(BUMDES) “TIRTA MANDIRI” PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Desa Ponggok Kabupaten Klaten)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
ANINDITA ARI FATOJANAH NIM. 15.211.1.088
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH (MU’AMALAH) FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA 2019
vi
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan memperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.”
vii
Sembah sujud serta syukur dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta.
Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan,
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat ku kasihi dan kusayangi sebagai tanda bakti hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga,
kupersembahkan karya kecil ini kepada
1) Ibuku tersayang Hartini, yang selalu menjadi impian terindah sejak kecil hingga kini, tiada kata yang mampu kuucapkan selain “terima kasih, cepat sembuh ibu, anin sangat
membutuhkan dan merindukanmu”.
2) Untuk Ayahku Sudirman terimakasih pernah hadir walaupun belum sempat aku melihatmu, semoga kelak Dia menuntunku untuk dapat bertemu dan memelukmu. 3) Kakek dan Nenekku (Marno Sudarmo Sajimin & Sayekti) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, merawatku dari kecil hingga saat ini dan cinta kasih yang
tiada mungkin dapat ku balas hanya dengan selembar kertas, dan 4) Untuk Bulikku Winarsih, terimakasih karena telah memberikan perhatian,
viii
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Pedoman transliterasi tersebut adalah :
1. Konsonan
Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin adalah sebagai berkut:
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkanب
Ba B Beت
Ta T Teث
ṡa ṡ Es (dengan titik di atas)ج
Jim J Jeح
ḥa ḥ Ha (dengan titik dibawah)
ix
ر
Ra R Erز
Zai Z Zetس
Sin S Esش
Syin Sy Es dan yeص
ṣad ṣ Es (dengan titik di bawah)ض
ḍad ḍ De (dengan titik dibawah)
ط
ṭa ṭ Te (dengan titik dibawah)
ظ
ẓa ẓ Zet (dengan titik dibawah)
ع
‘ain …‘… Koma terbalik di atasغ
Gain G Geف
Fa F Efق
Qaf Q Kiك
Kaf K Kaل
Lam L Elم
Mim M Emx
ه
Ha H Haء
hamzah ...’… Apostropي
Ya Y Ye2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ
Fathah a aَ
Kasrah i iَ
Dammah u uContoh:
No
Kata Bahasa Arab Transiterasi
1.
بتك
Katabaxi
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu :
Tanda dan Huruf
Nama Gabungan Huruf Nama
أ
...
ى
Fathah dan ya Ai a dan iأ
...
و
Fathah dan wau Au a dan uContoh :
No
Kata Bahasa Arab Transliterasi
1.
فيك
Kaifa2.
لوح
Ḥaula3. Vokal panjang (Maddah)
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :
Harakat dan Huruf
Nama Huruf dan
Tanda
Nama
أ
...
ي
Fathah dan alifatau ya ā a dan garis di atas
أ
...
ي
Kasrah dan ya ī i dan garis di atasxii
2.
ليق
Qīla3.
ل
وقي
Yaqūlu4.
يمر
Ramā4. Ta Marbutah
Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu :
a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau dammah transliterasinya adalah /t/.
b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/. c. Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1.
لافطلأا
ةضور
Rauḍah al-aṭfāl / rauḍatul atfāl2.
ةحلط
Ṭalhah5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.
xiii
2.
لّزن
Nazzala6. Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu
لا
. Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah.Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang diikuti leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf Syamsiyyah atau Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1.
لجّرلا
Ar-rajulu2.
للالجا
Al-Jalālu7. Hamzah
Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa huruf alif. Perhatikan contoh berikut ini :
xiv
2.
نوذخأت
Taꞌkhużuna3.
ؤنلا
An-Nauꞌu8. Huruf Kapital
Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak digunakan.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1.
لوسرلاإدّممحام و
Wa mā Muhammadun illā rasūl 2.ينلماعلا بر للهدملحا
Al-ḥamdu lillahi rabbil ꞌālamīna9. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata baik fi’il, isim, maupun huruf ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan
xv No
1.
ينقزارلايرخ وله للها نإو
Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn / Wa innallāha lahuwa
khairur-rāziqīn
2.
نازيلماو ليكلا اوفوأف
Fa aufū al-Kaila wa al-mīzāna / Fa auful-kaila wal mīzānaxvi
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Implementasi Perkreditan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
“Tirta Mandiri” Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus di Desa Ponggok Kabupaten Klaten)” dengan lancar.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penyusun telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.
2. Bapak Dr. M. Usman, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.
3. Bapak Masjupri, S.Ag., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah).
4. Bapak H. Solakhudin Sirizar, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan nasehatnya kepada penulis selama menempuh studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.
5. Ibu Diana Zuhroh, S.Ag., M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberi masukan kepada penulis selama menyusun hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Dewan Penguji, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi ini guna membawa kualitas penulisan ke arah yang lebih baik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah yang telah membagikan ilmu-ilmunya selama menjadi mahasiswa dan semoga segala ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat di kehidupan yang akan datang.
xvii
mendukung, dan mendoakanku serta pengorbanan tak terbatas yang tidak bisa dinilai dengan apapun.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015, khususnya jurusan Hukum Ekonomi Syariah kelas C yang telah memberikan keceriaan, inspirasi, semangat dan berbagai pengalaman yang tidak terlupakan selama menempuh studi di Fakultas Syariah.
11. Sahabat-sahabatku (Annidatun, Pungky, Sari, Ayak, Mbak Lia Sri, dan Ratna) yang selalu memberikan dukungan lebih, menghibur dan selalu mendampingi.
12. Teman-teman KKN Mandiri Desa Gendaran, Pacitan yang sudah menjadi keluarga ke dua bagiku.
13. Bapak Junaedi Mulyono, selaku Kepala Desa Ponggok yang telah memberikan izin kepada peneliti guna meneliti di Kantor Desa Ponggok khususnya BUMDES “Tirta Mandiri”, para kaur di Kelurahan Ponggok , dan para staf di Kantor BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok yang telah membantu dalam penysunan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penyusun satu persatu yang telah berjasa dalam menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki dan menyempurnakan tulisan skripsi ini. Akhir kata, penyususn berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 17 April 2019 Penulis
xviii
Perkembangan otonomi daerah dan kepentingan-kepentingan desa saat ini mulai diperhatikan. Bukti bahwa pemerintah mulai memberikan titik berat pada prioritas pemantapan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa tercermin dengan semakin banyaknya perangkat peraturan pelaksanaan, seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri maupun peraturan lainnya. Dari adanya peraturan pelaksanaan tersebut muncul Undang yang mengatur tentang desa. Dalam Undang-Undang tersebut mengatur secara terperinci tentang desa mulai dari pengelolaan keuangan, pemerintahan desa, BUMDES, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kepentingan desa.
