• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau legum anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 s.d 50 cm dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya selain kacang bogor yang buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu (Adisarwanto, 2000).

Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab, yaitu rata-rata 65 s.d 75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800 s.d 1300 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan bunga sulit diserbuki dan zona perakaran terlalu lembab sehingga menyuburkan pertumbuhan cendawan dan penyakit yang menyerang polong (Marzuki, 2007)

Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedangkan bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati. Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau disangrai. Komposisi zat-zat gizi dalam kacang tanah cukup baik. Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Sebagai perbandingan, pada Tabel 2.1 diperlihatkan nilai NPU (Net Protein Utilization) berbagai bahan pangan sumber protein.

(2)

Tabel 2.1

Nilai NPU Beberapa Macam Bahan Pangan Sumber Protein

No Bahan Pangan Nilai NPU

1 Telur 94 2 Susu 82 3 Tahu 65 4 Daging Ayam 65 5 Kacang Tanah 43 Sumber : Muchtadi, 2009

2.2 Kacang Garing Sihobuk

Kacang Garing Sihobuk merupakan salah satu oleh-oleh khas dari daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Sihobuk merupakan salah satu nama desa yang ada di Kota Tarutung, arah Sibolga persis dibawah Kantor Pusat HKBP Pearaja, dan akibat bencana alam tanah longsor tahun 1982 yang silam Desa Sihobuk ini menjadi porak-poranda di timbun tanah longsor dan mengakibatkan adanya korban jiwa sekitar 12 orang tertimbun tanah longsor tersebut, kemudian penduduk dipindahkan ke Perumnas Pagar Baringin, Desa Silangkitang Kecamatan Sipoholon. Untuk mengenang kejadian tersebut, masyarakat lalu memasak kacang tanah dan dinamai Kacang Garing Sihobuk (Sipoholon dalam Angka, 2013)

Kacang Garing Sihobuk adalah kacang tanah yang di produksi tanpa mengubah bentuk dan rasanya. Pembuatan Kacang Garing Sihobuk terbilang cukup lama. Awalnya kualitas kacang dipilih karena Kacang Garing Sihobuk dikenal dengan renyah dan garingnya sehingga kacang yang dipilih harus berkualitas. Pemilihan kacang kita lakukan dengan cara menampi-nya menggunakan tampi, kemudian kacang direndam selama beberapa hari (semakin lama direndam maka semakin bagus keawetannya) dengan air biasa ataupun air yang panasnya hangat-hangat kuku.

(3)

Selanjutnya tahap penggongsengan menggunakan adonan masak yang terbuat dari drum, agar dapat menampung kapasitas yang banyak. Dicampur dengan pasir dan apinya dari kayu bakar, ada juga yang di gongseng di kuali besar. Pasir digunakan sebagai alat pemanas untuk memanaskan kacang hingga kacang matang. Waktu yang dibutuhkan dalam proses penggongsengan adalah tiga jam. Setelah itu, kacang dibiarkan dingin. Setelah itu, tahap pengemasan. Kacang yang telah di dinginkan, ditampi dan di saring kembali untuk memisahkan kacang-kacang dengan pasir, lalu dikemas dengan baik dan semenarik mungkin. Sedangkan kacang yang sudah lepas dari kulitnya dikumpulkan lagi, lalu dikemas sehingga tidak ada yang terbuang begitu saja. (Tambunan, 2010)

2.3 Teori nilai tambah

Menurut Tarigan (2004) dan Rahmawati (2009), nilai tambah didapatkan dari nilai produk akhir dikurangi biaya antara (intermediate cost) yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong dalam melakukan proses produksi (besarnya nilai dari proses pengolahan). Besarnya nilai tambah ini tidak seluruhnya menyatakan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, karena masih mengandung imbalan terhadap pemilik faktor produksi lain dalam proses pengolahan yaitu sumbangan input lain. Besarnya nilai output produk dipengaruhi oleh besarnya bahan baku, sumbangan input lain, dan keuntungan.

