• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman) DENGAN LEVEL BERBEDA DALAM WAFER TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman) DENGAN LEVEL BERBEDA DALAM WAFER TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman) DENGAN LEVEL BERBEDA DALAM WAFER TERHADAP

KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

SKRIPSI

OLEH :

HERDY DWI WIBOWO I111 12 313 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

(2)

ii PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman)

DENGAN LEVEL BERBEDA DALAM WAFER TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

OLEH:

HERDY DWI WIBOWO I 111 12 313

SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PADA FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 SKRIPSI

(3)

iii PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Herdy Dwi Wibowo NIM : I111 12 313

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka saya bersedia membatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Juli 2017

(4)
(5)

v KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahuwata’ala. atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Daun Trembesi (Samanea saman) Dengan Level Berbeda dalam Wafer Pakan Komplit Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar” sebagai salah satu tugas akhir. Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, motivasi, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Kedua orang tua saya Ir. Kuncoro Sri Wibowo dan Sulfiani atas segala perhatian dan kasih sayang, bantuan materi maupun non materi yang takter nilai harganya serta doa-doa yang senantiasa dipanjatkan. Dan pada kesempatan ini pula dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si. Sebagai pembimbing utama dan Dr. Ir. Rohmiyatul Islamiyati, M.P. Selaku pembimbing anggota, yang telah membagi ilmunya dan banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan makalah ini. Jasa beliau akan terkenang dalam lembaran kehidupan pribadi penulis dan semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik dan meridhai setiap amal ibadahnya.

(6)

vi 2. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III dan seluruh Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan Bapak/Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Untuk Penasehat Akademik saya Dr. Syahdar Baba, M.Si. serta seluruh kalangan civitas akademik yang tak mampu saya sebutkan, terima kasih atas seluruh partisipasi dan dukunganya yang dari awal hingga akhir telah banyak membantu.

3. Bapak Ir. Muhammad Zain Mide, MS., Ibu Dr. Rinduwati, S.Pt., M.P., dan Dr. Jamila, S.Pt., M.Si. selaku Dosen pembahas/penguji, yang begitu bijak dalam memberikan masukan/saran untuk mempermudah dalam perbaikan penulisan skripsi penulis. Semoga beliau tetap diberikan perlindungan Allah .

4. Untuk kakakku Antony Eka Aditya yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama ini.

5. Keluarga besar “FLOCK MENTALITY” dan HUMANIKA terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama jadi mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena itu mohon maaf atas kekurangan ini. Semoga kita tetap diberi kesehatan dan kekuatan dalam menuntut Ilmu. Dari itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan membantu kesempurnaan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Makassar, Juli 2017

(7)

vii ABSTRAK

Herdy Dwi Wibowo I111 12 313. Pengaruh Penambahan Daun Trembesi (Samanea saman) dengan Level Berbeda dalam Wafer Pakan Komplit Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar. Dibawah bimbingan Jasmal A. Syamsu sebagai Pembimbing Utama dan Rohmiyatul Islamiyati sebagai Pembimbing Anggota.

Daun trembesi mempunyai kandungan protein kasar yang tinggi lebih dari 18% berpotensi sebagai pakan suplemen dalam meningkatkan kualitas ransum pada ternak ruminansia. Namun tingkat palatabilitas yang masih rendah apabila diberikan dalam keaadan segar, sehingga perlu dilakukan suatu pengolahan pakan yaitu diolah menjadi wafer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein kasar dan serat kasar wafer pakan komplit dengan penambahan daun trembesi (Samanea saman) dengan level berbeda. Penelitian ini dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 4 kali ulangan. Perlakuan P0 = Kontrol (0% daun trembesi), P1 = wafer pakan komplit daun trembesi 10%, P2 = wafer pakan komplit daun trembesi 20%, P3 = wafer pakan komplit daun trembesi 30%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar. Disimpulkan bahwa penambahan daun trembesi pada level 30% semakin meningkatkan kandungan protein kasar dan serat kasar wafer pakan komplit.

Kata kunci: Daun Trembesi, Protein Kasar, Serat Kasar, dan Wafer Pakan Komplit

(8)

viii ABSTRACT

Herdy Dwi Wibowo I111 12 313. The effect of the addition trembesi leaves (Samanea saman) with different levels wafer complete food crude protein and crude fiber abusive. Under the leadership of A. Jasmal Syamsu as principal supervisor and supervisor Rohmiyatul Islamiyati as members.

Trembesi leaves have a crude protein content of more than 18% of the potential as a dietary supplement to improve the quality of rations of ruminants. But the level is still low palatability when administered in fresh condition, so we need some food processing that is processed into platelets. This study aims to determine crude protein and crude fiber platelet feed complete with the addition of trembesi leaves (Samanea saman) at different levels. This study was designed on a completely random basis (CRD) with 4 treatments 4 replications. P0 = Control (0% trembesi leaves), P1 = trembesi plate complete feed leaves 10%, P2 = trembesi plate complete feed leaves 20%, P3 = trembesi pad complete feed leaves 30%. The results of the variance showed that the treatment was highly significant (P <0.05) of crude protein and crude fiber. It was concluded that the addition of tamarind leaves at the level of 30% increase in crude protein and complete feeding crude fiber.

Keywords: Complete Feeding, Crude Fiber, Crude Protein, and Trembesi Leaf

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv KATA PENGANTAR ... v ABSTRAK... ... vii ABSTRACT... . viii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan dan Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Trembesi (Samanea saman) ... 4

Wafer ... ... 6

Bahan Pakan Penyusun Wafer Pakan Komplit... 6

Dedak Padi ... 6

Molases ... 7

Tongkol Jagung ... 8

Tepung Kepala Udang ... 10

Mineral. ... 10

Kandungan Nutrisi Bahan Pakan ... 11

Protein Kasar ... 11

(10)

x METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

Materi Penelitian ... 14

Pembuatan Wafer Pakan Komplit ... 14

Analisis Proksimat ... 14

Metode Penelitian ... 15

Prosedur Pembuatan Wafer ... 16

Parameter yang diukur ... 17

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Protein Kasar Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi ... 21

Kandungan Serat Kasar Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 24

Saran .... ... 24

(11)

xi DAFTAR TABEL

No. Halaman Teks

1. Kandungan Nutrisi Tongkol Jagung ... 9

2. Komposisi Bahan dalam Ransum Wafer Pakan Komplit ... 15

3. Komposisi Nutrisi Bahan Penyusun Wafer Pakan Komplit ... 15

4. Kandungan Nutrisi Bahan Penyusun Wafer Pakan Komplit ... 16

5. Rataan Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Wafer Pakan Komplit Berbasis Daun Trembesi ... 21

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

No. Halaman Teks

(13)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Hasil Perhitungan ... 29 2. Uji jarak Duncan dengan Taraf Nyata α 0.01 ... 35 3. Dokumentasi Penelitian ... 37

