• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU

IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR

Isti Istianah*, Yayuk Hartriyanti**, Tri Siswani***

*Universitas Gadjah Mada, **Universitas Gadjah Mada ***Politeknik Kesehatan Yogyakarta Email korespodensi: istianah7@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan evaluasi pelaksanaan

program MP-ASI pada bayi berusia dua tahun di bawah garis merah (baduta BGM) di Puskesmas

(Puskesmas) di Kayumanis Village. Metodologi : Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan

kuantitatif. informan penelitian adalah Kepala Puskesmas, Staf Gizi atau Koordinator MP-ASI, yang bidan, kader dan ibu dari bayi berusia dua tahun (baduta). Proses pengumpulan data dilakukan pada tahun 2009 dengan menggunakan wawancara mendalam, Focus Group

Discussion (FGD) dan observasi yang meliputi input, proses output. Hasil : Input; tidak semua

staff yang mengelola pelaksanaan program MP-ASI yang sebelumnya menerima pelatihan apapun, dana menggunakan dana Gakin, tidak ada pedoman teknis. Proses; populasi target lebih besar daripada mereka yang menerima bantuan tersebut, menggunakan 2 macam cara. Output; ada 14 baduta yang mendapatkan program MP-ASI dan hanya 1 baduta yang mengalami peningkatan

berat badan, namun semua bayi masih pada tahap status gizi kurang. Diskusi : Dalam hal

perencanaan target sasaran MP-ASI adalah baduta yang BGM dan tidak mampu, pendistribusian dilakukan oleh kader dalam waktu 3 bulan pemberian dengan dimonitoring oleh petugas gizi yang merangkap jadi koordinator MP-ASI.

Kata kunci: evaluasi, program MP-ASI, berat badan, status gizi

ABSTRACT

Introduction: The objective of this study was to describe the evaluation on MP-ASI program implementation upon two-year old babies under the red line (baduta BGM) at a

Primary Health Center (Puskesmas) in Kayumanis Village. Method: This study is a qualitative and

quantitative study. Research informants were the Head of the Puskesmas, the Nutrition Staff or the MP-ASI Coordinator, the midwifes, the cadres and the mothers of the two-year old baby (baduta). Data collection process was done using an indepth interview, Focus Group Discussion

(FGD) and observation which includes input, process output. Result: Input; not all the staffs who

manage the MP-ASI program implementation were previously receiving any trainings, funding was using Gakin funding, no technical duidelines. Process; target population was bigger than those who were receiving the aid, was using 2 kinds of way. Output; there were 14 baduta gaining some weight after receiving the MP-ASI and the was only 1 baduta who experienced a weight after receiving the MP-ASI and the was only 1 baduta who experienced a weight loss, however all

babies were still at the stage of inadequate nutrition. Discussion: In terms of planning target

complementary feeding is baduta BGM and can’t afford, the distribution is done by a cadre within 3 months of administration by monitored by officers nutrition concurrently so the coordinator MP-ASI.

(2)

PENDAHULUAN

Masalah kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak kecil di negara–negara yang

sedang berkembang. Menurut data

Riskesdas tahun 2007 diperoleh anak dibawah usia lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk sebesar 5,4% dan gizi kurang sebesar 13%. Di Propinsi DKI Jakarta tahun 2007 balita yang mengalami gizi buruk sebesar 2,9 % dan gizi kurang sebesar 10%. Prevalensi gizi kurang di propinsi DKI Jakarta lebih kecil dari angka nasional, tetapi angka gizi kurang tersebut masih tetap menjadi masalah karena diatas target nasional yaitu 5%. Keadaan ini akan terus meningkat jika tidak memperoleh penanganan yang serius. Pada tahun 2007 prevalensi angka balita di bawah garis merah (BGM) masih cukup tinggi. Menurut data dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta tahun 2007 untuk wilayah Jakarta Timur mempunyai prevalensi balita BGM tinggi yaitu 2,46 % dibandingkan dengan Jakarta Selatan dan Jakarta Utara yang masing- masing hanya 0.96% dan 0.77% dari semua balita yang ditimbang di masing-masing Posyandu.

