APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING
PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Wini Kis Atalya NIM: 079114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal”
(Ayub 4:22)
“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu
menghasilkan buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan
suatu apa pun” (Yakobus 1:3-4)
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang sangat mengasihiku Kedua orangtuaku Wisnu Kishadi Panuluh dan Hartini
Kakakku Rangga Kistiwoyo
Dan semua orang di sekelilingku yang selalu mewarnai hidupku dan menyayangiku
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Agustus 2011
Penulis,
vi
APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO
Wini Kis Atalya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dimensi dan deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar bagian torso yang dihasilkan dari tes DAP. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kemiripan (similarity data) gambar tes DAP bagian torso dari tiap subyek. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang kuliah di berbagai universitas di Yogyakarta. Jumlah subyek penelitian adalah 20 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes DAP dan subyek diminta untuk memberikan penilaian kemiripan terhadap pasangan-pasangan gambar bagian torso dari hasil tes DAP. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multidimensional scaling yang dibantu dengan Software Statistical Package for Social Sciences(SPSS) versi 15,0 for Windows. Hasil analisis menunjukkan ada 4 dimensi yang ditemukan dalam gambar bagian torso DAP yaitu bentuk bahu, bentuk badan, kualitas garis, dan posisi lengan.
vii
APLICATION OF MULTIDIMENSIONAL SCALING ON TORSO OF HUMAN FIGURE DRAWING OF DRAW A PERSON TEST
Wini Kis Atalya
ABSTRACT
This study aims to determine how many dimensions and the description of every dimensions which can be found from a Draw – a – Person Test. The variable in this study is the similarity data from Draw – a – Person Test on torso of human figure drawing. The subjects of this study are twenty university student from many universities in Yogyakarta. The collecting data in this study done by gave Draw – a – Person Test to the subjects and asked them to gave a similarities judgment to each pairs of human drawing on torso. The evaluation of similarity data written manually on the score table. Methods of data analysis used in this study is multidimensional scaling analysis aided by Software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 15,0 for Windows Evaluation Version. The analysis showed four dimensions which are shape of shoulders, shape of torso, quality of line, and position of arms
viii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
NAMA : WINI KIS ATALYA
NIM : 079114043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 Agustus 2011 Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang telah dikaruniakan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan judul “Aplikasi Multidimensional Scaling pada Gambar Tes DAP Bagian Torso”. Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terselesaikannya penulisan ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan kritik yang membangun dari orang-orang disekitar penulis. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani. M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi. 2. Bapak Agung Santoso, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam proses pengerjaan skripsi ini…thanks ya Bapak..akhirnyaaaa
3. Ibu Tanti dan Ibu Agnes selaku dosen penguji yang telah membimbing juga selama proses revisi.
4. Ibu Nimas, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan selama proses kuliah.
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas setiap ilmu yang boleh saya terima selama saya duduk di bangku kuliah ini. Terima kasih atas setiap kesabaran kalian dalam membimbingku.
x
6. Karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Mbak Nanik, dan Pak Giek, atas segala bantuan fasilitas selama proses perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu. Terimakasih atas kesetiaan, waktu, perhatian, dukungan, dan kasih sayang yang boleh tercurah untukku. Terima kasih kasih atas setiap kepercayaan yang bapak ibu berikan padaku.
8. Kakakku tersayang Mas Angga dan Mba Indri. Terimakasih untuk setiap dukungan dan doa dari kalian. Aku sayang kalian.
9. Kak Sigit Irfantono atas setiap dukungan dan semangatnya. Makasih kakak dah terus ada buat adek
10. Sepupuku Mba Hewin. Terima kasih atas perhatian dan kesetiaan untuk mendengar setiap keluh kesahku. You’ll never walk alone
11. Dek Fahmi Andari. Terima kasih untuk setiap tawamu dalam hari-hariku. 12. Keluarga di Bantul dan Wonosari. Terima kasih untuk setiap kasih dan
dukungan kalian.
13. Sahabat-sahabatku Reni, Ika, Ina, Adel, Putu, Petra, Uline, Siska, Devi, Sylvi, Yustin, David, Nindya, Lily, Damar dan Puput. Terima kasih kita boleh merajut kisah bersama di psikologi. Terima kasih atas setiap penerimaan tak bersyarat yang boleh aku rasakan…bangga dan sangat bersyukur punya kalian dalam hidupku.
14. Bang Adip. Terima kasih untuk setiap tawamu dan pelajaran di hidupmu yang membentukku. Semangat abang!
xi
15. Teman-teman Psikologi angkatan 2007 Nana, Helen, Cangang, Putri, Tia, Rangga, Mega, Wening, Dian, Mandadan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
16. Kakak-kakak angkatan. Bang Felix, Kak Chris, Mas Ari, Mas Agung, Mba Chacha dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk setiap bantuan dan pelajaran yang berharga.
17. Teman-teman SMP Dyah, Helen, Uut, Ayu, Rinda, Metha, Linda, Neni. Terima kasih untuk setiap dukungan kalian. Hidup gembel sejati!
18. Teman-teman SMA Asna, Sya, Tia, Riska, dan Liyak. Terima kasih teman untuk persahabatan yang sungguh indah. I’m so proud of you all! I love you!
19. Terima kasih pula bagi semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang diberikan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Yogyakarta, 18 Agustus 2011 Penulis,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang .. ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7 1. Manfaat teoritis ... 7 2. Manfaat praktis ... 7
xiii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. DAP………. ... 8
B. Multidimensional Scaling (MDS)……… ... 16
BAB III. METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26
C. Definisi Operasional……… ... 26
D. Subyek Penelitian ... 27
E. Metode Pengambilan Data ... 28
F. Analisis Data ... 30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Pelaksanaan Penelitian ... 31
B. Hasil Penelitian ... 33
C. Pembahasan... 41
D. Keterbatasan Penelitian……… 43
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Kesimpulan ... 44
xiv
DAFTAR PUSTAKA ... 46
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Scree Plot Dimensi 2 sampai Dimensi 19 ... 33 Gambar 2 Perceptual Map Dimensi 1 dan 2……….. 35 Gambar 3 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Bentuk Bahu………… 36 Gambar 4 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Bentuk Badan……….. 37 Gambar 5 Perceptual Map Dimensi 3 dan 4……….. 38 Gambar 6 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Kualitas Garis……….. 39 Gambar 7 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Posisi Lengan……… 40
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Gambar tes DAP……… 49 Lampiran 2 Tabel Pencatatan Skor……… 68
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, tingkat penggunaan tes Grafis di Indonesia masih tergolong tinggi. Tes Grafis seolah sudah menjadi instrumen yang wajib bagi para psikolog dalam melakukan asesmen. Misalnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi, tes grafis digunakan untuk seleksi dan penempatan karyawan. Psikolog pendidikan biasa menggunakan tes grafis sebagai tes bakat, bimbingan karir, dan untuk melihat kesesuaian faktor kepribadian dengan pemilihan bidang studi tertentu. Di dalam psikologi klinis, tes Grafis digunakan untuk mengetahui tentang gambaran individual terkait dengan kepribadiannya (Etikawati, Komunikasi pribadi, 10 Mei 2010; Universitas Gadjah Mada, 1996).