(14)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor keberhasilan yang sangat penting dalam usaha peternakan. Ternak ruminansia membutuhkan pakan hijauan yang cukup dan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan, produksi danreproduksi. Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, karena hijauan merupakan sumber serat yang sangat dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan hijauan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh musim, pada saat musim hujan ketersediaan hijauan cukup melimpah sehingga melebihi kebutuhan namun pada musim kemarau produksi hijauan turun sehingga peternak kesulitan untuk mendapatkan hijauan. Keadaan ini membuat peternak senantiasa memberikan hijauanpakan yang berasal dari tanaman leguminosa pada saat musim kemarau. Tanaman leguminosa yang sering digunakan untuk hijauan pakansalah satunya adalah trembesi.

Trembesi adalah tanaman tahunan yang sering disebut pohon pelindung dan termasuk suku leguminosae (polong-polongan). Daun trembesi mepunyai kandungan protein kasar yang tinggi lebih dari 18% berpotensi sebagai pakan suplemen dalam meningkatkan kualitas ransum pada ternak ruminansia. Di beberapa daerah tanaman trembesi sudah dimanfaatkan sebagai pakan ternak.Namun tingkat palatabilitas yang masih rendah apabila diberikan dalam keaadan segar, hal ini dikarenakan adanya kandungan zat anti nutrisi pada trembesi yang mempengaruhi kualitas pakan sehingga menurunkan tingkat

(15)

2 konsumsi dan terjadi penurunan bobot badan jika diberikan dalam keadaan segar (Marhaeniyanto dan Susanti, 2014).

Penggunaan daun trembesi saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak, dibutuhkan pakan tambahan yang disusun dalam ransum seimbang menjadi pakan komplit untuk memenuhi kebutuhan akan zat makanan ternak. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kualitas mutu pakan, memudahkan penyimpanan serta dapat disimpan dalam waktu relatif lama yaitu dibuat dalam bentuk wafer. Wafer ransum komplit merupakan suatu bentuk pakan yang memiliki bentuk fisik kompak dan ringkas sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam penanganan dan transportasi, disamping itu memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, dan menggunakan teknologi yang relatif sederhana sehingga mudah diterapkan.

(16)

3 Rumusan Masalah

Pemanfaatan daun trembesi yang dijadikan wafer sebagai pakan komplit masih jarang dilakukan. Pemberian daun trembesi untuk dijadikan pakan perlu diketahui level pemberian pada ternak dikarenakan tingkat palatabilitas yang masih rendah sehingga dapat menurunkan kualitas pakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut yaitu dengan mengetahui pemberian daun trembesi yang dapat mempengaruhi kandungan protein kasar dan serat kasar pada wafer pakan komplit.

Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan daun trembesi dengan level berbeda terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar wafer pakan komplit.Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagiparapeternakdalam menggunakandaun trembesi yang dijadikan wafer pakan komplit sebagai salah satusolusi untuk mengatasi kesulitan hijauan pada musim kemarau.

(17)

4 TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Trembesi

Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika tengah dan Amerika selatan sebelah utara, yang dapat tumbuh di daerah tropis. Trembesi merupakan jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species) yang tumbuh sangat baik pada tanah dengan drainase yang baik. Trembesi mampu mencapai ketinggian 20-25 (Dahlan, 2010).

Trembesi merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Dalam taksonomi tumbuhan, Staples dan Elevitch (2006) mengklasifikasikan trembesi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Samanea

(18)

5 Trembesi tahan terhadap serangan jamur dan rayap. Polong buahnya dapat dimakan oleh hewan ternak yang biasa terdapat diareal padang penggembalaan seperti kuda, kambing, domba. Trembesi merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang tumbuh sangat baik (Dahlan,2010).Prasad et al. (2008) melaporkan bahwa ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans) berdasarkan skrining fitokimia yang dilakuannya menunjukkan adanya senyawa metabolit sekunder yaitu tanin, selain tanin daun trembesi juga mengandung flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, dan glikosida kardiak dalam ekstrak daun trembesi.

Trembesi merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Kandungan nutrisi daun trembesi adalah bahan kering 30,0 %, protein kasar 21,9 %, NDF 51,5 %, ADF 34,8 %, ADL 15,1 %, dan abu 4,6 % (Chumpawadee dan Pimpa 2009). Hal ini juga Dahlan (1992) yang mengatakan bahwa setiap 100g daun hijaumengandung 47,8g air, 10,2g protein, 2,1g lemak, 22,2g karbohidrat tidak larut, serat 15,7g, dan 2,0g abu.

Menurut Sariri (2011) salah satu hal yang dapat dimanfaatkan dari pohon trembesi adalah daunnya yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, dimana daun trembesi mempunyai kandungan protein kasar sebesar 20%-30%. Misbarullah (1993) melaporkan bahwa pemberian tepung trembesi dapat diberikan hingga pada level 5% dalam ransum broiler.

(19)

6 Wafer

Menurut Retrani dkk (2009), wafer adalah pakan sumber serat alami yang dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan sehingga mempunyai bentuk ukuran panjang dan lebar yang sama. Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu (Noviagama, 2002).

Keuntungan wafer menurut Basymeleh (2008), adalah : (1) kualitas nutrisi lengkap (wafer ransum komplit), (2) mempunyai bahan baku tidak saja dari hijauan makanan ternak seperti rumput dan legum, tapi juga dapat memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, atau limbah pabrik pangan, (3) tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena mempuyai kadar air kurang dari 14%, (4) ketersediaannya berkesinambungaan karena sifatnya yang awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan pada musim kemarau sertadapat dibuat pada saat musim hujan pada saat hasil-hasil hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah, (5) memudahkan dalam penanganan, karena bentuknya padat kompak sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi.