Dalam tulisan ini akan mengkaji mengenai pelaksanaan perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” dalam perspektif prinsip muamalah dan akad qard}. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Penelitian ini mengambil tempat di BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok Kabupaten Klaten.
Pelaksanaan perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri” dilakukan dengan cara tanpa jaminan apapun dan ditujukan hanya untuk karyawan serta pemilik investasi di BUMDES “Tirta Mandiri”. Untuk s}i>gat akad dilakukan secara lisan dan tertulis. Dalam perkreditan tersebut secara subyek hukum sudah terpenuhi. Kemudian dalam akadnya jika ditinjau dari perspektif qard} belum terpenuhi sepenuhnya. Sedangkan menurut prinsip muamalah, perkeditan BUMDES “Tirta Mandiri” ini mengandung unsur garar, z}alim, dan riba. Selain itu, untuk penerapannya secara qard} tentang tambahan (bunga) yang dijanjikan itu tidak sesuai dengan akad qard}, karena tambahan dalam qard} hanya dibolehkan jika pihak peminjam memberikan tambahan tanpa dijanjikan sebelumnya.
.
xix
The development of regional autonomy and village interests is now beginning to be noticed. Evidence that the government began to give emphasis to the priority of strengthening government administration and village development was reflected in the increasing number of implementing regulations, such as Government Regulations, Minister of Home Affairs Regulation, Minister of Home Affairs and other regulations. From the existence of the implementing regulation, a Law that regulates the village appears. In the Law it regulates in detail about the villages starting from financial management, village government, BUMDES, etc. related to village interests.
In this paper, we will examine the implementation of credit for the BUMDES "Tirta Mandiri" in Ponggok Village, Polanharjo District, Klaten Regency. The purpose of this study is to find out how the crediting of BUMDES "Tirta Mandiri" in the perspective of muamalah principles and qard}. This research is a descriptive qualitative study with a case study method. This research took place at the BUMDES "Tirta Mandiri" in Ponggok Village, Klaten Regency.
The implementation of credit at the BUMDES "Tirta Mandiri" is carried out without any guarantee and is intended only for employees and investment owners in the BUMDES "Tirta Mandiri". For the practice of contract is carried out verbally and in writing. In credit, the legal subject has been fulfilled. Then in the contract if viewed from a qard} perspective it has not been fully fulfilled. Whereas according to muamalah principle, the editing of the BUMDES "Tirta Mandiri" contains garar, z}alim, and riba. In addition, the qard} application for additional (interest) promised is not in accordance with the qard} contract, because additional in qard} is only permitted if the borrower provides additional without prior promises.
.
xx
HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ... iii
HALAMAN NOTA DINAS ... iv
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii
KATA PENGANTAR ... xvi
ABSTRAK ... xviii
DAFTAR ISI ... xx
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 8 C.Tujuan Penelitian ... 8 D.Manfaat Penelitian ... 8 E. Kerangka Teori ... 9 F. Tinjauan Pustaka ... 18 G.Metode Penelitian ... 22 H.Sistematika Penulisan ... 26
BAB II LANDASAN PRINSIP MUAMALAH DAN QARD} A.Prinsip-Prinsip Muamalah ... 28
1. Muamalah Dilakukan Atas Dasar Kerelaan ... 28
2. Prinsip Manfaat Mad}arat ... 29
3. Prinsip Larangan Berbuat Z{alim ... 31
4. Prinsip Larangan Garar ... 32
xxi
D.Hukum Qard} ... 44
E. Rukun dan Syarat Qard} ... 45
F. Beberapa Permasalahan Dalam Qard}... 46
1. Kekuatan Hukum Transaksi Qard} ... 46
2. Syarat Tempo Qard} ... 47
3. Kredit Bank ... 47
4. Tambahan Pada Qard} ... 48
G.Resiko Dalam Akad Qard} ... 48
BAB III PELAKSANAAN UNIT USAHA PERKREDITAN BUMDES “TIRTA MANDIRI” DI DESA PONGGOK KABUPATEN KLATEN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50
1. Sejarah Singkat Desa Ponggok ... 50
2. Kondisi Geografis ... 51
3. Kondisi Demografis ... 52
4. Kondisi Sosial Ekonomi ... 53
5. Kondisi Sosial Budaya ... 54
B.Gambaran Umum BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok ... 55
1. Organisasi ... 55
2. Tujuan Pembentukan ... 57
3. Struktur Organisasi ... 58
4. Visi Misi ... 60
C.Unit Usaha Perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” ... 61
D.Mekanisme Perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri” ... 63
E. Pelaksanaan Perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri” ... 65
xxii
A.Tinjauan Prinsip Muamalah Terhadap Pelaksanaan Perkreditan
BUMDES “Tirta Mandiri ... 72 B.Tinjauan Qard{ Terhadap Pelaksanaan Perkreditan BUMDES “Tirta
Mandiri ... 83
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ... 89 B.Saran ... 90
xxiii
xxv Lampiran 3 : Biodata Narasumber
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Pemerintah Desa Ponggok
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Karyawan BUMDES “Tirta Mandiri” Lampiran 6 : Pedoman Wawancara Peminjam Dana BUMDES “Tirta Mandiri” Lampiran 7 : Formulir Pengajuan Perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” Lampiran 8 : Foto-Foto Bersama Beberapa Narasumber
1
A.Latar Belakang Masalah
Otonomi daerah merupakan sebuah kebutuhan dalam era globalisasi dan
reformasi. Awal pelaksanaan otonomi daerah bermula dari aspek kemandirian
dan terkesan diabaikan. Namun dengan seriusnya Pemerintah Pusat hingga
Kabupaten melaksanakan tugas otonomi daerah, kepentingan-kepentingan desa
mulai diperhatikan. Bukti bahwa pemerintah pusat mulai memberikan titik
berat pada prioritas pemantapan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan desa tercermin dari semakin banyaknya perangkap peraturan
pelaksanaan.
