• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Need to belong pernah diteliti oleh Carvallo dan Pelham (2006) dalam penelitian yang berjudul When Fiends Become Friends: The Need to Belong and Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam berperilaku seorang individu pada masa dewasa awal lebih berorientasi pada tujuan interpersonal. Menurut Baumeister & Leary (1995), pada dasarnya setiap manusia memang memiliki sejumlah kebutuhan interpersonal. Need to belong adalah kebutuhan untuk membina hubungan dengan individu lain (affiliation) dan diterima di lingkungan sosial (social acceptance). Kebutuhan to belong adalah kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dari orang lain. Need to belong merupakan motivasi internal untuk berafiliasi dengan orang lain dan diterima dalam lingkungan sosial (Cherry, 2016).

Menurut Ellison, dkk (2011) cara yang dilakukan individu dalam rangka memenuhi need to belong diantaranya adalah dengan menggunakan media sosial. Pengguna internet di Indonesia berdasarkan hasil survey dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2016) akhir tahun 2016 mencapai 132,7 juta user atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Pengguna internet terbanyak ada di pulau Jawa dengan total pengguna 86.339.350 user atau sekitar 65% dari total penggunan Internet. Jika dibandingkan pengguna Internet Indonesia pada tahun 2014 sebesar 88,1 juta user, maka terjadi kenaikkan sebesar 44,6 juta dalam waktu 2 tahun (2014 – 2016).

(2)

Pada 2017, eMarketer memperkirakan netter Indonesia akan mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban (Hidayat, 2014). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Selamatta Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah facebook dan twitter (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2013).

Media sosial dengan penetrasi tertinggi di Indonesia ditempati oleh facebook sebesar 14% dari keseluruhan pengguna. Kemudian disusul dengan whatsApp, twitter, facebook messenger, google+, linkedin, instagram, skype, pinterest dan urutan terakhir ditempati presentase 6% (Sherlyanita & Rakhmawati, 2016). Indonesia sendiri adalah negara dengan jumlah pengguna facebook terbanyak keempat di dunia, setelah Amerika Serikat (194 juta), India (130) juta, dan Brasil (102 juta). Adapun urutan kelima ditempati Meksiko dengan 60 juta pengguna (Yusuf, 2016). Survey yang dilakukan oleh salingsilang.com pada Januari 2011, untuk media sosial twitter terdapat 4,883,228 pengguna aktif di Indonesia.

Menurut survey yang dilakukan Goodstein (dalam Abugaza, 2013) didapatkan bahwa pengguna aktif terbanyak situs jejaring sosial memiliki rentang usia 20-35 tahun (dewasa awal) dengan presentase 40,5%. Selain itu, berdasarkan survey yang dilakukan oleh “We Are Social” (dalam Kurniawan, 2016), dari 255.500.000 penduduk di Indonesia pengguna aktif internet sebanyak 88.100.000

(3)

dengan 79.000.000 pengguna aktif media sosial. Dari data tersebut ditemukan ada sebanyak 47.000.000 akun dimiliki oleh kalangan dewasa awal, sehingga dapat disimpulkan bahwa 60% pengguna media sosial di Indonesia berasal dari kalangan dewasa awal. Dalam studi yang dilakukan tim peneliti di Pusat Penelitian Media, Teknologi, dan Kesehatan di University of Pittsburgh menemukan bahwa rata-rata orang dewasa muda yang memiliki akun di tujuh hingga sebelas platform media sosial. Platform-platform yang paling signifikan termasuk facebook, instagram, youtube, snapchat, twitter, google plus, tumblr, reddit, line, dan linkedin (Labana, 2016).

Survey yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2016) pada individu berusia diatas 15 tahun mengungkapkan bahwa alasan utama utama individu mengakses internet diantaranya untuk update informasi (25,3%), terkait pekerjaan (20,8%), mengisi waktu luang (13,5%), sosialisasi (10,3%), terkait pendidikan (9,2 %), hiburan (8,8%), bisnis dan berdagang (8.5%). Berdasarkan data-data yang di atas dapat dilihat bahwa media sosial menjadi fenomena yang makin mengglobal dan mengakar. Keberadaannya makin tidak bisa dipisahkan dari cara berkomunikasi antar manusia khususnya pada individu dewasa awal. Pemanfaatan media sosial tersebut pada gilirannya juga mengacu dengan tingkat intensitas penggunaan media sosial itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Stern dan Taylor pada tahun 2007 (dalam Rinjani & Firmanto, 2013) dengan subjek 2000 mahasiswa Harvard yang berusia dewasa awal, menunjukkan hasil bahwa 49% dari sampel peneliti menggunakan facebook kurang lebih 10 menit tiap harinya, 21% dari sampel menggunakan facebook antara 30-60 menit tiap harinya, 11% dari sampel menggunakan

(4)

facebook kurang lebih antara 1-2 jam setiap harinya dan hanya 3% dari sampel yang lebih dari 2 jam setiap harinya menggunakan facebook.

