, perlakuan dengan penambahan ekstrak

belimbing wuluh memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan

dengan penambahan ekstrak jeruk nipis. Penambahan ekstrak jeruk nipis

menyebabkan denaturasi protein yang lebih banyak dibandingkan dengan

penambahan ekstrak belimbing wuluh. Pada perlakuan E1.K1 dengan

penambahan ekstrak jeruk nipis 20ml, memiliki kadar protein yang paling

tinggi dibandingkan semua perlakuan, seharusnya memiliki kadar protein

(7)

Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya proses

penggilingan, perebusan, dan penambahan koagulan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Suhaidi (2003), lama

perendaman kedelai berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter

yang diamati. Semakin lama perendaman maka kadar protein dan pH

semakin menurun sedangkan kadar air semakin meningkat.

Kacang tunggak mengandung sari pati, sehingga membuat protein

sukar menggumpal. Peneliti mencoba untuk merubah cara perendaman

dan pengelupasan kulit ari. Hasilnya dapat menggumpalkan protein

kacang tunggak, tetapi masih belum efektif karena hasil yang diperoleh

pada tiap 100gr kacang tunggak hanya didapat gumpalan tahu dengan

ukuran kurang dari bola pingpong dengan tekstur yang sangat rentan

rusak. Selain itu juga menyebabkan kadar protein kacang tunggak

mengalami penuruan yang sangat drastis.

2. Uji Organoleptik

Tabel 2 Hasil Uji Organoleptik Tahu Kacang Tunggak

Perlakuan Warna Rasa Aroma Tekstur Daya

Terima

E1.K1 Putih Agak

Asam

Agak khas kacang

tunggak Agak

Lembut

Agak Suka

E1.K2 Agak

Putih Asam

Agak khas kacang

tunggak Agak

Lembut

Kurang Suka

E2.K1 Putih Kurang

Asam

Agak khas kacang

tunggak Agak

Lembut Suka

E2.K2 Agak

Putih

Kurang asam

Agak khas kacang

tunggak Agak

Lembut Suka

a. Warna

Hasil uji organoleptik terhadap warna tahu kacang tunggak,

(8)

bar 1. Histogram Uji Organoleptik Warna Tahu K

Tunggak

Berdasarkan Gambar 1 diatas, warna tahu kacan

ap perlakuan menghasilkan dua warna yang berbe

aling banyak dipilih oleh panelis, yaitu warna a

utih. Pada perlakuan E1.K1 (dengan penamba

jeruk nipis) dan E2.K1 (dengan penambahan 20m

ing wuluh), menghasilkan warna putih. Pada

n penambahan 40ml ekstrak jeruk nipis) E1.K2

n penambahan 40ml ekstrak belimbing

asilkan tahu kacang tunggak dengan warna ag

yang berbeda dikarenakan adanya penambah

konstentrasi yang berbeda. Jeruk nipis dan

mengandung warna kuning, sehingga semak

trasi ekstrak jeruk nipis dan belimbing wu

ahkan, maka tahu yang dihasilkan berwarna

Hasil uji organoleptik terhadap rasa tahu kacan

(9)

Gamb

mbar 2. Histogram Uji Organoleptik Rasa Tahu K

Tunggak

Berdasarkan Gambar 2 diatas, rasa tahu kacan

tiap perlakuan menghasilkan rasa yang berbe

an E1.K1 rasa tahu yang dihasilkan agak asam

penambahan ekstrak jeruk nipis sebanyak 20ml.

tahu yang dihasilkan memiliki rasa asam di

penambahan esktrak jeruk nipis sebanyak 40

an E2,K1 dan E2.K2 tahu yang dihasilkan mem

asam. Hal ini terjadi karena jeruk nipis memiliki

sam daripada belimbing wuluh.

Menurut Hariana (2006), dalam 100gr jeruk nipis

gan vitamin C sebesar 27 miligram. Belimbi

ki kandungan vitamin C sebesar 25miligram

in dan Widya, 2013). Tingkat keasaman in

babkan tahu kacang tunggak yang dihasilka

bahan ekstrak jeruk nipis cenderung memiliki

sam dibandingkan dengan tahu kacang tungga

bahan ekstrak belimbing wuluh.

Hasil uji organoleptik aroma tahu kacang tung

(10)

bar 3. Histogram Uji Organoleptik Aroma Tahu

Tunggak

Berdasarkan Gambar 3 diatas, hasil uji organol

tunggak pada tiap perlakuan memiliki aroma y

akan adanya penambahan koagulan dan cara mem

erbeda.

Penambahan koagulan menyebabkan tahu sedikit

ipis. Cara memasak tahu yang berbeda juga men

khas kacang tunggak berkurang, dikarenakan p

h matang kacang tunggak sebelum dikuliti, perend

ian kacang tunggak.

Hasil uji organoleptik tekstur tahu kacang tung

pada histogram dibawah ini:

(11)

Gamb

mbar 4. Uji Organoleptik Tekstur Tahu Kacang Tu

Berdasarkan Gambar 4 diatas, tekstur tahu kacan

ihasilkan pada tiap perlakuan menghasilkan tek

aitu agak lembut. Tekstur tersebut dihasilkan dari

kacang tunggak, tetapi sebenarnya tekstur terse

karena kacang tunggak mengandung sari pati

kibatkan protein kacang tunggak sukar menggump

a seperti kacang kedelai.

erima

Hasil uji organoleptik daya terima tahu kacang

ilihat pada histogram dibawah ini:

ar 5. Uji Organoleptik Daya Terima Tahu Kacang

kan Gambar 5 diatas, daya terima tahu kacan

asilkan pada tiap perlakuan menghasilkan daya te

(12)

perlakuan E1.K2 memiliki daya terima kurang suka. Pada perlakuan

E2.K1 dan E2.K2 memiliki daya terima yang sama, yakni suka.