Peraturan pelaksanaan dari Pemerintah Pusat tersebut meliputi Peraturan
Pemerintah (PP), Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) maupun
Keputusan Menteri dalam Negeri (Kepmendagri), yang mengatur tentang
Desa. Baik itu PP, Permendagri dan Kepmendagri yang dimaksud merupakan
peraturan pelaksanaan pengaturan mengenai Desa sesuai dengan yang
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Desa. Kemudian di perinci lagi dengan munculnya UU No. 6 Tahun 2014
tentang Desa.1
Adanya peraturan serta Undang-Undang yang dikeluarkan tersebut
menjadikan komitmen besar untuk mendorong perluasan kesejahteraan bagi
seluruh lapisan masyarakat. Untuk mensejahterakan rakyat Indonesia
1 Koentjaraningrat, Masyarakat Desa di Indonesia. (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2010), hlm. 55.
diperlukan pembangunan sampai ke desa-desa, sehingga diharapkan tidak ada
lagi desa yang akan tertinggal. Oleh karena itu, desa saat ini begitu disorot
apalagi dengan adanya aliran dana 1 Milyar lebih, yang dikucurkan dari
pemerintah ke desa.2 Desa harus memiliki kemampuan dalam mengelola
keuangan tersebut.
Pada umumnya pengelolaan dana yang baik itu dilaksanakan berdasarkan
asas kepentingan umum, fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi,
efektivitas, akuntabilitas, dan kepastian nilai ekonomi. Selain itu, Pengelolaan
dana yang dilakukan itu dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat desa serta meningkatkan pendapatan desa.3
Oleh karena itu, di sini salah satu desa yang dinilai dapat mengelola
dana dari pemerintah dengan baik adalah Desa Ponggok. Desa Ponggok
merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Polanharjo Kabupaten
Klaten. Desa tersebut adalah salah satu desa yang dalam pengelolaan dananya
tidak hanya digunakan untuk pembangunan saja. Namun digunakan juga untuk
pengembangan ekonomi masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUMDES).4
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dalam perundang-undangan diatur
oleh UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 87 sampai dengan pasal
90. Bahwa dalam Undang-Undang tersebut menjelaskan sebagai berikut:
2 Fabian Januarius Kuwado, “Pemerintah Keluarkan Progam Dana Kelurahan Mulai 2019”, dikutip dari https://nasional.kompas.com/ diakses 1 Desember 2018 pukul 20.00 WIB.
3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 77 ayat 1-2.
4 Sugeng Raharjo, Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan, Wawancara Pribadi, 2 November 2018, jam 10.30-11.00 WIB.
(1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa. (2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. (3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.5 (1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa. (2) Pendirian BUM Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.6 Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk a) Pengembangan usaha, dan b) Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.7 Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan: a) memberikan hibah dan/atau akses permodalan; b) melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan c) memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.8
Awal mula berdirinya Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa
Ponggok dikarenakan banyaknya permasalahan yang ada di desa tersebut dan
juga melimpahnya sumber daya alam. Kemudian Kepala Desa mulai
melakukan musyawarah dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
Pemerintah Desa dan kelompok warga guna membahas isu-isu strategis.
Adanya pembahasan isu-isu strategis tersebut maka terbentuklah Badan Usaha
Milik Desa (BUMDES) Desa Ponggok pada 15 Desember 2009. Kemudian
diberi nama Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) “Tirta Mandiri”9
Awal terbentuknya BUMDES, usaha yang dikelola hanya toko pakan
ikan dan pinjaman modal bagi masyarakat serta merintis kegiatan pariwisata di
Umbul Ponggok sebagai wahana rekreasi. Namun pada perkembangannya
terdapat banyak kendala yang dialami. Seperti terbatasnya Sumber Daya
5 Undang-Undang Nomor 6 …, Pasal 87 ayat 1-3. 6 Ibid., Pasal 88 ayat 1-2.
7 Ibid., Pasal 89 ayat a-b. 8 Ibid., Pasal 90 ayat a-c.
Manusia (SDM) dan sentimen negatif dari masyarakat yang pesimis bahwa
BUMDES bisa berkembang apalagi membawa perubahan untuk kesejahteraan
masyarakat.10
Akan tetapi, Kepala Desa pada saat itu tidak menyerah dan terus
berusaha guna kemajuan dari BUMDES “Tirta Mandiri”. Hingga pada akhirnya dalam jangka waktu satu tahun setelah berdirinya BUMDES yaitu
pada tahun 2010 sudah dapat menghasilkan laba kotor sebesar Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah). Kemudian, BUMDES “Tirta Mandiri”
mulai mengembangkan unit usaha menjadi beberapa macam diantaranya yaitu,
Umbul Ponggok, Kampung Ponggok Ciblon, Toko Desa, Perkreditan, Pusat
Study Desa, Kios dan Kolam, serta Tabungan Haji & Umroh.11
Keberadaan BUMDES di Desa Ponggok menjadi salah satu
pertimbangan untuk menyalurkan inisiatif masyarakat desa, mengembangkan
potensi desa, mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam desa,
mengoptimalkan sumber daya manusia (warga desa) dalam pengelolaannya,
dan adanya penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan
dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari Badan
Usaha Milik Desa.12
BUMDES yang ideal mampu menjadi poros kehidupan seluruh
masyarakat desa, karena ia berdiri atau ada untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Salah satunya yang menarik atau kerap menjadi perhatian
10 Sugeng Raharjo, Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan, Wawancara Pribadi … . 11 Ibid.
masyarakat adalah unit usaha yang ada dari BUMDES “Tirta Mandiri” di Desa
Ponggok ini yaitu perkreditan. Pengelolaan dari perkreditan ini dikelola dengan
cara meminjamkan dana bagi masyarakat Desa Ponggok yang mengajukan
pinjaman di BUMDES “Tirta Mandiri”.
Akan tetapi, perkreditan yang ada di BUMDES “Tirta Mandiri” ini hanya
ditujukan untuk karyawan dan juga masyarakat yang memiliki investasi modal
di BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok. Jadi tidak semua masyarakat Desa Ponggok dapat melakukan pinjaman. Selain itu, pengelolaan perkreditan
tersebut menggunakan bunga angsuran di setiap bulannya 1,5% flat.
Pembayaran di setiap angsurannya dengan cara dibayarkan ke kantor
BUMDES “Tirta Mandiri”.13
Adanya unit usaha perkreditan dari BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok tersebut sebenarnya cukup membantu masyarakat. Namun,
masyarakat seringkali merasa bingung bahkan belum paham mengenai
sistem perkreditan maupun investasi modal yang ada di BUMDES “Tirta
Mandiri” seperti apa dan bagaimana perbedaan dari perkreditan di Bank biasanya.14
Dalam aktivitas muamalah seperti di BUMDES “Tirta Mandiri”, Islam menyarankan agar berpedoman pada prinsip-prinsip dasar muamalah, dan
memperhatikan batasan-batasan tegas serta kejelasan obyek (barang) untuk
bermuamalah. Pedoman ini berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis sebagai
13
Rini, Bendahara BUMDES “Tirta Mandiri”, Wawancara Pribadi, 17 Desember 2018, jam 13.00 WIB.