Upaya mencegah terjadinya gizi buruk dimulai dari pemberian MP-ASI pada kelompok rawan bayi dibawah dua tahun (baduta) yang dibagi menjadi 2 kelompok umur yaitu 6-11 bulan dan 12-24 bulan. Data

dari Puskemas Kelurahan Kayumanis

baduta yang mendapat program MP-ASI pada tahun 2007 sebesar 50 baduta dan menurun menjadi 33 baduta pada tahun 2008. Melakukan evaluasi terhadap program MP-ASI merupakn kegiatan manajerial yang mutlak dilakukan. Evaluasi program MP-ASI

meliputi input, proses, output, outcome dan

dampak. Hal ini mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) tahun 2005 dari Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). Walau demikian demikian bukan berarti bahwa pelaksanaan MP-ASI akan berjalan tanpa menemui masalah sehingga perlu diadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program MP-ASI yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan pelaksanaan program MP-ASI pada masa yang akan datang. Dengan

menelaah latar belakang di tas, maka peneliti berminat untuk mengevaluasi program MP-ASI yang telah terlaksana di Puskesmas Kelurahan Kayumanis.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan di Puskesmas wilayah kerja Kelurahan Kayumanis Jakarta Timur pada tahun 2009. Rancangan ini dipilih karena dengan evaluasi dapat diketahui efektifitas program MP-ASI yang telah dilaksanakan dalam peningkatan berat badan baduta penerima MP-ASI. Subjek penelitian adalah kepala puskesmas, petugas gizi yang menjadi koordinator MP-ASI, bidan desa, kader posyandu dan ibu baduta yang mendapatkan MP-ASI.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang direkam

pada tape recorder dengan kepala

puskesmas, koordinator, dan kader posyandu

serta dengan menggunakan check list

dokumen dan kuesioner formulir penilaian perubahan BB baduta. Analisis data dengan cara hasil wawancara ditranskripkan dalam catatan tertulis dan dikelompokan sesuai dengan bidang-bidang yang akan dianalisis kemudian dilakukan penafsiran data secara

narasi dan interpretasi kemudian

dibandingkan dengan standar Depkes yang telah ditetapkandan teori dari beberapa pustaka.

HASIL

Evaluasi program kesehatan yang menyeluruh adalah evaluasi yang dilakukan

terhadap tiga komponen yaitu input, proses,

output. Hal ini mengandung pengertian

bahwa evaluasi program kesehatan termasuk

program MP-ASI dapat dilakukan

dengan.metode sistem. Input

1. Tenaga

Dalam pelaksanaan program MP-ASI

di Puskesmas Kelurahan Kayumanis

memerlukan suatu masukan (input) berupa

tenaga. Namun dalam operasionalnya tenaga yang ada harus sesuai dengan kebutuhan

yang diperlukan, kuantitas maupun

kualitasnya. Tenaga y a n g dianalisis berdasarkan kuantitas dan kualitas dengan latar belakang pendidikan, lama bekerja, dan

(3)

pelatihan yang pernah diikuti. Tenaga adalah

orang yang bertanggung jawab dan

mengkoordinir program MP-ASI di

wilayah kerja Puskemas Kelurahan

Kayumanis. Tenaga yang bertanggung jawab atas terlaksananya program MP-ASI adalah petugas gizi di Puskesmas Kelurahan Kayumanis. Hasil penelitian memberikan

informasi bahwa Puskesmas Kelurahan

Kayumanis mempunyai petugas gizi

berjumlah 2 orang. Petugas gizi berlatar belakang pendidikan Diploma III gizi. Hanya 1 petugas gizi (koordinator MP-ASI) yang telah mendapatkan pelatihan tentang program MP-ASI. Dalam pelaksanaannya, petugas gizi dibantu oleh kader di tiap-tiap posyandu yang ada di wilayah Puskesmas Kelurahan Kayumanis.

