• Tidak ada hasil yang ditemukan

FITUR-FITUR DISTINGTIF ORANG KOREA DALAM PELAFALAN BAHASA INGGRIS (ANALISIS PADA KOREAN ENGLISH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FITUR-FITUR DISTINGTIF ORANG KOREA DALAM PELAFALAN BAHASA INGGRIS (ANALISIS PADA KOREAN ENGLISH)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Vol.3, No.2, 2014, pp. 309~325

ISSN: 2089-3884  309

FITUR-FITUR DISTINGTIF ORANG KOREA DALAM PELAFALAN BAHASA INGGRIS

(ANALISIS PADA KOREAN ENGLISH) Naila Wildatis Shofyah

e-mail: Nailawildatisshofyah@rocketmail.com ABSTRACT

This paper examines about the distinctive feature analysis of Korean people in spelling English commonly called as Korean English (Konglish). It is aimed to see the differences of Korean people pronunciations in pronouncing English. As we know, English is the language used by people around the world, so there are many differences nations with different accents and languages pronounce English. This is certainly bring the dissimilarity in pronouncing English from different nations and countries. The theory that will be used to analyze this research is linguistics structural Prague school, the features distinctive theory proposed by Nikolai Sergeyevich Trubetzkoy, a Russian Linguist that divided it into indistinctive content and distinctive content but the theory used in this paper is indistinctive content. It provided explanation of the contents that did not differentiate the meaning of the word itself. Phonetically, it is different but the meaning that aimed is same that will be analyzed in this research.

Key words: Konglish, pronunciation, distinctive features.

ABSTRAK

Paper ini meneliti tentang analisis fitur-fitur distingtif orang-orang Korea dalam pelafalan Bahasa Inggris yang biasa disebut sebagai Korean English (Konglish). Hal ini ditujukan untuk melihat pebedaanperbedaan pelafalan -orang Korea dalam melafalkan Bahasa Inggris. Sebagaimana yang kita tahu, Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan orang-orang diseluruh penjuru dunia, jadi terdapat orang-orang yang berbeda yang berasal dari bangsa dan negara yang berbeda menggunakan Bahasa Inggris. Teori yang akan digunakan untuk menganalisis paper ini adalah teori linguistik struktural aliran Praha, yaitu teori fitur tidak distingtif yang dikemukakan oleh Nikolai Sergeyevich Trubetzkoy, seorang ahli linguistik Rusia yang membagi fitur distingtif menjadi bunyi distingtif dan bunyi tidak distingtif, akan tetapi teori yang akan digunakan adalah teori bunyi tidak distingtif. Hal ini menjelaskan bahwa bunyi tersebut tidak membedakan makna. Secara fonetik jelas berbeda namun makna yang dimaksudkan adalah sama sebagaimana yang akan dibahas pada paper ini.

(2)

– 325 A. PENDAHULUAN

Republik Korea yang biasanya dikenal sebagai Korea Selatan, adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbatasan dengan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut Jepang (disebut "Laut Timur" oleh orang-orang Korea) dan Selat Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk, oleh penduduk Korea Selatan dan disebut Namchosŏn di Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan adalah Seoul (id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan).

Korea Selatan telah sangat dipengaruhi dalam beberapa tahun terakhir oleh negara-negara asing, awalnya pengaruh utama adalah dari Amerika Serikat dan Jepang (terutama selama dan setelah pendudukan Jepang). Banyak orang menikmati menonton film-film Amerika. Pengaruh negara-negara asing telah mengubah kebiasaan masyarakat termasuk makanan, banyak orang-orang Korea sekarang menikmati makanan Barat dan Asia lainnya di samping makanan tradisional Korea. Pizza adalah salah satu makanan favorit di luar negeri Korea Selatan, meskipun cenderung berbeda dari pizza yang disajikan di barat, sering menampilkan jagung, ubi jalar, mayones, bulgogi dan berbagai bahan lainnya. Selain pada makanan, pengaruh dari negara-negara asing khususnya Amerika telah memberikan dampak pada gaya kebahasaan akhir-akhir ini, yaitu yang dikenal dengan sebutan Konglish.