Bahan Pakan Penyusun Wafer Pakan Komplit Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi atau sisa penumbukan padi. Dedak padi berasal dari gabah. Gabah jika digiling akan menghasilkan beras sebanyak 50-60%, sisanya menir 1-17%, sekam 20-25%, dedak 10-15% dan

(20)

7 bekatul 3%. Dedak merupakan sumber vitamin B dan disukai ternak. Kandungan nutrisinya cukup baik, tetapi kandungan serat kasarnya agak tinggi. Dedak padi mengandung protein kasar 11,9-13,4%, serat kasar 10-16%, TDN 70,5-81,5%, energi metabolisme 2730 kkal/kg, dan mineral Ca 0,1% dan P 1,51%. Penggunaan dedak padi dalam ransum sapi maksimum 40% total ransum (Ako, 2013). Dedak padi dapat digunakan sebagai pakan konsentrat yang mengandung energi dan disukai ternak. Dedak padi mempunyai kandungan gizi yaitu bahan kering 86,5%, abu 8,7%, protein kasar 10,8%, serat kasar 11,5%, lemak 5,1%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 50,4%, kalsium 0,2% dan phosfor 2,5% . Pemberian dedak padi sebagai pakan penguat ternak ruminansia dapat memberikan pertumbuhan yang baik, ternak cepat besar dan gemuk (Garsetiasih dkk., 2003).

Komponen utama pada dedak padi adalah minyak, protein, karbohidrat dan mineral. Kandungan minyak dedak yang relatif cukup besar dibandingkan komponen kimia lainnya yaitu 19,97%. Hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kandungan karbohidrat yaitu 22,04% (Hadipernata dkk., 2012).

Molases

Molases (tetes gula tebu) merupakan hasil ikutan penggilingan tebu untuk dijadikan gula. Molases mengandung gula hingga 77% dan protein sebesar 3-4% dengan TDN 54-75%. Tetes gula tebu berwarna coklat kemerahan, kalau dicicipi terasa manis. Oleh karena itu, molases banyak digunakan pada pakan sapi untuk menambah nafsu makan ternak (Ako, 2013).

(21)

8 Molases berbentuk cairan kental agak kekuning-kuningan. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis yang bisa memperbaiki aroma dan rasa pakan, keuntungan penggunaan molasses sebagai bahan pakan adalah kadar karbohidratnya yang tinggi, mineral, vitamin yang cukup. Kandungan nutrisi molases yaitu bahan kering 67,5%, protein kasar 4%, lemak kasar 0,08%, serat kasar 0,38%, TDN 81%, fosfor 0,02% dan kalsium1,5% (Wirihadinata, 2010).

Molases banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber energi dan mineral, baik mineral makro maupun mikro, sehingga dapat memacu pertumbuhan mikroba di dalam rumen yang mengakibatkan ternak lebih mampu mencerna serat kasar. Molases dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energi yang cukup tinggi, dapat meningkatkan palatabilitas dan citarasa serta meningkatkan aktivitas mikrobia di dalam rumen. Molases dapat pula menyuplai energi dalam penggunaan urea, mengurangi sifat berdebu ransum dan menutup sifat kurang palatable urea (Wiratama, 2010).

Tongkol jagung

Tongkol jagung adalah hasil ikutan dari tanaman jagung yang telah diambil bijinya dan merupakan limbah padat. Selama ini tongkol jagung selalu dibuang atau dibakar, padahal sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif karena mudah didapat, kandungan nutrisinya memadai dan ketersediaannya cukup. Sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan ternak. Palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan terlebih dahulu. Adapun kandungan

(22)

9 zat makanan tongkol jagung berdasarkan persentase bahan kering dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Tongkol Jagung.

Komponen Zat Presentase %

Bahan Kering 90,0 Lemak 0,7 Serat Kasar 32,7 Protein Kasar 2,8 BETN 33,36 Abu 1,5 Lignin 6,0 ADF 32 Sumber : Murni, dkk. 2008.

Komponen tanaman jagung tua dan siap panen terdiri atas 38% biji, 7% tongkol, 12% kulit, 13% daun dan 30% batang. Janggel jagung dapat diberikan kepada ternak ruminansia dan merupakan bahan pakan kasar berkualitas rendah. Janggel jagung termasuk bahan pakan yang kurang palatabel dan jika tidak segera dikeringkan akan ditumbuhi jamur dalam beberapa hari (Murni, dkk., 2008). Yulistiani (2010) mengungkapkan tongkol jagung mempunyai kadar protein yang rendah (kurang dari 4,64%), kadar lignin (15,8%) dan selulosa yang tinggi. Kecernaan tongkol jagung rendah (kecernaan in vitronya kurang dari 50%).

Pemanfaatan jagung saat ini sangat beraneka ragam. Salah satunya adalah produksi xilan dari tongkol jagung. Saat proses produksi xilan, bahan yang diekstrak dari tongkol jangung berupa hemiselulosa. Residu yang berupa selulosa umumnya belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah pertanian (termasuk tongkol jagung), mengandung selulosa (40,60%), hemiselulosa (20,30%) dan lignin (15,30%). Berdasarkan pada komposisi kimia tersebut, tongkol jagung

(23)

10 potensial dapat digunakan sebagai sumber energi, atau sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan mikroorganisme (Shofiyanto, 2008).

Tepung Kepala Udang

Pemanfaatan limbah udang sebagai pakan berdasarkan pada dua hal, yaitu jumlah dan mutunya. Limbah udang tersebut pada umumnya terdiri dari bagian kepala, kulit ekor dan udang kecil disamping sedikit daging udang. Tepung limbah udang mengandung semua asam amino essensial, juga sebagai sumber asam amino aromatik seperti fenilalanin dan tirosin yang kandungannya lebih tinggi daripada tepung ikan, lisin cukup tinggi yaitu 4,58% serta sumber asam amino bersulfur (S) dengan kandungan metionin sebesar 1,26% (Padli, 2016).

Limbah udang mengandung protein 41,9 %, khitin 17,0 %, abu 29,2 % dan lemak 4,5 % dari bahan kering. Kandungan protein yang cukup tinggi, limbah kepala udang juga mengandung semua asam amino esensial terutama methionin yang sering menjadi faktor pembatas pada protein nabati. Protein kepala udang diikat oleh kitin dengan ikatan kovalen yang membentuk senyawa kompleks dan stabil. Cara untuk meningkatkan kecernaan kepala udang yaitu dengan menambahkan HCl dan dimasak pada tekanan tinggi. Penambahan HCI 6% dan dimasak pada tekanan tinggi (100 kpa, kilo pressure cooker atmosfir) selama 45 menit dapat meningkatkan produksi dan efisiensi pakan pada pemberian 30% dalam ransum (Mirwandhono dan Siregar, 2004).