2. Dana

Dana mempunyai peranan penting dalam melaksanakan program MP-ASI. Sumber dana didapat dari pemerintah yang merupakan dana Gakin. Pengadaan paket MP-ASI dari APBD untuk Gakin. Dana tersebut digunakan untuk pengadaan program MP-ASI sedangkan untuk administrasi masih kurang oleh karena itu ditanggulangi dari pihak puskesmas Kelurahan Kayumanis. 3. Sarana

Berdasarkan hasil data sekunder yang

didapat, sarana yang terdapat dalam

pelaksanaan program MP-ASI berupa buku pedoman MP-ASI, petunjuk teknis MP-ASI dan formulir pencatatan dan pelaporan. Didalam buku pedoman MP-ASI sudah mencakup pelaksanaan, pengelolaan dan pendistribusian MP-ASI. Buku pedoman pelaksanaan program MP-ASI dan formulir pencatatan hanya diberikan pada petugas gizi yang menjadi koordinator MP-ASI tingkat Puskesmas Kelurahan sedangkan untuk kader tidak mendapatkan buku tersebut hanya mendapat formulir bantu pelaporan.

4. Bahan

Bahan paket pada program MP-ASI adalah bubuk instan dan biskuit. MP-ASI bubuk instan dibuat dalam tiga rasa yaitu beras merah, kacang hijau dan pisang. Berat bersihnya adalah 200 gram per kemasan., sedangkan untuk biskuit perkemasan berisi 12 keping dengan berat per keping 10 gram sehingga berat bersih perkemasan 120 gram.

MP-ASI yang diberikan harus berkualitas baik, bebas dari bahan-bahan asing dan bahan-bahan yang mengganggu kesehatan oleh serangga dan kombinasi jamur. Di Puskesmas Kelurahan Kayumanis MP-ASI yang diterima tidak sesuai jumlahnya dengan yang diusulkan hanya 40% untuk bubuk instan dan 46% untuk biskuit. Hal ini membuat pihak puskesmas harus menyeleksi kembali sesuai dengan kriteria miskin dan berat badan paling bawah.

5. Metode

Metode pemberian paket MP-ASI ke sasaran menurut buku pedoman petugas membagikan MP-ASI sebanyak 4 bungkus/ bulan (200 gram/bungkus) diberikan setiap bulannya selama 3 bulan, dengan penjelasan kepada ibu sasaran harus memberikan kepada bayi umur 6-11 bulan sebanyak 100 gram/hari dibagi dalam 3 kali pemberian. Sasaran yang berumur 12-24 bulan mendapat MP-ASI biskuit sebanyak 2 roll/bulan diberikan setiap bulan selama 3 bulan. Biskuit dikemas dengan berat bersih 120 gram , setiap 7 kemasan 120 gram dikemas dalam 1 plastik untuk dikonsumsi selama 1 minggu.

Proses

1. Perencanaan

Dalam perencanaan target sasaran (bayi usia 6-11 bulan) yang mendapat program MP- ASI berdasarkan data dari tiap-tiap posyandu kemudian diserahkan kekelurahan lalu diserahkan ke kecamatan untuk diserahkan ke Dinas Kesehatan. Pelatihan petugas gizi Puskesmas untuk program MP-ASI baru dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 diselenggakan oleh Dinas Kesehatan yang sebelumnya belum pernah ada pelatihan dalam program ini. Jadwal pendistribusian program pemberian paket MP-ASI di Puskesmas terjadwal setahun 3 kali pada bulan Juli, Agustus dan September. Jadwal pendistribusian ini pun tidak terjadwal dengan baik tergantung

dari pengiriman paket MP-ASI dari

Kecamatan. 2. Pelaksanaan

Pelaksanaan program MP-ASI yang direncanakan diberikan selama 90 hari (3bulan) dan berakhir pada bulan September 2008, dapat dilaksanakan sesuai dengan

(4)

rencana meskipun dari segi waktu ada yang

mengambil MP-ASI melewati bulan

September 2008. Pada pelaksanaan program MP-ASI ternyata jumlah sasaran yang mendapat MP-ASI kurang dari jumlah yang sudah ditargetkan sebelumnya. Kegiatan diawali dengan sosialisasi MP-ASI di Puskesmas Kelurahan Kayumanis dengan menunjuk bidan dan salah satu kader dari

tiap- tiap posyandu yang membantu

pelaksanaan program ASI. Paket MP-ASI yang dikirim dari Puskesmas Kecamatan langsung diterima oleh Petugas Gizi yang merangkap sebagai koordinator Gizi. Saat itu juga langsung diberitahu kepada kader untuk mengambil paket MP-ASI sehingga tidak ada tempat penyimpanan khusus untuk paket MP-ASI karena langsung didistribusikan kepada sasaran tanpa menentukan jadwal pendistribusian. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan program MP-ASI dilakukan setiap bulan pada saat posyandu oleh bidan atau kader posyandu.

3. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan program MP-ASI

dilakukan secara langsung oleh petugas gizi Puskesmas Kelurahan Kayumanis atau kader posyandu yang ditunjuk pada saat posyandu. Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa kader kurang melakukan pemantauan atau melihat apakah MP-ASI yang diberikan habis atau tidak, mau apa tidak, berapa sisa atau stok dirumah sasaran, sehingga kader posyandu atau bidan tidak mempunyai pencatatan dan pelaporan hal itu.

Output

Sasaran yang memperoleh MP-ASI mengacu pada pedoman yaitu bayi usia 6-11 bulan dari keluarga miskin mendapat MP-ASI bubuk instan dan anak usia 12-24 bulan dari keluarga miskin mendapat MP-ASI biskuit. Oleh karena jumlah sasaran yang ada lebih besar dari alokasi bahan yang tersedia yaitu untuk bayi usia 6-11 bulan sebanyak 5 sasaran dan anak usia 12-24 bulan sebanyak 28 sasaran, maka petugas

gizi Puskesmas Kelurahan Kayumanis

memprioritaskan bayi usia 6-11 bulan atau anak usia 12-24 bulan dari keluarga miskin yang berstatus gizi kurang atau BGM yang paling bawah.

Outcome

Setelah 3 bulan pemberian MP-ASI, kemudian dibandingkan berat badan awal dengan berat badan akhir maka dapat diketahui apakah berat badan sasaran meningkat, tetap atau turun. Sebanyak 14 baduta mengalami kenaikan berat badan mengikuti salah satu pita warna. Sebagian besar mengalami kenaikan berat badan selama 3 bulan pemberian MP-ASI. Rata-rata peningkatan berat badan baduta yang mendapatkan MP-ASI bubuk instan selama 3 bulan sebesar 0,4 kg sedangkan yang mendapatkan MP-ASI biskuit mengalami peningkatan sebesar 0,3 selama 3 bulan. Selain itu, ada satu baduta mengalami penurunan berat badan selama pemberian MP-ASI. Penurunan ini diakibatkan dengan adanya penyakit yang sedang diderita oleh baduta tersebut serta kurangnya perhatian orang tua terhadap lingkungan.

PEMBAHASAN

Pada Input peran pembinaan lebih baik dilakukan secara rutin dan berkesinambungan serta bentuk-bentuk interaksi komunikasi yang

lain tidak hanya akan meningkatkan

kepemilikan program dan selanjutnya akan

menambah motivasi masyarakat untuk

memahami program tersebut Menurut

Adiyasa (2008) petunjuk teknis disusun sebagai penjabaran teknis dari buku pedoman yang disesuaikan dengan kondisi wilyah bahkan ditambah beberapa petunjuk terutama dalam pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan.

Pada proses menurut Trisnantoro

(2000) menjelaskan bahwa terdapat

kesenjangan (gap) antara unsur-unsur

perencanaan kesehatan di masing-masing tingkat, sehingga hasil yang dicapai tidak menampung usulan-usulan dari tingkat bawah. Untuk jenis MP-ASI dipertegas dengan temuan Wiryo (2002) bahwa didaerah pedesaan di Lombok kebanyakan masyarakat

memberikan nasi atau pisang sebagai

makanan dini sebelum bayi berumur 4 bulan.

Penyebabnya adalah suatu kebiasaan

masyarakat yaitu adanya kekerabatan social dari tetangga yang datang pada waktu seorang ibu melahirkan dan mereka memberikan nasi, pisang, madu ataupun kelapa muda pada bayi tersebut dengan alas an kepercayaan tertentu.