Konglish dapat diartikan sebagai Korean style English atau bisa dikatakan sebagai bahasa Inggris dengan gaya Korea. Konglish terbentuk dalam dua kategori, yang pertama merupakan serapan langsung dalam bahasa Inggris yang diadaptasi dengan huruf Korea (hangeul) dan yang kedua adalah Bahasa Inggris singkatan yang sebenarnya tidak digunakan dalam Bahasa Inggris. Memang, pelafalkan Bahasa Korea jika diromanizasikan kedalam Bahasa Inggris sedikit sulit. Hal tersebut karena aksen atau pengucapan antara keduanya sangatlah berbeda, karena pelafalan Bahasa Inggris dan Bahasa Korea tidaklah sama. Didalam pelafalan Bahasa Korea tidak terdapat bunyi atau huruf F, V, dan Z. Alpabet Korea tidak berisikan semua alpabet Inggris dan begitu pula sebaliknya

(3)

Fitur Distingtif Orang Korea Dalam Pelafalan Bahasa Inggris (Naila Wildatis S)

(http://mykoreanstudies.wordpress.com/2012/07/11/konglish-korean-english/).

Baru-baru ini, bahasa Korea telah memiliki pengaruh terhadap masuknya besar kata-kata bahasa Inggris, kata-kata tersebut dinyatakan sebagai Konglish.

Contoh:

1. Belanja Eye (ai syopping 아이 쇼핑) mengacu pada 'window shopping'.

2. Layanan (seobisseu 서비스) biasanya berarti 'gratis', seperti hadiah dengan layanan pembelian atau garansi.

3. Hand phone (hendeu 핸드폰 pon) mengacu pada 'ponsel'. 4. Paiting atau Hwaiting (loanword dari 'pertempuran', bahasa

Inggris) adalah frase yang digunakan untuk seseorang bersorak 'selama sidang yang sulit.

Hal ini dikarenakan abjad Inggris memiliki huruf yang tidak ada dalam alfabet Korea huruf lainnya biasanya digantikan dengan huruf lain ketika mengacu pada kata-kata bahasa Inggris tertentu. Huruf F diganti dengan huruf P dan huruf Z diganti dengan huruf J.

Contoh: 1. Kopi (kopi) 2. Pija (pizza)

Adapun analisis tentang hal-hal diatas akan dianalisis lebih lanjut pada tulisan ini. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan, yakni 1) perubahan romanisasi bahasa Inggris ke dalam bahasa Korea, dan 2) perubahan pelafalan bahasa Inggris itu sendiri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Padan (Equivalent), yaitu metode analisis bahasa yang alat penganalisisnya berasal dari luar bahasa yang diteliti (via Sudaryanto, 1985; Soebroto, 1993, Soeparno, 2003). Pada tulisan ini bahasa yang diteliti adalah bahasa Korea namun, penulis menggunakan bahasa Inggris sebagai acuan untuk menganalisis tulisan ini. Adapun metode yang digunakan oleh penulis adalah metose Ortografis, yaitu penentu aksara. Oleh karena itu penulia sedikit menjelaskan tentang alpabet Korea (hangul) dan Inggris,

(4)

– 325

romanisasi, serta pelafalannya sehingga memudahkan penulis untuk meneliti perubahan-perubahan yang terjadi dalam hal tersebut. B. LANDASAN TEORI

Tulisan ini akan membahas tentang bunyi tidak distingtif (feature indistinctive) orang-orang Korea Selatan dalam pelafalan bahasa Inggris atau yang lebih dikenal dengan sebutan Konglish (Korean English). Adapun teori yang digunakan adalah teori struktural aliran Praha (prague school) yang dikemukakan oleh Nikolai Sergeyevich Trubetzkoy (1890-1939). Trubetzkoy merupakan salah satu anggota aliran Praha yang berasal dari Rusia. Dia adalah putra seorang bangsawan Rusia yang pernah menjadi rektor Universitas Moscow. Pada masa mudanya dia belajar sejarah dan etnologi. Setelah belajar ilmu bahasa di Universitas Moscow dia menjadi dosen di universitas tersebut (1916). Revolusi Rusia yang terjadi tahun 1917 memaksa Trubetzkoy meninggalkan Moscow. Ia pergi ke Rostov dan menjadi dosen di sana. Setelah Rostov jatuh pada tahun 1919, ia pergi ke Constantinople, dan akhirnya menetap di Wina. Tahun 1922 ia mengajar filologi bahasa Slavonia di Wina dan saat itulah dia menjadi anggota The Linguistic Circle of Prague. Ide-ide Trubetzkoy dikenal melalui buku Grundzugeder Phonologie (Principles of Phonology).