Sudiyono (2004) menyatakan nilai tambah dapat dilihat dari dua sisi yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Nilai tambah untuk pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi kapasitas produksi, jumlah bahan baku, dan tenaga kerja, serta faktor pasar yang meliputi harga output, harga bahan baku, upah tenaga kerja dan harga bahan baku lain

(4)

selain bahan bakar dan tenaga kerja. Dasar perhitungan dari analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar harga yang digunakan untuk bahan baku dan produksi ditingkat pengolah / produsen. Nilai Tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatukomoditi mengalami proses pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam suatu proses produksi. Besarnya nilaitambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Informasi yangdiperoleh dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilaitambah, marjin dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi.

Konsep added value merupakan analisis nilai tambah yang dimulai dari saat pembelian bahan baku sampai dengan produk jadi. Konsep added value menekankan pada penambahan nilai produk selama proses didalam perusahaan. Semua biaya yang non-added value akan dihilangkan dan perusahaan fokus pada hal-hal yang mempunyai nilai pada produk. Konsep added value mendeskripsikan hubungannya dengan pemasok dan konsumen untuk memantapkan posisinya dalam persaingan pasar. Survey dilakukan terhadap manajer di Selandia Baru menunjukan perusahaan mereka mempunyai kelemahan dalam hal : Kualitas bahan baku yang kurang bagus, saat pengantaran bahan baku yang tidak tentu, manajemen bahan baku yang masih kurang dan penanganan kepuasan konsumen yang masih kurang. Kelemahan ini terjadi karena perusahaan tidak mengekplorasi hubungan dengan pemasok dan konsumen. Hubungan yang baik dengan pemasok dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam hal peningkatan kualitas bahan baku, waktu pengantaran bahan baku yang tepat dan biaya yang lebih rendah. Sedangkan hubungan dengan konsumen dapat memberikan keuntungan

(5)

bagi perusahaan dalam loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan. (Setiawan, 2003)

2.3.1 Nilai tambah dalam agroindustri

Saragih (2001) menyatakan pertanian harus dipandang sebagai upaya pengembangan yang utuh dan menyeluruh dari kegiatan ekonomi yang terkait didalamnya yang disebut agribisnis yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir (agroindustri) dan subsistem jasa penunjang.

Agribisnis terdiri dari tiga sektor yaitu sektor masukan (input), produksi (farm), dan sektor keluaran (output). Sektor keluaran (output) bertanggung jawab atas pengubahan bentuk bahan baku yang dihasilkan usaha tani menjadi produk konsumen akhir dan merupakan sektor terbesar diantara ketiga sektor tersebut. Artinya, sektor keluaran (output) identik dengan subsistem agroindustri pengolahan.

Menurut Antara (2005) agroindustri dibedakan menjadi dua yakni agroindustri hulu (upstream) dan agroindustri hilir (downstream). Agroindustri hilir (downstream) adalah industri yang mengolah produk atau hasil sampingan subsistem produksi menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi. Lebih lanjut ditegaskan bahwa agroindustri sebagai salah satu subsistem agribisnis pencipta nilai tambah. Ditegaskan oleh Soekartawi (2005) bahwa komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting, karena pertimbangan mengingkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen dan meningkatkan pendapatan produsen.

(6)

Sektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (added value) terbesar dalam perekonomian nasional. Melalui pengembangan sistem agribisnis terpadu dapat dihasilkan produk-produk pertanian dan produk agroindustri semakin beranekaragam dan derajat pengolahan semakin tinggi, kualitas semakin baik, sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif di pasar domestik dan internasional.

Selanjutnya ditegaskan bahwa, masing-masing unsur pencipta nilai tambah memperoleh balas jasa atau imbalan dengan sumbangannya dalam menciptakan nilai tambah. Total nilai tambah harus terbagi habis diantara unsur-unsur pencipta nilai tambah. Tenaga kerja akan mendapat balas jasa atau imbalan berupa upah/gaji. Modal berupa bunga, sewa tanah, alat dan mesin berupa penyusutan, dan menajemen memperoleh balas jasa brupa surplus usaha atau keuntungan (Antara, 2005). Proses penciptaan nilai tambah dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Masukan

Bahan Penolong

Nilai Tambah (NT) = Nilai Produksi – Nilai Bahan Baku – Nilai Bahan Penolong

Gambar 2.1 Proses Penciptaan Nilai Tambah dalam Agroindustri

Bahan Mentah Agroindustri Hilir setengah jadi Barang dan Barang jadi Tenaga kerja, modal, tanah, alat/mesin/bangunan, jasa publik dan

enterpreneur

Upah/gaji, bunga modal, sewa tanah, penyusutan, pajak dan surplus usaha/keuntungan.