Ada 3 jenis tes Grafis yang digunakan di Indonesia yaitu tes BAUM, DAP, dan HTP. Tes BAUM dapat menggambarkan fungsi okupasi seseorang dalam menghadapi tugas. HTP lebih menggambarkan kondisi keluarga, sedang DAP lebih peka dalam menggambarkan kontak sosial. Hasil tes DAP bisa digunakan untuk menggali atau menangkap pola atau kecenderungan orang dalam hal kontak sosial. Hasil tes DAP juga dapat memberikan informasi mengenai penyesuaian diri seseorang dan cara seseorang mengelola dorongan-dorongannya sampai pada tindakan (Etikawati, Komunikasi pribadi, 10 Mei 2010; Universitas Gadjah Mada, 1996). Gambaran –
gambaran individual seseorang yang dapat kita peroleh dari tes DAP adalah gambaran tentang konsep diri, sikap terhadap orang lain dalam lingkungan, gambaran diri ideal, hasil pengamatan individu terhadap lingkungan, ekspresi kebiasaan, ekspresi emosi, sikap terhadap tester dan situasi pengetesan, sikap terhadap kehidupan dan lingkungan social secara umum, maupun kombinasi dari gambaran – gambaran individual tersebut. Gambaran – gambaran individual tersebut dapat merupakan ekspresi yang disadari, maupun yang tidak disadari (Levy dalam Abt &Bellak, 1959).
Pada tahun 1926, Goodenough mulai mempopulerkan
DAP.Goodenough menemukan adanya relasi antara perubahan gambar anak – anak dengan kemampuan kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008).Pada perkembangannya, DAP tidak hanya berkembang dalam cabang proyektif. Machover dan Koppitz adalah dua diantara peneliti – peneliti lainnya yang mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008).
Dasar asumsi gambar manusia dijadikan alat untuk mengukur kemampuan kognitif anak adalah perubahan yang terjadi pada gambar anak – anak, baik perempuan maupun laki – laki, menggambarkan perkembangan kompleksitas kognitif atau kematangan intelektual yang terekpresikan dari perkembangan kompleksitas gambar yang dihasilkan (Harris dalam Kniel dan Kniel, 2008). Penelitian yang dilakukan Cox (1993) terhadap gambar anak – anak di budaya barat mengkonfirmasi kebenaran asumsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan dari gambar manusia yang
sederhana (hanya terdiri dari kepala dan dua tangan) menjadi gambar yang lebih kompleks (proporsi dan bagian – bagian tubuh digambar secara lebih realistis) (Cox dalam Kniel dan Kniel, 2008).
Tes DAP memiliki beberapa kelebihan. Seperti halnya tes grafis yang lain, tes DAP memiliki kelebihan murah dan mudah dalam penyajiannya. Tes DAP, hanya perlu disiapkan kertas dan pensil dalam administrasi penyajiannya. Tes DAP juga mudah dalam penyajiannya karena intruksi yang diberikan sangat singkat, yaitu “silahkan buat gambar manusia”. Kelebihan yang kedua adalah mampu memunculkan banyak gambaran individual seperti yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya. Kelebihan selanjutnya yaitu saat subjek mengerjakan tes ini, subjek tidak bisa melakukan faking karena sarana yang digunakan adalah menggambar. Berbeda halnya dengan tes inventori, subjek sangat mungkin untuk menjawab yang bukan sebenarnya melainkan menjawab yang sebaik-baiknya (Anastasi dan Urbina, 1997).
Tes DAP juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya yaitu lemahnya validitas tes. Validitas hasil interpretasi tes DAP sangat tergantung pada kemampuan interpretasi dan pengalaman interpreter (Anastasi dan Urbina, 1997). Jika validitas hasil tes sangat tergantung dengan kemampuan dan pengalaman interpreter maka sangat mungkin hasil interpretasi tes tersebut sangat subjektif karena setiap interpreter pasti memiliki kemampuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penggunaan DAP ini harus dikombinasikan dengan tes lain yang nilai validitasnya lebih baik (Levy dalam Abt & Bellak,1959).
Hasil interpretasi tes DAP itu sendiri sangat tergantung pada situasi psikologis saat subjek menggambar (Anastasi dan Urbina, 1997). Misalnya Tes Grafis diberikan pada subjek yang sedang mengalami masalah, maka hasil tes yang dapat dibaca adalah bagian pola subjek sewaktu menghadapi masalah dan bukan merupakan pola kepribadian yang utuh pada subjek. Jika hasil tes ini diinterpretasi oleh orang yang belum memiliki pengalaman, dikhawatirkan akan menghasilkan interpretasi yang bersifat hanya membaca keadaan subjek pada saat itu saja tanpa memperhatikan kondisi subjek seluruhnya.
Kelemahan berikutnya adalah kriteria penilaian dari tes DAP bersifat subjektif karena dibuat oleh Machover berdasarkan penilaian intuitif saja. Machover membuat hipotesis-hipotesis tertentu untuk membuat kriteria penilaian misalnya jika seseorang menggambar dengan penghilangan pada bagian-bagian di wajah menandakan bahwa orang tersebut memiliki konflik hubungan interpersonal yang tinggi. Jika gambar dagu dihapus-hapus dan diulang-ulang, hal itu menandakan kompensasi dari kelemahan, kebimbangan, dan ketakutan dalam melakukan suatu tanggung jawab. Tekanan garis pada leher menandakan gangguan tentang ketidakmampuan untuk mengontrol impuls-impuls dalam dirinya (Gregory, 1996).
Oleh karena belum terdapat penelitian yang meneliti tentang kriteria penilaian tes DAP yang dibuat oleh Machover, maka penelitian ini dilakukan untuk membuat kriteria penilaian tes DAP yang lebih objektif. Kriteria objektif yang dimaksudkan di sini adalah kriteria yang dibuat berdasarkan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan
pribadi.Usaha tersebut dilakukan dengan suatu langkah awal yaitu mencari dimensi-dimensi yang mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap gambar manusia pada tes DAP. Pentingnya menemukan dimensi-dimensi tersebut adalah untuk mencari tahu dimensi-dimensi yang mungkin muncul dan belum ada pada kriteria penilaian tes DAP sebelumnya. Peneliti akan mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut langsung dari penilaian subjek terhadap gambar yang dibuat mereka. Teknik yang dapat digunakan mengidentifikasi dimensi-dimensi langsung dari penilaian subjek terhadap gambar ini adalah Multidimensional Scaling (MDS).
Multidimensional Scalling (MDS) merupakan salah satu teknik multivariat yang dapat digunakan dalam menentukan posisi suatu objek relatif terhadap objek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. MDS berhubungan dengan pembuatan peta yang menggambarkan posisi sebuah objek dengan objek lain berdasarkan kemiripan objek-objek tersebut. Sebagai contoh, MDS sering digunakan dalam kasus marketing untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi pokok yang mendasari penilaian konsumen terhadap suatu produk, pelayananan, atau perusahaan. Penerapan MDS yang lain seperti perbandingan dari kualitas fisik misalnya cita rasa makanan, persepsi terhadap isu-isu politik, atau asesmen terhadap perbedaan budaya di antara dua kelompok yang berbeda (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998)
Penelitian ini adalah bagian dari sebuah penelitian besar yang terdiri dari 3 penelitian kecil. Penelitian pertama mencari dimensi pada bagian seluruh tubuh, penelitian kedua mencari dimensi pada bagian kepala,
sedangkan penelitian ini mencari dimensi dari gambar bagian torso. Pembagian dilakukan karena sedikitnya jumlah gambar yang akan dievaluasi. Hal ini dikarenakan evaluasi gambar-gambar DAP akan dilakukan dengan membandingkan gambar-gambar tersebut satu lawan satu. Oleh karena itu, evaluasi dengan banyak gambar akan menimbulkan kelelahan subjek yang dapat mengacaukan penilaiannya. Hal ini mengakibatkan data yang diperoleh menjadi kurang akurat. Dengan memilah penilaian menjadi 3 bagian, peneliti dapat melihat variasi-variasi yang ada pada tiap-tiap bagian. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini merupakan langkah awal untuk menghasilkan kriteria penilaian tes DAP yang lebih objektif.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP?