Dalam buku Principles of Phonology, Trubetzkoy menerima gagasan berikut.

1. Tiga fungsi bahasa menurut Karl Buhler, yaitu: a. fungsi ekspresi dari pembicara,

b. fungsi referensi pada keadaan, dan c. fungsi appeal dari pendengar.

2. Pembedaan langue dan parole dari Saussure yang dia sebut sebagai sprachgebilde dan sprechakt dalam bahasa Jerman. 3. Pembedaan Kajian signifiant pada tataran ekspresif dan tataran apelatif atau konatif adalah bidang fonostylistik yang dapat dibagi menjadi stilistik fonetik dengan kajian parole dan kajian fonologik dengan kajian langue.

Pada tataran referensi, ciri-ciri bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi, yaitu:

1. Fungsi kulminatif untuk menunjukkan ada berapa unit bunyi dalam kalimat,

(5)

Fitur Distingtif Orang Korea Dalam Pelafalan Bahasa Inggris (Naila Wildatis S)

2. Fungsi delimitatif untuk menunjukkan batas antara unit-unit bunyi, dan

3. Fungsi distingtif untuk membedakan unit-unit yang mengandung makna intelektual karena analisis ini berada dalam tataran referensi. Untuk membuktikan fungsi distingtif (membedakan), bunyi-bunyi tuturan harus saling dipertentangkan atau dikontraskan.

4. Perbedaan bunyi yang tidak menimbulkan perbedaan makna adalah tidak distingtif. Artinya, bunyi-buyi tersebut tidak fonemis. Sedangkan yang menimbulkan perbedaan makna adalah distingtif; jadi, bunyi-bunyi tersebut bersifat fonemis. Contoh dalam bahasa Indonesia, bunyi /l/ dan /r/ adalah dua buah fonem yang berbeda sebab terdapat oposisi di antara keduanya seperti tampak pada pasangan kata lupa dan rupa. Dalam bahasa Jepang, bunyi /l/ dan /r/ tidak distingtif, karena tidak beroposisi satu dengan lainnya. Keduanya hanya varian dari fonem yang samasignifiant dan signifie. Fonetik mempelajari signifiant dari parole. Menurut Trubetzkoy, fonologi adalah studi signifiant dari langue pada tataran representasi atau referensi.

Dalam kajian fonologi yang ditekuni oleh Trubetzkoy

(Ubaidillah, 2012 :29-32)

, ia membedakan dua jenis bunyi dalam

bahasa manusia yaitu:

1. Bunyi Distingtif

Bunyi distingtif adalah bunyi yang membedakan makna, atau lebih dikenal dengan istilah fonem. Dengan teknik minimal pair (oposisi fonologi), aliran ini dapat membedakan bunyi yang membedakan makna (fonem), misalnya:

pit = [p] [i] [t] ‘lubang’ bit = [b] [i] [t] ‘kekang’

Pada dua kata bahasa Inggris diatas, terdapat dua bunyi yang berbeda [p] dan [b] yang masing-masing membedakan makna. Oleh karena itu, dua bunyi tersebut merupakan fonem yang berbeda: /p/ dan /b/.

(6)

– 325 2. Bunyi tidak distingtif

Bunyi tidak distingtif adalah bunyi yang tidak membedakan makna, yang bersifat fonetis, yakni hanya bunyi saja yang berbeda, tetapi makna yang dimakhsud sama. Hal ini dapat dilihat pada oposisi dua kata dalam bahasa Indonesia berikut:

hasil= [h] [a] [s] [i] [l] kasil= [k] [a] [s] [i] [l]

Pada dua kata diatas, terdapat dua bunyi yang berbeda [h] dan [k] yang masing-masing tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dua bunyi tersebut merupakan fonem yang sama, yakni fonem /h/ yang memiliki alofon yang berbeda, yakni [h] dan [k].