(7)

Lebih lanjut Tarigan (2004) menyatakan bahwa, pada umumnya yang termasuk dalam nilai tambah suatu kegiatan produk/jasa adalah berupa upah, gaji, laba, sewa tanah dan bunga yang dibayarkan (berupa bagian dari biaya), penyusutan dan pajak tidak langsung dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Upah dan Gaji adalah balas jasa yang dibayarkan kepada para pekerja sesuai dengan prestasi, sedangkan gaji adalah balas jasa yang nilainya tetap untuk kurun waktu tertetu.

2. Laba atau Keuntungan adalah total nilai penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Laba merupakan pendapatan bagi pengusaha.

3. Sewa Tanah diperhitungkan karena memberikan pendapatan bagi pemilik tanah. Apabila tanah adalah milik sendiri maka tidak perlu mengeluarkan biaya sewa dan labanya meningkat. Jadi sewa tanah yang dihitung adalah sewa tanah yang dibayarkan.

4. Bunga Uang adalah pendapatan bagi pemilik modal karena meminjamkan uangnya untuk ikut serta dalam proses produksi. Bunga uang yang dihitung adalah bunga uang yang dibayarkan. Jika tidak melakukan peminjaman modal maka labanya meningkat.

5. Penyusutan berarti menurunnya nilai alat yang dipakai dalam proses produksi, terutama alat yang dimiliki sendiri. Penyusutan dikukur dengan menggunakan metode garis lurus.

6. Pajak adalah upaya menaikkan harga jual dan tidak menambah pendapatan produsen, tetapi jatuh ke tangan pemerintah (transfer payment). Dalam harga jual terdapat unsur pajak penjualan dan bea cukai.

(8)

2.3.2 Nilai tambah Metode Hayami

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis nilai tambah (added value), namun yang lazim digunakan adalah Metode Hayami seperti terlihat pada Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2

Komponen Nilai Tambah dengan Metode Hayami

No Komponen Nilai

I. Output, input, dan harga

1 Bahan baku (input) 1

2 Volume produksi (otput) 2

3 Harga produk (rp/kg) 3

4 Faktor konversi 4

5 Jumlah tenaga kerja (otang) 5

6 Koefisien tenaga kerja 6

7 Upah tenaga kerja (rp/orang) 7

II. Penerimaan dan keuntungan

8 Harga bahan baku (rp/kg) 8

9 Sumbangan input lain (rp) 9

10 Nilai output (rp/kg) 10

11 a. Nilai tambah (rp/kg) 11a

b. Rasio nilai tambah (%) 11b

12 a. Imbalan tenaga kerja (rp/kg) 12a

b. Pangsa tenaga kerja (%) 12b

13 a. Keuntungan (rp/kg) 13a

b. Tingkat keuntungan (%) 13b

III. Balas jasa pemilik faktor produksi

14 Marjin (rp/kg) 14

a. Pendapatan tenaga kerja(%) 14a

b. Sumbangan input lain (%) 14b

c. Keuntungan pengusaha (%) 14c

Sumber : Sudiyono,2002 Keterangan :

1. Output adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu kali produksi. 2. Input adalah jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu kali produksi. 3. Tenaga Kerja adalah jumlah orang yang bekerja dalam satu kali produksi.

4. Faktor konversi adalah perbandingan antara hasil produksi (output) dengan bahan baku (input).

5. Koefisien tenaga kerja adalah perbandingan jumlah tenaga kerja dengan total bahan baku 6. Sumbangan input lain adalah komponen biaya selain bahan baku dan upah tenaga kerja. 7. Nilai output adalah faktor konversi dikalikan dengan harga produk.

8. Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain.

(9)

9. Rasio nilai tambah adalah perbandingan antara nilai tambah dengan nilai output.

10. Pendapatan tenaga kerja adalah koefisien tenaga kerja dikalikan dengan upah tenaga kerja.

11. Pangsa tenaga kerja adalah rasio pendapatan tenaga kerja dengan nilai tambah. 12. Keuntungan adalah selisih antara nilai tambah dengan pendapatan tenaga kerja. 13. Tingkat keuntungan adalah perbandingan antara keuntungan dengan nilai tambah. 14. Marjin adalah selisish antara nilai output dengan harga bahan baku.