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses fisiologis ternak, baik untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan kesehatan. Beberapa unsur mineral berperan

(24)

11 penting dalam penyusunan struktur tubuh, baik untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan kesehatan. Beberapa unsur mineral berperan penting dalam penyusunan tubuh, baik untuk perkembangan jaringan keras seperti tulang dan gigi maupun jaringan lunak seerti hati, ginjal dan otak. Unsur mineral esensial baik makro mupun mikro sangat dibutuhkan untuk proses fisiologis ternak, terutama ternak ruminansia yang hampir seluruh hidupnya bergantung pada pakan hijauan (Darmono, 2007).

Unsur mineral sangat dibutuhkan untuk proses fisiologis baik hewan maupun manusia. Pemberian mineral yang tepat pada ternak berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh, kinerja sistem reproduksi dan pertambahan berat badan. Secara alami, mineral esensial makro dan mikro terdapat dalam tanaman hijauan atau rumput pakan. Kadar mineral dalam pakan hijauan bergantung pada beberapa faktor yaitu, jenis tanah, kondisi tanah dan adanya mineral lain yang memiliki efek antagonis terhadap mineral tertentu yang dibutuhkan oleh ternak. Dengan demikian, kandungan mineral akan berbeda pada tiap daerah tergantung dengan iklim dan kondisi lingkungan. Kandungan mineral dalam pakan juga bergantung pada mineral dalam tanah (Prastiwi, 2015).

Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Protein Kasar

Kebutuhan ternak akan protein biasanya disebutkan dalam bentuk protein kasar (PK). Kebutuhan protein ternak dipengaruhi oleh masa pertumbuhan, umur fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh dan rasio energi protein. Kondisi tubuh yang normal membutuhkan protein dalam jumlah yang

(25)

12 cukup, defisiensi protein dalam ransum akan memperlambat pengosongan perut sehingga menurunkan konsumsi (Rangkuti, 2011).

Protein merupakan zat organik yang tersusun dari unsur karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen. Fungsi protein untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan baru, memperbaiki jaringan rusak, metabolisme untuk energi dan produksi (Anggorodi, 1994). Molekul protein adalah sebuah polimer dari asam-asam amino yang digabung dalam ikatan peptida (Tillman dkk., 2005). Kecernaan protein kasar tergantung pada kandungan protein di dalam ransum. Ransum yang kandungan proteinnya rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan.

Seluruh protein yang berasal dari makanan pertama kali dihidrolisis oleh mikroba rumen.Tingkat hidrolisis protein tergantung dari daya larutnya yang berkaitan dengan kenaikan kadar amonia. Hidrolisis protein menjadi asam amino diikuti oleh proses deaminasi untuk membebaskan amonia (Arora, 1989). Disamping itu mikroba-mikroba yang mati masuk ke dalamusus menjadi sumber protein bagi ruminansia (65% sumbangan protein bagi ruminansia berasal dari mikroba-mikroba tersebut) (Subagdja, 2000). Umumnya pada ternak ruminansia kalau konsumsi energi termanfaatkan dengan baik maka akan berpengaruh pada konsumsi zat makanan lainnya seperti protein, mineraldan vitamin (Rudiah, 2011).

(26)

13 Serat Kasar

Seratkasar terdiri dari polisakarida yang tidak larut (selulosa dan hemiselulosa) serta lignin. Serat kasar tidak dapat dicerna oleh non ruminansia, tetapi merupakan sumber energi mikroba rumen dan bahan pengisi lambung bagi ternak ruminansia (Yulianto dan Suprianto, 2010). Serat kasar dapat membantu gerak peristaltik usus, mencegah penggumpalan ransum dan mempercepat laju digesta (Anggorodi, 1994). Kadar SK yang terlalu tinggi, pencernaan nutrien akan semakin lama dan nilai energi produktifnya semakin rendah (Tillman dkk., 2005).

Serat kasar bagi ruminansia digunakan sebagai sumber energi utama dan lemak kasar merupakan sumber energi yang efisien dan berperan penting dalam metabolisme tubuh sehingga perlu diketahui kecernaannya dalam tubuh ternak. Serat kasar memiliki hubungan yang negatif dengan kecernaan. Semakin rendah serat kasar maka semakin tinggi kecernaan ransum (Suprapto dkk., 2013).

Tillman dkk. (2005) menyatakan bahwa kecernaan serat kasar tergantung pada kandungan serat kasar dalam ransum dan jumlah serat kasar yang dikonsumsi. Kadar serat kasar terlalu tinggi dapat mengganggu pencernaan zat lain. Daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun serat kasar dan aktivitas mikroorganisme (Maynard dkk., 2005).

(27)

14 METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2017. Penelitian dimulai dengan pembuatan pakan yang akan dilaksanakan di Laboratorium Industri Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Analisis kandungan Serat Kasar dan Protein Kasar di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Pembuatan Wafer Pakan Komplit

Bahan yang digunakan dalam pembuatan wafer pakan komplit yaitu daun trembesi, tongkol jagung, dedak padi, tepung rese, mineral, dan molases.

Alat yang digunakan dalam pembuatan wafer pakan komplityaitu baskom, gunting, pisau, tempat penggilingan bahan, pencetak wafer, dandang, kompor gas, oven, talang, dan penggaris.

Analisis Proksimat

Bahan yang digunakan dalam analisis proksimat yaitu larutan NaOH 1,5 N, larutan H2SO4 0,3 N, aquades panas, aceton, larutan H2SO4 pekat, selenium mix,

H3BO3 2%, H2SO4 0,0171 N, NaOH 30%, indikator mix, dan aquades.

Alat yang digunakan dalam analisis proksimat yaituneraca analitik, sintered glass, tanur, tabung reaksi, labu khjedal, lemari asam, destilator, buret, pipet skala, labu ukur 100 ml, erlemenyer 100 ml, labu semprot, pompa vakum, dan labu destilasi.

(28)

15 Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan yaitu pemberian komposisi atau rasio daun trembesi yang berbeda yaitu :

P1 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 0 % (Kontrol)

P2 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 10%

P3 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 20%

P4 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 30%

Komposisi pakan pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Bahan dalam Ransum Wafer Pakan Komplit.

Kandungan Nutrisi Perlakuan

P1 P2 P3 P4 Tongkol Jagung 45 45 45 45 Daun Trembesi 0 10 20 30 Dedak Padi 34 29 24 19 Mineral 5 5 5 5 Molases 1 1 1 1 Tepung Rese 15 10 5 0 Total 100 100 100 100

Komposisi nutrisi bahan penyusun wafer pakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Bahan Penyusun Wafer Pakan Komplit.