2. Bagaimana deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jumlah dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP
2. Untuk mengetahui deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Dapat memperkaya ranah tes grafis dengan memberikan gambaran dimensi-dimensi pada tes DAP.
2. Manfaat praktis
Dapat menghasilkan dimensi-dimensi dan deskripsi setiap dimensi sehingga bisa berguna untuk langkah selanjutnya dalam menghasilkan kriteria penilaian tes DAP yang lebih objektif.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DAP
1. Sejarah tes DAP
Teknik menggambar manusia mulai dikenal pada sekitar tahun 1800. Cooker dan Ricci adalah peneliti yang mengembangkan teknik menggambar manusia karena mereka melihat gambar anak – anak berubah seiring dengan perkembangan mereka (Naglieri, dalam Kubierske, 2008). Goodenough mempopulerkan DAP pada tahun 1926 karena menemukan adanya relasi antara perubahan gambar anak – anak dengan kemampuan kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008). Pada tahun 1963, dilakukan revisi terhadap DAP oleh Harris, sehingga nama tes tersebut berubah menjadi Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT) (Harris, dalam Kubierske,2008). Pada perkembangannya, DAP tidak hanya berkembang dalam cabang proyektif. Machover dan Koppitz adalah dua diantara peneliti – peneliti lainnya yang mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008).
Dasar asumsi gambar manusia dijadikan alat untuk mengukur kemampuan kognitif anak adalah perubahan yang terjadi pada gambar anak – anak, baik perempuan maupun laki – laki, menggambarkan perkembangan kompleksitas kognitif atau kematangan intelektual yang terekpresikan dari perkembangan kompleksitas gambar yang dihasilkan
(Harris dalam Kniel dan Kniel, 2008). Penelitian yang dilakukan Cox (1993) terhadap gambar anak – anak di budaya barat mengkonfirmasi kebenaran asumsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan dari gambar manusia yang sederhana (hanya terdiri dari kepala dan dua tangan) menjadi gambar yang lebih kompleks (proporsi dan bagian – bagian tubuh digambar secara lebih realistis) (Cox dalam Kniel dan Kniel, 2008). Dalam Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT), Harris mengkategorikan perkembangan kognitif tersebut menjadi tiga, yaitu kemampuan untuk menyadari, kemampuan abtraksi, serta kemampuan untuk menggeneralisasi (Harris dalam Kniel dan Kniel, 2008).
Pada perkembangannya, Machover mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008). Machover juga meyakini dalam proses menggambar manusia, individu dibimbing oleh persepsi bayangan tubuh yang berkembang melalui pengalaman individu tersebut (Machover, 1965), sehingga gambar manusia menjadi alat untuk memproyeksikan segala macam impuls, kekhawatiran, konflik, serta kompensasi yang menjadi karakteristik dari individu yang menggambar (Machover dalam Cohen dan Swerdik, 2005).
2. Prosedur Administrasi Tes DAP
Teknik administrasi yang digunakan Tes DAP yaitu dengan cara meminta subjek untuk menggambar orang . Subjek diberi kertas, yang diutamakan Machover, dengan ukuran 8,5” X 11”, pensil HB, dan penghapus karet. Instruksi yang diberikan adalah “Gambarlah orang”.
Selama proses menggambar tersebut tester melakukan observasi pada subjek tanpa mengganggu proses berlangsungnya tes. Hasil observasi kemudian dicatat tester pada sehelai kertas. Hal yang perlu dicatat tester mencakup data pribadi subjek serta pertanyaan – pertanyaan subjek sebelum menggambar, urutan bagian-bagian tubuh yang digambar, komentar – komentar yang secara spontan dilontarkan oleh subjek selama menggambar, dan figur jenis kelamin yang digambar terlebih dahulu oleh subjek.
Ketika subjek masih memiliki waktu tes untuk menghasilkan dua buah gambar, maka tester bertugas memberikan instruksi berikut “Sekarang gambarlah pria” atau “sekarang gambarlah wanita”. Hal ini berbeda apabila subjek hanya ada satu waktu untuk membuat satu gambar, maka alangkah baiknya subjek menggambar figur yang sesuai dengan jenis kelaminnya sendiri.
Pengalaman tester dalam memberikan instruksi akan mempengaruhi subjek memahami perintah pelaksanaan tes yang disampaikan tester. Tester juga bertugas memberitahukan subjek bahwa tugas yang diberikan padanya adalah untuk kepentingan eksperimen dan tidak ada hubungannya
dengan keahlian menggambar. Hal ini dapat juga disampaikan tester pada subjek dengan menggunakan kalimat :”Tugas ini tidak ada hubungan dengan kemampuan menggambar. Saya tertarik pada cara anda berusaha menggambar orang”. Jika subjek menghilangkan suatu bagian penting dari tubuh gambarannya, maka subjek dapat didorong untuk mencoba menggambar bagian tersebut setelah tester mencatat bagian-bagian yang tidak digambar tersebut. Hal ini bertujuan untuk melihat mengapa subjek tidak mau menggambar bagian tersebut (Machover, 1987).
3. Cara interpretasi
Interpretasi tes DAP didasari oleh metode – metode proyektif dari analisis kepribadian dan teori psikoanalisis dalam konteks klinis. Asumsi dasar di tes DAP adalah figur manusia yang digambar berhubungan erat dengan impuls – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik, dan ciri – ciri kompensatoris individu yang bersangkutan. Asumsi dasar tersebut telah terbukti berulang kali dalam pengalaman klinis.
Figur manusia yang digambar dianggap sebagai gambaran akan diri subjek, sedangkan kertas yang digunakan dianggap sebagai lingkungan. Hal ini terjadi karena, disadari atau tidak, ketika menggambar figur manusia, seseorang dihadapkan pada masalah yang membutuhkan kemampuan memproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh dan sikap – sikap yang ditampilkan dalam figur manusia yang digambar. Oleh sebab itu, sebenarnya bukan menjadi masalah untuk melakukan interpretasi
secara bebas terhadap aspek – aspek yang seringkali mencerminkan masalah – masalah riil dan tingkah laku dari individu yang menggambar. Misalnya, tangan dikepalkan maka secara harfiah diartikan bahwa subjek menyatakan pertertentangan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi. Pertama, aspek – aspek yang langsung berhubungan dengan penampilan diri subjek. Aspek – aspek tersebut adalah ukuran figur, penempatan di kertas, kecepatan gerakan grafis, tekanan, kepadatan dan variasi garis yang digunakan, keurutan bagian – bagian yang digambar, sikap mental (pendirian), penggunaan latar belakang, perluasan lengan ke arah tubuh atau menjauhi tubuh, spontanitas ataupun kekakuan, penggambaran figur secara profil atau pandangan menghadap ke muka. Kedua, isi, yang mencakup detail – detail tubuh dan perlakuan pakaian, diinterpretasi sesuai dengan arti fungsionalnya. Selanjutnya hal – hal yang juga perlu diperhatikan adalah proporsi tiap bagian tubuh, kecenderungan – kecenderungan ketidaklengkapan, jumlah detail dan daerah konsentrasi detail, jumlah dan fokus penguatan, hapusan – hapusan dan perubahan – perubahan grafis, taraf simetri, cara membuat garis tengah dan suasana yang diekspresikan dalam wajah atau sikap figur (Machover, 1965).
