• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menimba ilmu dari segala segi proses kehidupan yang membuat seseorang awalnya tidak tahu menjadi tahu dan tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan memungkinkan adanya proses belajar mengajar antara pengajar dengan peserta didik dan terjadinya interaksi antara pemberi ilmu dan penerima ilmu..

Pendidikan dalam arti sempit menurut Suriansyah (2011) dapat dikatakan sebagai pengajaran, dimana masyarakat melakukan proses belajar mengajar untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Dalam Suriansyah (2011) juga dijelaskan bahwa menurut UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, pendidikan merupakan suatu kegiatan dan usaha yang dilakukan secara sadar oleh peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran guna memperoleh ilmu sekaligus mengembangkan potensi spiritual, pengendalian diri, dan keterampilan guna memajukan bangsa dan negara.

2. Pengertian Karakter

Karakter menurut Omer (2005) merupakan gabungan dari perilaku, pemikiran, dan cara pandang seseorang yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter dapat menjadi identitas dan ciri khas yang melekat pada seseorang karena

(2)

14

karakter setiap orang yang berbeda-beda. Karakter seseorang menunjukkan jati diri yang sesungguhnya sehingga orang lain dapat menilai kualitas diri seseorang tersebut. Memiliki karakter yang baik merupakan keinginan semua manusia, karena dapat menjadikan dirinya lebih unggul, beradab, dan mudah diterima di masyarakat. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi karakter seseorang, diantaranya adalah faktor keluarga, lingkungan, pendidikan, dan itikad dari dirinya sendiri.

Karakter tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan melalui proses yang panjang dalam hidup sehingga seseorang dapat memiliki karakternya sendiri sesuai dengan dirinnya. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor pembentuk karakter seseorang, karena melalui pendidikan seseorang diajarkan bagaimana untuk menjadi pribadi yang berintelektual serta memiliki karakter yang baik.

Omer (2005) menjelaskan secara terminologi, karakter mengandung dua hal, yakni values/nilai dan kepribadian. Dua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan cerminan diri yang melekat pada diri seseorang. Nilai dan kepribadian tersebut akan selalu mengiringi perjalanan hidup seseorang tersebut dan akan menjadi sebuah “identitas” yang menjadi tolak ukur orang lain dalam menilai, memandang, dan memperlakukan orang tersebut. Oleh karena itu, memiliki karakter baik seperti kejujuran, keadilan, dan

(3)

15

tanggung jawab sangatlah penting bagi setiap orang agar dirinya memiliki nilai baik dimata Tuhan, orang lain, dan dirinya sendiri. 3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut penjelasan Omer (2005) pada umumnya merupakan suatu sistem penamaan nilai- nilai karakter seperti pengetahuan, kesadaran, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pengembangan karakter berbangsa dan bernegara dilakukan oleh tiap individu dalam kehidupan sehari-harinya, namun bila mengingat saat ini masyarakat hidup dalam kelompok sosial di mana perbuatan dan tindakan memiliki dampak terhadap lingkup sosial. Hal tersebut mendorong pendidikan karakter tiap individu ditekankan untuk kemudian diterapkan dalam lingkup sosial dan dapat memberi dampak baik bagi individu lainnya.

Pendidikan karakter mengajarkan seseorang untuk memiliki karakter yang baik kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan karakter adalah proses seseorang belajar bagaimana untuk menumbuhkan karakter yang baik dalam dirinya sesuai dengan norma yang ada dalam masyakarat dan aturan yang berlaku dalam tata hukum negara. Pendidikan karakter bisa didapatkan dimanapun, mulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga, masyakarat sekitar, hingga dalam satuan pendidikan yaitu sekolah.

Saat ini sekolah-sekolah di Indonesia sedang dan sudah menjalankan PPK (Program Penguatan Pendidikan Karakter) guna

(4)

16

membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter baik selain memiliki intelektualitas tinggi. PPK dijalankan dengan mengutamakan proses pengembangan potensi peserta didik dalam berperilaku dan berpikiran baik sesuai dengan nilai-nilai dalam Pancasila merujuk dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016).

Para guru selalu mengajarkan tata krama, tata tertib, hingga etika dalam berperilaku kepada peserta didik dengan tujuan mereka dapat membiasakan diri untuk menjadi pelajar yang berkarakter baik. Proses dalam melaksanakan pendidikan karakter tentu menemui banyak kendala mengingat peserta didik yang homogen dengan berbagai latar belakang dan kepribadian menjadikan hal tersebut tantangan tersendiri bagi para guru untuk selalu memantapkan pendidikan karakter pada mereka.

Muchtar dan Suryani (2019) menjelaskan bahwa melalui pendidikan karakter, para generasi penerus bangsa diharapkan dapat memiliki karakter yang kuat agar dapat membangun bangsa ini menjadi lebih baik dengan pondasi utama yang kuat, karena bangsa yang berkarakter kuat akan mampu bertahan dan disegani oleh negara-negara lain di dunia.