Bahan Pakan Komposisi Bahan %

BK PK SK LK TDN Ca P Tongkol Jagunga 90 3.5 25.38 0.5 48 0.12 0.04 Daun Trembesib 88.87 23.26 20.25 5.41 0 0 0 Dedak Padic 91.26 9.96 8.54 9.11 56.72 0 0 Mineral 0 0 0 0 0 16.5 5.2 Molasesd 82.52 3.06 0 0 86.63 0 0 Tepung Resed 91..4 45 17.59 6.62 6.3 7.76 1.31 Sumber : aPreston (2006), bMarhaeniyanto dan Susanti (2014),cWahyono dan

(29)

16 Kandungan nutrisi bahan penyusun wafer pakan komplit berbahan dasar daun trembesi berdasarkan hasil formulasi dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini : Tabel 4. Kandungan Nutrisi Bahan Penyusun Wafer Pakan Komplit

Kandungan Nutrisi Perlakuan

P1 P2 P3 P4 Bahan Kering 88.95 88.84 88.73 88.62 Protein Kasar 11.18 11.25 11.23 11.15 Serat Kasar 16.63 16.68 16.64 16.61 Lemak Kasar 3.33 3.41 3.49 3.57 Ca 2.67 1.85 1.03 0.21 P 0.49 0.35 0.21 0.07 TDN 41.27 40.01 40.85 40.15

Keterangan : Hasil Perhitungan Formulasi Ransum Pakan Komplit. Prosedur Pembuatan Wafer Pakan Komplit

Daun trembesi serta bahan pakan lainnya dikeringkan dibawah sinar matahari (± 5 jam) kemudian digiling kasar. Semua bahan pakan ditimbang setelah diformulasikan, kemudian bahan dicampur dan diaduk sampai homogen serta diberi uap panas. Apabila campuran sudah matang, maka dilakukan pencetakan dengan menggunakan cetakan wafer. Semua bahan dicetak degan menggunakan tekanan yang sama agar seragam.Setelah dicetak dilakukan pengeringan atau pengovenan dengan suhu 65 0C dengan maksud agar semua wafer berada dalam kondisi dan berat yang konstan. Selanjutnya wafer yang telah tercetak disimpan pada ruangan penyimpanan di atas sebuah meja bersih dan bebas dari kotoran maupun binatang penganggu. Prosedur pembuatan wafer pakan komplit dapat dilihat pada Gambar 1.

(30)

17 Paramater yang Diukur

1. Protein Kasar

Penentuan kadar protein kasar melalui metode Kjeldahl dengan tahapan sebagai berikut (AOAC, 2005) :

a. Destruksi : 0,2 gram sampel (x) ditimbang dan dimasukkan kedalam labu destruksi atau labu kjeldahl dan ditambahkan katalis (3 sendok teh campuran selenium) dan 20 ml H2SO4 pekat teknis. Kemudian dicampur 14 dengan cara

menggoyang-goyangkan labu tersebut. Kemudian campuran dipanaskan dengan pembakaran bunsen dengan nyala api secara bertahap. Sampel terus

Wafer Pakan Komplit

Gambar 1. Prosedur pembuatan wafer Pengeringan/Pengovenan (65oC – (3x24 jam)) Pencetakan Penggilingan Formulasi Penimbangan

Pengeringan Bahan Pakan Yang Masih

Kasar

Pencampuran Bahan

Pemberian uap panas Daun Trembesi

(31)

18 dipanaskan (destruksi) hingga larutan menjadi jernih dan berwarna hijau kekuning-kuningan dan kemudian didinginkan.

b. Destilasi : setelah prosesdestruksi didinginkan, larutan dimasukkankedalam labu penyuling (destilasi) yang telah diisi dengan batu didih dan diencerkan dengan aquades sebanyak 300 ml. Kemudian dipasangkan pada rak destilasi yang ditambahkan kurang lebih 90 ml NaOH 33% dan dihubungkan dengan pipadestilasi. Hasil destilasi berupa NH3 danair, ditangkap dengan Erlenmeyer

yang telah diisi dengan 10 ml H2SO4 0,3 N dan 2 tetes indikator campuran

merah metal (MM) dan biru metal (BM). Proses destilasi ini dilakukan hingga semua N yang ada dalam labu telah tertangkap oleh H2SO4dan proses destilasi

berakhir setelah ada letupan pada labu destilasi.

c. Titrasi : labu Erlenmeyer yang berisi hasil sulingan diambil dan kelebihan H2SO4 0,3 N dititiar dengan larutan NaOH 0,3 N. Proses titrasi dihentikan

setelah terjadi perubahan warna dari biru kehijauan yang menandakan titik akhir titrasi.

Kadar protein kasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar protein kasar (%) =V x N x 14 x 6,25 x P x 100% Berat Sampel (mg)

Keterangan :

V = volume titrasi contoh

N = normalitas larutan HCl atau H2SO4 sebagai penitar P = faktor pengencer 100/5

(32)

19 2. Serat Kasar

Analisis serat kasar dengan cara sampel kira-kira sebanyak 0,5-1 gram sampel yang ditimbang (x gram), dimasukkan ke dalam gelas piala 600 ml dan ditambahkan 50 ml H2SO40,3 N lalu dipanskan di atas pemanas listrik selama

30 menit. Selanjutnya ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan terus dimasak selama 30menit. Cairan dikeringkan dalam alat pengering pada suhu 105-110

0

C selama satu jam dan dimasukkan ke dalam corong bunchner. Penyaringan dilakukan dalam labu penghisap yang dihubungkan dengan pompa vakum (AOAC, 2005).

Selama penyaringan endapan dicuci berturut-turut dengan aquades panas secukupnya 50 m H2SO40,3 N, aquades panas secukupnya dan terakhir

dengan 25 ml acetone. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dikeringkan selama satu jam dalam oven pada suhu 105 0C, kemudian di dinginkan dalam eksikator dan ditimbang (b gram). Selanjutnya cawan porselen serta isinya dibakar atau diabukan dalam tanur listrik pada suhu 400-600 0C sampai abu menjadi putih seluruhnya, kemudian diangkat dan di dinginkan dalam eksikator dan ditimbang (c gram).

Kadar serat kasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar serat kasar (%) = c – a x 100% b

(33)

20 Keterangan :

a = Berat sintered glass + sampel setelah dioven b = Berat Sampel

c = Berat sintered glass + sampel setelah ditanur Analisis Data

Data yang diperoleh dengan menggunakan sidik ragam sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Model matematikanya sebagai berikut (Gasperz, 1994) :

Yij = µ + T i + ɛ ij Keterangan :

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan pada penggunaan sumber protein ke- i dengan ulangan ke- j ( j = 1,2,3,4 )

µ = nilai rata-rata umum

T i = pengaruh perlakuan ke- i ( i = 1,2,3,4 )

ɛ ij = galat percobaan dari perlakuan ke- i dengan ulangan ke- j Jika perlakuan berpengaruh nyata maka diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji Duncan(Duncan’s Multiple Random Tests = DMRT) menurut petunjuk Gasperz (1991).

