37 3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong. 2007). Metode rasionalistik-kualitatif merupakan metode dengan peneliti bertindak sebagai instrumen utama, penelitian dilakukan dengan proses interview secara mendalam dan mendetail secara silang dan berulang untuk dapat mengetahui perkembangan kawasan, lingkungan serta perubahan – perubahan yang mungkin terjadi (Moehadjir. 1996). Jenis penelitian ini merupakan jenis studi kasus ataupun penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan metode analisa deskriptif, evaluatif, dan development.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah permukiman tradisional pada Kelurahan Melai, tepatnya secara administratif masuk kedalam wilayah Kecamatan Murhum Kota Baubau. Terletak pada 5˚26" - 5²26" Lintang Selatan dan 122˚30" - 122˚38", Lokasi berjarak 3 Km dari pusat Kota Baubau, untuk menuju ke kawasan ini dapat ditempuh melalui transportasi darat baik menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
Berikut merupakan gambar dari lokasi studi yang di jabarkan melaui gambar 3.1 dan gambar 3.2 .
Adapun batas wilayah, antara lain:
Batas utara : Kelurahan Wajo Batas selatan : Kelurahan Baadia Batas timur : Kecamatan Wolio Batas barat : Kelurahan Tanganapada
Sulawesi
Gambar 3.1 Orientasi Kecamatan Murhum terhadap Kota Baubau Sumber: Google Earth digambar ulang penulis
Gambar 3.2 Lokasi Studi
Sumber: Google Earth digambar ulang penulis
Obyek-obyek bersejarah yang terdapat di ruang publik Yaroana
Masigi diantaranya ada pada gambar berikut:
Gambar.3.3 Bangunan bersejarah pada ruang publik Yaroana Masigi Sumber: Penulis
Makam Sultan Murhum Batu Popaua (tempat pijakan pelantikan) Masjid Agung Keraton
Kawasan Benteng Keraton Buton
Halaman Baruga
Jangkar Tiang bendera kesultanan
Kelurahan Melai terdiri dari 3 RW dan 9 RT dengan luas wilayah 0,37 Km2 dengan jumlah jiwa 1.904. Rumah tradisional Buton yang berada di Kelurahan Melai merupakan rumah-rumah dengan arsitektur lokal setempat dengan ciri khas arsitektur Buton, yaitu bentuk hunian berbentuk pangung dengan material kayu. Permukiman tradisional Buton di Kelurahan Melai eksistensinya ada sejak zaman kesultanan Buton yaitu pada abad ke-15 M.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data bersifat kualitatif, sumber data pada penelitian terdiri atas dua sumber yaitu data primer dan data sekunder, yang pengumpulan datanya disesuaikan untuk tiap masalah yang ada. Data primer berupa data-data yang langsung diambil dilapangan melalui observasi langsung, dokumentasi, wawancara dengan tokoh masyarakat, budayawan, dan warga sekitar. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi kepustakaan, dan data dari instansi terkait.
3.4 Instrumen Penelitian
Penulis bertindak sebagai instrumen penelitian. Alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data primer dari observasi lapangan yaitu panduan wawancara dan kamera. Sedangkan untuk data sekunder berupa buku-buku penunjang penelitian, data dari instansi terkait, serta studi terdahulu, untuk detail mengenai penggunaan instrument ini dapat dilihat pada tabel 3.1
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian terdiri atas dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Yang pengumpulan datanya di sesuaikan untuk tiap masalah yang ada.