14 Yuli Dwi Atmojo, Warga Desa Ponggok, Wawancara Pribadi, 28 Desember 2018, jam 14.24 WIB.
kerangka bangun ekonomi Islam yang memiliki nilai etik (ethics value) dan
nilai norma (norm value). Hal ini dikarenakan dalam pandangan Islam,
kegiatan ekonomi selalu dikaitkan dengan prinsip hidup yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadis setiap individu muslim, baik dalam hal produksi,
distribusi, konsumsi maupun dalam kegiatan muamalah lainnya.15
Dalam bermuamalah, tentunya manusia mempunyai kepentingan
terhadap orang lain. Oleh karena itu, timbulah hubungan hak dan kewajiban.
Setiap manusia mempunyai hak yang wajib selalu diperhatikan oleh orang lain
dan dalam waktu sama juga memikul kewajiban yang harus ditunaikan
terhadap orang lain. Hubungan hak dan kewajiban itu diatur dengan
kaidah-kaidah hukum untuk menghindari bentrokan antara berbagai kepentingan.
Terlebih dalam kegiatan muamalah, prinsip tersebut haruslah mengandung
perlindungan terhadap pihak-pihak yang melakukan transaksi, terutama tentang
hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam transaksi.16
Oleh karena itu, perubahan masyarakat dalam berbagai aspeknya baik
ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain dihadapi oleh hukum Islam
dengan semestinya dan diarahkan secara sadar bukan dibiarkan begitu saja. Ini
adalah pengejawantahan dari fungsi hukum Islam sebagai pengendali
masyarakat (sosial control), perekayasa sosial (sosial engineering) dan
pensejahtera sosial (sosial welfare). Dalam hal ini hukum Islam telah
memberikan prinsip-prinsip penting mengenai pengembangan yang rasional
15
Muhammad Arif Fadhillah Lubis, “Prinsip Dasar Muamalah Keuangan Syariah”, Jurnal, 2017, hlm. 1.
16 Nurfaizal, “Prinsip-Prinsip Muamalah dan Implementasinya Dalam Hukum Perbankan Indonesia”, Jurnal, (Riau) Vol. XIII Nomor 1, 2013, hlm. 198.
dalam upaya adaptasi dengan lingkungan barunya. Melalui pola seperti ini
hukum Islam mampu menghindari terjadinya krisis hukum yang dilematis di
tengah publiknya sendiri. Dengan demikian, peranan hukum Islam khususnya
prinsip muamalah akan selalu efektif di tengah masyarakatnya, dimanapun dan
bagaimanapun modelnya.17
Dengan adanya hukum Islam tersebut khususnya dalam muamalah
diharapkan dapat meminimalisir adanya praktik-praktik seperti permasalahan
di atas. Meskipun tidak dapat langsung menghilangkan kebiasaan tersebut,
namun setidaknya dapat mengurangi praktik tersebut. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan
judul “Implementasi Perkreditan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) “Tirta Mandiri” Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus di Desa Ponggok Kabupaten Klaten).”
17
B.Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang di atas, maka masalah yang menjadi pokok
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan unit usaha perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” di Desa Ponggok Kabupaten Klaten?
2. Apakah pelaksanaan unit usaha perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” di
Desa Ponggok telah sesuai dengan Fiqh Muamalah?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai
penulis dalam sebuah penelitian. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan unit usaha perkreditan BUMDES “Tirta
Mandiri” di Desa Ponggok Kabupaten Klaten.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” di
Desa Ponggok dalam perspektif Fiqh Muamalah.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu syariah pada umumnya. Khususnya
untuk jurusan muamalah, sehingga mampu memperkaya teori-teori
berkaitan dengan praktik perkreditan di BUMDES dalam meningkatkan
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk mendalami
praktik perkreditan di BUMDES dalam masyarakat.
b) Bagi IAIN Surakarta, yaitu penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya
hasil-hasil penelitian berkaitan dengan praktik perkreditan di BUMDES
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c) Bagi Peneliti Lain, yaitu hasil penelitian ini tentunya masih terdapat
kekurangannya. Oleh karena itu, terbuka lebar bagi peneliti lain untuk
melakukan kajian lanjutannya di masa mendatang.
d) Bagi Desa, yaitu penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk meninjau
pengelolaan dana desa melalui BUMDES yang sesuai dengan Hukum
Islam yang lebih baik lagi, serta menjalin silahturahmi yang baik antara
Mahasiswa, IAIN Surakarta dan Desa Ponggok.
E.Kerangka Teori
1. Qard}
a.Pengertian Qard}
Qard} secara etimologi merupakan bentuk masdar dari qarad}a
asy-syai’- yaqrid}uhu, yang berarti dia memutuskanya. Qard} adalah bentuk masdar yang berarti memutus. Dikatakan qarad}tu asy-syai’a bil-miqrad}, aku memutus sesuatu dengan gunting. Al-Qard} adalah sesuatu yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar.18
Adapun qard} secara terminologis adalah memberikan harta kepada orang yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya
dikemudian hari. Syafi’iyah berpendapat bahwa qard} dalam istilah syara’ diartikan dengan sesuatu yang diberikan kepada orang lain (yang pada suatu saat harus dikembalikan).”19
Jadi, qard} dapat diartikan sebagai suatu transaksi antara dua pihak yang saling terikat, dimana keterikatan tersebut merupakan akibat dari
perbuatan memberikan sesuatu pinjaman kepada pihak lain yang suatu
saat harus dikembalikan sama seperti saat meminjamnya.
b.Landasan Hukum Al-Qard}
Dasar disyari’atkannya qard} (hutang piutang) adalah Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 245.
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.20
Sisi pendalilan dari ayat diatas adalah bahwa Allah swt
menyerupakan amal salih dan memberi infaq fi sabilillah dengan harta
yang dipinjamkan. Dan menyerupakan pembalasannya yang berlipat
19 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2017), hlm. 273.
20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 358.
ganda dengan pembayaran hutang. Amal kebaikan disebut pinjaman
(hutang) karena orang yang berbuat baik melakukannya untuk
mendapatkan gantinya sehingga menyerupai orang yang
menghutangkan sesuatu agar mendapat gantinya.21
c.Hukum Al-Qard}
Hukum qard} (hutang piutang) mengikuti hukum taklifi: terkadang boleh, terkadang makruh, terkadang wajib, dan terkadang haram.