4. Karakter Integritas

Integritas merupakan karakter seseorang yang berpegang

teguh pada prinsip yang dianutnya, bersikap jujur,

(5)

17

karakter integritas cenderung sulit untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dan berlawanan dengan prinsipnya yang lurus, karena orang seperti itu akan selalu memikirkan dampak dari apapun yang ia lakukan sehingga lebih berhati-hati dan bijak dalam berperilaku. Karakter integritas merupakan salah satu karakter penting yang harus dimiliki oleh generasi penerus bangsa, karena bila bangsa ini dipegang oleh orang yang berintegritas akan mempermudah jalan untuk menjadi negara yang maju, jujur, transparan, dan bermoral. Pada masa sekarang cukup sulit menemukan orang yang memiliki karakter integritas tinggi dikarenakan tuntutan zaman dan masyarakat sehingga manusia tidak lagi menjunjung tinggi integritas. Oleh karena itu, pendidikan karakter dalam membentuk integritas dalam jiwa peserta didik merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam pembentukan karakter ini.

Menurut Kurniawan dan Rahayu (2020), karakter integritas sejatinya berpedoman pada prinsip etika moral dan kemanusiaan yang mengutamakan perilaku jujur, komitmen tinggi, bermartabat, serta menjunjung tinggi kebenaran. Karakter seperti itulah yang dibutuhkan oleh setiap bangsa untuk maju dan melangsungkan kehidupan bernegaranya dengan lancar tanpa adanya kekhawatiran akan terjadinya KKN(Korupsi, Kolusi, Nepotisme), sehingga terciptalah sinergis antara pemerintahan dengan warga negara yang memiliki integritas.

(6)

18 5. Indikator Karakter Integritas

Integritas menjadi salah satu poin penting dalam PPK (Program Penguatan Pendididikan Karakter) di sekolah-sekolah. Pendidikan karakter integritas mengajarkan peserta didik untuk menjadi pribadi yang jujur, bertanggungjawab, serta berpegang teguh pada prinsip yang benar. Peserta didik diajarkan untuk jujur dalam kehidupan sehari-hari, bertanggung jawab atas apapun yang dilakukan, serta diajarkan untuk menjadi seseorang yang tegas dan berprinsip kuat agar kelak tidak menjadi seseorang yang mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif.

Karakter integritas menurut Hanum dkk (2019) memiliki beberapa indikator dalam implementasinya, diantaranya seperti tabel berikut :

Tabel 1. Indikator Karakter Integritas

Indikator Sub-indikator

Kejujuran 1) Kesesuaian perkataan dengan

perbuatan;

2) Keberanian dalam menyampaikan kebenaran;

3) Menghindari kecurangan dalam hal apapun.

Tanggung jawab 1) Memiliki inisiatif untuk belajar dari kesalahan;

2) Menyikapi sendiri permasalahan dengan baik;

3) Mematuhi peraturan yang berlaku; 4) Menghormati dan melaksanakan

keputusan bersama;

5) Mampu menanggung resiko.

Toleransi 1) Menghargai keberagaman yang ada;

2) Mampu berinteraksi dalam keberagaman;

Cinta tanah air 1) Mencintai bangsa dan tanah air setulus hati;

(7)

19

2) Rela berkorban demi negara;

3) Memiliki perhatian terhadap masalah yang terjadi disekitar.

6. Pengertian Nasionalisme

Secara harfiah, nasionalisme menurut Abu Bakar dkk (2018) berasal dari kata “nasional” yang memiliki arti suatu paham atau pandangan untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dengan melakukan hal-hal yang dapat memajukan kesejahteraan bangsa. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah mpertahankan identitas, integritas, serta meningkatkan kemakmuran dan kekuatan bersama seluruh warga negara dalam kehidupan sehari-hari yang dimulai dari diri sendiri.

Nasionalisme merupakan rasa cinta tanah air seorang warga negara terhadap negaranya. Nasionalisme adalah perasaan alami seseorang karena merasa negaranya telah berjasa banyak, sehingga ia memiliki rasa terima kasih dan tekad untuk memajukan negaranya sendiri. Seseorang yang memiliki rasa nasionalisme akan selalu menjaga nama baik negaranya serta berusaha untuk selalu mengharumkan nama bangsanya dimanapun ia berada. Karakter nasionalisme dapat tumbuh sejak dini melalui pendidikan kewarganegaraan di lingkup keluarga, masyarakat, hingga sekolah. Setiap warga negara selalu diajarkan untuk memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi agar kelak dapat terus mempertahankan negaranya dari ancaman apapun yang mungkin terjadi. Dengan memiliki warga

(8)

20

negara yang nasionalismenya tinggi, suatu bangsa dapat menjamin keberlangsungan hidup negaranya dalam waktu yang lama.