Tabel 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Tujuan Metode Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data Alat bantu Untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik fisik ruang publik Yaroana Masigi
Data Primer Observasi Interview Dokumentasi Recording video Kamera Panduan wawancara
Data Sekunder Studi
kepustakaan Data instansi terkait Tinjauan studi terdahulu Untuk mengidentifikasi dan menganalisis nilai Sejarah dan signifikansi budaya pada ruang publik
Yaroana Masigi
Data Primer Observasi Dokumentasi Wawancara
Kamera Panduan
wawancara Data Sekunder Studi
kepustakaan Tinjauan studi terdahulu Untuk menganalisis arahan pelestarian ruang publik Yaroana Masigi
Data Primer Observasi Dokumentasi Wawancara
Kamera Panduan
wawancara
Data Sekunder Studi
kepustakaan Tinjauan
studi terdahulu Sumber: Analisis Penulis
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh pada tahap pelaksanaan akan dianalisis lebih lanjut oleh peneliti sehingga dapat mencapai tujuan. Metode analisis yang di gunakan menggunakan pendekatan deskriptif, analisis evaluatif dan
development
3.6.1 Analisis Deskriptif
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan atau status fenomena-fenomena ataupun hubungan antara fenomena-fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat. Metode deskriptif berguna untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu. Metode ini merupakan suatu metode dalam penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari hasil observasi lapangan, wawancara, pengambilan gambar (foto), dokumen pribadi/resmi, dan data lain yang mempunyai relevansi dengan objek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best .1982). Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Metode rasionalistik-kualitatif merupakan metode dengan peneliti bertindak sebagai instrumen utama, penelitian dilakukan dengan proses interview secara mendalam dan mendetail secara silang dan berulang untuk dapat
mengetahui perkembangan kawasan, lingkungan serta perubahan– perubahan yang mungkin terjadi (Moehadjir. 1996)
Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode yang menggunakan penjelasan data berupa kondisi objek penelitian yang telah diperoleh melalui hasil survey lapangan. Analisis deskriptif di gunakan untuk menggambarkan hasil identifikasi karakteristik Yaroana Masigi di Kelurahan Melai, serta digunakan dalam untuk mendeskripsikan arahan pelestarian Yaroana Masigi.
3.6.2 Analisis Evaluatif
Metode evaluatif adalah untuk mengukur atau membandingkan suatu obyek atau program dengan tujuan yang akan dicapai sebagai sarana untuk pengambilan keputusan (Lamsuri,dkk. 2011). Dalam penelitian ini analisis evaluatif di lakukan dengan menentukan nilai makna kultural didasarkan pada kriteria-kriterianya makna cultural yang dicetuskan oleh Feilden (1982) dalam buku conservation of historic building yaitu estetika, karakter obyek/bangunan, peranan sejarah, keluarbiasaan, memperkuat karakter kawasan.
Dalam upaya pelaksanaan pelestarian baik bangunan maupun kawasan sebelum dilakukannya pelestarian tersebut, terdapat proses penilaian makna kultural yang dimiliki bangunan maupun kawasan tersebut. Tujuan dari penilaian makna kultural ini ialah untuk menentukan arah serta strategi pelestarian yang dirasa sesuai dengan kondisi bangunan maupun
kawasan yang akan dilestarikan. Berikut pada tabel 3.2 dijelaskan mengenai kriteria makna kultural.
Tabel 3.2 Kriteria Makna Kultural
Kriteria Definisi dan tolak ukur
Estetika Berkaitan dengan bentuk estetika apakah ada perubahan atau tidak
Karakter Bangunan Memiliki peran yang penting dalam pembentukan karakter bangunan. Memiliki ciri khas seperti usia bangunan, ukuran/luas bangunan, bentuk bangunan, dan sebagainya.
Kelangkaan Kelangkaan dari suatu jenis karya yang mewakili sisa warisan peninggalan terakhir minimal berusia 50 tahun atau lebih
Peranan sejarah Berkaitan dengan peristiwa bersejarah sebagai hubungan simbolis peristiwa dahulu dan sekarang Keluarbiasaan Obyek konservasi yang memiliki bentuk menonjol,
besar, tinggi, ukuran, karakter, dan hal luar biasa lainnya
Memperkuat citra kawasan
Peran kehadirannya dapat sesuai dengan fungsi kawasan dan meningkatkan kualitas serta citra dan karakter kawasan
Sumber : Feilden (1982)
Kemudian masing–masing kriteria tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan. Disebutikan oleh Antariksa (2011) dalam metode Penelitian Arsitektur, ada tiga tingkatan tersebut yaitu tinggi, sedang dan rendah, yang sesuai dengan kondisi bangunan ditinjau dari makna kultural elemen– elemen bangunan. Setiap tingkatan mempunyai bobot nilai tertentu. Bobot penilaian ini juga dapat digunakan pada bobot nilai yang berbeda juga. Penelitian ini menggunakan scoring dengan tiap kriteria dibagi menjadi tiga tingkatan mulai rendah, sedang dan tinggi, yaitu 1, 2 dan 3. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai bobot dan penilaian makna kultural bangunan serta batasan yang digunakan pada tiap tingkatan sebagai berikut:
1. Estetika
Estetika bangunan terkait dengan variabel konsep dan kondisi bangunan. Penilaian estetika berdasarkan terpeliharanya elemen–elemen bangunan dari suatu perubahan, sehingga bentuk dan gaya serta elemen– elemen bangunan masih sama dengan bentuk dan gaya bangunan asli. Kriteria tersebut dijelaskan pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Estetika Bangunan No. Penilaian Bobot