Selain menemukan fungsi distingtif dalam bunyi dengan teknik oposisi fonologinya, Trubetzkoy juga mengenalkan adanya arkifonem dan morfonologi, yaitu: a. Arkifonem

Arkifonem adalah fonem yang kehilangan kontras pada posisi tertentu, misalnya: jawab >< jawap. Kata ini bisa berakhir dengan fonem /b/ dan /p/, tetapi untuk melambangkan arkifonem ditulis dengan /B/ (huruf B dengan bentuk kapital), merujuk pada bentuk aslinya, meskipun yang terdengar ketika diucapkan adalah [jawap]. Adapun dalam bahasa Inggris terdapat kata: still >< sdill yang memiliki makna sama, tetapi sering mengalami arkifomen.

b. Morfonologi

Morfonologi adalah cabang linguistik yang digunakan untuk meneliti perubahan fonologis yang terjadi antara antara pertemuan dua morfem, misalnya, jawab menjadi jawaban, bukan jawaban, meskipun ketika belum diberi sufiks-an dapat berupa jawab atau jawap. Selain itu, perubahan fonologis dapat pula terjadi pada morfem me- yang menjadi prefiks dan kata kerja bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut,

(7)

Fitur Distingtif Orang Korea Dalam Pelafalan Bahasa Inggris (Naila Wildatis S)

me+beri  memberi

me+gambar  menggambar

me+sapu  menyapu

Morfem me- ini bisa dilambangkan dengan meN (baca: me- nasal) karena melihat perubahannya yang berbeda-beda, sesuai dengan fonem yang menyertainya. Perubahan ini terjadi karena fonem-fonemlah yang menentukan kaidah yang berlaku.

C. SEKILAS TENTANG SEJARAH ALPHABET KOREA (HANGUL) DAN PELAFALANNYA

1. Sejarah

Alphabet Korea yang disebut hangul diperkenalkan di masa Raja Sejong Agung dan selesai sekitar tahun 1444. Sebelumnya, karakter (huruf) Cina digunakan sebagai bahasa tulis. Kemudian, raja Sejong ingin memiliki script sendiri yang mudah dipelajari oleh siapa saja bahkan rakyat jelata. Setelah penciptaannya, hangul dikatakan cukup mudah untuk dipelajari. Hangul sejak pertama kali diperkenalkan telah melewati banyak tahap perbaikan. Setelah Korea mengalami reformasi besar selama

penjajahan Jepang di awal 1900-an, banyak

pengnghapusan dan mengubah beberapa aturan pada huruf lama sehingga menjadi huruf Hangul seperti yang digunakan sekarang.

2. Alpabet Korea, romanisasi dan pelafalannya

Hangul dapat dikatakan sebagai alfabet resmi yang dimiliki oleh Bangsa Korea. Huruf tersebut terdiri dari atas 10 vokal tunggal, 11 vokal gabungan, 14 konsonan tunggal, dan 5 konsonan ganda atau rangkap. Untuk lebih jelasnya berikut ini susunan alpabet hangul :

(8)

– 325 a. Vokal Tunggal

b. Vokal Gabungan

No Bentuk Huruf Romanisasi Pelafalan

1 (ae) / æ / 2 (yae) /y æ / 3 (e) / 4 (ye) / 5 (wa) /wa/ 6 (wae) /w æ / 7 (wo) /wo/ 8 (we) / 9 (oe) /wei/ 10 (wi) /wi/ 11 (eui) u /

No Bentuk Huruf Romanisasi Pelafalan

1 (a) /a/ 2 (ya) /ya/ 3 (eo) / 4 (yeo) / 5 (o) /o/ 6 (yo) /yo/ 7 (u) /u/ 8 (yu) /yu/ 9 (eu) / / 10 (i) /i/

(9)

