• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat kemandirian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat kemandirian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat kemandirian mengandung pengerti suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikannya mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya bertanggung jawab

terhadap apa yang dilakukannya.

(http://octa-octavianthi.blogspot.com/2011/06/kemandirian.html).

Kemandirian anakTK berbeda dengan kemandirian remaja ataupun orang dewasa. Jika definisi mandiri untuk remaja dan orang dewasa adalah kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tanpa membebani orang lain, sedangkan untuk anakTK adalah kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangan. Adapun tugas-tugas perkembangan untuk anak usia dini adalah belajar berjalan, belajar makan, berlatih berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan, pembentukan pengertian, dan belajar moral (Simanjuntak, 2009:12).

Kemandirian bukanlah keterampilan yang muncul tiba-tiba tetapi perlu diajarkan pada anak. Tanpa diajarkan, anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan bantu diri inilah yang dimaksud dengan mandiri. Kemandirian fisik adalah kemampuan untuk

(2)

mengurus dirinya sendiri. Sedangkan kemandirian psikologis adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri. Ketidakmandirian fisik bisa berakibat pada ketidakmandirian psikologis. Anak yang selalu dibantu akan selalu tergantung pada orang lain karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Akibatnya, ketika ia menghadapi masalah, ia akan mengharapkan bantuan orang lain untuk mengambil keputusan bagi dirinya dan memecahkan masalahnya (Arbya, 2011:34).

Dengan kemandirian seseorang dapat berkembang dengan lebih mantap. Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan, dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya. Agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Peran keluarga serta lingkungan di sekitar dapat memperkuat untuk setiap perilaku yang di lakukan. “Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain”. Dengan otonomi tersebut seorang anak diharapkan akan lebih bertanggung-jawab terhadap dirinya sendiri. (Robert havighurst).

Kemandirian, seperti halnya dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat dilakukan berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan dan tentu saja tugas-tugas tersebut disesuiakan dengan usia anak dan kemampuan anak.

Memahami adanya diri sendiri yang sangat penting banyak orang yang keliru dalam menafsirkan kemampuan-kemanpuan dirinya baik menilai terlalu optimis dan menilai rendah untuk memahami apa yang sebenarnya ingin dicita-citakan terhadap kehidupan yang akan datang. Anak tidak mau bermain dengan teman-temannya. Jika dia selalu memeganng tangan ibunya yang menemaninya, anak merasa hebat dibanding teman-temannya. Jika dia menginginkan sesuatu harus dipenuhi, jika tidak anak akan merengek-rengek dan menangis. Di

(3)

lingkungan sekolah anak harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan kehidupan disekolah. Taman –taman kanak-kanak ini pendidikan formal yang pertama yang dilalui anak. Pada masa taman kanak-kanak mengalami masa peralihan dari kehidupan keluarga ke kehidupan sekolah. Pada masa peralihan ini anak mengalami berbagai hambatan dan kesulitan, dengan demikian guru melakukan bimbingan untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi anak agar dapat berkembang wajar. Di taman kanak-kanak guru memberikan bimbingan kepada anak didik sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

Keadaan menunggu anak sampai selesai mengikuti pembelajaran disekolah anak yang dilakukan setiap hari lama kelamaan membuat orang tua makin jenuh terhadap perilaku anak sehari-hari sehingga mereka sadar akan pengasuhnya yang selalu memanjakan dan memberikan bantuan kepada anak, selama ini tidak akan menumbuhkan kemandirian pada anak-anak.

Kemandirian dalam melayani diri sendiri cukup menjadi masalah bagi anak-anak. Hal ini disebabkan karena dalam kesehariannya mereka selalu dilayani oleh pengasuh, misalnya bila mereka makan masih disuapi, dimandikan, dibantu dalam berpakaian atau pada saat memakai sepatu. Hal demikian juga terjadi pada saat anak pergi ke sekolah, tas atau peralatan sekolah mereka masih dibawakan dan sebagainya. Karena selalu dilayani, anak-anak menjadi tidak terlatih dan tidak mempunyai pengalaman untuk melayani diri mereka sendiri. Mereka selalu tergantung pada orang lain dan cenderung mudah menyerah dalam melakukan suatu kegiatan.

Kemandirian bukan sikap atau perilaku yang dibawa sejak lahir. Sikap mandiri adalah sikap yang dikondisikan dan dikembangkan. Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap kemandirian seorang anak. Bila kemandirian sudah ditanam dan dikembangkan dalam diri anak sejak kecil maka ia dapat menjadi pribadi yang mandiri, tangguh dan tidak mudah menyerah. Anak-anak dapat merasa bangga dan lebih percaya diri karena mampu melakukan dengan baik.

(4)

2.1.2 Aspek-Aspek Kemandirian Anak TK

Menurut Kartono (2000:23) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu emosi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengontrol dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orangtua, ekonomi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengatur dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi dari orangtua, intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, sosial yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.

Menurut Mu’tadin, (2002:16) menyatakan bahwa kemandirianindividu meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan sosial. Aspekkemandirian menurut Gea (2002:12) yakni :

a. Aspek kognitif; yaitu aspek yang berkaitan dengan pengetahuan,pandangan dan keyakinan individu tentang sesuatu, misalnyapemahaman seorang anak tentang ketidak tergantungan pada orangtua atau pengasuhnya.

b. Aspek afektif; yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan individuterhadap sesuatu seperti halnya hasrat, keinginan atau punkehendak yang kuat terhadap suatu kebutuhan, misalnya keinginanseorang anak untuk berhasil melakukan tugas sederhana, sepertimemakai baju dan sepatu sendiri.

c. Aspek psikomotor; yaitu aspek yang berkaitan dengan tindakan yangdilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya, misalnyatindakan anak yang berinisiatif belajar mengenakan sesuatu sendirikarena dia tidak ingin selalu tergantung pada orang tua ataupengasuhnya.

Selanjutnya aspek-aspek kemandirian menurut Masrun (dalamArianti 2009:24) antara lain:

(5)

a. Bebas, yaitu ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan ataskehendak sendiri bukan karena orang lain.

b. Progresif, yaitu ditunjukkan dengan usaha untuk mengejarberprestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkanharapan-harapannya.

c. Inisiatif, yaitu adanya pemanfaatan berpikir dan bertindak secaraorisinil, kreatif dan inisiatif. d. Pengendalian diri, yaitu adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalahnya, mampu

mengendalikan serta mampu mempengaruhilingkungan atas usahanya.

e. Kemampuan diri, yaitu mencakup rasa percaya diri terhadapkemampuan sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasandari usahanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kemandirian anak meliputi aspek bebas, progresif, inisiatif,pengendalian diri, kemampuan diri

2.1.3 Bentuk-Bentuk Kemandirian Anak

Bentuk kemandirian anak usia TK lebih berkaitan dengan yang bersifat fisik dan psikis, dimana kegiatan ini merupakan kebutuhan anak sehari-hari yang bersifat pribadi, maka anak mampu melakukannya sendiri. Menurut Bark (2006:14) bahwa kegiatan anak sehari-hari dalam bentuk kemandirian dapat dilihat dari :

a. Kemampuan anak dalam berpakaian

Pada anak usia TK kemandirian terlihat ketika anak dapat melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya sendiri tanpa meminta atau mengharapkan bantuan dari orang tua atau orang lain yang ada disekitarnya. Bagi anak berpakaian merupakan suatu pekerjaan yang berat.Seperti mengancingkan baju, memakai kaos kaki, melipat baju dan sebagainya. Dengan kemandiriannya yang tumbuh dalam diri anak, maka anak akan merasa lebih mandiri dalam melakukan pekerjaan selanjutnya, selain itu dapat menumbuhkan harga diri yang kuat.

(6)

b. Kemampuan anak dalam melakukan kegiatan makan

Pada saat anak memiliki kemandirian dalam hal makan, anak akan melakukan acara makan sendiri dengan mengambil alat makan dan makanan itu sendiri tanpa disuapi atau dilayani oleh orang tua, anak usia TK juga terkadang sudah mengetahui kapan ia harus makan, tanpa menunggu perintah dari orang tua.

c. Kemampuan anak untuk mengurus diri ketika melakukan buang air

Kemandirian pada anak usia TK juga dapat terlihat ketika anak mampu mengurus dirinya ketika buang air besar maupun kecil, tetapi kemampuan ini tidak terjadi secara tiba-tiba atau spontan. Untuk menjadi mampu melakukan sendiri atau terampil diperlukan suatu latihan yang bertahap.

d.Mampu atau berani pergi sendiri

Anak usia TK umumnya tidak berani untuk pergi sendiri, baik itu untuk pergi ke sekolah maupun pergi ke tempat bermain. Biasanya mereka memerlukan teman untuk menjaga atau melindunginya.Dalm hal ini orang tua memberikan suatu latihan pada anak agar mampu untuk pergi sendiri.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak TK

Faktor – faktor yang mempengaruhi kemandirian anakusia prasekolah terbagi menjadi dua meliputi faktor internal dan factor eksternal (Soetjiningsih, 2001:12).Faktor internal merupakan faktor yangada dari diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual.Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosidan tidak terganggunya kebutuhan emosi orang tua.Sedangkan faktorintelektual ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagaimasalah yang dihadapi.Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yangdatang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputilingkungan , karakteristik sosial, stimulasi pola asuh

(7)

cinta dan kasihsayang, kualitas informasi anak dan orang tua, dan pendidikan orangtua dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 2001:12).Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapaiatau tidaknya tingkat kemandirian anak usia pra sekolah, sehinggalingkungan yang baik akan meningkatkan cepat tercapainyakemandirian anak. Selain itu karakteristik sosial juga dapatmempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anakdari keluarga miskin berbeda dengan anak dari keluarga kaya, akantetapi anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebihmandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.

Selain itu anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatandukungan dan dorongan peran orang tua sebagai pengasuh sangatdiperlukan, oleh karena itu pola pengasuhan merupakan hal yangsangat penting dalam pembentukan kemandirian anak (Soetjiningsih,2001:12).

Rasa cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena ini akan mempengaruhi mutu kemandirian anak, bila diberikan berlebihan anak menjadi kurang mandiri kemungkinan semua itu dapat diatasi bila interaksi antara anak dan orang tua berjalan dengan lancar dan baik karena interaksi dua arah anak dan orang tua menyebabkan anak menjadi mandiri. Orang tua akan memberikan informasi yang baik jika orang tua tersebut mempunyaipendidikan karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tuadapat menerima info dari luar terutama cara memandirikan anak.Status pekerjaan Ibu akan mempengaruhi tingkat kemandirian anak,apabila ibu bekerja keluar rumah untuk mencari nafkah ibu tidak bisamelihat perkembangan anaknya, apakah anaknya sudah bisa mandiriatau belum. Sedangkan ibu yang tidak bekerja bisa melihat langsungkemandirian anaknya (Soetjiningsih, 2001:12).

2.1.5 Peran Guru Dalam Membentuk Kemandirian Anak

Untuk membentuk kemandirian anak mandiri hendaknya ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini, oleh guru beserta orang tua yang ada dirumah, dapat pula melalui cara dengan

(8)

memberikan pembiasaan-pembiasaan sehari-hari, baik disekolah maupun lingkungan keluarga anak, dengan adanya melatih anak belajar mandiri yang diberikan oleh guru, anak terbiasa melakukan pekerjaan atau tugas-tugasnya sendiri tanpa bantuan atau tanpa berharap agar orang lain akan membantunya, peran guru sangatlah penting bagi anak-anak TK sebagai pemberi contoh/ teladan yang baik pada saat disekolah. Karena, pada dasarnya anak-anak usia TK sangat mudah sekali meniru baik apa yang dilihat maupun didengarnya. Kemandirian sangatlah penting bagi anak, sebab kemandirian mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi proses perkembangan anak dimasa yang akan dating. Selain sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih, guru juga mempunyai peran-peran yang lain seperti, sebagai motivator, inspirator, mediator, informator.

Melatih anak untuk membentuk kemandirian, bukan berarti membiarkan anak dan kemampuan masing-masing anak. Setiap pekerjaan anak dalam bentuk apapun terutama dalam bermain balok, hasilnya harus kita hargai, dengan cara memberikan pujian atau kata-kata yang manis, yang dapat membuat anak akan lebih termotivasi untuk lebih belajar mandiri dengan melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.

2.2 Behavior Contract

2.2.1 Pengertian Behavior Contract

Fauzan (2009:21) mengatakan bahwa Behavior Contract adalah perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Kontrak ini menegaskan harapan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dan konsekuensinya. Kontrak dapat menjadi alat pengatur pertukaran reinforcement positif antarindividu yang terlibat. Strukturnya merinci siapa yang harus melakukan, apa yang

(9)

dilakukan, kepada siapa dan dalam kondisi bagaimana hal itu dilakukan, serta dalam kondisi bagaimana dibatalkan.

Menurut latipun (2008),behavior contract adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.

Lutfifauzan(http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/08/09/kontrakperilaku/), kontrak perilaku (behavior contracts) adalah perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Kontrak ini menegaskan harapan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dan konsekuensinya. Kontrak dapat menjadi alat pengatur pertukaran reinforcement positif antarindividu yang terlibat. Strukturnya merinci siapa yang harus melakukan, apa yang dilakukan, kepada siapa dan dalam kondisi bagaimana hal itu dilakukan, serta dalam kondisi bagaimana dibatalkan.

2.2.2 Langkah-Langkah Behavior Contract

Menurut Gantina (2011:16), langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan kontrak perilaku adalah:

1.Pilih tingkah laku anak yang akan diubah.

Langkah awal yaitu memilih tingkah laku anak yang akan diubah dalam hal ini adalah kemandirian anak (selalu bergabung dengan orang tua)

(10)

Langkah kedua menentukan data awal terhadap terhadap tingkah laku yang yang diubah. Untuk langkah yang kedua ini kita perlu menentukan data awal terhadap tingkah laku yang akan diubah yang berkaitan dengan kemandirian anak seperti kemandirian anak dalam bermain sendiri.

3.Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan.

Langkah yang ketiga menentukan penguatan yang akan diterapkan. Ketika mulai mengubah perlakuan, maka kita dapat menentukan penguatan yang akanditerapkan, misalnya ketika anak sudah mampu bermain sendiri maka akan diberikan penguatan seperti tepuk tangan.

4.Berikan reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesuai dengan jadwal kontrak.

Untuk langkah yang keempat misalnya dalam 1 minggu anak telah mengajukan perubahan tingkah laku misalnya bisa mandi sendiri, maka diberikan penguatan berupa pujian

5.Berikan penguatan setiap saat tingkah laku anak yang ditampilkan.

Artinya apabila anak dapat menampilkan tingkah laku yang menunjukkan perubahan, maka perlu diberikan penguatan sampai anak telah berubah tanpa diberikan penguatan lagi.

2.2.3 Penerapan TeknikBehaviorContract Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Penerapan Behavior Contract pada kemandirian anak adalah pentingnya guru untuk dapat memberikan motivasi ketika berada dalam kelas agar lebih mandiri lagi tanpa harus dengan orang tua, adanya kontrak yang telah disepakati antara guru dan siswa. Yang bagaimana siswa akan berperilaku mandiri sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati. Sebagai penguat kemandirian yang dilakukan, guru dapat memberikan reinforcement kepada siswa yang kurang mempunyai kemandirian. Pemberian reinforcement ini dapat diberikan pada saat perilaku

(11)

muncul, ketika siswa untuk datang kesekolah harus bantuan orang tua, guru dapat memberikan pengarahan atau memotivasi siswa untuk mematuhi kontrak yang sudah disepakati sebelumnya.

Salah satu standar kompetensi Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak adalah anak menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri dan bekerjasama dengan orang lain. Pembelajaran kemandirian bertujuan mengembangkan kemampuan dan kesanggupan melakukan tugas yang tidak selalu menggantungkan pada orang lain, serta mampu mengambil inisiatif secara mandiri sesuai potensi anak.

Proses pembelajaran Taman Kanak-Kanak harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya (Depdiknas,2005).

Pembelajaran kemandirian anak yang dilaksanakan secara realistis dan konkrit dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis. Menurut Stainback (2000:19) bahwa dengan mengembangkan keterampilan belajar yang praktis, anak akan menjadi pembelajar yang lebih efektif. Keterampilan belajar yang baik dapat meningkatkan kemampuan belajar, memahami dan menguasai informasi dalam waktu yang lebih singkat. Sedangkan Uno (2006:17) mengemukakan prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar diantaranya pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan, hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.

Latihan-latihan untuk hidup praktis dirancang untuk mengajari anak pada pekerjaan dalam lingkungannya sendiri, dengan jalan mengajari mereka bagaimana menguasai hal-hal yang

(12)

ada di sekitarnya (Hainstock, 2002:18). Kemandirian anak untuk menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup diwujudkan melalui aktifitas yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari, misal menggosok gigi, kecakapan memotong buah dan sebagainya.

2.3Kajian Relevan

Penelitian tentang penggunaan teknik behavior contract sebelumnya sudah ada yang meneliti akan tetapi penelitian yang membahas tentang kemandirian belum ada.

Berikut ini uraian singkat tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya :

Penelitian yang dilakukan oleh Sarmin A. 2012.Judul penelitian tindakan kelas ini adalah Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Pada Materi Jual Beli Melalui Behavior Contract di TK Mentosori Kecamatan Dungingi Kota Gorontalomenyatakan bahwa dengan menggunakan teknik

behavior contract dapat meningkatkan motivasi belajar pada anak.Hal ini dapat dilihat dari

persentase hasil belajar anak yang semakin meningkat dari siklus I 29% dan siklus II 75%.Berdasarkan jumlah persentase dapat terlihat meningkat sebanyak 46%.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretis yang , maka dapat dirumuskan tindakan dalam penelitian ini adalah: “jika digunakan teknik behavior contract, maka kemandirian anak TK Negeri Pembina Sipatana kota Gorontalo dapat ditingkatkan”.

2.5 Indikator Kinerja

Indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan kemandirian anak dari 8 orang atau 40% menjadi 16 orang atau 80% dari jumlah anak

(13)

seluruhnya 20 orang setelah dibelajarkan dengan menggunanakan teknik behavior contractdi TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu penelitian untuk mengevaluasi pengaruh jenis rumput dan jarak antar larikan leguminosa glirisidia (Gliricidia sepium) terhadap pertumbuhan dan produksi hijauan pakan dalam

Berkaitan dengan peranan theaflavin dalam ekstrak teh hitam terhadap penurunan ekspresi PPARγ pada kultur preadiposit ini perlu penelitian lanjut untuk mengungkap mekanisme

pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas

Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja

Berdasarkan hasil analisis kelentukan togok dengan kemampuan menggiring bola dalam permainan sepak bola pada siswa SD BK Tanpobunti melalui perhitungan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2), Pasal 13 ayat (4) dan (5), Pasal 17 ayat (2), Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 10 Tahun 2014 tentang

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil penentuan harga jual produk dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing dan Mark Up Pricing pada