Nilai
Keterangan
1. Rendah 1 Variabel dan konsep bangunan mengalami perubahan/ tidak terlihat karakter aslinya.
2. Sedang 2 Terjadi perubahan yang tidak merubah karakter
3. Tinggi 3 Tingkat perubahan sangat kecil, karakter asli tetap bertahan Sumber: Antariksa (2011)
2. Karakter Bangunan
Penilaian terhadap memperkuat karakter bangunan berhubungan dengan elemen–elemen yang mempengaruhi bangunan dan berfungsi sebagai pembentuk dan pendukung karakter bangunan asli seperti dijelaskan pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Memperkuat Karakter Bangunan No. Penilaian Bobot
Nilai
Keterangan
1. Rendah 1 Tidak memiliki nilai tinggi dari kelima aspek sebelumnya
2. Sedang 2 Memiliki minimal satu nilai tinggi dari kelima aspek sebelumnya 3. Tinggi 3 Memiliki minimal dua nilai tinggi
dari kelima aspek sebelumnya Sumber: Antariksa (2011)
3. Kelangkaan
Kelangkaan bangunan serta elemen–elemen bangunan sangat terkait dengan aspek bentuk, gaya dan struktur yang tidak dimiliki oleh bangunan lain pada kawasan studi, sehingga menjadikan bangunan tersebut satu– satunya bangunan dengan ciri khas tertentu yang terdapat pada kawasan studi. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5. Kriteria Penilaian Kelangkaan Bangunan No. Penilaian Bobot
Nilai
Keterangan
1. Rendah 1 Ditemukan banyak kesamaan variabel pada bangunan di sekitarnya
2. Sedang 2 Ditemukan beberapa kesamaan variabel pada bangunan lain di sekitarnya
3. Tinggi 3 Tidak ditemukan kesamaan/ ditemukan sangat sedikit kesamaan dengan bangunan lain di sekitarnya
Sumber: Antariksa (2011)
4. Peranan Sejarah
Penilaian terhadap peranan sejarah berhubungan dengan peristiwa bersejarah atau perkembangan Kota yang dapat dilihat dari gaya dan karakter bangunan serta elemen–elemennya yang mewakili gaya arsitektur pada masa itu. Mengenai criteria peranan sejarah dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6. Kriteria Penilaian Peranan Sejarah Bangunan No. Penilaian Bobot
Nilai
Keterangan
1. Rendah 1 Bangunan tidak memiliki kaitan dengan periode sejarah arsitektur tertentu
2. Sedang 2 Bangunan memiliki fungsi yang terkait dengan periode sejarah 3. Tinggi 3 Bangunan memiliki kaitan dan
peranan dalam suatu periode sejarah
Sumber: Antariksa (2011)
5. Keluarbiasaan
Kriteria keluarbiasaan terkait erat dengan bentuk bangunan serta elemen – elemennya terutama yang berhubungan dengan ukuran, sehingga menjadi faktor pembentuk karakter bangunan. Kriteria penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7. Kriteria Penilaian Keluarbiasaan Bangunan No. Penilaian Bobot Nilai Keterangan
1. Rendah 1 Bangunan tidak mendominasi keberadaan lingkungan bangunan sekitarnya.
2. Sedang 2 Bangunan memiliki beberapa elemen yang berbeda dengan lingkungan bangunan di sekitarnya
3. Tinggi 3 Keseluruhan bangunan terlihat dominan sehingga dapat menjadi
landmark.
6. Memperkuat Citra Kawasan
Penilaian terhadap kriteria memperkuat citra kawasan berkaitan dengan pengaruh kehadiran bangunan terhadap kawasan sekitarnya yang dapat meningkatkan dan memperkuat kualitas dan citra lingkungan (Tabel 3.8).