3. Uji Daya Simpan

Tabel 3 Hasil Uji Daya Simpan Tahu Kacang Tunggak

Perlakuan Daya Simpan Tahu Kacang Tunggak

E1.K1 2 Hari

E1.K1 3 Hari

E2.K1 2 Hari

E2.K2 3 Hari

Hasil uji daya simpan tahu kacang tunggak memiliki hasil yang

berbeda- beda. Menurut Pradata (2005), daya simpan tahu didalam

suhu ruang dan tanpa kemasan hanya 1-2 hari. Daya simpan tersebut

dapat diperpanjang dengan cara perebusan atau pendinginan.nPada

perlakuan E1.K2 dan E2.K2 memiliki daya simpan yang sama, yakni

selama 3 hari, sementara pada perlakuan E1.K1 dan E2.K1 memiliki

daya simpan yang lebih pendek dibandingkan perlakuan yang lainnya,

yakni 2 hari. Pada semua perlakuan, sebelum dilakukan pengamatan

daya simpan tahu kacang tunggak, tahu kacang tunggak dikukus

terlebih dahulu.

D. Kesimpulan

Hasil percobaan pada beberapa perlakuan yang paling efektif

berdasarkan uji organoleptik dan daya simpan tahu kacang tunggak adalah

perlakuan E2.K2 karena tahu kacang tunggak yang dihasilkan memiliki warna

agak putih, rasa kurang asam, aroma agak khas kacang tunggak dengan daya

terima panelis yakni suka serta daya simpan selama 3 hari. Perlakuan yang

paling efektif berdasarkan uji kadar protein yakni perlakuan E1.K1 kadar

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Firdausia dan Widya Dwi Rukmi Putri. Pembuatan Jelly Drink

Avverhoa blimbi L. (Kajian Proporsi Belimbing Wuluh: Air dan

Konsentrasi Karagenan). Jurnal. Malang: Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian, FTP, UniversitasBrawijaya.

Cairns, Donald. 2008. Edt: Jojor Simanjuntak.Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: Penerbit EGC.

Hariana, Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hayati, Elok Kamilah. 2011. Dibalik Mukjizat Tanaman Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L) Sebagai Pengawet Alami.Tersedia:

http://elokkamilah.wordpress.com/kimia-farmasi-dan-

medisinal2/dibalikmukzizat-tanaman-belimbing-wuluh-averrhoa-bilimbi-

linnsebagaipengawet-alami/. (Diakses pada 5 Desember 2013)

Pradata, Yuni. 2005. Aneka Masakan Tahu. Depok: PT. Agromedia Pustaka.

Sarjono, Purbowatiningrum R,dkk. 2006. Profil Kandungan Protein dan Tekstur

Tahu Akibat Penambahan Fitat pada Proses Pembuatan Tahu. Semarang:

Jurusan Kimia, Universitas Diponegoro.

Suhaidi, Ismed. 2003. Pengaruh Lama Perendaman Kedelai dan Jenis Zat

Penggumpal Terhadap Mutu Tahu. Jurnal. Medan: Jurusan Teknologi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Triyono, Agus. 2010. Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada Proses Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.). Jurnal. Subang: Lipi.

Yulistiani, Ratna dan Anna Nuryati. 2009. Efektifitas Asam Sitrat Sebagai Bahan

Penggumpal Dan Pengawet Pada Produk Tahu. Surabaya: Jurusan

Gambar

Tabel 1 Kadar Protein (%) pada Tahu Kacang Tunggak dengan
Tabel 3 Hasil Uji Daya Simpan Tahu Kacang Tunggak

Referensi

Dokumen terkait

29 Pada penelitian ini, data primer yang diperoleh peneliti adalah data tentang Pengaruh Keikutsertaan Majlis Taklim dan Shalawat Ahbaabul Musthofa Lamongan

Di dalam sistem kompresi uap (vapor compression) kondensor adalah suatu komponen yang berfungsi untuk merubah fase Refrigerant dari uap bertekanan tinggi menjadi cairan

Upon receipt of the aforementioned promissory notes National Bank of Hungary, Budapest shall deliver to Bank Indonesia, Jakarta free of payment and charge those

Serta motif sebab (because of motive) dan motif tujuan (in order to motive) orangtua mengikuti kegiatan parenting education. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

Informasi tambahan ini akan membuat Anda bisa lebih mengerti kecenderungan yang anak Anda miliki sehingga bisa membantu mereka untuk belajar dengan lebih maksimal. Informasi

Sikap yang dilakukan oleh auditor dalam menemukan hasil temuan dari kelemahan-kelemahan pengujian pengendalian terhadap transaksi pembelian .... commit

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Tugas Akhir dengan judul “Analisa Pengaruh Beban Berlebih (Overload) Terhadap Umur Rencana Perkerasan Jalan

memperbaiki masalah emosi dan perilaku anak dan remaja pada keluarga dengan masalah relasi orang tua-anak dengan melakukan terapi Analisis Transaksional Dasar