Semua itu sesuai dengan cara mempraktikannya karena hukum wasilah
itu mengikuti hukum tujuan.
Jika orang yang berhutang adalah orang yang mempunyai
kebutuhan sangat mendesak, sedangkan orang yang dihutangi orang
kaya, maka orang yang kaya itu wajib memberinya hutang. Jika
pemberi hutang mengetahui bahwa penghutang akan menggunakan
uangnya untuk berbuat maksiat atau perbuatan yang makruh, maka
hukum memberi hutang juga haram atau makruh sesuai dengan
kondisinya.22
Jika seorang yang berhutang bukan karena adanya kebutuhan yang
mendesak, tetapi untuk menambah modal perdagangannya karena
berambisi mendapat keuntungan yang besar, maka hukum memberi
hutang kepadanya adalah mubah.
21 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm. 274. 22 Ibid., hlm. 280.
Seseorang boleh berhutang jika dirinya yakin dapat membayar,
seperti jika ia mempunyai harta yang dapat diharapkan dan mempunyai
niat menggunakannya untuk membayar hutangnya. Jika hal ini tidak
ada pada diri penghutang. Maka ia tidak boleh berhutang. Seseorang
wajib berhutang jika dalam kondisi terpaksa dalam rangka
menghindarkan diri dari bahaya, seperti untuk membeli makanan agar
dirinya tertolong dari kelaparan.23
d.Rukun dan Syarat Al-Qard}
Rukun qard} (hutang piutang) ada tiga, yaitu s}i<gat, ‘a>qidain (dua pihak yang melakukan transaksi), dan harta yang dihutangkan.
Penjelasan rukun-rukun tersebut beserta syarat-syaratnya adalah sebagai
berikut.24
1) S{i<gat
Yang dimaksud s}i<gat adalah ijab dan qabul. Tidak ada perbedaan dikalangan fuqaha’ bahwa ijab itu sah dengan lafal hutang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan maknanya,
seperti kata, “aku memberimu hutang” atau “aku menghutangimu”.
Demikian pula qabul sah dengan semua lafal yang menunjukkan
kerelaan , seperti “aku berhutang” atau “aku menerima” atau “aku
rida” dan lain sebagainya.25
23 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm. 280.
24 Masjupri, Fiqh Muamalah 2, (Surakarta: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Surakarta, 2016). hlm. 89.
2) ‘A<<qidain
Yang dimaksud dengan ‘a>qidain (dua pihak yang melakukan transaksi) adalah pemberi hutang dan penghutang. Keduanya
mempunyai beberapa syarat berikut.26
a) Syarat-syarat bagi pemberi hutang
Fuqaha’ sepakat bahwa syarat bagi pemberi hutang adalah termasuk ahli tabarru’ (orang yang boleh memberikan derma), yakni merdeka, baligh, berakal sehat, dan pandai (dapat
membedakan yang baik dan yang buruk). Mereka
berargumentasi bahwa hutang piutang adalah transaksi irfaq
(memberi manfaat). Oleh karenanya tidak sah kecuali dilakukan
oleh orang yang sah amal kebaikannya, seperti s}adaqah.27
Syafi’iyyah berargumentasi bahwa al-qard} (hutang piutang) mengandung tabarru’ (pemberian derma), bukan merupakan
transaksi irfaq (memberi manfaat) dan tabarru’. b) Syarat bagi penghutang
Syafi’iyah mensyaratkan penghutang termasuk kategori orang yang mempunyai ahliyah al-mua>malah (kelayakan melakukan transaksi) bukan ahliyah at-tabarru’ (kelayakan member derma). Adapun kalangan ahnaf mensyaratkan
penghutangkan mempunyai ahliyah at-tas}arrufat (kelayakan
26 Masjupri, Fiqh Muamalah 2 …, hlm. 92. 27 Ibid., hlm. 93.
memberikan harta) secara lisan, yakni merdeka, baligh, dan
berakal sehat.28
Hanabilah mensyaratkan penghutang mampu menanggung
karena hutang tidak ada kecuali dalam tanggungan. Misalnya,
tidak sah member hutang kepada masjid, sekolah, atau ribath
(berjaga diperbatasan dengan musuh) karena semua ini tidak
mempunyai potensi menanggung.
3) Harta yang dihutangkan
Syarat ketiga ini mencakup dua hal, yaitu a) diketahui kadarnya
dan b) diketahui sifatnya. Demikian ini agar mudah membayarnya.
Jika hutang piutang tidak mempunyai syarat ketiga ini, maka tidak
sah.
2. Prinsip-Prinsip Muamalah
Prinsip juga disamakan dengan asas, fundamental, pangkal, dasar,
dan pondasi. Sehingga prinsip dasar muamalah keuangan syariah
(maliyah) bisa juga diartikan asas yang dijadikan pokok dasar berpikir
terkait pondasi muamalah keuangan syariah.29 Selanjutnya, berikut ini
merupakan prinsip-prinsip dasar dalam aktivitas ekonomi
Islam/muamalah termasuk keuangan syariah yang disari dari beberapa
pandangan pakar ekonomi Islam seperti M. Umer Chapra, Muhammad
Ayub, Ibrahim Warde, Syed Nawab Haider Naqvi dan lainnya. Berikut
28 Masjupri, Fiqh Muamalah 2 …, hlm. 93.
29 K. H. Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm.15-16.
adalah prinsip dasar muamalah keuangan syariah (maliyah) yang
dimaksudkan:
a. Prinsip Tauhid/Keimanan/Kesatuan
Tauhid merupakan bagian fundamental atau dasar dalam Islam,
dan sistem nilai Islam didasarkan pada keyakinan ini. Dengan
konsep tauhid maka seyogyanya umat Islam dalam melakukan
aktivitas ekonomi memperhatikan hal-hal berikut ini: 30
Pertama, seluruh aktivitas ekonomi tidak terlepas dari nilai-nilai
ketuhanan. Kedua, seluruh aktivitas ekonomi tidak terlepas dari nilai-
nilai kemanusiaan. Ketiga, melakukan pertimbangan atas
kemaslahatan pribadi dan kemaslahatan masyarakat. Terakhir, dalam
kaitannya dengan keuangan Islam, maka prinsip tauhid ini menuntut
dan menuntun pelaku bisnis dan keuangan syariah dalam beraktivitas
ekonomi selalu mengaitkan dengan kebenaran yang bersumber dari
Allah SWT.31
b. Pengharaman Riba
Menurut terminologi, riba dirumuskan oleh ilmu fikih sebagai
tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak dari dua pihak
yang terlibat tanpa ada imbalan tertentu. Selanjutnya, konsep riba
tidak terbatas pada bunga. Setidaknya terdapat dua bentuk riba dalam
hukum Islam. Pertama, riba al-qarud yang berhubungan dengan
30 Muhammad Arif Fadhillah Lubis, “Prinsip Dasar …, hlm. 2. 31 Ibid., hlm 3-4.
tambahan atas pinjaman. Kedua, riba al-buyu‘ yang berhubungan dengan tambahan atas jual beli. Riba al-buyu‘ terdiri dari dua bentuk yaitu riba al-fad}l dan riba an-nasi’ah.32
Terkait pengharaman riba, maka tidak bisa disangkal bahwa
semua bentuk riba dilarang mutlak dalam Al-Qur’an. Beberapa ayat
dalam Al-Qur’an secara tegas mengharamkan riba. Walaupun
beberapa diantaranya yang diturunkan di Mekkah hanya
mengindikasikan ketidaksenangan terhadap riba. Fuad Zein
menelusuri karakteristik riba dalam Al-Qur’an. Dengan kajiannya
tersimpulkan bahwa jika kembali kepada pangkal persoalan larangan
riba, maka “tambahan” tidak mempunyai makna apa-apa.
Sebaliknya, ketidakadilan adalah hal yang pertentangan dengan
tujuan penetapan prinsip ekonomi Islam. Karenanya menurut Zein,
bahwa illat larangan riba seharusnya “zulm/kesengsaraan” bukan “tambahan”.33
Di Indonesia, pengharaman riba telah ditetapkan ditetapkan
melalui Fatwa MUI pada bulan Januari 2004. Berdasarkan Fatwa
MUI No. 1 Tahun 2004, dinyatakan bahwa riba adalah tambahan
(ziya>dah) tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya, dan inilah yang disebut
riba nasi’ah.34
32
Muhammad Arif Fadhillah Lubis, “Prinsip Dasar…, hlm. 5. 33
Ibid., hlm. 6-7. 34
Para ulama telah berketetapan bahwa riba bukanlah sebuah
perintah agama, melainkan juga merupakan bagian integral dari
ekonomi Islam yang mencakup etos, tujuan, dan nilai-nilai di
dalamnya. Dan dalam kaitannya dengan sistem keuangan syariah,
jelaslah bahwa dalam sistem keuangan ini sedikitpun tidak
membenarkan apalagi menganjurkan riba. Tegasnya, hakikat
pelarangan riba dalam Islam merupakan suatu penolakan resiko
finansial tambahan yang ditetapkan dalam transaksi uang maupun
jual beli yang dibebankan pada satu pihak saja, sedangkan pihak lain
dijamin keuntungannya. Inilah kezaliman (z}ulm) yang terdapat pada riba yang oleh Islam tegas dilarang.35
c. Pelarangan Garar dan Maysir
Garar diartikan oleh ulama fikih sebagai ketidaktahuan akan akibat suatu perkara (transaksi), atau ketidakjelasan antara baik
dengan buruk. Sedangkan maysir, maka dalam bahasa Arab maysir identik dengan kata qimar. Maysir mengacu pada perolehan kekayaan
secara mudah atau perolehan harta berdasarkan peluang, entah
dengan mengambil hak orang lain, atau tidak.36
d. Jujur dan Amanah
Kejujuran merupakan bekal utama untuk meraih keberkahan.
Kejujuran tidak akan melekat pada diri seseorang yang tidak
35 Muhammad Arif Fadhillah Lubis, “Prinsip Dasar…, hlm. 7. 36 Ibid.
memiliki nilai keimanan yang kuat. Salah satu hal yang bisa
menafikan semangat kejujuran dan amanah yaitu penipuan. Dalam
dunia bisnis, bentuk penipuan ini bisa diwujudkan dengan melakukan
manipulasi harga, memasang harga tidak sesuai dengan kriteria
sebenarnya, bahkan menyembunyikan cacat yang bisa mengurang
nilai obyek transaksi.37
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap
peneliti-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran peneliti terdahulu,
diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti,
di antaranya yaitu:
Pertama, yaitu Skripsi yang diteliti oleh Nurul Azizah, Mahasiswi
Fakultas Syariah Progam Studi S1 Hukum Ekonomi Syariah di Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto pada Tahun 2018, dengan judul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Akad Hutang Piutang Dengan Sistem Tanggung Renteng Di
Badan Usaha Milik Desa Bersama Dananjaya Desa Bantarbarang Kec.
Rembang Kab. Purbalingga”. Hasil penelitiannya yaitu mengenai kegiatan
simpan pinjam perempuan dan usaha ekonomi produktif. Dimana sistem dari
menghutangkan dana pemberdayaan masyarakat menggunakan sistem
tanggung renteng. Tanggung renteng merupakan tanggung jawab para
peminjam baik bersama-sama, perseorangan maupun khusus salah seorang dari
mereka menanggung pembayaran seluruh hutang. Kemudian sistem hutang
piutang dengan tanggung renteng tersebut dianalisis dengan tinjauan hukum
islam yaitu akad qard}dan akad pertanggungan (d}aman).38
Kedua, yaitu Skripsi yang diteliti oleh Mirza Iskandar Putra, Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2017 jurusan Hukum
Ekonomi Syariah, yang berjudul “Pengelolaan Dana Desa Untuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Hukum Ekonomi
Syariah (Studi Kasus Di Desa Sindon Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali)”. Dalam hasil penelitiannya tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan
dana desa di Desa Sindon tersebut tidak hanya ditujukan untuk infrastruktur
desa. Akan tetapi, sebagian kecil digunakan untuk pengembangan sosial
ekonomi masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Dimana
BUMDES tersebut menggunakan sistem simpan pinjam. Dalam penelitian ini
juga dijelaskan mengenai pengembangan usaha yang dilakukan melalui simpan
pinjam ini dinilai dapat mengentaskan kemiskinan.39
Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Alifiyatul Mawahda Agustina
Mahasiswi Fakultas Syariah Jurusan Hukum Bisnis Syariah di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang pada Tahun 2016. Skripsinya
berjudul “Pengelolaan Hasil Jasa Pinjaman Di Unit Pengelola Kegiatan Amanah Mandiri Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Tinjauan Maqashid
38 Nurul Azizah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Hutang Piutang Dengan Sistem Tanggung Renteng Di Badan Usaha Milik Desa Bersama Dananjaya Desa Bantarbarang Kec. Rembang Kab. Purbalingga”, Skripsi, tidak diterbitkan, Progam Sarjana IAIN Purwokerto, Purwokerto, 2018, hlm. 22-25.