Tabel 3.8. Kriteria Penilaian Memperkuat Citra Kawasan No. Penilaian Bobot
Nilai
Keterangan
1. Rendah 1 Apabila elemen bangunan dan bangunan secara keseluruhan tidak menciptakan kontinuitas dan laras arsitektural pada kawasan.
2. Sedang 2 Apabila elemen bangunan dan bangunan secara keseluruhan cukup menciptakan kontinuitas dan laras arsitektural pada kawasan. 3. Tinggi 3 Apabila elemen bangunan dan
bangunan secara keseluruhan menciptakan kontinuitas dan laras arsitektural pada kawasan.
Sumber: Antariksa (2011)
Nilai pada masing–masing elemen bangunan untuk tiap kriteria selanjutnya akan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total yang dimiliki oleh masing–masing elemen. Nilai inilah yang menjadi patokan dalam klasifikasi elemen yang selanjutnya menjadi dasar dalam penentuan arahan pelestarian. Langkah–langkah dalam penilaian makna kultural bangunan sebagai berikut: - Menjumlahkan hasil dari masing–masing kriteria:
1) Menentukan total nilai tertinggi dan terendah. Total nilai tertinggi sesuai dengan penilaian makna kultural pada bangunan dalam penelitian ini adalah 18, sedangkan total nilai terendah adalah 6
2) Menentukan jumlah penggolongan kelas pada data dengan rumus
Sturgess:
Keterangan:
k = jumlah kelas
n = jumlah angka yang terdapat pada data.
3) Menentukan pembagian jarak interval dengan cara mencari selisih antara total nilai tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas.
Keterangan:
i = interval kelas
jarak = rentang nilai tertinggi dan terendah
4) Mendistribusikan setiap total nilai ke dalam klasifikasi sesuai dengan jarak interval. Nilai rata – rata tersebut akan dibagi dalam tiga interval untuk kemudian digolongkan dalam kelompok potensi bangunan dilestarikan. Pengelompokkan tersebut terbagi atas nilai potensial rendah,sedang dan tinggi
3.6.3 Analisis Development
Metode development merupakan metode yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Metode development dilakukan untuk menentukan arahan dalam upaya pelestarian bangunan yang terdiri dari arahan fisik. Penentuan arahan tindakan fisik pada metode ini didasarkan pada hasil metode sebelumnya, yakni metode evaluatif.
k= 1 + 3,22 log n (1)
Berdasarkan hasil analisis pada metode evaluatif, didapatkan elemen-elemen bangunan berdasarkan klasifikasi potensial tinggi, sedang, dan rendah. Setiap elemen pada kelas potensial tertentu kemudian diarahkan untuk tindakan pelestarian lebih lanjut. Bentuk arahan yang dimaksud difokuskan pada arahan tindakan fisik.
Tabel 3.9 Arahan Pelestarian Fisik Berdasarkan Potensi Obyek
Klasifikasi Elemen
Bangunan Potensial Arahan Pelestarian Fisik
Tingkat Perubahan
Fisik yang
Diperbolehkan Potensial Tinggi Preservasi Sangat kecil
Konservasi Kecil
Potensial Sedang Konservasi Kecil Rehabilitasi Sedang
Potensial Rendah Rehabilitasi Sedang – Besar
Rekonstruksi Besar
Restorasi Besar
Sumber: Antariksa (2011)
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisa data digunakan untuk menjawab tiap rumusan masalah yang ada. Hasil analisa data akan dipaparkan pada pembahasan yang disajikan secara formal yaitu dalam bentuk diagram maupun tabel, juga disajikan secara informal (deskriptif). Untuk menyajikan hasil analisis data yang menjawab rumusan masalah pertama terkait karakteristik Yaroana
Masigi, data di tampilkan dalam gambar-gambar serta penjelasan secara
deskriptif. Untuk menyajikan hasil analisis data yang menjawab rumusan masalah kedua terkait sejarah dan signifikansi budaya penjelasan deskriptif. Untuk menyajikan hasil analisis data yang menjawab rumusan masalah ketiga terkait upaya pelestarian. Analisis data selain disajikan dalam bentuk penjelasan deskriptif jugaa disertakan matriks/tabel.