Kategori – kategori penilaian tes DAP pada bagian torso adalah sebagai berikut :
1) Garis
Penilaian terhadap garis meliputi garis yang konsisten, garis yang kabur, garis yang tebal, garis yang tipis, tekanan yang berubah – ubah, garis tipis patah dan tidak tetap garis yang keriting patah berulang disertai tekanan ringan, garis seperti gergaji, garis terdiri dari garis – garis dasar, koordinasi yang jelek, garis yang tebal kotor shading berlebihan, sketsa, dan gambar tidak lengkap (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996).
2) Bahu
Kriteria penilaian pada bahu meliputi bahu yang lebar dan besar, bahu yang sempit (kecil), bahu yang persegi, bahu satu sisi tak seimbang dengan bagian lain, bahu yang sering dihapus dan diulang, serta bahu dengan proporsi dan bentuk yang bagus (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
3) Lengan
Kriteria penilaian pada lengan meliputi lengan dan tangan yang dihilangkan (terpotong / tertutup), posisi lengan yang menjauh dari tubuh, posisi lengan yang melekat pada tubuh, lengan tidak digambar sama sekali, lengan digambar tidak sesuai dengan
tangan, lengan dilipat (dimuka/sedakep), lengan dilipat dibelakang, lengan pendek sekali, lengan yang kecil dan tipis, lengan seperti sayap, lengan di belakang, lengan dengan garis tebal, lengan yang luas atau tebal, lengan yang panjang, lengan yang sangat panjang, lengan yang nampak meraih, garis lengan yang lansung dan lancar, dan lengan yang nampak terulur (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
4) Tubuh
Pada bagian tubuh, kriteria penilaian meliputi tubuh yang dihilangkan, tubuh yang panjang dan kecil, failure to close (tidak sambung), tubuh yang sangat kecil, tubuh yang sangat besar (lebar), serta tubuh yang digambar dengan shading tebal pada jenis kelamin lain (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
5) Pakaian dan Dasi
Pada pakaian dan dasi, kriteria penilaian meliputi pakaian yang digambar, pakaian yang terlalu lengkap, pakaian minim sekali, gambar tidak jelas antara berpakaian atau tidak, pada tambahan ornamen (dasi, kalung, dan lain – lain), serta dasi yang
ditekankan (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
6) Perhiasan
Kriteria penilaian pada bagian perhiasan adalah perhiasan ada secara mencolok (Universitas Gajah Mada, 1996).
7) Saku
Kriteria penilaian pada saku adalah bila saku ditekankan (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996).
8) Kancing baju
Kriteria penilaian pada bagian kancing saku meliputi kancing baju di bawah garis tengah, kancing baju sangat jelas atau menonjol atau ditekankan, serta kancing baju dalam manset (Universitas Gajah Mada,1996).
9) Ikat pinggang
Kriteria penilaian pada ikat pinggang adalah ikat pinggang yang ditekankan dengan shading kuat, dan tanpa ikat pinggang (Universitas Gajah Mada, 1996).
10) Pinggang
Pada bagian pinggang, kriteria penilaian meliputi pinggang yang ditekankan, pinggan dengan shading yang berlebihan, garis pinggang yang tidak jelas atau tidak tegas, serta pinggang yang terputus (Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
B. MDS (Multidimensional Scaling) 1. Pengertian MDS
Multidimensional scaling adalah teknik yang dapat
memvisualisasikan data kedekatan (proximity)yang dihasilkan melalui penilaian kemiripan terhadap pasangan – pasangan objek (Buja, Swayne, Littman, Dean dan Hofmann, 2004). Sebagai contoh, MDS sering digunakan dalam kasus marketing untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi pokok yang mendasari penilaian konsumen terhadap suatu produk, pelayanan, atau perusahaan. Teknik MDS dapat menduga apa sebenarnya dimensi-dimensi dasar dari penilaian subjek terhadap kemiripan atau pilihan dari objek-objek (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998)
MDS dapat membantu menentukan (1) apa saja dimensi yang subjek gunakan ketika menilai objek-objek, (2) berapa banyak dimensi yang mungkin mereka gunakan dalam situasi khusus, (3)
pentingnya hubungan dari masing-masing dimensi, dan (4) bagaimana objek-objek tersebut berhubungan secara perseptual (Hair et al, 1998)
Tujuan dari MDS adalah untuk mengubah penilaian subjek terhadap kemiripan atau pilihan ke dalam beberapa jarak yang digambarkan dalam ruang multidimensional. MDS menghasilkan perceptual map yang juga dikenal dengan spatial map dan digunakan untuk menunjukkan posisi hubungan dari semua objek. MDS adalah teknik yang didasarkan pada perbandingan dari objek-objek. Subjek mungkin melihat perbandingan karakteristik fisik dari berbagai objek. Selain itu subjek juga bisa membandingkan objek-objek dengan melihat perbedaan atau merasakan perbedaan kualitas dari berbagaiobjek (Hair et al, 1998).
Misalnya seorang produsen ingin melihat dimensi-dimensi apa yang menjadi dasar ketika konsumen melakukan penilaian terhadap tiga produk permen. Produsen meminta konsumen untuk menilai tingkat kemiripan antara produk permen satu dengan yang lain. Kemudian dari skor tingkat kemiripan tersebut, dapat dihasilkan suatu peta yang menggambarkan posisi kedekatan antara produk permen yang satu dengan yang lainnya. Produsen dapat menentukan dimensi apa yang mendasari penilaian konsumen dengan melihat kemiripan
dan perbedaan produk-produk permen melalui peta yang
dapat diketahui dimensi apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam menilai misalnya rasa dan warna bungkus permen.
2. Tahap-tahap yang digunakan dalam MDS
MDS dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap – tahap di bawah ini adalah tahap – tahap yang dirumuskan oleh Hair et al. (1998).
a. Penetapan tujuan MDS
MDS adalah cara yang paling tepat digunakan untuk mencapai 2 tujuan yaitu:
1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi yang tidak dikenal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.
2) Mendapatkan penilaian subjek terhadap perbandingan objek-objek ketika dasar perbandingan tidak diketahui. Penetapan tujuan MDS tersebut bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan jika 3 hal utama di bawah ini dilakukan yaitu:
1) Memilih objek-objek yang akan dievaluasi
Peneliti harus menggunakan objek-objek yang bisa dibandingkan dan memiliki hubungan. Jika objek-objek yang dievaluasi tidak bisa dibandingkan (noncomparable), peneliti berarti bukan hanya memaksakan untuk menduga dimensi perseptual yang membedakan objek-objek yang dapat dibandingkan, tetapi juga menduga dimensi-dimensi
yang membedakan objek-objek yang tidak dapat dibandingkan. Dengan demikian, pertanyaan penelitian tidak akan terjawab.
2) Memilih menggunakan data kemiripan atau pilihan Selanjutnya peneliti harus memilih dasar dari penilaian yang akan dilakukan yaitu berdasarkan kemiripan atau pilihan. Dalam data kemiripan,subjek tidak menggunakan aspek baik-buruk dalam menilai objek-objek sedangkan data pilihan menggunakan aspek baik-buruk dalam membandingkan objek-objek. Data kemiripan mewakili kemiripan-kemiripan atribut dan dimensi perseptual dari perbandingan objek-objek sedangkan data pilihan mewakili apa yang lebih dipilih individu dari objek-objek yang dinilai.