(34)

21 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, wafer pakan berbahan daun trembesi yang disimpan selama 21 hari rata-rata kandungan protein kasar dan serat kasar dengan persentase yang berbeda setiap perlakuan dapat ditampilkan pada Tabel 5 dibawah.

Tabel 5. Rata-rata Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Wafer Pakan Komplit Berbasis Daun Trembesi dengan Persentase yang Berbeda. Parameter

Perlakuan (%)

P1 P2 P3 P4

Protein Kasar 12,061a 13,64b 15,20c 16,64d Serat Kasar 14,89a 17,33b 21,19c 25,11d Keterangan : Superskrip yang Berbeda Pada Baris yang Sama Menunjukkan

Berpengaruh Sangat Nyata (P<0,01).

P1 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 0 % (Kontrol) P2 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 10%

P3 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 20 % P4 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 30 %

Kandungan Protein Kasar

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan protein kasar. Pada Tabel 5. terlihat bahwa kandungan protein pada perlakuan P4 (daun trembesi 30%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0, P1, P2. Kandungan protein kasar pada daun trembesi memiliki nilai yang cukup tinggi, sehingga hal inilah yang membuat kandungan protein kasar pada wafer pakan komplit mengalami peningkatkan. Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P4 berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan P1, P2, dan P3 (Tabel 5.) terhadap kadar protein kasar

(35)

22 wafer pakan komplit. Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan protein kasar pada daun trembesi setelah dikeringkan Hal ini dikarenakan terjadi penguapan air daun trembesi pada saat dikeringkan sehingga kadar air mengalami penurunan dan menyebabkan kandungan protein kasar meningkat. Sesuai dengan pendapat Hayati dkk (2012) bahwa pada saat proses pengeringan produk akan kehilangan kandungan air sehingga jumlah protein yang dikeringkan akan lebih tinggi atau bertambah lebih pekat dibandingkan dengan kandungan protein tanpa pengeringan. Sejalan dengan pendapat Adawyah (2007) bahwa kadar air yang menurun akan mengakibatkan kandungan protein didalam bahan mengalami peningkatan.

Meningkatnya kandungan protein juga dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri proteolitik yang menghasilkan enzim protease terhadap kegiatan pemanasan. Akhdiya (2003) menyatakan bahwa aktivitas bakteri proteolitik yang menghasilkan enzim protease pada suhu 400C, 500C, dan 60 0C aktivitasnya masih meningkat. Indrawan (2005) dalam Arief et al. (2008), menyatakan bahwa bakteri proteolitik yang menghasilkan enzim protease merupakan protein sel tunggal yang secara tidak langsung mampu meningkatkan kandungan protein kasar.

Kandungan Serat Kasar

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan serat kasar. Pada Tabel 5. Terlihat bahwa kandungan protein pada perlakuan P4 (daun trembesi 30%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0, P1, P2. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P4 berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan P1,

(36)

23 P2, dan P3 (Tabel 5.) terhadap kadar serat kasar wafer pakan komplit. Hal ini diduga bahwa semakin tinggi prensentase pemberian daun trembesi dan dedak padi dengan persentase yang berbeda kandungan serat kasar meningkat. Kandungan serat kasar pada daun trembesi memiliki nilai yang cukup tinggi, sehingga hal inilah yang membuat kandungan serat kasar pada wafer pakan komplit mengalami peningkatkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Marhaeniyanto dan Susanti (2014) kandungandaun trembesi mengandung 21,26% bahan kering, 96,24% bahan organik, 23,26% protein kasar, serat kasar 37,94% dan 5,41% lemak kasar.

Peningkatan kadar serat kasar dapat terjadi dikarenakan pada proses pengeringan dengan suhu yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kilara dan Sharkasi (1986) bahwa pengeringan pada suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan kadar serat. Jamarun (2001) menambahkan dalam Listina et al (2013) bahwa kadar serat kasar semakin tinggi suhu yang lebih panas diduga karena proses hidrolisis. Menurut pendapat Alfian dan Susanti (2012) bahwa semakin tinggi suhu pengeringan menyebabkan terjadinya penguapan air dan bila kadar air pada bahan pakan menurun akan terjadi pemekatan dari bahan-bahan yang tertinggal sehingga menyebabkan kadar serat meningkat.

(37)

24 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai kandungan protein kasar dan serat kasar wafer pakan komplit dengan penambahan daun trembesi (Samanea saman) pada level 30% semakin meningkatkan nilai kandungan protein kasar dan serat kasar.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan cara pengaplikasian ke ternak untuk melihat pengaruh pemberian daun trembesi dengan level berbeda terhadap kandungan protein kassar dan serat kasar wafer pakan komplit terhadap daya cerna khususnya ternak ruminansia.

(38)

25 DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Akhdiya, A. 2003. Isolasi bakteri penghasil enzim protease alkalin termostabil.

Balai Penelitian dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Bogor. Buletin Plasma Nutfah, 9 (2) : 38-44.

Ako, A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. Cetakan kedua Edisi Revisi. Penerbit IPB Press. Bogor.

Alfian, B. Dan R. Susanti. 2012. Analisis Senyawa Fenolik. 43-65 hal. Universitas Diponegoro Press. Semarang.

Anggorodi, R. 1994. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal 13.

AOAC. 2005. Official Methods of Analysis of Aoac International. 18th ed. Assoc. Off . Anal. Chem., Arlington.

Arief, M., E. Kusumaningsih. dan B. S. Rahardja. 2008. Kandungan protein kasar dan serat kasar pada pakan buatan yang difermentasi dengan probiotik. Berkala Ilmiah Perikanan, 3 (2) : 1-3.

Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Basymeleh, T. 2008. Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Hal17-19 Chumpawadee, S. and O. Pimpa. 2009. Effect of Burma Padauk (Plerocarpus

indicus), Rain Tree (Samanea saman (Jacg.)Merr.) and Siamese Rough Bush (Streblus asper) Leaves as Fiber Sources in Total Mixed Ration on in vitro Fermentation. Asian Journal of Animal and Veterinary Advances, 4: 1-8.