39
Mirza Iskandar Putra, “Pengelolaan Dana Desa Untuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah (Studi Kasus Di Desa Sindon Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)”, Skripsi, tidak diterbitkan, Progam Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2017, hlm. 12-15.
Syariah”. Dalam penelitiannya, penulis menjelaskan mengenai lembaga yang
dikelola oleh Pemerintah Desa guna mengatasi dan membantu dalam bidang
ekonomi dan mengembangkan kesejahteraan masyarakat. Lembaga ini berupa
pemberian permodalan untuk kelompok simpan pinjam perempuan yang
memiliki kegiatan usaha ekonomi dalam bentuk hutang piutang. Kemudian,
sistem simpan pinjam tersebut dikaitkan dengan teori maqashid syariah.40
Keempat, Skripsi dari Alif Nanda Lusi Mahasiswa Institut Agama Islam
Negeri Surakarta Progam Studi Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul
“Analisis Prinsip Muamalah Dalam Transaksi Jual Beli Pakaian Bekas Secara Borongan Di Pasar Notoharjo Semanggi Surakarta” pada Tahun 2018. Dalam
penelitiannya, dijelaskan mengenai jual beli dengan sistem borongan yang
dilakukan di Pasar Notoharjo Semanggi Solo. Jual beli tersebut dilakukan
dengan obyek barangnya adalah pakaian bekas. Dari jual beli tersebut
dikaitkan dengan prinsip muamalah.41
Kelima, Jurnal Penelitian dari Bambang Mahasiswa UIN Alaudin pada
tahun 2017 yang berjudul “Implementasi Badan Usaha Milik Desa Berbasis Ekonomi Islam: Suatu Kajian Implementer”. Dalam penelitiannya menjelaskan mengenai konsep ekonomi Islam pada bisnis yang dilakukan oleh Badan Usaha
Milik Desa dikarenakan pada saat ini banyak perkembangan bisnis itu hanya
berkembang dikegiatan keuangannya secara capital sedangkan untuk riilnya
40 Alifiyatul Mawahda Agustina, “Pengelolaan Hasil Jasa Pinjaman Di Unit Pengelola Kegiatan Amanah Mandiri Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Tinjauan Maqashid Syariah”, Skripsi, tidak diterbitkan, Progam Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2016, hlm. 57-60.
41 Alif Nanda Lusi, “Analisis Prinsip Muamalah Dalam Transaksi Jual Beli Pakaian Bekas Secara Borongan Di Pasar Notoharjo Semanggi Surakarta”, Skripsi, tidak diterbitkan, Progam Sarjana IAIN Surakarta, Surakarta, 2018, hlm. 6-15.
masih belum. Selain itu, kajian ini berusaha menganalisis unsur-unsur SWOT
pada konsep BUMDES, dan berusaha mempraktikkan teori Hukum Islam ke
dalam unit usaha BUMDES yang biasanya dilakukan secara konvensional.42
Dari kelima penelitian di atas terdapat kesamaan pembahasan penelitian
yaitu sama-sama mengkaji masalah penerapan adanya Badan Usaha Milik
Desa dan pemberdayaan masyarakatnya melalui simpan pinjamnya sedangkan
perbedaan dari penelitian diatas adalah pada lokasi penelitian atau studi
kasusnya. Selain itu perbedaannya dalam penelitian Nurul Azizah (2018)
menjelaskan mengenai sistem hutang piutang dengan sistem tanggung renteng
dan ditinjau dengan teori akad pertanggungan dalam Islam. Dalam Skripsi
Mirza Iskandar Putra (2017) lebih menjelaskan mengenai pengentasan
kemiskinan masyarakat melalui BUMDES yang dikaitkan dengan sistem
ekonomi islamnya secara umum.
Dalam penelitian Alifiyatul Mawahda Agustina (2016) membahas
mengenai lembaga yang dikelola Pemerintah Desa tetapi bukan BUMDES.
Selain itu lembaga tersebut mengelola keuangannya melalui simpan pinjam
yang dikaitkan dengan tinjauan maqashid syariah. Perbedaan selanjutnya
dalam skripsi Alif Nanda Lusi (2018) sama-sama membahas mengenai prinsip
muamalah. Namun dalam penelitian tersebut dikaitkan dengan jual beli pakaian
bekas sistem borongan di Pasar Notoharjo Semanggi Solo. Kemudian
perbedaan yang terakhir pada penelitian Bambang menjelaskan mengenai
adanya BUMDES ditinjau dari Ekonomi Islam bisnis yang berkaitan dengan
42 Bambang, “Implementasi Badan Usaha Milik Desa Berbasis Ekonomi Islam: Suatu Kajian Implementer”, Jurnal Iqtisaduna, (UIN Alaudin), hlm. 1-3.
Peraturan Menteri tentang desa, serta dalam penelitian ini peneliti lebih
terfokus pada pengembangan ekonomi secara riilnya yang dipraktikkan secara
syariah jadi tidak hanya sektor keungannya saja.
Kemudian, untuk penelitian yang penulis lakukan ini bertujuan
menjelaskan implementasi perkreditan dari BUMDES “Tirta Mandiri”. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan kepada pengelolaan dana
BUMDES melalui perkreditan yang dikelola oleh Desa Ponggok terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakatnya lalu dikaitkan dengan akad qard}.
G.METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan (Field
Research) yaitu penelitian yang bersifat deskriptif analitis dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan sosiologis normatif.43 Dalam
penelitian kualitatif, landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu, landasan teori
juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar belakang
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Fokus dari
penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan pengelolaan perkreditan dalam hal kesejahteraan masyarakat Desa
Ponggok.44
43 Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2014) hlm. 14.
44 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 4.