2.4 Analisis biaya dan pendapatan 2.4.1 Biaya dan pendapatan

Biaya adalah semua pengorbanan yang dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Sedangkan pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Untuk menjalankan suatu proses produksi diperlukan biaya, antara lain biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost).

Biaya total (total cost) terdiri dari dua jenis biaya dalam proses produksi yakni biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tetap dan harus dikeluarkan oleh perusahaan selama perusahaan tersebut menjalankan aktivitasnya. Contohnya biaya asuransi, biaya pajak, biaya sewa, dan biaya-biaya lainnya. Semakin besar bisnis yang dijalankan maka semakin besar biaya tetap yang harus dikeluarkan begitu juga sebaliknya. Biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan aktivitas. (Fahmi, 2012).

2.4.2 Revenue cost ratio (R/C ratio)

Menurut Soekartawi (2005), istilah R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya total. R/C ratio memiliki beberapa kriteria yaitu apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu (>1) maka usaha layak

(10)

dikembangkan/menguntungkan, apabila nilai R/C ratio lebih kecil dari satu (<1) maka usaha tidak layak dikembangkan/merugikan. Namun, apabila nilai R/C ratio sama dengan satu (=1) maka usaha impas/tidak untung dan tidak rugi.

2.4.3 Analisis titik impas

Titik impas adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Titik impas dibagi menjadi dua, yaitu titik impas produksi dan titik impas biaya. Titik impas produksi dinyatakan dalam unit dan titik impas biaya dinyatakan dalam rupiah. Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga pada penjualan. (Fahmi, 2012)

Adapun manfaat analisis titik impas adalah sebagai berikut:

a. Jumlah penjualan minimal harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian;

b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu; c. Seberapa jauhkah yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu; d. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita

(11)

e. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

2.5 Penerapan manajemen dalam usaha

Secara umum manajemen juga dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengajarkan tentang proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik organisasi. Dalam hal ini manajemen dibedakan menjadi tiga bentuk karakteristik, diantaranya adalah:

a) Sebuah proses atau seri dari aktivitas yang berkelanjutan dan berhubungan. b) Melibatkan dan berkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan organisasi.

c) Mendapatkan hasil-hasil ini dengan berkerja sama dengan sejumlah orang dan memanfaatkan sumber-sumber dimiliki organisasi.

Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Di dunia global yang sangat kompetitif mendesak perusahaan untuk menemukan cara-cara baru dalam memberikan dan menciptakan value added bagi konsumennya semakin kuat. Perusahaan dituntut untuk dapat menyampaikan produknya dengan efektif lebih cepat dan lebih efisien. Ada sebuah istilah supply chain yang merupakan suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut, penyaluran

(12)

mungkin kurang tepat karena istilah supply meliputi juga proses perubahan barang tersebut misalnya dari bahan mentah menjadi barang jadi.

Ada empat proses utama dalam aliran barang yaitu : a. Plan (perencanaan)

Perencanaanberkaitan dengan rencana perusahaan untuk menentukan apa yang harus dilakukan kedepannya, produk apa yang akan diolah, kepada siapa akan disalurkan. Semua itu harus direncanakan agar sesuai dengan visi , misi dan tujuan perusahaan.

b. Source (pengadaan)

Pengadaan berkaitan dengan pelaksanaan apa saja yang akan dilakukan di dalam perusahaan sehingga menimbulkan nilai guna. Dalam kegiatan pengadaan inilah para pengusaha melakukan pengadaan bahan baku dengan memasok dari supplier yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan. Dalam penelitian ini, suppliernya adalah petani.

c. Make (pembuatan)

Pembuatan berkaitan dengan penciptaan produk atau barang yang nantinya dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Dalam proses pembuatan melibatkan mesin, alat dan bahan yang terkait dengan pembuatan suatu produk. Selain itu, diperlukan juga tenaga kerja untuk membantu mempercepat kinerja perusahaan, baik yang menghandle jalannya proses pembuatan maupun yang mengoperasikan mesin.