Fitur Distingtif Orang Korea Dalam Pelafalan Bahasa Inggris (Naila Wildatis S)

c. Konsonan Tunggal

No Nama Huruf Romanisasi Pelafalan

1 (g, k) /g, k/ 2 (n) /n/ 3 (d, t) /d, t/ 4 (r, l) /r, l/ 5 (m) /m/ 6 (b, p) /b, p/ 7 (s) /s/ 8 (ng) /ng/ 9 (j) /j/ 10 (ch) /ch/ 11 (k) /kh/ 12 (t) /th/ 13 (p) /ph/ 14 (h) /h/ d. Konsonan Ganda

No Bentuk Huruf Romanisasi Pelafalan

1 (kk) /k/

2 (tt) /t/

3 (pp) /p/

4 (ss) /s/

(10)

– 325 e. Konsonan Akhir Gabungan

No Bentuk Huruf Pelafalan

1 /k/ 2 /n/ 3 /n/ 4 /l/ 5 /l/ 6 /p/ 7 /l/ 8 /p/ 9 /l/ 10 /l/

Alpabet Korea mempunyai 24 huruf dasar (14 huruf konsonan dan 10 vokal), dan beberapa huruf kombinasi yang berasal dari gabungan huruf-huruf dasar yaitu : ㄱ ㄷ, ㅂ, ㅅ, dan ㅈ. Alphabet Korea dalam penyusunannya memakai sistem Sillabic. Untuk membentuk sebuah suku kata atau blok itu tersusun dari 2 atau 3 huruf dan disusun dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah, tergantung huruf-huruf apa yang disusun (Zahrani, 2013 :1-8). D. SEKILAS TENTANG ALPABET INGGRIS DAN PELAFALAN

1. Alpabet (abjad Inggris)

Aa /ei/ Bb /bi/ Cc /si/ Dd /di/ Ee /i/ Ff /ef/ Gg /ji/ Hh /eic/ Ii /ai/ Jj /jei/ Kk /kei/ Ll /el/

(11)

Fitur Distingtif Orang Korea Dalam Pelafalan Bahasa Inggris (Naila Wildatis S) Mm /em/ Nn /en/ Oo /ouw/ Pp /pi/ Qq /kyu/ Rr /A:/ Ss /es/ Tt /ti/ Uu /yu/ Vv /vi/ Ww /dabely u/ Xx /eks/ Yy /wai/ Zz /zed/, /zi/ 2. Vokal ː sheep aː farm uː coo ɔː horse ɜː bird ɪ ship e Head æ hat ə Above

ʊ foot ɚ mother (US)

ɒ sock (UK) ɝ worm (US)

ʌ cup 3. Konsonan b book d day ɡ give v very ð the z zoo ʒ vision dʒ jump p Pen t Town k Cat f Fish θ Think s Say ʃ She tʃ Cheese

(12)

– 325 l look r run j yes w we m moon n name ŋ sing 4. Diftong eɪ day aɪ eye ɔɪ boy aʊ mouth əʊ nose (UK)

oʊ nose (US)

ɪə ear (UK)

eə hair (UK)

(13)

Fitur Distingtif Orang Korea Dalam Pelafalan Bahasa Inggris (Naila Wildatis S) E. HASIL PENELITIAN

Data 1

Christmas  Kheurisemaseu Christmas Christmas 크리스마스 Ch-ri-st-ma-s Kheu-ri-se-ma-seu ˈkrɪs.məs /kəʊr səmasəʊ

Pada tabel diatas kita melihat adanya perubahan bunyi pelafalan orang Korea yaitu, dari kata christmas /ˈkrɪs.məs/ berubah menjadi kheu-r-ise-ma-seu /kəʊrisəmasəʊ/. Kata christmas pada setiap huruf mendapatkan sufiks kecuali pada kata ma, sebagaimana pada tabel diatas. Hal ini terjadi karena dalam tata bahasa Korea tidak ada huruf ada konsonan yang berturut-turut dan juga seperti halnya pada kata diatas dari kata christmas ˈkrɪs.məs yang seharusnya dibaca mati atau stop

berubah menjadi kheurisemaseu (크리스마스), Hal ini

dikarenakan dalam cara baca Korea, tidak ada huruf mati di belakang. Jika ada huruf mati selalu di tambah dengan huruf “eu” atau “ㅡ”. Kata ma tidak mengalami perubahan pelafan karena merupakan huruf vokal (hidup). Namun hal ini tidak mengubah arti kata tersebut karena makna yang dimakhsudkan adalah sama. Data 2: Friend peurend Friend Friend 프렌드 f-rie-nd Peurend /frend/ /pəʊrəndək