3) Memilih menggunakan analisis agregat atau disagregat Dalam mempertimbangkan apakah akan menggunakan kemiripan atau pilihan, ada 2 cara analisis yang dapat dilakukan yaitu analisis agregat dan disagregat. Dalam analisis disagregat, peneliti menggunakan persepsi subjek terhadap stimulus dan membuat output dari representasi
kedekatan stimulus dalam ruang multidimensional
sedangkan dalam analisis agregat, peneliti menghitung rata-rata penilaian dari seluruh subjek dan mendapat satu
penyelesaian untuk satu kelompok yang terdiri dari subjek-subjek secara keseluruhan.
Pilihan peneliti dalam menggunakan analisis disagregat atau agregat didasarkan pada studi objektif. Jika fokus penelitian adalah untuk mencari tahu keseluruhan penilaian terhadap objek-objek dan dimensi-dimensi yang mendasari penilaian tersebut, maka analisis agregat adalah metode yang paling cocok. Tetapi jika fokus penelitian adalah untuk mengetahui variasi diantara subjek-subjek, maka pendekatan disagregat adalah pendekatan yang paling bisa membantu.
b. Membuat desain penelitian MDS
Hal-hal yang harus dilakukan untuk membuat desain penelitian MDS yaitu:
1) Memilih akan menggunakan pendekatan
dekomposisional ataukomposisional
Dalam pendekatan dekomposisional, pengukuran dilakukan meliputi semua kesan dan penilaian subjek terhadap objek-objek kemudian mencoba untuk mendapatkan posisi-posisi berjarak dalam ruang multidimensional yang merefleksikan
persepsi-persepsi subjek tersebut. Pendekatan
menentukan atribut terlebih dahulu kemudian meminta subjek melakukan penilaian berdasarkan atribut yang telah ditentukan tersebut.
2) Menggunakan metode metrik atau non metrik
Pada metode metrik, input data yang digunakan adalah data yang bersifat interval dan ratio sedangkan pada metode non metrik, input data yang digunakan adalah data yang bersifat nominal dan ordinal.
3) Menentukan akan menggunakan data kemiripan atau pilihan
Ketika pengumpulan data dilakukan dengan data
kemiripan, peneliti mencoba menentukan objek-objek mana yang paling mirip dan tidak mirip dengan objek-objek lainnya. Ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan persepsi subjek dalam data kemiripan, diantaranya yaitu:
a. Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan objek yang sudah ditentukan peneliti
b. Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan objek yang ditentukan sendiri oleh subjek (subjek bebas membuat pasangan-pasangan)
c. Menggunakan atribut tertentu untuk digunakan sebagai dasar dalam subjek melakukan penilaian
Pada data pilihan, subjek melakukan penilaian terhadap kesukaan terhadap pasangan-pasangan objek-objek. Ada 2 cara yang bisa dilakukan, diantaranya yaitu:
1. Subjek membuat tingkatanobjek-objek dari objek yang paling dipilih sampai objek yang paling tidak dipilih.
2. Subjek diminta menunjukkan kemungkinan pasangan dan menentukan pasangan mana yang lebih dipilih.
c. Menentukan posisi objek di dalam peta perceptual (perceptual map)
Setelah penilaian terhadap kemiripan-kemiripan dari objek-objek tersebut didapatkan, kemudian data-data tersebut dimasukkan dalam suatu ruang yang disebut peta perceptual (perceptual map).Peta perceptual (perceptual map) juga dikenal dengan peta spasial (spatial map) dan digunakan untuk menunjukkan posisi hubungan dari semua objek.
d. Menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual (perceptual map)
Berdasarkan kemiripan-kemiripan objek yang ada dalam peta perceptual (perceptual map), kemudian hal yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan apa saja kira-kira dimensi yang
mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap kemiripan – kemiripan objek – objek tersebut.
Cara menentukan banyaknya dimensi adalah dengan melihat titik yang dekat dengan titik – titik yang memiliki perubahan nilai stress yang tidak banyak (monotonically increasing line) sehingga grafik yang terbentuk hampir merupakan garis yang mendatar. Titik yang digunakan untuk menentukan dimensi dalam scree plot sering disebut sebagai elbow(Wickelmaier, 2003).
d. Menginterpretasi hasil dari MDS
Setelah menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual (perceptual map), hal selanjutnya yang dilakukan adalah memberikan label/ nama terhadap dimensi-dimensi yang sudah ditemukan tadi. Ada 2 cara yang digunakan dalam memberikan nama terhadap dimensi-dimensi yaitu dengan prosedur subjektif atau prosedur objektif.
f. Validasi hasil MDS
Validasi dalam MDS merupakan suatu tahapan yang penting layaknya teknik multivariat yang lain. Uji validasi MDS dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan menggunakan split or multisample comparison, yaitu dengan
membagi dua data yang telah ada, atau mencari data baru, kemudian mencari rerata dari perbandingan tersebut. Cara kedua yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan dua metode MDS, yaitu pendekatan dekomposisional dan komposisional. Pendekatan dekomposisional dilakukan terlebih dahulu, selanjutnya hasil yang didapat dengan menggunakan pendekatan ini dicek dengan menggunakan pendekatan komposisional.
C. KERANGKA PENELITIAN
Tes DAP (Draw-A-Person) memiliki beberapa kriteria yang digunakan untuk menginterpretasi gambar pada bagian torso. Kriteria yang sudah ada dalam penilaian tes DAP sebelumnya antara lain kualitas garis yang tipis dan tebal. Kriteria penilaian selanjutnya adalah kriteria yang berada pada bagian torso misalnya bentuk bahu yang lebar, penghapusan bahu, bentuk badan yang kecil, bentuk badan yang memanjang, bentuk badan yang bulat, posisi lengan menjauhi tubuh, lengan yang melekat pada tubuh, lengan yang digambar satu dimensi, dan lengan yang panjang. (Machover, 1987).
Pembuatan kriteria penilaian untuk menginterpretasi gambar dari tes DAP tersebut bersifat subjektif. Hal ini disebabkan kriteria penilaian dari tes DAP dibuat berdasarkan penilaian intuitif saja (Gregory, 1996). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuat kriteria tes DAP
yang lebih objektif. Usaha tersebut dilakukan dengan mencari dimensi-dimensi yang mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap gambar torso pada tes DAP. Peneliti akan mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut langsung dari penilaian subjek terhadap gambar yang dibuat oleh subjek. Teknik yang dapat digunakan untuk menjembatani cara mengidentifikasi dimensi tanpa mengetahui atributnya terlebih dulu ini adalah teknik Multidimensional Scaling (MDS).
Teknik Multidimensional Scaling (MDS) merupakan teknik untuk menemukan atribut – atribut atau dimensi – dimensi yang memperngaruhi subjek dalam mengevaluasi suatu objek (Wickelmaier, 2003). Oleh karena itu, penelitian ini nantinya akan menghasilkan dimensi – dimensi yang digunakan subjek dalam memberikan penilaian kemiripan antara satu gambar dengan gambar lainnya. Selain itu, penggunaan subjek yang awam terhadap tes DAP memungkinkan dimensi – dimensi yang muncul adalah dimensi – dimensi yang belum ada dalam kriteria penilaian tes DAP sebelumnya.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP?
2. Bagaimana deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP?
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan dimensi – dimensi yang digunakan subjek untuk membedakan satu gambar dengan gambar lainnya.
B. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah data kemiripan (similarity data) terhadap gambar tes DAP bagian torso.