2. Sumber Data
Sumber data yang diperlukan oleh penulis dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua kategori, yaitu :
a) Sumber data primer
Yaitu hasil temuan data di lapangan melalui wawancara dengan
Pengurus BUMDES “Tirta Mandiri”, pihak yang melakukan perkreditan (karyawan dan Pemilik investasi di BUMDES “Tirta Mandiri”), dan Pemerintah Desa.
b) Sumber data sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai pendukung dari
masalah dalam penelitian ini. Data ini pada umumnya identik dengan
data untuk membangun landasan teori.45 Berdasarkan pengertian tersebut,
maka sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi data tertulis,
berupa buku, jurnal ilmiah, penelitian ilmiah, sekaligus data-data yang
berkaitan dengan penelitian ini guna menjadi referensi maupun sumber
pelengkap penelitian.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian mengenai perkreditan Badan Usaha Milik
Desa yang beralamat di Jalan Raya Ponggok, Desa Ponggok, Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten. Tepatnya dari Kota Klaten +15Km berada di
sebelah Utara Kota Klaten, 10Km dari sebelah barat Jalan Raya
Solo. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari tanggal 10
November 2018 sampai dengan 27 Februari 2019.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang
diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk
dijawab pada lain waktu.46
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan
teknik semi terstruktur kepada pihak-pihak terkait yaitu Bendahara,
Sekretaris, Admin BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok, Kaur
Pelayanan Masyarakat Desa Ponggok, Kaur keuangan desa, dan dua
orang pihak yang melakukan perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri”.
b. Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan
sebagainya, yang berhubungan dan mempunyai relevansi dengan
masalah-masalah yang diteliti.47 Dalam penelitian ini penulis
menggunakan dokumentasi berupa rekaman wawancara, Data Monografi
Desa Ponggok 2018, buku RPJMDES Desa Ponggok dan Buku Panduan
BUMDES Desa Ponggok.
46 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 138.
47
5. Teknik Analisis Data
Data-data dalam penelitian ini berupa data kualitatif, yakni data yang
tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung. Untuk
memperoleh kesimpulan yang valid. Maka dari itu, data kualitatif yang telah
terkumpul tersebut dianalisa sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.48
Adapun dalam penganalisaan data ini, penulis menggunakan sistem
analisa data Miles dan Huberman, yaitu cara berfikir yang didasari oleh
penelitian lapangan. Peneliti akan menggambarkan tentang pelaksanaan
pengelolaan perkreditan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat,
apakah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah dan teori qard} atau belum.
H.Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran komprehensif berkenaan dengan penelitian
ini, maka sistematika pembahasannya disusun sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian,
sistematika penulisan.
Bab II Konsep Prinsip Muamalah dan Qard}
Berisi uraian tentang teori umum yang relevan dengan permasalahan
penelitian yaitu teori mengenai qard} dan juga prinsip-prinsip muamalah.
48 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 87
teori tersebut diambil dari beberapa buku serta dijelaskan dari pengertian,
rukun dan syarat, dasar hukum, selain itu dijelaskan mengenai perbedaan
pendapat dalam teori tersebut.
Bab III Pelaksanaan Unit Usaha Perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” Di Desa Ponggok
Berisi uraian tentang gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan
data-data yang relevan dengan penelitian yang akan dianalisis. Data-data yang
relevan tersebut maksudnya adalah gambaran umum Desa Ponggok, gambaran
umum BUMDES “Tirta Mandiri”, mekanisme, unit usaha perkreditan dan pelaksanaan perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok. Kemudian, menjelaskan mengenai kendala-kendala yang dialami oleh pihak
BUMDES dalam pengelolaannya.
Bab IV Analisis Pelaksanaan Prinsip Muamalah dan Qard} Dalam Unit Usaha Perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” Di Desa Ponggok Kabupaten Klaten
Berisi uraian tentang analisis data dari pelaksanaan perkreditan di
BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok yang dihubungkan dengan teori-teori
qard} dan prinsip muamalah.
Bab V Penutup
Berisi mengenai uraian yang terdiri dari kesimpulan seluruh pembahasan
penelitian dan saran. Pada akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka dan
28
A.Prinsip-Prinsip Muamalah
1. MuamalahDilakukan Atas Dasar Kerelaan
Berbagai penjelasan tentang muamalah dimaksudkan agar dalam
aktivitas muamalah sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah. Adapun
prinsip-prinsip muamalah dalam Islam salah satu di antaranya yaitu
prinsip suka sama suka (‘an-tara>d}in). Prinsip ini menunjukkan bahwa segala bentuk aktivitas perdagangan dan muamalah tidak boleh dilakukan
dengan paksaan, penipuan, kecurangan, intimidasi, dan paktik-praktik lain
yang dapat menghilangkan kebebasan, kebenaran, dan kejujuran dalam
transaksi ekonomi.
Selaras dengan pendapat Wahbah al-Zuhaily dalam kitabnya al-
Fiqh al-Islami wa Adillatuhu yang dikutip oleh Idris dari bukunya yang
berjudul Hadis Ekonomi, menyatakan bahwa prinsip dasar yang telah
ditetapkan Islam mengenai perdagangan adalah ‘an-tara>d}in (suka sama suka) hal itu sebagaimana dengan firman Allah Al-Qur‟an surah An-Nisa‟
ayat 29:1
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang ba>t}il, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”. 2
Dari ayat tersebut dapat diartikan bahwa segala macam transaksi
bisnis yang menguntungkan pada dasarnya diperbolehkan dengan syarat
saling rela pihak peminjam dan pemberi pinjaman. Saling rela (suka sama
suka) merupakan prinsip dasar dalam melaksanakan transaksi muamalah,
baik peminjam, pemberi pinjaman, barang, maupun harga. Dalam arti,
peminjam dan pemberi pinjaman harus sehat akal dan baligh.3
Jadi jelas bahwa dalam pelaksanaan perkreditan tidak boleh ada
unsur keterpaksaan atau di sisi lain salah satu merasa dirugikan, maka
diantara kedua belah pihak harus sama-sama merasa untung dan didasari
atas kerelaan atau suka sama suka.
2. Prinsip Manfaat Mad}arat
Secara tidak langsung agama Islam memperingatkan bahwa suatu
bentuk muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindari mad}arat dalam hidup masyarakat, dengan
2 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 153.
akibat bahwa segala bentuk muamalah yang merusak kehidupan
masyarakat tidak dibenarkan. Misalnya, berdagang narkotika, ganja
dan perjudian.4
Menurut K.H Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya “Asas-asas
Hukum Muamalat” dijelaskan bahwa dalam Hukum muamalat Islam
mempunyai prinsip yang dapat dirumuskan sebagai berikut:5
1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan oleh Al-Qur„an dan sunah Rasul.
2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung
unsur- unsur paksaan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat.
4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan,
menghindari unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan
kesempatan dalam kesempitan.
Selain prinsip yang disebutkan di atas, agama Islam juga
menganjurkan agar dalam bermuamalah memperhatikan prinsip
maṣlaḥah. Maṣlaḥah adalah sesuatu yang ditunjukan oleh dalil hukum tertentu yang membenarkan atau membatalkannya atas segala tindakan
manusia dalam rangka mencapai tujuan syara‟, yaitu memelihara agama,
jiwa, akal, harta benda, dan keturunan. Prinsip maṣlaḥah. merupakan
4 Idris, Hadis Ekonomi …, hlm. 180.
5 K. H. Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 15-16.