Pada tabel diatas, kata friend barubah menjadi peurend, sedangkan cara membacanya berubah menjadi /pəʊrəndək/. Huruf /f/ berubah menjadi /p/, karena dalam alpabet Korea tidak

(14)

– 325

ada huruf /f/ dan begitu pula dengan pelafalannya. Pada setiap huruf konsonan mendapatkan sufiks /eu/ dan /ek/ seperti yang terlihat diatas kata diatas pelafan yang seharusnya dibaca /frend/ berubah menjadi /pəʊrəndək/. Data 3 Video  bidio video Video 비디오 f-rie-nd Bidio /vɪ.d əʊ /bidio/

Pada tabel diatas, kita dapat melihat perubahan pelafalan orang Korea dalam melafalkan kata /vɪ.d əʊ menjadi /bidio/. Pelafalan v berubah menjadi b, hal ini dikarenakan tidak ada huruf atau pelafalan v di dalam abjad Korea itu sendiri. Adapun pada kata ini tidak ada huruf yang mendapatka sufiks kerena semua huruf yang dilafalkan merupakan huruf konsonan. Seperti yang kita lihat diatas pelafalan d əʊ berubah menjadi dio, kerena tidak ada diftong əʊ sehingga berubah menjadi bunyi yang paling mendekati yakni, o. Namun hal ini tidaklah merubah arti dari kata video itu sendiri karena makna yang dimaksudkan adalah sama. Data 4 Stress  seuteresseu stress Stress 스트레스 f-rie-nd Seuteuresseu /stres/ / səʊtəʊrəssəʊ/

Pada data diatas, perti yang kita lihat terjadi perubahan bunyi yang cukup mengalami perbedaan yang kontras. Pada kata stress yang dibaca /stres/ mengalami perubahan menjadi seuteuresseu yang dilafalkan menjadi / səʊtəʊrəssəʊ . Perubahan yang cukup kontras ini terjadi karena kata s, t, r, dan s merupakan huruf konsonan yang dibaca stop, namun di dalam

(15)

Fitur Distingtif Orang Korea Dalam Pelafalan Bahasa Inggris (Naila Wildatis S)

tata bahasa pelafalan alpabet Korea tidak ada huruf konsonan dan biasanya terjadi sufiks eu apabila mendapati pelafalan yang menggunakan huruf konsonan. Seperti yang kita analisa diatas, semua huruf mengalami sufiks eu kecuali pada pelafalan re karena re merupakan huruf hidup atau huruf vokal. Adapun perubahan kata s menjadi ss, hal ini terjadi karena apabila kata yang hanya dibaca silabel seperti yang kita lihat kata stress dalam bahasa Inggris dibaca dalam satu silabel maka, untu huruf k, t, p, s, dan c biasanya berubah menjadi konsonan ganda yakni ss. Namun dalam hal ini makna yang dimaksudkan tetaplah sama.

Data 5

Couple ring  kheo-pel-ling

Couple ring Couple ring

커플링 Kheo-pel-ling /ˈkʌp.l rɪŋ / kheopəll ɳ/ Data 6 Coupling  kheo-pel-ling coupling Coupling 커플링 Kheo-pel-ling /ˈkʌp.lɪŋ/ /kheopəll ɳ

Sebagaimana yang kita lihat pada dua tabel diatas, terdapat dua data yang berbeda pada kata yang berbeda, sebagaimana yang terdapat pada data 5 dan data 6 diatas. Dua data diatas memiliki arti yang berbeda, dan tulisan dan pelafalan dalam bahasa Inggris yang berbeda pula namun, setelah berubah kedalam romanisasi dan pelafalan Korea kedua kata tersebut mempunyai pelafalan yang sama. Apabila kita membandingkan dua kata tersebut, kata couple ring mempunyai arti cincin pasangan atau cincin yang berpasangan, sedangkan kata coupling mempunyai arti penggabungan, namun setelah