C. Definisi Operasional
Data kemiripan (similarity data) terhadap gambar tes DAP bagian torso adalah penilaian kedekatan yang diberikan subjek pada gambar-gambar manusia bagian torso yang dibandingkan dengan gambar-gambar manusia lainnya yang dihasilkan dari pemberian tes DAP. Instruksi tes DAP yang diberikan adalah “buatlah gambar manusia”. Instruksi tersebut dapat juga ditambahkan dengan, “gambarlah sesukamu” jika subjek bertanya lebih lanjut setelah mendapat instruksi pertama (Urban, 1968)
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 20 orang mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta. 16 orang diantaranya adalah wanita dan 4 orang sisanya adalah laki – laki. Pemilihan subjek ini dilakukan dengan teknik pengambilan sampel accidental.
Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang belum pernah mengenal interpretasi tes DAP. Penggunaan subjek yang awam terhadap tes DAP akan menghindarkan data penelitian yang dipengaruhi oleh kriteria interpretasi DAP oleh Machover.
Subjek dalam penelitian ini akan diberikan tes DAP dan sekaligus kemudian akan diminta untuk memberikan penilaian kedekatan pada gambar-gambar tes DAP bagian torso. Hal ini dilakukan karena saat seseorang mempersepsi sesuatu pasti didasari oleh pengalaman yang pernah terjadi dalam kehidupannya. Begitu pula saat subjek menggambar manusia, subjek secara tidak sadar atau sadar pasti akan memproyeksikan kecenderungan kepribadiannya di atas kertas dan dipengaruhi pengalamannya pula. Oleh karena itu, saat subjek diminta untuk menggambar dan menilai diharapkan akan ditemukan hal-hal yang menonjol yang mendasari subjek dalam memberikan penilaian terhadap gambar. Hal-hal yang menonjol tersebut juga pasti merupakan hasil proyeksi individu dari pengalaman hidupnya.
E. Metode Pengambilan Data
Langkah – langkah yang dilakukan peneliti sebelum melakukan pengambilan data adalah sebagai berikut :
1. Penetapan Tujuan MDS
a. Memilih objek-objek yang akan dievaluasi
Penulis menggunakan gambar-gambar tes DAP sebagai objek yang akan dievaluasi.
b. Memilih menggunakan data kemiripan atau pilihan
Penulis menggunakan data kemiripan karena penulis akan melihat kemiripan-kemiripan atribut dari perbandingan gambar-gambar tes DAP. Atribut yang dimaksud di sini adalah deskripsi bagian pada interpretasi tes DAP.
c. Memilih menggunakan analisis agregat atau disagregat
Penelitian ini menggunakan analisis agregat karena fokus penelitian adalah untuk mencari tahu keseluruhan penilaian terhadap gambar-gambar tes DAP dan dimensi-dimensi yang mendasari penilaian tersebut.
2. Membuat Desain Penelitian MDS
a. Memilih akan Menggunakan Pendekatan Dekomposisional atau Komposisional
Penelitian ini menggunakan pendekatan dekomposisional karena subjek tidak menggunakan atribut dalam melakukan penilaian terhadap gambar – gambar tes DAP.
b. Menggunakan Metode Metrik atau Non Metrik
Penelitian ini menggunakan metode non metric karena data yang digunakan bersifat ordinal.
c. Menentukan akan Menggunakan Data Kesamaan atau Pilihan Penelitian ini menggunakan data kesamaan dari perbandingan pasangan – pasangan gambar tes DAP yang sudah ditentukan peneliti.
Metode pengambilan data dilakukan selama 5 hari. Pada hari pertama, 20 subjek diminta untuk mengerjakan tes DAP. Pada hari kedua hingga kelima, 20 subjek yang mengerjakan tes DAP tersebut diminta untuk memberikan penilaian kedekatan antara satu figur dengan figur yang lain yang diperoleh dari tes DAP. Penilaian kedekatan diberikan dalam bentuk skala (skala 1 – 5, 1 berarti kedekatan dua objek yang dibandingkan semakin besar atau semakin banyak kemiripannya, sedangkan 5 berarti kedekatan semakin kecil atau semakin sedikit
kemiripannya). Pencatatan hasil perbandingan dilakukan secara manual pada tabel perbandingan (Lampiran 2).
F. Analisis Data
Respon yang didapatkan akan dianalisis menggunakan teknik MDS dengan bantuan SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version. Pertama, hasil skor yang dicatat secara manual tadi dimasukkan ke dalam perceptual map, kemudian langkah yang kedua adalah menentukan jumlah dimensi dalam perceptual map, dan ketiga, dilakukan interpretasi hasil perceptual map.
Interpretasi hasil perceptual map dilakukan dengan memberikan label terhadap dimensi-dimensi yang sudah ditemukan. Cara memberikan label terhadap dimensi-dimensi tersebut adalah dengan melihat posisi dan jarak gambar-gambar tes DAP bagian torso. Semakin dekat jarak antar gambar menunjukkan gambar tersebut memiliki kemiripan dan begitu pula sebaliknya. Peneliti melihat hal-hal menonjol yang mendasari kemiripan dan perbedaan gambar. Hal itulah yang akan dinamakan dengan dimensi. Setelah itu, peneliti melakukan tiga kali pengecekan untuk menjaga objektivitas interpretasi dimensi tersebut.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15-18, 22 Maret 2011.
Pengambilan data dilakukan dengan meminta 20 subjek mengerjakan tes DAP. Selanjutnya, subjek diminta untuk membandingkan 20 gambar yang ada. Subjek hanya diminta untuk membandingkan gambar bagian torso saja. Pada tanggal 15 Maret 2011, 20 subjek diminta untuk mengerjakan tes DAP, lalu 4 subjek diminta membandingkan gambar. Pengambilan data dilakukan selama 5 jam. Pada tanggal 16 Maret 2011, 5 subjek berikutnya diminta untuk membandingkan gambar. Pengambilan data dilakukan selama 4 jam. Pada tanggal 17 Maret 2011, 4 subjek diminta membandingkan gambar. Pengambilan data dilakukan selama 3 jam. Pada tanggal 18 Maret 2011, 4 subjek berikutnya diminta membandingkan gambar. Pengambilan data juga berlangsung selama 3 jam. Lalu pada hari terakhir yaitu pada tanggal 22 Maret 2011, 3 subjek terakhir diminta pula untuk membandingkan gambar. Pengambilan data berlangsung selama 2 jam.
Pengambilan data yang dilakukan menghasilkan 3800 skor perbandingan gambar dengan masing-masing subjek sebanyak 190 skor perbandingan. Pencatatan skor tersebut dilakukan secara manual pada tabel skor (terlampir). Hasil skor pada tabel kemudian dimasukkan ke dalam SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version dan diolah dengan
menggunakan MDS. Setelah didapatkan perceptual map, peneliti menentukan jumlah dimensi yang ditemukan dan kemudian dilakukan interpretasi terhadap dimensi yang sudah ditemukan dalam perceptual map dengan cara memberikan label pada dimensi tersebut. Cara yang digunakan peneliti untuk menjaga objektivitas interpretasi adalah dengan melakukan pengecekan interpretasi sebanyak tiga kali.
Kesulitan yang dialami dalam penelitian ini adalah
mempertahankan subjek untuk tetap mau datang lagi untuk membandingkan gambar-gambar, terutama subjek mendapatkan jadwal di hari lain setelah dilakukan pengetesan DAP. Hal itu diatasi dengan cara memberikan jadwal terlebih dahulu kepada subjek. Jika subjek tidak bisa hadir pada jadwal itu maka peneliti mengganti jadwal dengan menyesuaikan waktu kosong yang subjek miliki. Selain itu, kesulitan yang dialami adalah untuk tetap mempertahankan konsentrasi subjek dalam membanding-bandingkan gambar. Cara yang digunakan untuk mengatasi ini adalah dengan memberikan gambaran tentang apa yang akan subjek lakukan dan memberitahukan kepada subjek bahwa pengambilan data akan dilakukan dalam proses yang cukup lama sehingga subjek diminta untuk mengambil posisi duduk yang paling nyaman.