7. Indikator Sikap Nasionalisme

Indikator sikap nasionalisme merupakan ciri-ciri atau indikasi karakter nasionalisme dalam diri seseorang yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

Suwandi dan Sari (2017) membagi indikator sikap nasionalisme dalam tabel berikut :

Tabel 2. Indikator Sikap Nasionalisme

Indikator Sub-indikator

Bangga sebagai bangsa Indonesia

1) Mencintai produk-produk dalam negeri;

2) Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;

3) Bangga akan potensi sumber daya Indonesia.

Cinta tanah air dan bangsa

1) Menghayati lagu Indonesia Raya dan lagu nasional lainnya dalam kehidupan sehari-hari;

2) Menjaga dan merawat lingkungan sekitar;

3) Menjunjung tinggi simbol-simbol negara(lambang negara,bendera, dan bahasa).

Rela berkorban untuk bangsa

1) Menjaga kesetiakawanan sosial; 2) Menjunjung tinggi kejujuran dan

keadilan;

3) Senang belajar hal-hal baru yang positif.

Bangga pada keanekaragaman budaya bangsa

1) Melestarikan kebudayaan daerah; 2) Menjaga kekayaan daerah;

3) Berpartisipasi dalam kegiatan seni dan budaya lokal.

Menghargai jasa para pahlawan

1) Mempelajari sejarah perjuangan bangsa Indonesia;

2) Meneladani nilai-nilai

kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari;

(9)

21

3) Semangat untuk memajukan bangsa dan negara.

Mengutamakan kepentingan bersama(umum)

1) Menjaga sopan santun kepada siapapun;

2) Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi;

3) Menghormati setiap keputusan yang disepakati bersama.

8. Hubungan Integritas dan Nasionalisme

Integritas dan nasionalisme merupakan dua hal yang saling berhubungan, karena keduanya sama-sama memiliki makna yang berkaitan. Integritas yang pada dasarnya memegang teguh prinsip, jujur, dan bertanggungjawab secara tidak langsung mencerminkan karakter nasionalisme yang cinta tanah air, selalu berusaha mengharumkan nama bangsa, dan mendedikasikan diri untuk negara. Seorang pemimpin negara yang memiliki karakter integritas sekaligus nasionalisme akan mampu memimpin negaranya dengan sebaik mungkin tanpa ada permainan kotor didalamnya yang sering disebut dengan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), karena ia berpegang teguh pada prinsip yang lurus, tidak mudah goyah oleh godaan, dan memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi. Kedua karakter tersebut tidak hanya harus dimiliki oleh pemimpin negara, melainkan warga negara juga diharapkan memiliki karakter integritas dan nasionalisme yang tinggi. Oleh karena itu, pendidikan karajter integritas dan nasionalisme juga digalakkan di sekolah dengan tujuan membentuk peserta didik yang berintegritas dan memiliki jiwa nasionalisme tinggi.

(10)

22

Mustopa (2012) menerangkan bahwa integritas dan nasionalisme sama-sama dibutuhkan oleh bangsa Indonesia untuk terus maju dan melanjutkan peradaban, dimana bangsa ini membutuhkan pemimpin yang berintegritas tinggi (jujur, berkomitmen tinggi, berprinsip, dan bertanggung jawab), serta memiliki jiwa nasionalisme tinggi untuk membangun bangsa kearah yang lebih baik. Sosok pemimpin yang memiliki kedua hal tersebut dirasa sudah cukup untuk memimpin bangsa Indonesia dalam situasi apapun.

9. Pendidikan Karakter Integritas di Sekolah

Pendidikan karakter integritas di sekolah secara tidak langsung selalu digalakkan oleh para guru, seperti contoh dalam hal mengerjakan ujian, siswa selalu diajarkan untuk jujur dan mengerjakan sendiri. Peserta didik juga diajarkan untuk bertanggungjawab atas apapun yang dilakukan di sekolah, bila ia melakukan hal yang salah maka harus bertanggungjawab dan menerima konsekuensi yang diberikan. Dalam hal pengerjaan tugas juga peserta didik dituntut untuk menyelesaikannya tepat waktu sesuai deadline yang diberikan guru, dan bila tidak selesai maka ia harus menanggung konsekuensinya sendiri. Semua hal tersebut dilakukan semata-mata untuk melatih peserta didik dalam berperilaku serta dapat menumbuhkan karakter integritas dalam diri masing-masing yang berguna untuk masa depannya.

(11)

23

Proses pembentukan karakter integritas di sekolah menurut Abu Bakar dkk (2018) dapat dilakukan melalui Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan lainnya yang masih dalam lingkup sekolah.