(5)

Pada output sesuai dengan Surat Menkes RI No. 807/Menkes/VII/2007 perihal Pemberian Makanan Pendamping ASI gratis di Indonesia disebutkan bahwa Menkes RI mengharapkan agar tenaga kesehatan yang terlibat melakukan monitoring dan evaluasi pemberian makanan pendamping ASI gratis agar tepat sasaran, tepat jumlah, tempat lama pemberian dan pemantauan berat badan sasaran. Sedangkan pada outcome seharusnya program ini dapat meningkatkan berat badan sasaran namun ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap masalah kurang gizi yaitu pengadaan/produksi bahan pangan, konsumsi pangan dan penggunaan makanan secara biologis. Ketiga faktor ini ditentukan oleh faktor-faktor lain yang juga saling berkaitan yaitu antara lain produksi bahan makanan, pemsaran pendapatan/penghasilan masyarakat, kurang pengertian, penyakit-penyakit, imunisasi, sanitasi dan hygene serta social budaya. Yang termasuk social budaya misalnya tingkat pendidikan, pengertian dan kesadaran gizi, kebiasaan makan, kepercayaan dan pantangan terhadap makanan, kebiasaan menyapih anak (Depkes, 2005)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari uraian diatas, dapat

disimpulkan bahwa ketersediaan input dalam

pengelolaan program MP-ASI dipuskesmas seperti ketersediaan tenaga yang masih kurang, bahan paket tidak sesuai dengan yang ditargetkan, dana tidak mencukupi, buku pedoman yang ada sudah jelas mencakup petunjuk teknis. Dalam hal perencanaan target sasaran MP-ASI adalah baduta yang BGM dan tidak mampu, pendistribusian dilakukan oleh kader dalam

waktu 3 bulan pemberian dengan

dimonitoring oleh petugas gizi yang

merangkap jadi koordinator MP-ASI. Saran

Untuk menunjang keberhasilan

pelaksanaan program MP-ASI perlu

adatambahan tenaga khusus da kerjasama antar tenaga kesehatan terutama dalam hal pemantauan ke sasaran program MP-ASI.

Perlu ditingkatkan lagi perhatian orang tua terhadap anaknya dengan cara melakukan penyuluhan di tiap-tiap posyandu oleh

petugas gizi, bidan dan kader posyandu

.

KEPUSTAKAAN

Adiyasa, IN, (2008). Evaluasi Program Pemberian MP-ASI Bubuk Instan dan Biskuit Di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat Timur, dan Bengkulu Utara Tahun 2007, Tesis Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Arisman, M.B. (2004) Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Depkes RI, (2002), Pedoman Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Depkes RI, 2002, Petunjuk Teknis

Pengelolaan Makanan Pendamping ASI. Depkes RI, (2002), Pedoman Pelaksanaan

Pendistribusian dan Pengelolaan

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Depkes RI, (2005) Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Jakarta.

Depkes RI, (2006) Gizi Dalam Angka Sampai dengan tahun 2005. Jakarta. Notoatmodjo, S. (2003) Ilmu Kesehatan

Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.

Rineka Cipta, Jakarta.

Prawirohartono, E.P. (1997) Gizi Dalam Masa Tumbuh Kembang. Sub bagian Gizi Anak SMF Anak RSUP dr Sardjito, Yogyakarta.

Suharjo. (2007) Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak, Cetakan ke-10, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sugiyono. (2006) Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfa Beta, Bandung.

Trisnantoro, L., (1994), Perencanaan

Kesehatan untuk Meningkatkan

Efektifitas Manajemen, Gajah Mada University Press

Wijono, D. (1999) Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Teori, Strategi dan Aplikasi. Airlangga University

Referensi

Dokumen terkait

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

sudah angkat tangan pada saat transaksi selesai. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan mahasiswa Muamalah terhadap jual-beli kosmetik yang mengandung

Tahap selanjutnya adalah development, yaitu mengembangkan LKS berbasis etnomatematika pada proses pembuatan tahu takwa pada submateri Sistem Persamaan Linier Dua

Oleh karena itulah perbuatan zina yang dilakukan oleh orang telah menikah (Zina muhshan) termasuk salah satu dari tiga orang yang darahnya diharamkan. Diriwayatkan oleh

Dari beberapa surat kabar lokal yang dihubungi Kutilang dalam proses ini, semua masih mempertimbangkan KABAR ALAM sebagai suatu bentuk iklan layanan masyarakat, dan belum bisa

Mengajar shooting dengan gaya komando yang dimaksud adalah, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan shooting semua siswa memperoleh kesempatan

Penelitian terdahulu menggunakan 7 variabel bebas dan 1 variabel terikat, variabel yang digunakan adalah kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, kepercayaan,

Konsentrasi asam sulfat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa