• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perundang undangan Dan Penyerahan Prasarana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perundang undangan Dan Penyerahan Prasarana "

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Himpunan Peraturan Perundang-undangan

terkait

Penyerahan

Prasarana, Sarana,

Dan Utilitas

Dikompilasikan Oleh :

ANDINA CHRISNAWATI, SH

PSU 2017 V2

Andina

(2)

Andina

(3)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Perumahan Dan Permukiman Di Daerah ... 1

KETENTUAN UMUM ... 4

TUJUAN DAN PRINSIP ... 5

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN ... 6

PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS ... 6

PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS ... 7

PERSYARATAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS 8 PEMBENTUKAN TIM VERIFIKASI ... 9

TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS .... 11

PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS ... 13

PELAPORAN ... 14

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ... 14

PEMBIAYAAN ... 14

KETENTUAN PENUTUP ... 15

Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyediaan, Penyerahan Dan Pemanfaatan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Pada Kawasan Perumahan Dan Kawasan Permukiman, Kawasan Industri, Dan Kawasan Perdagangan/ Jasa ... 17

PENJELASAN UMUM... 22

KETENTUAN UMUM ... 24

TUJUAN, PRINSIP DAN RUANG LINGKUP ... 25

Tujuan ... 25

Prinsip ... 26

Ruang Lingkup ... 27

Andina

(4)

ii

KAWASAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN ... 27

KAWASAN INDUSTRI ... 29

KAWASAN PERDAGANGAN/ JASA ... 30

PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS ... 31

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS ... 32

PERAN SERTA MASYARAKAT ... 33

PEMBIAYAAN ... 34

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ... 34

SANKSI ADMINISTRATIF ... 34

KETENTUAN PENYIDIKAN ... 35

KETENTUAN PIDANA ... 36

KETENTUAN PERALIHAN ... 37

KETENTUAN PENUTUP ... 38

Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 63 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyerahan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Perumahan Kepada Pemerintah Daerah ... 39

KETENTUAN UMUM ... 42

PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN ... 44

PERENCANAAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN ... 45 PEMBANGUNAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMANError! Bookmark not defined.

TIM VERIFIKASI ...Error! Bookmark not defined.

TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS ...Error! Bookmark not defined.

Umum ...Error! Bookmark not defined.

Andina

(5)

iii Tata Cara Penyerahan Secara AdministrasiError! Bookmark not defined.

Tata Cara Penyerahan Secara Fisik .. Error! Bookmark not defined.

PENCATATAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS YANG TELAH DISERAHKAN KEPADA PEMERINTAH DAERAHError! Bookmark not defined.

PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS YANG TELAH DISERAHKAN KEPADA PEMERINTAH DAERAHError! Bookmark not defined.

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DALAM PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITASError! Bookmark not defined.

PERAN SERTA MASYARAKAT ... Error! Bookmark not defined.

JENIS DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF ... Error! Bookmark not defined.

KETENTUAN PERALIHAN ... Error! Bookmark not defined.

KETENTUAN PENUTUP ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 63 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyerahan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Perumahan Kepada Pemerintah Daerah ... Error! Bookmark not defined.

Andina

(6)

Andina

(7)

1 Peratura n Mente ri Da lam Nege ri Nomo r 9 Ta hun 2009 Te ntang Pe doma n Penye raha n Pra sara na, Sara na, Da n Uti litas Peruma han Dan Perm uk iman Di Dae ra h

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR 9 TAHUN 2009

TENTANG

PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

DI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mernberikan jaminan ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman, perlu dilakukan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas;

b. bahwa dalam rangka keberlanjutan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman perlu dilakukan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas dari pengembang kepada pemerintah daerah;

c. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, sehingga per!u diganti;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah;

Andina

(8)

2

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3318);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3469);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4247);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik lndonesla Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4725);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1988 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3372);

Andina

(9)

3 7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005

tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4532);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4855);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4737);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasl Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4741);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NECERI TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH.

Andina

(10)

4

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.

3. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan. 4. Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas adalah penyerahan

berupa tanah dengan bangunan dan/atau tanah tanpa bangunan dalam bentuk asset dan tanggung jawab pengelolaan dari pengembang kepada pemerintah daerah.

5. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas.

6. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

7. Pengembang adalah institusi atau lembaga penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman.

8. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, serta Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk provinsi DKI Jakarta.

9. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya dlsingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

10. Masyarakat adalah Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) penghuni perumahan dan permukiman, atau asosiasi penghuni untuk rumah susun.

11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lain yang sah.

Andina

(11)

5 12. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah.

13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah.

BAB II

TUJUAN DAN PRINSIP

Pasal 2

Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dari pengembang kepada pemerintah daerah bertujuan untuk menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas di lingkungan perumahan dan permukiman.

Pasal 3

Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman berdasarkan prinsip:

a. keterbukaan, yaitu masyarakat mengetahui prasarana, sarana, dan utilitas yang telah diserahkan dan atau kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi terkait dengan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas;

b. akuntabilitas, yaitu proses penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

c. kepastian hukum, yaitu menjamin kepastian ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas di lingkungan perumahan dan permukiman sesuai dengan standar, rencana tapak yang disetujui oleh pemerintah daerah, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat; d. keberpihakan, yaitu pemerintah daerah menjamin ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas bagi kepentingan masyarakat di lingkungan perumahan dan permukiman; dan

e. keberlanjutan, yaitu pemerintah daerah menjamin keberadaan prasarana, sarana, dan utilitas sesuai dengan fungsi dan peruntukannya,

Andina

(12)

6

BAB III

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Pasal 4 Perumahan dan permukiman terdiri atas: a. perumahan tidak bersusun: dan b. rumah susun.

Pasal 5

(1) Perumahan tidak bersusun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, berupa kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian.

(2) Kelompok rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlantai satu atau dua.

Pasal 6

(1) Rumah susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, berupa bangunan gedung bertingkat dalam suatu lingkungan. (2) Bangunan gedung bertinigkat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama, dan tanah-bersama.

Pasal 7

Perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas.

BAB IV

PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS

Pasal 8

Prasarana perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, antara lain:

a. jaringan jalan;

b. jaringan saluran pembuangan air limbah;

Andina

(13)

7 c. jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan

d. tempat pembuangan sampah.

Pasal 9

Sarana perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, antara lain:

a. sarana perniagaan/perbelanjaan;

b. sarana pelayanan umum dan pemerintahan; c. sarana pendidikan;

d. sarana kesehatan; e. sarana peribadatan;

f. sarana rekreasi dan olah raga; g. sarana pemakaman;

h. sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan i. sarana parkir.

Pasal 10

Utilitas perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, antara lain:

a. jaringan air bersih; b. jaringan listrik; c. jaringan telepon; d. jaringan gas;

e. jaringan transportasi; f. pemadam kebakaran; dan g. sarana penerangan jasa umum.

BAB V

PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS

Pasal 11

(1) Pemerintah daerah meminta pengembang untuk menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10 yang dibangun oleh pengembang.

(2) Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan: a. paling lambat 1 (satu) tahun setelah masa pemeliharaan; dan

Andina

(14)

8

b. sesuai dengan rencana tapak yang telah disetujui oleh pemerintah daerah.

(3) Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman sesuai rencana tapak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurut b dilakukan:

a. secara bertahap, apabila rencana pembangunan dilakukan bertahap; atau

b. sekaligus, apabila rencana pembangunan dilakukan tidak bertahap.

Pasal 12

(1) Penyerahan prasarana dan utilitas sebagalrnana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 10 pada perumahan tidak bersusun berupa tanah dan bangunan.

(2) Penyerahan sarana pada perumahan tidak bersusun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berupa tanah siap bangun.

Pasal 13

(1) Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas rumah susun berupa tanah siap bangun.

(2) Tanah siap bangun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di satu lokasi dan di luar hak milik atas satuan rumah susun.

BAB VI

PERSYARATAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

DAN UTILITAS

Pasal 14

Pemerintah daerah menerima penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman yang telah memenuhi persyaratan:

a. umum; b. teknis; dan c. administrasi

Andina

(15)

9 Pasal 15

(1) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, meliputi:

a. lokasi prasarana, sarana, dan utilitas sesuai dengan rencana tapak yang sudah disetujui oleh pemerintah daerah; dan b. sesuai dengan dokumen perijinan dan spesifikasi teknis

bangunan.

(2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pembangunan perumahan dan permukiman. (3) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

huruf e, harus memiliki:

a. dokumen rencana tapak yang telah disetujui oleh pemerintah daerah;

b. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) bagi bangunan yang dipersyaratkan;

c. Ijin Penggunaan Bangunan (IPB) bagi bangunan yang dipersyaratkan; dan

d. surat pelepasan hak atas tanah dari pengembang kepada pemerintah daerah.

BAB VII

PEMBENTUKAN TIM VERIFIKASI

Pasal 16

(1) Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk Provinsi DKI Jakarta membentuk Tim Verifikasi untuk memproses penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman.

(2) Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur:

a. Sekretariat Daerah;

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA); c. Badan Pertanahan Nasional (BPN);

d. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis terkait; e. Camat; dan

f. Lurah/Kepala Desa.

(3) Tim verifikasi diketuai oleh Sekretaris Daerah.

Andina

(16)

10

Pasal 17 (1) Tugas tim verifikasi adalah:

a. melakukan inventarisasi prasarana, sarana, dan utilitas yang dibangun oleh pengembang di wilayah kerjanya secara berkala;

b. melakukan inventarisasi prasarana, sarana, dan utilitas sesuai permohonan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas oleh pengembang;

c. menyusun jadwal kerja;

d. melakukan verifikasi permohonan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas oleh pengembang;

e. menyusun berita acara pemeriksaan; f. menyusun berita acara serah terima;

g. merumuskan bahan untuk kebijakan pengelolaan pemanfaatan prasarana, sarana, dan utilitas; dan

h. menyusun dan menyampaikan laporan lengkap hasil inventarisasi dan penilaian prasarana, sarana, dan utilitas secara berkala kepada Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk provinsi DKI Jakarta.

(2) Tim verifikasi melakukan penilaian terhadap:

a. kebenaran atau penyimpangan antara prasarana, sarana, dan utilitas yang telah ditetapkan dalam rencana tapak dengan kenyataan di lapangan.

b. kesesuaian persyaratan teknis prasarana, sarana, dan utilitas yang akan diserahkan dengan persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 18

(1) Tim verifikasi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dibantu oleh sekretariat tim verifikasi.

(2) Sekretariat tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada SKPD yang membidangi penataan ruang atau perumahan dan permukiman.

(3) Sekretariat tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah.

Andina

(17)

11 BAB VIII

TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

DAN UTILITAS

Pasal 19

Tata cara penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dilakukan melalui:

a. persiapan;

b. pelaksanaan penyerahan; dan c. pasca penyerahan.

Pasal 20

(1) Tata cara persiapan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud dalam PasaI 19 huruf a, meliputi:

a. Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk provinsi DKI Jakarta menerima permohonan penyerahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman dari pengembang;

b. Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk provinsi DKI Jakarta menugaskan tim verifikasi untuk memproses penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas;

c. tim verifikasi mengundang pengembang untuk melakukan pemaparan prasarana, sarana, dan utilitas yang akan diserahkan;

d. tim verifikasi melakukan inventarisasi terhadap prasarana, sarana, dan utilitas yang akan diserahkan, meliputi: rencana tapak yang disetujui oleh pemerintah daerah, tata letak bangunan dan lahan, serta besaran prasarana, sarana, dan utilitas; dan

e. tim verifikasi menyusun jadwal kerja tim dan instrumen penilaian.

(2) Tata cara pelaksanaan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, meliputi:

a. tim verifikasi melakukan penelitian atas persyaratan umum, teknis dan administrasi;

b. tim verifikasi melakukan pemeriksaan lapangan dan penilaian fisik prasarana, sarana, dan utilitas;

Andina

(18)

12

c. tim verifikasi menyusun laporan hasil pemeriksaan dan penilaian fisik prasarana, sarana, dan utilitas, serta merumuskan prasarana, sarana, dan utilitas yang layak atau tidak layak diterima;

d. prasarana, sarana; dan utilitas yang tidak layak diterima diberikan kesempatan kepada pengembang untuk melakukan perbaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah dilakukan pemeriksaan;

e. hasil perbaikan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada huruf e, dilakukan pemeriksaan dan penilaian kembali;

f. prasarana, sarana, dan utilitas yang layak diterima dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan untuk disampaikan kepada Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk provinsi DKI Jakarta; g. Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk provinsi DKI Jakarta

menetapkan prasarana, sarana, dan utilitas yang diterima; h. tim verifikasi mempersiapkan berita acara serah terima,

penetapan jadwal penyerahan dan SKPD yang berwenang mengelola; dan

i. penandatanganan berita acara serah terima prasarana, sarana, dan utilitas dilakukan oleh pengembang dan Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk provinsi DKI Jakarta dengan melampirkan daftar prasarana. sarana, dan utilitas, dokumen teknis dan administrasi.

(3) Tata cara pasca penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, meliputi:

a. Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk Provinsi DKI Jakarta menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas kepada SKPD yang berwenang mengelola dan memelihara paling lambat 3 (tiga) bulan setelah penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas dilaksanakan.

b. Pengelola barang milik daerah melakukan pencatatan asset atas prasarana, sarana, dan utilitas ke dalam Daftar Barang Milik Daerah (DBMD);

c. SKPD yang menerima asset prasarana, sarana, dan utilitas melakukan pencatatan ke dalam Daftar Barang Milik Pengguna (DBMP); dan

Andina

(19)

13 d. SKPD yang menerima asset prasarana, sarana, dan utilitas

menginformasikan kepada masyarakat mengenai prasarana, sarana, dan utilitas yang sudah diserahkan oleh pengembang.

Pasal 21

(1) Dalam hal prasarana, sarana, dan utilitas ditelantarkan dan belum diserahkan, pemerintah daerah membuat berita acara perolehan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman. (2) Pemerintah daerah membuat pernyataan asset atas tanah

prasarana, sarana, dan utilitas tersebut sebagai dasar permohonan pendaftaran hak atas tanah di kantor Badan Pertanahan Nasional setempat.

(3) Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk Provinsi DKI Jakarta menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas kepada SKPD yang berwenang mengelola dan memelihara paling lambat 3 (tiga) bulan setelah kantor Badan Pertanahan Nasional menerbitkan hak atas tanah.

(4) Pengelola barang milik daerah melakukan pencatatan asset atas prasarana, sarana, dan utilitas ke dalam Daftar Barang Milik Daerah (DBMD).

(5) SKPD yang menerima asset prasarana, sarana, dan utilitas melakukan pencatatan ke dalam Daftar Barang Milik Pengguna (DBMP).

BAB IX

PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS

Pasal 22

(1) Pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas yang telah diserahkan kepada pemerintah daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah yang bersangkutan.

(2) Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan pengembang, badan usaha swasta dan atau masyarakat dalam pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Andina

(20)

14

(3) Dalam hal Pemerintah daerah melakukan kerja sama pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas dengan pengembang, badan usaha swasta, dan masyarakat, pemeliharaan fisik dan pendanaan prasarana, sarana, dan utilitas menjadi tanggung jawab pengelola. (4) Pengelola prasarana, sarana, dan utilitas tidak dapat merubah

peruntukan prasarana, sarana, dan utilitas.

BAB X

PELAPORAN

Pasal 23

(1) Bupati/Walikota menyampaikan laporan perkembangan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas di daerahnya kepada Gubernur secara berkala setiap 6 (enam) bulan.

(2) Gubernur menyampaikan laporan perkembangan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas di wilayahnya kepada Menteri secara berkala setiap tahun.

BAB XI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 24

(1) Bupati/Walikota, atau Gubernur DKI Jakarta, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyerahan, pengelolaan dan pemanfaatan prasarana, sarana, dan utilitas.

(2) Gubernur mengkoordinasikan kabupaten/kota dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyerahan, pengelolaan dan pemanfaatan prasarana, sarana, dan utilitas.

(3) Menteri melakukan pembinaan umum penyelenggaraan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas.

BAB XII

PEMBIAYAAN

Pasal 25

(1) Pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana, dan utilitas sebelum penyerahan menjadi tanggung jawab pengembang.

Andina

(21)

15 (2) Pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana, dan utilitas setelah

penyerahan menjadi tanggung Jawab pemerintah daerah, yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota.

(3) Khusus untuk DKI Jakarta, pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana, dan utilitas setelah penyerahan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk provinsi DKI Jakarta menetapkan Peraturan Daerah tentang penyerahan prasarana, sarana, dan utllitas perumahan dan permukiman dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak ditetapkan.

Pasal 27

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1987 tentang Penyerahan. Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 28

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Januari 2009

MENTERI DALAM NEGERI, ttd

H. MARDIYANTO

Andina

(22)

Andina

(23)

17 Peratura n Dae ra h Kabupaten Si doa rj o Nom or 10 Ta hun 2014 Te ntang Pe nye diaa n, Penyeraha n Da n Pemanfaatan Prasa rana, Sa rana Dan Utilita s Pada Ka wasan Perumahan Dan Ka wasan Perm uk iman, Kaw asa n Industri, Dan Ka wasan Perdaga nga n/ Ja sa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

NOMOR 10 TAHUN 2014

TENTANG

PENYEDIAAN, PENYERAHAN DAN

PEMANFAATAN PRASARANA, SARANA DAN

UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN

KAWASAN PERMUKIMAN, KAWASAN INDUSTRI,

DAN KAWASAN PERDAGANGAN/ JASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah, perlu diatur penyerahan dan pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan perdagangan/jasa;

b. bahwa penyediaan, penyerahan, dan pemanfaatan prasarana,sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman, kawasan industri dan kawasan perdagangan/ jasa di Kabupaten Sidoarjo sebagai upaya untuk menjamin kesinambungan pengelolaan fasilitas umum dan sosial bagi kepentingan umum;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyediaan, Penyerahan, dan Pemanfaatan Prasarana, Sarana dan Utilitas pada Kawasan Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kawasan

Andina

(24)

18

Industri, dan Kawasan Perdagangan/ Jasa di Kabupaten Sidoarjo;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur Junto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Praja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok–pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013);

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya (Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 288,Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 2324);

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

Andina

(25)

19 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Andina

(26)

20

14. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492);

15. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);

Andina

(27)

21 20. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 92 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5533);

23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas dan Permukiman di Daerah;

25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Jalan Khusus (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 600); 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009-2029;

Andina

(28)

22

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIDOARJO dan

BUPATI SIDOARJO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN, KAWASAN INDUSTRI DAN KAWASAN PERDAGANGAN/ JASA.

PENJELASAN UMUM

Keberadaan prasarana, sarana, dan utilitas di kawasan perumahan, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan perdagangan/ jasa, merupakan suatu hal yang sangat penting guna mendukung kualitas lingkungan dan kualitas kehidupan bagi penghuni kawasan tersebut.

Bahwa dalam rangka memberikan jaminan ketersediaan, prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan perdagangan/ jasa, perlu dilakukan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan dimaksud. Dan agar pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan perdagangan/ jasa dapat dilakukan secara efektif dan berkelanjutan, perlu dilakukan penyerahanprasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan perdagangan/jasa oleh Pengembang kepada Pemerintah Daerah.

Pengaturan tentang penyediaan “fasilitas umum, prasarana lingkungan, utilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas pelayanan publik ”di Kabupaten Sidoarjo yang saat ini disebut “prasarana, sarana dan utilitas (PSU) kawasan perumahan, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan perdagangan/ jasa sebelumnya diatur dalam

Andina

(29)

23 Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009-2029 dan secara teknis diatur dalam Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 50 Tahun 2012 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Persetujuan Rencana Tapak (Siteplan) dan Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 44 Tahun 2011 tentang Kewajiban Pengembang Perumahan Menyediakan Tanah Makam, selama ini belum dapat dilaksanakan secara maksimal karena sanksi yang diberikan kurang dapat menimbulkan efek jera, sehingga banyak pengembang kawasan perumahan, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan perdagangan/ jasa tidak memenuhi kewajiban dalam hal penyediaan dan penyerahan PSU di kawasan perumahan, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan perdagangan/ jasa

Selain itu dalam Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati dimaksud belum mengatur mengenai tindakan apa saja yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam hal prasarana, sarana dan utilitas ditelantarkan/ tidak dipelihara dan belum diserahkan oleh pengembang kepada Pemerintah Daerah, ketentuan ini sangat diperlukan dalam rangka memberikan kepastian hukum terhadap prasarana, sarana dan utilitas yang ditelantarkan/ tidak dipelihara dan belum diserahkan oleh pengembang kepada Pemerintah Daerah sehingga dapat dijadikan dasar hukum oleh Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan-kebijakan selanjutnya untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas serta memperhatikan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah, maka pengaturan tentang Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas pada kawasan industri, perdagangan, perumahan dan permukiman dimaksud perlu ditinjau kembali dan diatur dalam Peraturan Daerah tersendiri.

Andina

(30)

24

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sidoarjo.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. 3. Bupati adalah Bupati Sidoarjo.

4. Pengelola Barang Milik Daerah adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Daerah.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah Kabupaten Sidoarjo selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

6. Dinas adalah dinas teknis yang berwenang di bidang penanganan Prasarana, Sarana dan Utilitas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.

7. Penyerahan prasarana, sarana dan utilitas adalah penyerahan berupa tanah dengan bangunan dan/ atau tanah tanpa bangunan dalam bentuk aset dan/ tanggungjawab pengelolaan dari pengembang kepada Pemerintah Daerah.

8. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

9. Kawasan adalah peruntukkan ruang sesuai dengan zona pemanfaatan ruang yang diatur dalam peraturan daerah tentang tata ruang.

10. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas sebagai upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

11. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman serta kawasan industri dan perdagangan/jasa dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Andina

(31)

25 12. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk

penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

13. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan/kawasan.

14. Pengembang adalah institusi atau lembaga penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman.

15. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lain yang sah.

16. Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah,memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. 17. Kawasan Industri adalah kawasan yang dominasi

pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan industri.

18. Kawasan Perdagangan/Jasa adalah kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan komersial perdagangandan jasa pelayanan umum.

19. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RT/ RW adalah rencana strategi pelaksanaan dan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dengan arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang merupakan penjabaran rencana tata ruang wilayah Provinsi Jawa Timur

20. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah merupakan penjabaran dari RTRW ke dalam rencana pemanfaatan ruang yang lebih rinci.

BAB II

TUJUAN, PRINSIP DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu Tujuan

Andina

(32)

26

Pasal 2

Tujuan penyediaan, penyerahan, dan pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman, kawasan industri dan kawasan perdagangan/jasa, untuk :

a. menjamin terwujudnya lingkungan perumahan, permukiman, industri dan perdagangan/ jasa yang layak, sehat, aman, serasi,terencana, terpadu dan dapat mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi;

b. menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman, kawasan industri dan kawasan perdagangan/ jasa; dan

c. memberikan kepastian hukum dalam pemanfaatkan fasilitas prasarana, sarana dan utilitas, baik bagi masyarakat, pemerintahdan pengembang.

Bagian Kedua Prinsip

Pasal 3

Penyediaan, penyerahan, dan pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman,kawasan industri dan kawasan perdagangan/jasa berdasarkanprinsip:

a. Keterbukaan; Penjelasan :

Keterbukaan, yaitu masyarakat mengetahui prasarana, sarana dan utilitas yang telah diserahkan dan atau kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi terkait dengan penyerahan prasarana, sarana dan utilitas.

b. Akuntabilitas; Penjelasan :

Akuntabilitas, yaitu proses penyerahan prasarana, sarana dan utilitas yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang undangan.

Andina

(33)

27 c. Kepastian hukum;

Penjelasan :

Kepastian hukum, yaitu menjamin kepastian ketersediaan prasarana, sarana dan utilitas di lingkungan perumahan sesuai dengan standar,rencana tapak yang disetujui oleh Pemerintah Daerah serta kondisi dan kebutuhan masyarakat.

d. Keberpihakan; Penjelasan :

Keberpihakan, yaitu Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan prasarana, sarana dan utilitas bagi kepentingan masyarakat di lingkungan perumahan.

e. Keberlanjutan. Penjelasan :

Keberlanjutan, yaitu Pemerintah Daerah menjamin keberadaan prasarana, sarana dan utilitas sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.

Bagian Ketiga Ruang Lingkup

Pasal 4

Penyediaan, penyerahan, dan pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman, kawasan industri dan kawasan perdagangan/jasa pada Peraturan Daerah ini meliputi :

a. Kawasan Perumahan dan Kawasan Permukiman; b. Kawasan Industri; dan

c. Kawasan Perdagangan/Jasa

BAB III

KAWASAN PERUMAHAN DAN KAWASAN

PERMUKIMAN

Pasal 5 Perumahan dan permukiman terdiri atas : a. perumahan tidak bersusun; dan b. rumah susun

Andina

(34)

28

Pasal 6

(1) Setiap Pengembang dalam melakukan pembangunan perumahan wajib menyediakan prasarana, sarana dan utilitas sesuai dengan standar perhitungan proporsi luasan penggunaan lahan.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan “standar perhitungan proporsi luasan penggunaan lahan” adalah ketentuan prosentase minimal luasan PSU yang harus disediakan berdasarkan luasan penggunaan lahan dan jumlah jiwa penghuni yang akan diatur dalam Peraturan Bupati

(2) Jenis dan luasan prasarana, sarana dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyediaannya ditetapkan dalam site plan (rencana tapak) yang disahkan oleh Bupati.

(3) Penyediaan prasarana, sarana dan utilitas perumahan oleh pengembang perumahan harus terletak pada lokasi perumahan sesuai site plan yang disahkan Bupati, kecuali lahan yang akan diperuntukkan Tempat Pemakaman Umum.

(4) Penyediaan lahan tempat pemakaman dapat di lokasi perumahan, desa setempat, atau makam estate.

(5) Setiap pengembang yang melakukan revisi atau perubahan site plan, maka penyediaan prasarana, sarana dan utilitas wajib disesuaikan berdasarkan perubahan dalam perhitungan luas proporsi perubahannya.

Pasal 7

(1) Prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi :

a. Prasarana, antara lain : 1. Jaringan jalan;

2. Jaringan saluran pembuangan air limbah domestik; 3. Jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan 4. Tempat pembuangan sampah;

b. Sarana, antara lain :

1. Sarana perniagaan/perbelanjaan;

2. Sarana pelayanan umum dan pemerintahan; 3. Sarana pendidikan;

Andina

(35)

29 4. Sarana kesehatan;

5. Sarana peribadatan;

6. Sarana rekreasi dan olahraga ;

7. Sarana pemakaman/tempat pemakaman; 8. Sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan 9. Sarana parkir;

c. Utilitas, antara lain : 1. Jaringan air bersih; 2. Jaringan listrik; 3. Jaringan telepon; 4. Jaringan gas;

5. Sarana pemadam kebakaran; 6. Sarana penerangan jalan umum; 7. Jaringan transportasi.

Penjelasan :

Yang termasuk jaringan transportasi meliputi halte, sub terminal, jembatan penyeberangan orang.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 8

Pengembang kawasan perumahan dan kawasan permukiman wajib terlebih dahulu memelihara prasarana, sarana dan utilitas yang terbangun minimal 1 (satu) tahun sebelum dilakukan penyerahannya kepada Pemerintah Daerah.

BAB IV

KAWASAN INDUSTRI

Pasal 9

Setiap pengembang pada kawasan industri maupun pergudangan wajib menyediakan prasarana, sarana dan utilitas dengan proporsi dan jenis sesuai dalam rencana tapak yang disahkan oleh Bupati.

Pasal 10

(1) Prasarana, sarana, dan utilitas di kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi :

Andina

(36)

30

a. Prasarana, antara lain : 1. jaringan jalan;

2. jaringan saluran pembuangan air limbah; 3. instalasi pengolahan air limbah;

4. jaringan saluran pembuangan air (drainase); 5. tempat penampungan air/folder/tandon; dan 6. tempat pembuangan sampah.

b. Sarana, antara lain : 1. sarana peribadatan; 2. sarana pertamanan; 3. ruang terbuka hijau; 4. sarana parkir; 5. sarana kantin;

6. sarana kawasan perumahan dan kawasan permukiman dan bagi pekerja/buruh/mess karyawan; dan

7. tempat/ruang untuk pedagang informal/pedagang kaki lima dan/atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

c. Utilitas, antara lain : 1. jaringan air bersih; 2. jaringan listrik; 3. jaringan telepon; 4. jaringan transportasi;

Penjelasan :

Yang termasuk jaringan transportasi meliputi halte, sub terminal.

5. jaringan gas;

6. sarana penerangan jalan umum; dan 7. sarana pemadam kebakaran.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB V

KAWASAN PERDAGANGAN/ JASA

Andina

(37)

31 Pasal 11

Setiap pengembang pada kawasan perdagangan/jasa wajib menyediakan prasarana, sarana dan utilitas dengan proporsi dan jenis sesuai dalam rencana tapak yang disahkan oleh Bupati.

Pasal 12

(1) Prasarana, sarana, dan utilitas pada kawasan perdagangan/jasa meliputi :

a. Prasarana, antara lain:

1. jaringan jalan yang menghubungkan antar blok atau jalan di dalam tapak kawasan;

2. jaringan pembuangan air limbah; 3. instalasi pengolahan air limbah;

4. jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan 5. tempat pembuangan sampah.

b. Sarana, antara lain : 1. sarana peribadatan;

2. sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; 3. sarana parkir;

4. sarana kantin; dan

5. tempat/ruang untuk pedagang informal/pedagang kaki lima dan/atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

c. Utilitas, antara lain: 1. jaringan air bersih; 2. jaringan listrik; 3. jaringan telepon; 4. jaringan gas;

5. jaringan transportasi;

6. sarana pemadam kebakaran; dan 7. sarana penerangan jalan umum.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VI

PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS

Andina

(38)

32

Pasal 13

(1) Setiap pengembang kawasan perumahan dan kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan/jasa wajib menyerahkan kepada Pemerintah Daerah prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman, kawasan industri dan kawasan perdagangan/ jasa yang selesai dibangun dan masa pemeliharaan minimal selama 1 (satu) tahun.

(2) Prasarana, sarana dan utilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 10, dan Pasal 12 pada perumahan tidak bersusun, kawasan Industri, dan kawasan Perdagangan/Jasa dapat berupa tanah, tanah siap bangun, maupun berupa bangunan.

(3) Khusus pada rumah susun, tanah siap bangun harus berada di satu lokasi dan di luar hak milik atas satuan rumah susun.

(4) Penyerahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dari pengembang perumahan kepada Pemerintah Daerah dapat dilakukan secara bertahap/parsial dan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan Bupati.

(5) Tata cara penyerahan prasarana, sarana dan utilitas, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VII

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PRASARANA,

SARANA DAN UTILITAS

Pasal 14

(1) Pemerintah Daerah mengelola prasarana, sarana, dan utilitas yang telah diterima dari Pengembang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga dan/atau dilimpahkan pada pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal Pemerintah Daerah melakukan kerjasama pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas dengan pihak ketiga, maka pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas serta pendanaannya menjadi tanggung jawab pengelola.

Andina

(39)

33 (4) Pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh mengubah fungsi/peruntukan dan status kepemilikan.

(5) Perubahan pemanfaatan hanya dapat dilakukan sepanjang memenuhi ketentuan :

a. perubahan kondisi alam; b. force majeur;

c. rencana penataan ruang; d. dalam rangka optimalisasi aset.

(6) Dalam hal kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menghasilkan penerimaan kepada Pemerintah Daerah, harus disetorkan ke kas daerah.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyetoran ke kas daerah diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB VIII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 15

(1) Penyelenggaraan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas kawasan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana pembangunan prasarana, sarana dan utilitas di dalam kawasan perumahan dan kawasan permukiman;

b. Pelaksanaan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas di dalam kawasan perumahan dan kawasan permukiman

c. Pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas kawasan perumahan dan kawasan permukiman;

d. Pemeliharaan dan perbaikan prasarana, sarana dan utilitas di dalam kawasan perumahan dan kawasan permukiman; dan/ atau

e. Pengendalian penyelenggaraan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas di dalam kawasan perumahan dan kawasan permukiman .

Andina

(40)

34

(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan membentuk forum/kelompok pengelola pengembangan prasarana, sarana dan utilitas di kawasan perumahan dan kawasan permukiman yang diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB IX

PEMBIAYAAN

Pasal 16

(1) Pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas kawasan perumahan dan kawasan permukiman sebelum penyerahan menjadi tanggung jawab Pengembang yang bersangkutan.

(2) Pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas kawasan perumahan dan kawasan permukiman setelah penyerahan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

(3) Pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas kawasan perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan Pengembang, Badan Usaha Swasta dan/ atau masyarakat.

BAB X

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 17

(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan, penyerahan dan pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas kawasan perumahan dan kawasan permukiman.

(2) Tata cara pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRATIF

Andina

(41)

35 Pasal 18

(1) Bupati berwenang menerapkan sanksi administratif kepada setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, dan/ atau Pasal 13 ayat (1).

(2) Jenis sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

a. Peringatan tertulis;

b. Penundaan pemberian persetujuan dokumen dan/atau perizinan;

c. Denda administrasi sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);

d. Dimasukkan ke dalam daftar hitam (black list) dan diumumkan kepada media masa;

e. Pencabutan ijin usaha;

f. Membayar ganti rugi senilai sejumlah total perbaikan prasarana dan sarana perumahan yang diserahkan.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan kepada Pengembang yang menyerahkan prasarana dan sarana dalam kondisi dan/atau dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerapan sanksi administratif diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 19

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran dalam ketentuan Peraturan Daerah ini.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan

atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang prasarana, sarana, dan utilitas agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

Andina

(42)

36

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang prasarana, sarana, dan utilitas;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang prasana, sarana, dan utilitas

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang prasarana, sarana, dan utilitas;

e. melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang prasarana, sarana, dan utilitas;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di

bidang prasarana, sarana, dan utilitas;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan, dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang prasarana, sarana, dan utilitas menurut hukum yang bertanggung jawab.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Andina

(43)

37 Pasal 20

(1) Selain dikenakan sanksi administratif, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, setiap orang atau badan hukum/badan usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 13 ayat (1), dikenakan sanksi pidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, prasarana, sarana dan utilitas kawasan perumahan dan kawasan permukiman, kawasan industri dan kawasan perdagangan/ jasa yang telah selesai atau dalam tahap penyelesaian, berlaku ketentuan sebagai berikut :

a. untuk prasarana, sarana dan utilitas yang telah selesai dibangun lebih dari 5 (lima) tahun dapat langsung diserahkan kepada Pemerintah Daerah setelah dilakukan verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ;

b. untuk prasarana, sarana dan utilitas yang telah selesai dibangun kurang dari 5 (lima) tahun tetapi telah dimanfaatkan lebih dari 1 (satu) tahun dapat diserahkan kepada Pemerintah Daerah secara formal dan fisik dengan tenggang waktu paling lama 1 (satu) tahun diantara kedua tahap dimaksud;

c. untuk prasarana, sarana dan utilitas yang masih dalam tahap penyelesaian, tata cara penyerahannya harus mengikuti Peraturan Daerah ini, termasuk prasarana, sarana dan utilitas yang sudah selesai dibangun namun belum selesai dimanfaatkan sampai dengan 1 (satu) tahun.

d. untuk prasarana, sarana dan utilitas yang ditinggalkan pengembang berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 20.

Andina

(44)

38

(2) Proses serah terima dan pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas yang telah berjalan dan/atau sedang dalam proses sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap dilaksanakan.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 23

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo.

Ditetapkan di Sidoarjo

pada tanggal 21 Agustus 2014

BUPATI SIDOARJO, ttd

H. SAIFUL ILAH

Diundangkan di Sidoarjo pada tanggal 01 April 2015

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIDOARJO, ttd

VINO RUDY MUNTIAWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 NOMOR 2 SERI E

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 56

Andina

(45)

39 Peratura n Bupati S idoarj o Nomor 16 Tahun 2017 Tenta ng Tata Cara Penye raha n Pra sara na, Sara na Da n Uti litas Peruma han K epa da Pemeri ntah Daera h

PERATURAN BUPATI SIDOARJO

NOMOR 16 TAHUN 2017

TENTANG

TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA

DAN UTILITAS PERUMAHAN KEPADA

PEMERINTAH DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO,

Menimbang : a. bahwa penyerahan prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman diharapkan dapat menjamin ketersediaan dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2), Pasal 13 ayat (4) dan (5), Pasal 17 ayat (2), Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 10 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Penyerahan dan Pemanfaatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Pada Kawasan Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kawasan Industri dan Kawasan Perdagangan/Jasa, perlu tata cara penyerahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan kepada Pemerintah Daerah

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan kepada Pemerintah Daerah

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten/Kotamadya dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang

Andina

(46)

40

Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok–pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5188);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);

8. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 108 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5252);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas dan Permukiman di Daerah;

Andina

(47)

41 10. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 6

Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009-2029; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Sdoarjo Nomor 10

Tahun 2014 Tentang Penyediaan, Penyerahan Dan Pemanfaatan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Pada Kawasan Perumahan Dan Kawasan Permukiman, Kawasan Industri, Dan Kawasan Perdagangan/ Jasa;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Sidoarjo (Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016 Nomor 1 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 70);

13. Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 44 Th 2011 Tentang Kewajiban Pengembang Perumahan Menyediakan Tanah Makam (Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2011 Nomor 44);

14. Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 50 Th 2012 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Persetujuan Rencana Tapak (Site Plan) (Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012 Nomor 50);

15. Peraturan Bupati Siooarjo Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Penerbitan Izin Lokasi Dan Persetujuan Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Sidoarjo (Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016 Nomor 44);

16. Peraturan Bupati Siooarjo Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Sidoarjo (Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016 Nomor 70);

17. Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penerbitan RIIL Tapak (Berita

Andina

(48)

42

Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2017 Nomor 16);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sidoarjo.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. 3. Bupati adalah Bupati Sidoarjo.

4. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Daerah.

5. Dinas adalah dinas teknis yang berwenang di bidang penanganan Prasarana, Sarana dan Utilitas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.

6. Penyerahan prasarana, sarana dan utilitas adalah penyerahan berupa tanah dengan bangunan dan/ atau tanah tanpa bangunan dalam bentuk aset dan tanggungjawab pengelolaan dari pengembang kepada Pemerintah Daerah.

7. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas sebagai upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

8. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman serta kawasan industri dan perdagangan/jasa dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

9. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Andina

(49)

43 10. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan. 11. Pengembang adalah institusi atau lembaga penyelenggara

pembangunan perumahan dan permukiman.

12. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lain yang sah.

13. Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah,memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. 14. Riil Tapak (Site Existing) adalah gambar/ peta situasi kondisi riil

(existing) pemanfaatan lahan, peletakan bangunan/ kaveling dengan segala unsur penunjangnya dalam batas luas lahan kepemilikannya dan/ atau penguasaannya sesuai dengan rencana tata ruang.

15. Rencana Tapak (Site Plan) adalah gambar/ peta situasi penataan pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukan tata ruang, berupa gambaran rencana peletakan bangunan / kavling dengan segala unsur penunjangnya dalam batas luas lahan kepemilikannya dan/ atau Penguasaannya

16. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah rencana strategi pelaksanaan dan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dengan arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang merupakan penjabaran rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sidoarjo

17. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah merupakan penjabaran dari RTRW ke dalam rencana pemanfaatan ruang yang lebih rinci.

18. Tim Verifikasi adalah tim yang dibentuk oleh Bupati dalam rangka pelaksanaan penyerahan prasarana, sarana dan utilitas.

19. Berita Acara Serah Terima Prasarana, Sarana dan Utilitas adalah serah terima seluruh atau sebagian prasarana, sarana dan utilitas berupa tanah dan/atau bangunan dalam bentuk asset dan/atau pengelolaan dan/atau tanggungjawab dari Pengembang kepada Pemerintah Daerah.

20. Hak Atas Tanah adalah bukti dasar seseorang atau badan hukum dalam membuktikan hubungan hukum antara dirinya dengan hak

Andina

(50)

44

yang melekat atas tanah, dapat berupa sertipikat, girik, surat bukti pelepasan hak, akta pejabat pembuat akta tanah dan surat bukti perolehan tanah lainnya.

Pasal 2

Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dari pengembang/perseorangan kepada pemerintah daerah bertujuan untuk menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas di lingkungan perumahan.

BAB II

PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA

KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Pasal 3

(1) Prasarana, sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan kawasan permukiman, meliputi:

a. Prasarana, antara lain: 1. Jaringan jalan;

2. Jaringan saluran pembuangan air limbah domestik; 3. Jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan 4. Tempat pembuangan sampah;

b. Sarana, antara lain

1. Sarana perniagaan/perbelanjaan;

2. Sarana pelayanan umum dan pemerintahan; 3. Sarana pendidikan;

4. Sarana kesehatan; 5. Sarana peribadatan;

6. Sarana rekreasi dan olahraga;

7. Sarana pemakaman/tempat pemakaman; 8. Sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan 9. Sarana parkir;

c. Utilitas, antara lain: 1. Jaringan air bersih; 2. Jaringan listrik; 3. Jaringan telepon; 4. Jaringan gas;

Andina

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 3.1 terdapat beberapa citra sekaligus nilai dari masing-masing citra, data ini digunakan sebagai data latih untuk database buah Morinda citrifolia yang

untuk merubah aliran udara menjadi turbulen sebelum masuk ke dalam ruang bakar. Hal ini bertujuan agar udara dan bahan bakar bercampur dengan sempurna. Fuel nozzle

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (4), Pasal 16 ayat (5), Pasal 17 ayat (2), Pasal 19 ayat (5), Pasal 20 ayat (2), Pasal 22 ayat (2), Pasal 23

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (2) huruf f, dan Pasal 19 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Suinbawa Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Melalui perumusan masalah diatas dimana fokus penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja penggunaan manajemen antrian pada pengendalian kongesti router jaringan, maka tahap

Walaupun penebangan hutan membawa banyak impak dan kesan yang buruk kepada kita. semua dan juga

Penggerakan pelaksanaan pembangunan kesehatan harus mampu menyediakan pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dalam jenis yang lengkap (adanya pilihan pelayanan