(16)

– 325

meromanisasikan kedalam bentuk alpabet Korea ternyata kedua kata tersebut memiliki pelafalan yang sama yakni, /kheopəll ɳ . Perubahan pertama yang terjadi adalah dengan adanya sufiks e pada huruf konsonan p dan perubahan kata coup atau yang dibaca /kʌp/ berubah menjadi kheo. Hal ini terjadi karena kata /kʌp/ dilafalksn stop sehingga berubah menjadi kheo yakni dibaca tidak stop. Selain itu kata ring dan ling mengalami perubahan pelafalan dan romanisasi yang sama yakni /pəlliɳ/. Hal ini terjadi karena dalam bahasa Korea kata /r/ dan /l/ merupakan bunyi yang tidak distingtif sehingga hal tersebut sama dan tidak merubah pelafalan kata tersebut. Sedangkan pada kata p mengalami sufks e karena merupakan konsonan yang dibaca stop kemudian bertemu dengan konsonan yaitu /l/ atau /r/.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data di atas bisa diambil kesimpulan bahwa pelafalan bahasa Inggris yang dlafalkan oleh orang-orang Korea merupakan bunyi yang tidak distingtif. Perubahan ini sangatlah berbeda secara fonetik, namun arti yang dikandung tetaplah sama atau dengan kata lain tidak mengubah arti kata itu sendiri. Adapun perubahan-perubahan pelafalan dan romanisasi dari bahasa Inggris ke bahasa Korea tersebut dipengaruhi oleh sistem pelafalan atau alpabet masing-masing. Sebagaimana alpabet Inggris tidak memuat semua alpabet Korea dan begitu pula sebaliknya sehingga menimbulkan beberapa perubahan pengucapan atau pelafalannya.

E. DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1992. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

Balqis, Zahrani. 2013. Bahasa Korea Super Mudah. Yogyakarta: Familia.

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

(17)

Fitur Distingtif Orang Korea Dalam Pelafalan Bahasa Inggris (Naila Wildatis S)

Hornby, A. S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford University Press.

Parera, Jos Daniel. 1983. Pengantar Linguistik Umum: Kisah Zaman. Ende Flores: Nusa Indah.

Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: Depdikbud.

Sykes, J. B [ed]. 1975. The Concise Oxford Dictionary. Oxford: Oxford University Press.

Ubaidillah. 2014. Diktat Mata Kuliah Teori Linguistik. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.

Referensi

Dokumen terkait

Ketercapaian anak pada PKM1, yaitu menyusun puzzle angka dengan benar dan tepat, yang awalnya tidak bisa tetapi karena dilakukan berulang-ulang, hanya dalam beberapa

5 Antara yang berikut, yang manakah berkaitan dengan perniagaan dalam negeri.. I Menggunakan sistem ukuran dan timbangan yang sama II Membuat pembayaran secara tunai

Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal antara

Gambar 3.4 Rancangan Sistem Simulasi Estimasi SNR Untuk memperoleh analisis dari hasil estimasi yang didapatkan, maka dibandingkan dengan nilai SNR acuan yang diperoleh

atau  airport  service  memiliki  maksud  dan  pengertian  yang  sama;  yaitu  suatu  aktivitas  perusahaan  penerbangan  ketika  akan  berangkat  (departure) 

Selain itu, ada pula penelitian yang dilakukan oleh Djiloy (2006) yang membahas tentang peran pemerintah daerah dalam mencari jalan keluar untuk menyelesaikan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain bodi mobil urban yang memiliki karakteristik aerodinamika yang baik dengan CD kurang dari 0,25.. Bodi mobil urban

SISTEM AKUNTANSI Dokumen Sumber Transaksi Proses Akuntansi - Analisis Transaksi - Jurnal / Entries - Posting Lap.. JURNAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH | 61