Dahlan, E.N. 2010. Trembesi Dahulunya Asing Sekarang Tidak Lagi. Bogor :IPB Press.Bogor

Damayanthi, E dan E. D. Mudjajanto. 1995. Ilmu Gizi Ruminansia. Penerbit PTGramedia, Jakarta.

(39)

26 Darmono. 2007. Penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya

pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian 26(3): 104-108.

Gasperz, V.1991. Metode Rancangan Percobaan CV. Armico, Bandung.

Gasperz, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan Untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Teknik dan Biologi. CV. Armico, Jakarta.

Garsetiasih, R., N.M. Heriyanto dan J. Atmaja. 2003. Pemanfaatan dedak padi sebagai pakan tambahan rusa. Buletin Plasma Nutfah 9(2): 23-27.

Hadipernata, M., W. Supartono dan M.A.F. Falah. 2012. Proses stabilisasi dedak padi (Oryza sativa L) menggunakan radiasi far infra red (FIR) sebagai bahan baku minyak pangan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 1(4): 103-107.

Hall, D. W. 1970. Handling and Strorage of food Grain in Tropical andSubtropical Areas. Fundamental of Ed Nutrition.2. FAO, Rome.

Hartadi, H., A.D. Tillman, S. Reksohadiprodjo, S. Lebdosukojo, L.C. Kearl, dan L.E. Harris. 1997. Tabel-tabel dari komposisi bahan makanan ternak untuk Indonesia. Data Ilmu Makanan Untuk Indonesia. International.

Hayati, R., Yusmanizar, Mustfril dan H. Fauzi. 2012. Kajian fermentasi dan suhu pengeringan pada mutu kakao (Theobroma cacao L.). Teknik Pertanian. 26(2) : 129-135.

Ishak, E. dan S. Amrullah. 1985. Ilmu dan Teknologi Pangan. Penerbit PTGramedia Pustaka. Ujung Pandang.

Jamarun, N. dan R. Herawati. 2001. Pengaruh suhu dan lama perendaman terhadap kandungan protein kasar, serat kasar, dan HCN biji karet. Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang. Kilara, A. And T. Y. Sharkasi. 1986. Effects of temperature on food proteins and

its implications on functional properties. CRC Critical Rev. Food Sci. Nut. 23 : 323-395.

Marhaeniyanto, E. dan S. Susanti. 2014. Kadar saponin daun tanaman yang berpotensi menekan gas metana secara in vitro. Buana Sains 14(1): 29-38, 2014.

Maynard, L.A., J.K. Loosly, H.F. Hintz and R.G. Warner. 2005. Animal Nutrition. (7th Edition) Mc Graw-Hill Book Company. New York,USA.

(40)

27 Mirwandhono, E. dan Z. Siregar. 2004. Pemanfaatan hidrolisat tepung kepala udang dan limbah kelapa sawit yang difermentasi dengan Aspergillus niger, Rhizhopus oligosporus dan Thricoderma viridae dalam ransum ayam pedaging. USU Digital Library: 1-12.

Misbarullah, A. 1993. Pengaruh penggunaan tepung eceng gondok (Eichornia crassipes) dan trembesi (Samanea saman jacq) dalam ransum terhadap konversi ransum dan nilai ekonomis pada broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar..

Noviagama, V. R. 2002. Penggunaan tepung gaplek sebagai bahan perekat alternatif dalam pembuatan wafer ransum komplit. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Padli, Y. 2016. Konsumsi Protein Kasar dan Serat Kasar Pelet Tongkol Jagung yang Mengandung Bahan Pakan Sumber Protein Berbeda pada Kambing Kacang Jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Prastiwi, Y.W. 2015. Kadar Kalium dan Natrium dalam Darah pada Kejadian Sapi Ambruk di Daerah Sleman, Grobogan dan Gunung Kidul. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Preston, R. L. 2006. Feed Composition Tables. http://beefmag.com/mag/beef_feed_composition. (20 November 2016). Retrani, Y. S. Basymeleh, L. Herawati. 2009. Pengaruh jenis hijauan pakan

danlama penyimpanan terhadapsifat fisik wafer. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2009, 12 (4) : 55-59.

Rudiah, M. 2011. Respon kambing kacang jantan terhadap waktu pemberianpakan. Media Litbang Sulteng 4 (1) : 67 – 74.

Sariri, A. K. 2011. Trembesi (Albizia saman) sebagai pakan ternak ruminansia: tinjauan kanungan protein kasar. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Veteran Bantara. Sukoharjo 26 Februari 2011. Hal 1−6.

Sariri, A.K., W.M. Ali Mursyid, dan A.I. Niken Tari. 2012. Menurunkan Saponin dalam Trembesi (Albizia saman) dan Pemanfaatannya sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Shofiyanto, M. E. 2008. Hidrolisis Tongkol Jagung oleh Bakteri Selulolitik untukProduksi Bioetanol dalam Kultur Campuran. IPB, Bogor.

(41)

28 Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditas Pertanian. Penerbit: Sinar

Tani, Bogor.

Staples, G.W. and C.R. Elevitch. 2006. Samanea saman (Trembesi), ver. 2.1. In: C.R Elevitch (ed). Species Profiles For Pacific Island Agroforestry, Permanent Agriculture Resources (PAR).

Subagdja, D. 2000. Peran Probiotik untuk Ternak Ruminansia. Gelar Teknologi Festival Peternakan Jawa Barat. Paper. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung.

Suprapto, H., F. M. Suhartati, dan T. Widiyastuti. 2013. Kecernaan serat kasar dan lemak kasar complete feed limbah rami dengan sumber protein berbeda pada kambing pernakan etawa lepas sapih. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):938-946.

Syamsu, J. A. 2002. Pengaruh waktu penyimpanan dan jenis kemasan terhadap kualitas dedak padi. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.Universitas Hasanuddin. Makassar. 1(2) : 75-83.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Penerbit: Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wiratama, M.A. 2010. Pengaruh Penggunaan Fermented Mother Liquor dalam Urea Molases Blok Terhadap Kecernaan Nutrien Ransum Sapi Peranakan Friesian Holstein Dara. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Wirihadinata, M.T. 2010. Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit yang Disuplementasi Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial dalam Pakan Sapi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Yulianto, P. dan C. Suprianto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Yulistiani, D. 2010. Fermentasi Tongkol Jagung (Kecernaan>50%) dalam Ransum Komplit Domba Komposit Sumatera dengan Laju Pertumbuhan >125 gram/hari.Balai Penelitian Ternak, Bogor.