(13)

d. Distribution (penyaluran)

Penyaluran berkaitan dengan bagaimana produk atau barang dari suatu perusahaan dapat sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu. Baik itu dari perusahaan langsung ke tangan konsumen, atau melalui perantara.

2.6 Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan nilai tambah telah dilakukan oleh beberapa orang peneliti diantaranya Analisis Nilai Tambah Agroindustri Rumah Tangga Tempe Kedelai Bungkus Daun di Kota Madiun oleh Ningsih (2003) yang bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kedelai menjadi tempe kedelai bungkus daun. Penelitian mengenai Analisis Nilai Tambah Kelayakan Finansial dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa Skala Kecil di Kabupaten Lampung Selatan oleh Rotua (2006), yang bertujuan untuk mengkaji nilai tambah yang diperoleh pada masing-masing agroindustri kelapa yaitu agroindustri kopra, agroindustri arang tempurung dan minyak kelapa. Tesis mengenai Perbandingan Nilai Tambah Kopi Arabika Sistem Olah Basah dengan Olah Kering di Subak Abian Kertawaringin, Desa Belantih Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli oleh Pidada (2009).

Penelitian yang dilakukan sekarang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya adalah pada obyek penelitian yaitu komoditasnya. Pada penelitian ini menggunakan komoditi kacang tanah dengan tujuan mengetahui besarnya nilai tambah kacang tanah setelah diolah menjadi Kacang Garing Sihobuk.

2.7 Kerangka pemikiran teoritis

Nilai tambah (added value) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam

(14)

suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan.

Perhitungan nilai tambah dimulai dari pembelian bahan baku sampai dengan produk jadi yang menekankan pada penambahan nilai produk selama proses didalam perusahaan. Dalam penelitian ini, komoditi kacang tanah yang mengalami pertambahan nilai melalui pengolahannya menjadi Kacang Garing Sihobuk. Seperti yang terlihat pada skema kerangka pemikiran pada Gambar 2.2 menjelaskan bahwa kacang tanah mengalami proses pengolahan untuk menjadi Kacang Garing Sihobuk. Kemudian melalui metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif diperoleh mengenai cara pembuatannya serta penjelasan mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengolahan Kacang Garing Sihobuk dan analisis nilai tambah dengan metode Hayami. Kemudian, diperoleh sebuah simpulan yang akan di rekomendasikan kepada pengusaha/ home industry Kacang Garing Sihobuk sebagai feedback dari penelitian yang telah dilakukan.

(15)

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Nilai Tambah Kacang Garing Sihobuk

Industri Rumah Tangga Kacang Garing Sihobuk

Metode deksriptif kuantitatif a. Analisis titik impas

b. Penerimaan dan keuntungan c. Metode Hayami

Metode deskriptif kualitatif a. Teori nilai tambah b. Manajemen dalam usaha

Nilai tambah Kacang Garing Sihobuk dengan

Metode Hayami Proses pengolahan Kacang Garing Sihobuk Simpulan Kendala-kendala dalam berusaha Rekomendasi

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini telah behasil membuat aplikasi pelembutan citra (image smoothing) yang diolah berdasarkan komputasi klasik dan komputasi kuantum.Aplikasi telah diujicoba dan

Berdasarkan perhitungan effect size tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menentukan KPK dan FPB dengan menerapkan model kooperatif think pair share memberikan

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan motif yang digunakan siswa SMA Negeri 4 Manado adalah ( In order Motive ) motif masa depan. Hasil penelitian mengungkapkan

Comparison of the epidemiology of acne vulgaris among Caucasian, Asian, Continental Indian and African American women.. J Eur Acad Dermatol

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat luas mengenai pemberdayaan masyarakat nelayan dalam budidaya ikan kerapu, terutama budidaya

MASA secara langsung menyelesaikan risiko persaingan usaha dan kejenuhan pasar melalui diversifikasi produk untuk penjualan ekspor, sehingga, permasalahan pemasaran dan

3) Menciptakan suasana agar mahasiswa siap mental untuk menghadapi topik yang akan dijelaskan. 4) Dosen menyampaikan beberapa fenomena yang dijawab selama perkuliahan

Jer ami padi t er masuk hasi l si sa t anaman per t ani an yang kandungan pr ot ei nnya r endah ( di bawah 7%) sehi ngga penggunaan unt uk pakan membut uhkan supl ement asi pr ot ei