B. Hasil Penelitian
Pertama, data dikumpulkan dengan mencari 3800 skor perbandingan gambar dari 20 subjek. Selanjutnya, data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan MDS dengan bantuan Software Statistical Package for Social Sciences(SPSS) versi 15,0 for Windows.
1. Banyaknya Dimensi
Dimensi yang paling banyak dapat dihasilkan dari data 20 subjek tersebut adalah 19 dimensi, sedangkan dimensi paling sedikit yang dapat dihasilkan yaitu 2 dimensi.
Analisis data memberikan hasil sebagai berikut:
Dari gambar 1 di atas, peneliti memutuskan untuk menggunakan 4 dimensi dari 19 dimensi yang ada. Keputusan tersebut didasarkan atas asumsi bahwa MDS adalah solusi terbaik pada scree plot adalah dimensi yang dekat dengan dimensi-dimensi yang memiliki selisih nilai stress yang tidak begitu signifikan (monotonically increasing line) (Wicklmaier, 2003). Pada grafik di atas, nilai stress antara dimensi 2 sampai dimensi 18 memiliki selisih perubahan yang tidak begitu signifikan. Nilai stress dimensi 2 sampai dimensi 18 disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.
Nilai Stress dimensi 2 sampai dimensi 18 No. Dimensi Normalized Raw Stress
1. 2 0,13631 2. 3 0,07854 3. 4 0,04915 4. 5 0,03484 5. 6 0,02618 6. 7 0,02037 7. 8 0,01645 8. 9 0,01360 9. 10 0,01171 10. 11 0,00955 11. 12 0,00768 12. 13 0,00662 13. 14 0,00542 14. 15 0,00426 15. 16 0,00315 16. 17 0,00234 17. 18 0,00110
2. Interpretasi Dimensi
Data penyebaran skor pada 4 dimensi yang akan dianalisis, dimasukkan ke dalam perceptual map sebagai berikut:
Gambar 2. Perceptual Map Dimensi 1 dan 2
a. Dimensi 1
Gambar 2 di atas merupakan perceptual map dari dimensi
1 dan dimensi 2. Misalnya pada dimensi 1, gambar 13 dan gambar 20 memiliki jarak yang dekat. Hal itu menunjukkan bahwa antara gambar 5 dan gambar 20 terdapat kemiripan. Kemiripan dari gambar 5 dan gambar 20 tersebut adalah bentuk bahu. Dalam gambar
VAR00002 0.50 0.25 0.00 -0.25 -0.50 V A R 0 0 0 0 1 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 -0.20 -0.40 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
tersebut dapat dilihat juga kemiripan yang muncul di antara gambar 2 dan gambar 11 adalah bentuk bahu dan lebar bahu. Selain itu, gambar 4 dan gambar 9 memiliki kemiripan pada bentuk bahu dan lebar bahu. Pada gambar 2 dan gambar 19 ada kemiripan pada bentuk bahu, lebar bahu, dan bentuk torso. Gambar 3 dan gambar 17 memiliki kemiripan gambar pada bentuk bahu, bentuk lengan, dan bentuk tangan. Sedangkan pada gambar 1 dan gambar 7, kemiripan gambar yang muncul adalah bentuk bahu, posisi tangan, dan bentuk torso. Pada dimensi 1, gambar-gambar yang tidak memiliki kedekatan juga memiliki perbedaan pada bentuk bahu. Misalnya saja gambar nomor 9 dan 20 memiliki bentuk bahu yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan untuk memberikan label bentuk bahu pada dimensi 1. Kontinum pada dimensi bentuk bahu bergerak dari bentuk bahu persegi sampai bentuk bahu yang melengkung.
Gambar 3. Contoh kontinum gambar pada dimensi bentuk bahu
b. Dimensi 2
Selanjutnya, gambar-gambar yang memiliki kedekatan pada
dimensi 2 adalah gambar nomor 2 dan 9. Gambar nomor 2 dan 9 memiliki kemiripan pada bentuk badan dan ketebalan garis. Selain itu, pada gambar nomor 3 dan 4, kemiripan yang muncul adalah bentuk badan dan garis pinggang. Begitu pula pada gambar nomor 5 dan 7, kemiripan yang muncul adalah bentuk badan, kerah baju, garis pinggang, dan pengulangan garis. Pada gambar nomor 7 dan 14 terdapat kemiripan pada bentuk badan. Gambar nomor 11 dan 12 memiliki kemiripan pada bentuk badan, ketebalan garis, dan pengulangan garis. Pada dimensi 2, gambar-gambar yang tidak memiliki kedekatan juga memiliki perbedaan bentuk badan. Misalnya saja gambar nomor 10 dan 12 memiliki bentuk badan yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan untuk memberikan label bentuk badan untuk dimensi 2. Kontinum dimensi bentuk badan bergerak dari bentuk badan yang mengecil sampai bentuk badan yang lebar.
Gambar 5. Perceptual Map Dimensi 3 dan 4
c. Dimensi 3
Gambar 3 di atas merupakan perceptual map dari dimensi 3
dan 4. Pada dimensi 3 dalam perceptual map, gambar nomor 10 dan 11 memiliki kemiripan pada bentuk bahu, aksesoris tambahan yang dipakai, dan kualitas garis. Pada gambar nomor 15 dan 19 terdapat kemiripan pada bentuk bahu, panjang lengan, pengulangan garis, dan kualitas garis. Gambar nomor 8 dan 9 juga terlihat memiliki kedekatan dalam perceptual map. Kemiripan yang terdapat pada gambar nomor 8 dan 9 adalah bentuk bahu, bentuk torso, kancing baju, jari yang digambar, posisi lengan, dan kualitas garis. Pada
VAR00004 0.60 0.30 0.00 -0.30 -0.60 V A R 0 0 0 0 3 0.50 0.25 0.00 -0.25 -0.50 -0.75 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
gambar nomor 4 dan 12 kemiripan yang muncul adalah bentuk bahu, motif baju, posisi tangan, pengulangan garis, dan kualitas garis. Pada dimensi 3, gambar-gambar yang tidak memiliki kedekatan juga memiliki perbedaan pada kualitas garis. Misalnya gambar nomor 7 dan 20 memiliki kualitas garis yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan untuk memberikan label kualitas garis pada dimensi 3. Kontinum dimensi kualitas garis bergerak dari garis yang tipis menjadi garis yang semakin tebal
Gambar 6. Contoh kontinum gambar pada dimensi kualitas garis
d. Dimensi 4
Gambar-gambar yang memiliki kedekatan pada dimensi 4
misalnya gambar nomor 1 dan 5. Kemiripan yang muncul pada gambar nomor 1 dan 5 adalah bentuk bahu, posisi lengan, dan tekanan garis. Selain itu, gambar nomor 3 dan 9 memiliki kemiripan pada bentuk bahu, kerah baju, kancing baju, ikat pinggang, jari yang digambar, dan posisi lengan. Selanjutnya, pada gambar nomor 4 dan 20 terdapat kemiripan pada bentuk bahu dan posisi lengan. Gambar
nomor 1 dan 10 memiliki kemiripan pada posisi lengan dan pengulangan garis. Sedangkan pada gambar nomor 7 dan 8 terdapat kemiripan pada aksesoris, bentuk bahu, kancing baju, dan posisi lengan. Pada dimensi 4, gambar-gambar yang tidak memiliki kedekatan juga memiliki perbedaan pada posisi lengan. Misalnya gambar nomor 2 dan 10 memiliki posisi lengan yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan untuk memberikan label posisi lengan pada dimensi 4. Kontinum dimensi posisi lengan bergerak dari posisi lengan yang dilipat ke belakang badan sampai posisi lengan yang terbuka.
C. Pembahasan
1. Banyaknya Dimensi
Dari hasil penelitian, peneliti memutuskan untuk menggunakan 4 dimensi dari 19 dimensi yang ada pada gambar tes DAP bagian torso. Keempat dimensi tersebut adalah bentuk bahu, bentuk badan, kualitas garis, dan posisi lengan.
2. Interpretasi Dimensi a. Bentuk bahu
Bentuk-bentuk bahu yang ditemukan dalam perceptual map adalah bahu yang berbentuk persegi (seperti pada gambar nomor 5, 6, 7, 11, dan 12 terlampir), bahu yang melengkung (seperti pada gambar nomor 8, 9 dan 19, terlampir), bahu yang tidak seimbang (seperti pada gambar nomor 3 dan 17, terlampir). Bentuk bahu persegi dan bahu yang tidak seimbang merupakan kriteria yang telah ada pada penilaian tes DAP sebelumnya (Machover, 1987;
Universitas Muhammadiyah Malang; Universitas Katolik
Soegijapranata, 1998). Bentuk bahu yang melengkung belum ada dalam kriteria penilaian tes DAP sebelumnya.
b. Bentuk badan
Bentuk-bentuk badan yang ditemukan pada perceptual map adalah bentuk badan yang mengecil (pada gambar nomor 2 dan 9, terlampir), bentuk badan yang lebar (pada gambar nomor 7 dan
14, terlampir). Bentuk badan yang mengecil dan bentuk badan yang lebar merupakan kriteria yang sudah ada pada penilaian tes DAP sebelumnya (Machover, 1987; Universitas Muhammadiyah Malang; Universitas Gadjah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
c. Kualitas garis
Kualitas garis yang muncul pada perceptual map adalah garis yang tebal (pada gambar nomor 8, 9, 10, 11, dan 19) dan garis yang tipis (pada gambar nomor 3, 4, dan 15). Garis yang tebal dan garis yang tipis merupakan kriteria yang ada pada dimensi kualitas garis pada penilaian tes DAP sebelumnya (Machover, 1987; Universitas Muhammadiyah Malang; Universitas Gadjah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
d. Posisi lengan
Posisi lengan yang muncul pada perceptual map adalah posisi lengan terbuka (pada gambar nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, dan 20, terlampir) dan posisi lengan di belakang badan (pada gambar 2, 12, dan 14, terlampir). Posisi lengan yang terbuka tidak terdapat pada kriteria dari penilaian tes DAP sebelumnya. Pada tes DAP sebelumnya, kriteria yang ada adalah lengan dilipat ke belakang badan (Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Gadjah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
D. Keterbatasan Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini masih tergolong sangat sedikit. 2. Hasil penelitian tidak bisa digeneralisasikan.
3. Interpretasi pemberian label terhadap suatu dimensi hanya dilakukan oleh peneliti saja.
4. Interpretasi pemberian label terhadap suatu dimensi tidak dilakukan terpisah antara gambar subjek laki-laki dan gambar subjek perempuan.
5. Pada penelitian ini, proses validasi tidak dilakukan.
6. Dalam melakukan perbandingan gambar, subjek tidak memberikan pendapat tentang bagian gambar mana yang dianggap memiliki kemiripan sehingga interpretasi pemberian label terhadap suatu dimensi menjadi subjektif karena hanya dilakukan oleh peneliti saja.
44
BAB V
KESIMPULANDAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Jumlah dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP adalah 4 dimensi.
2. Dimensi-dimensi yang ditemukan tersebut adalah bentuk bahu (bahu yang persegi, bahu yang tidak seimbang, dan bahu yang melengkung), bentuk badan (badan yang mengecil dan badan yang lebar), kualitas garis (garis yang tebal dan tipis), dan posisi lengan (lengan yang dilipat ke belakang badan dan lengan yang terbuka).
3. Kriteria bentuk bahu yang melengkung dan posisi lengan yang terbuka belum terdapat pada kriteria penilaian tes DAP sebelumnya.
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya
a. Pada penelitian berikutnya diharapkan ada penambahan jumlah subjek karena subjek penelitian ini masih tergolong sangat sedikit. b. Pada penelitian berikutnya, interpretasi terhadap hasil penelitian
diharapkan dapat dilakukan oleh beberapa orang.
c. Pada penelitian berikutnya diharapkan interpretasi pemberian label terhadap suatu dimensi dilakukan terpisah antara gambar subjek laki-laki dan gambar subjek perempuan.
d. Pada penelitian berikutnya diharapkan dapat dilakukan proses validasi.
e. Pada penelitian berikutnya diharapkan subjek juga memberikan pendapatnya tentang bagian gambar mana yang dianggap memiliki kemiripan dalam melakukan perbandingan gambar sehingga interpretasi pemberian label terhadap suatu dimensi menjadi lebih objektif.
f. Peneliti berikutnya diharapkan untuk bisa menggunakan metode analisis data kuantitatif lain yang dapat mengakomodasi subjek dalam jumlah yang lebih banyak.
46
DAFTAR PUSTAKA
Abt, L. E., & Bellak,L. (1959). Projective Psychology : Clinical Approaches to The Total Personality. New York : Grove Press.
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing 7th ed. New
Jersey : Prentice Hall.
Cohen, R. J., Swerdlik, M E. (2005). Psychological Testing and
Assessment: An Introduction to Tests and Measurement 6th ed. New
York : Mc Graw – Hill.
Fakultas Psikologi. (1998). Manual Tes Grafis : Psikodiagnostik IV. Semarang : Universitas Soegijapranata.
Fakultas Psikologi. Proyeksi Kepribadian Tes Grafis : Suatu Metode Analisa Kepribadian. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Fakultas Psikologi. (1996). Test Grafis. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Gregory, R. J. (1996). Psychological Testing : History, Principles, and
Applications 2nd ed. USA : Allyn and Bacon.
Hair, Jr., Anderson, R. E., Tatham, R. L., Black, W. C. (1998).
Multivariate Data Analysis 5th ed. New Jersey : Prentice Hall.
Kniel, A., & Kniel, C. (2008). The Draw a Person Test for Ghana. Ghana :
University of Education, Winneba. Diunduh dari
http://www.ghanaproject.de pada tanggal 3 Agustus 2010
Kubierske, Francoise. (2008). The Usefulness of The Draw – A – Person : Screening Procedure for measuring Emotional Disturbance (DAP : SPED) in South African Children, 33 – 34. South Africa :
University of Johannesburg. Diunduh dari
http://ujdigispace.uj.ac.za pada tanggal 3 Agustus 2010.
Machover, K. (1987). Personality Projection in The Drawing of The
Human Figure : A Method of Personality Investigation 6th ed. (Alih
Urban, W. H. (1968). The Draw – A – Person: Catalogue for Interpretative Analysis. California : Western Psychological Services.
Wickelmaier, F. (2003). An introduction to MDS. Diunduh 6 Mei, 2011, darihttp://homepages.unituebingen.de/florian.wickelmaier/pubs/Wi ckelmaier2003SQRU.pdf