10. Impelementasi Karakter Integritas dan Nasionalisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Implementasi karakter integritas dan nasionalisme dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seorang warga negara. Mulai dari sikap rela berkorban, jujur dalam segala hal, bertanggung jawab atas apapun yang dilakukan, bersikap toleransi, dan lain-lain. Ada juga sikap cinta tanah air, seperti menghargai jasa pahlawan dengan mengikuti upacara degan khidmat, meneruskan perjuangan para pahlawan dengan mengharumkan nama bangsa. Masih banyak implementasi karakter integritas dan nasionalisme yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena sejatinya sikap nasionalisme sedikit banyak akan selalu muncul dalam kehidupan warga negaranya.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

No. Judul Penelitian Penulis Persamaan dan Perbedaan dengan Hasil Penelitian yang

(12)

24

1. Pengaruh

Penggunaan Media Sosial ‘Good News

From Indonesia’ terhadap Perilaku Nasionalisme Gunawan Wibisono (2017)

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel terikat

yang digunakan sama-sama

mengenai perilaku/sikap

nasionalisme, penelitian ini juga mengambil populasi siswa salah satu SMA di Kota Malang, dan penelitian ini juga menggunakan

pendekatan kuantitatif.

Perbedaannya terletak pada variabel bebas yang digunakan dengan variabel bebas peneliti

yaitu tentang pengaruh

pendidikan karakter integritas.

2. Pengaruh Pendidikan Karakter Nasionalisme dalam Keluarga terhadap Karakter Nasionalisme Anak pada Keluarga Buruh

Migran Sektor Perkebunan Kelapa Sawit Dimas Teguh Prasetyo (2016)

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel terikat

yang digunakan yaitu

karakter/sikap nasionalisme, dan pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Perbedaannya terletak pada variabel bebas yang

menggunakan pendidikan

karakter nasionalisme,

sedangkan yang digunakan

peneliti adalah pendidikan karakter integritas. Populasi yang digunakan adalah anak buruh migran perkebunan kelapa sawit, sedangkan peneliti menggunakan siswa SMA sebagai populasi.

3. Nasionalisme dan Pendidikan Karakter Bangsa Jullya Pratiwi Handayani (2020)

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti korelasi pendidikan karakter dengan nasionalisme. Perbedaannya terletak pada pendekatan yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, berbeda dengan pendekatan kuantitatif yang diambil oleh peneliti. Perbedaannya juga ada pada

pendidikan karakter yang

dibahas peneliti spesifik pada pendidikan karakter integritas,

(13)

25

menjelaskan tentang pendidikan karakter secara umum.

4. Pemeranan dan Internalisasi Karakter Integritas dalam Pelayanan Literasi Masyarakat Heru Kurniawan, Sri Rahayu (2020)

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama berfokus pada pengaruh dan peranan karakter integritas. Perbedaannya terdapat pada pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, sedangkan peneliti

menggunakan pendekatan

kuantitatif. Perbedaan juga terletak pada indikator yang diteliti, penelitian ini berfokus pada peranan karakter integritas

dalam pelayanan literasi

masyarakat, sedangkan

penelitian yang dilakukan peneliti berfokus pada pengaruh pendidikan karakter integritas terhadap sikap nasionalisme siswa.

C. Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, dapat diajukan dua (2) macam hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh pendidikan karakter integritas terhadap pengembangan sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Kota Malang.

2. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada pengaruh pendidikan karakter integritas terhadap pengembangan sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Kota Malang.

Gambar

Tabel 1. Indikator Karakter Integritas
Tabel 2. Indikator Sikap Nasionalisme
Tabel 3. Penelitian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

Punk sendiri bukan hanya sebuah komunitas sosial tetapi mencakup di dalamnya ideologi, politik, musik dan gaya hidup yang terangkum dalam sebuah subkultur yang menjadi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sidoarjo, mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan bidang administrasi kependudukan dan

Sehubungan dengan hal di atas, kami mohon kesediaan Ibu/Bapak untuk mengampu mata kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unpar sesuai dengan kalender akademik dan

Dua hal yang penting dari e-business adalah yang pertama, teknologi informasi atau sering disebut internet, yang memungkinkan kita untuk melakukan transaksi bisnis secara

Pembelajaran/Perkuliahan adalah untuk mengetahui sejauh mana proses dan hasil pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh dosen-dosen atau Kinerja

PLN (persero) ranting Bangkinang memiliki persepsi terhadap kualitas yang secara keseluruhan dari hasil kerja haruslah sesuai dengan ketentuan dan memuaskan sehingga para

menggunakan metode deskriptif dengan wawancara dan identifikasi dilapangan (Kristianti 2013) dan untuk menentukan potensi pada kawasan hutan adat Gunung Semarong

1 Fayzah Dhabit Akib Office Manager 1 36 36 Person/Months 6,5 1 7,5 28,5. 2