(42)

29 LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Sidik Ragam Kandungan Protein Kasar Ulangan Perlakuan Total P1 P2 P3 P4 1 12,00 13,46 15,05 16,86 2 12,72 13,65 14,89 16,32 3 12,03 13,62 15,06 16,49 4 11,48 13,82 15,80 16,86 Total 48,23 54,55 60,8 66,53 230,11 Rata-Rata 12,05 13,63 15,2 16,6325 14,38 Perhitungan :  JUMLAH KUADRAT (JK) ∑

(43)

30 ∑  DERAJAT BEBAS (DB)

(44)

31  KUADRAT TENGAH (KT)

Daftar Sidik Ragam Kandungan Protein Kasar

Sumber Keragaman DB JK KT F hitung

F Tabel

0,05 0,01 Perlakuan 3 46,76 15,58 119,80 5,84 14,15

Galat 12 1,56 0,13 Total 15 48,32

(45)

32 Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Kandungan Serat Kasar

 JUMLAH KUADRAT (JK) ∑ Ulangan Perlakuan Total P1 P2 P3 P4 1 15,38 17,22 20,00 26,99 2 14,49 17,80 20,76 24,53 3 15,07 16,40 22,27 23,50 4 14,62 17,87 21,72 25,42 Total 59,56 69,29 84,75 100,44 314,04 Rata-Rata 14,89 17,32 21,18 25,11 19,62

(46)

33 ∑  DERAJAT BEBAS (DB)  KUADRAT TENGAH (KT)

(47)

34

Daftar Sidik Ragam Kandungan Serat Kasar Sumber Keragaman DB JK KT F hitung F tabel 0,05 0,01 Pelakuan 3 240,99 80,83 83,80 3,49 5,95 Galat 12 11,50 0,95 Total 15 252,49

(48)

35 Lampiran 3. Uji Jarak Duncan DenganTaraf Nyata α 0.01

Perbedaan rata-rata hasil pengamatan perlakuan berdasarkan uji jarak Duncan Protein Kasar

Menentukan notasi perlakuan :

- Menentukan nilai tengah atau dua nilai rata-rata = LSR = SSR × s.e Dimanas.e. = √ s.e= √ = 0.180 - Nilai LSR = (LSR = SSR × s.e) DimanaSSR dari P1 = 3.24 LSR = 0.180 × 3.24 = 0.58

Lampiran 4. Uji Jarak Duncan Dengan Taraf Nyata α 0.01

P Rata-Rata Perlakuan Beda P SSR LSR

(x) (x-1) (x-2) (x-3) 4 16,63d 4.58* 3.00* 1.43* 4 3.24 0.58 3 15,20c 3.15* 1.57* 3 3.17 0.57 2 13,63b 1.58* 2 3.00 0.54 1 12,05a Perlakuan P1 P2 P3 P4 P1 1.58* 3.15* 4.58* P2 1.57* 3.00* P3 1.43* P4

P Rata-Rata Perlakuan Beda P SSR LSR

(x) (x-1) (x-2) (x-3)

4 25.11d 10.22* 7.79* 3.93* 4 3.24 1.57

3 21.18c 6.29* 3.86* 3 3.17 1.54

(49)

36 Perbedaan rata-rata hasil pengamatan perlakuan berdasarkan Uji Jarak Duncan Serat Kasar

Menentukan notasi perlakuan :

- Menentukan nilai tengah atau dua nilai rata-rata = LSR = SSR × s.e Dimanas.e. = √ s.e = √ = 0.487 - Nilai LSR = (LSR = SSR × s.e) Dimana SSR dari P1 = 3.24 LSR = 0.487 × 3.24 = 1.57.

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

1 14.89a Perlakuan P1 P2 P3 P4 P1 2.43* 6.29* 10.22* P2 3.86* 7.79* P3 3.93* P4

(50)

37 Gambar 1. Pengambilan Dan

Penjemuran Daun Trembesi

Gambar 2. Penggilingan Daun Trembesi

(51)

38 Gambar 3. Pencampuran Bahan Dan Pencetakan Wafer

(52)

39 Gambar 5. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar

(53)

40 RIWAYAT HIDUP

HERDY DWI WIBOWO, lahir pada tanggal 17 Mei 1994 di Pekalongan. Penulis adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Anak dari pasangan bapak Ir. Kuncoro Sri Wibowo dan ibu Sulfiani. Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 02 Pekuncen, Desa Pekuncen, Kecamatan Wiradesa, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah pada tahun 2000 sampai tahun 2006. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 01 Wiradesa di Desa Pekuncen, Kecamatan Wiradesa, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 01 Wiradesa, Kecamatan Wiradesa, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah dan lulus pada tahun 2012. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 01 Wiradesa, pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin Fakultas Peternakan Prodi Ilmu Peternakan.

(54)

Gambar

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Tongkol Jagung.
Gambar 1. Prosedur pembuatan wafer Pengeringan/Pengovenan (65oC – (3x24 jam)) Pencetakan Penggilingan Formulasi Penimbangan
Tabel 5. Rata-rata Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Wafer Pakan   Komplit Berbasis Daun Trembesi dengan Persentase yang Berbeda
Gambar  1.  Pengambilan  Dan  Penjemuran Daun Trembesi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui cara mengurangi limbah Cangkang Kerang (Anadara Grandis), agar mempunyai nilai tambah serta mengetahui berapa perbandingan

Pengaruh Perspektif Pemberdayaan Perempuan dalam Kebangkitan Ekonomi Lokal: Industri Tempe Sagu di Dusun Mrisi-Yogyakarta.. Membangun ekonomi yang kuat, 2) Membentuk masyarakat

diselengg DUDNDQ ROHK 3HPHULQWDK 'HVD´ Dengan demikian Badan Permusyawaratan Desa berada diluar struktur pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa menjadi lembaga

Penelitian iini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Efektivitas Microteaching Dengan Kesiapan Mengajar Pada Program Pengalaman Lapangan Mahasiswa Jurusan Ekonomi

MEMENUHI Unit usaha PT Saranamulia Ekaperkasa dalam penerimaan bahan baku bisa membuktikan bahwa seluruh penerimaan bahan baku berasal dari sumber yang sah dan

Selama tahun 2015, tidak terdapat perubahan susunan Dewan Pengawas Syariah Bank BPD DIY yang terdiri dari 2 (dua) orang yaitu 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mengembangkan perangkat boost converter yang berfungsi menaikkan tegangan keluaran panel surya menjadi tegangan keluaran

¿JXUHV ZLWK WKHLU royal servants with the background the writer mentioned above. The writer tried to understand the relation between these two. Most of these