Intensitas penggunaan media sosial menurut Ellison, dk (2007) dapat didefinisikan dengan seberapa banyak jumlah teman dan waktu (frekuensi/durasi) seorang individu dihabiskan di situs media sosial. Intensitas penggunaan media sosial dilihat dengan menggunakan indeks jumlah teman, frekuensi atau durasi, keterikatan emosional individu ke media sosial dan integrasinya ke dalam kegiatan sehari-hari individu. Dalam hal ini yaitu seberapa terikat individu dengan sosial media, jumlah “teman” di media sosial dan jumlah waktu yang dihabiskan di media sosial.

Adapun faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan media sosial sebagaimana disebutkan oleh Ellison, dkk (2011) seperti hiburan santai (relaxing entertainment), berbagi infromasi ekspresif (expressive information sharing), pelarian diri (escapism), keren dan trend baru (cool and new trend), persahabatan (companionship), kepentingan profesional (professional advancement), interaksi sosial (social interaction), mengisi waktu luang (habitual pass time) dan bertemu dengan orang baru (to meet new people) dimana faktor-faktor tersebut mengacu kepada need to belong. Media sosial menjadi sarana di mana need to belong terpenuhi bagi individu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2015) bahwa 68% subjek mahasiswa fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berusia antara 18-25 tahun melaporkan bahwa tingkat intensitas penggunaan media sosial termasuk dalam kategori tinggi begitu pula kepuasan hubungan interpersonal termasuk dalam kategori tinggi. Data pendukung menunjukkan waktu penggunaan

(5)

media sosial adalah 134 menit per hari, dan media sosial yang paling banyak digunakan adalah facebook, twitter, google+. Menurut Notley (dalam Ag & Lang, 2017) need to belong atau to be socially merupakan faktor dominan penggunaan media sosial. Berdasarkan penelitian Kuss & Griffiths (2011), orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai pengguna media sosial dan mereka mencari rasa belongingness pada media sosial beresiko untuk mengembangkan kecanduan media sosial karena intensitas penggunaan media sosial yang tinggi.

Menurut survey yang dilakukan pada alumnus SMK Telkom Malang pada bulan April 2017 dengan jumlah responden diambil dari angkatan 12 sampai angkatan 16 yang berada pada masa dewasa awal dimana masing-masing angkatan diwakili oleh 10 responden, angkatan 16 memiliki intensitas penggunaan media sosial dan need to belong yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan angkatan lainnya. Adapun penggunaan media sosial diketahui bahwa seluruh responden angkatan 16 aktif menggunakan sosial media, 6 responden menghabiskan waktu menggunakan sosial media lebih dari 3 jam dan 5 responden memiliki lebih dari 400 teman di media sosial mereka. Dengan subjek yang sama hasil mengenai need to belong diketahui bahwa 8 dari responden menyatakan ingin diterima oleh orang lain dan 10 responden memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain. Dari total 50 responden diketahui bahwa media sosial yang paling sering digunakan 64% menggunakan instagram, 48 % menggunakan facebook, 32% menggunakan path, 24% menggunakan twitter, 20% menggunakan line, 4% snapchat dan sisanya 2% menggunakan google+, tumblr dan lain –lain.

(6)

Beberapa ulasan mengenai studi terdahulu menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap need to belong pada alumni SMK Telkom Malang angkatan 16.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap need to belong pada alumni SMK Telkom Malang angkatan 16?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap need to belong pada alumni SMK Telkom Malang angkatan 16.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk memperluas wawasan, pengetahuan tentang pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap need to belong pada alumni SMK Telkom Malang angkatan 16.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam bidang kajian bagi para peneliti lainnya yang berminat untuk meneliti lebih jauh mengenai pengaruh intensitas penggunaan

(7)

media sosial terhadap need to belong pada alumni SMK Telkom Malang angkatan 16 yang tidak tercakup di dalam penelitian ini.

b. Bagi pengguna media sosial yang berusia dewasa awal khususnya alumni SMK Telkom Malang angkatan 16, penelitian ini dapat memberikan bahan masukan dan informasi positif mengenai bagaimana pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap need to belong pada masa dewasa awal.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan keahlian yang terbatas, implementasi kegiatan rehabilitasi ditemukan masalah yaitu rumah yang direhabilitasi tidak sesuai dengan kriteria fisik dan non fisik

Evaluasi jangka pendek daari pelatihan ini adalah dengan cara mengukur pening- katan pengetahuan peserta pelatihan yaitu pimpinan keperawatan yang terdiri dari Kasie, kepala

Hipotesis pertama yang diuji dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh signifikan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD se-gugus

[r]

25 melakukan pengkajian Kepustakawanan bersifat sederhana (teknis operasional); 26 melakukan sosialisasi Perpustakaan dan Kepustakawanan sebagai penyaji; 27 melakukan

Adapun dasar hukumnya adalah : Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturabn Pelaksanaan Undang-undang nomor

Secara umum tujuan penelitian adalah: untuk mengetahui manfaat wisata bagi pengembangan ekonomi wilayah dan prospek pengembangan wisata dari penelitian ini diharapkan

Peserta didik yang akan diberi materi adalah mereka yang tidak dapat membaca dan menulis al- Qur’an dengan baik, serta ada beberapa kelompok di antar mereka yang tidak