• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERKREDITAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) “TIRTA MANDIRI” PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Desa Ponggok Kabupaten Klaten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PERKREDITAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) “TIRTA MANDIRI” PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Desa Ponggok Kabupaten Klaten)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

(BUMDES) “TIRTA MANDIRI” PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Desa Ponggok Kabupaten Klaten)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ANINDITA ARI FATOJANAH NIM. 15.211.1.088

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH (MU’AMALAH) FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

















“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan memperlipat gandakan

pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu

dikembalikan.”

(7)

vii

Sembah sujud serta syukur dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta.

Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan,

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat ku kasihi dan kusayangi sebagai tanda bakti hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga,

kupersembahkan karya kecil ini kepada

1) Ibuku tersayang Hartini, yang selalu menjadi impian terindah sejak kecil hingga kini, tiada kata yang mampu kuucapkan selain “terima kasih, cepat sembuh ibu, anin sangat

membutuhkan dan merindukanmu”.

2) Untuk Ayahku Sudirman terimakasih pernah hadir walaupun belum sempat aku melihatmu, semoga kelak Dia menuntunku untuk dapat bertemu dan memelukmu. 3) Kakek dan Nenekku (Marno Sudarmo Sajimin & Sayekti) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, merawatku dari kecil hingga saat ini dan cinta kasih yang

tiada mungkin dapat ku balas hanya dengan selembar kertas, dan 4) Untuk Bulikku Winarsih, terimakasih karena telah memberikan perhatian,

(8)

viii

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Pedoman transliterasi tersebut adalah :

1. Konsonan

Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin adalah sebagai berkut:

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

ṡa ṡ Es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

ḥa ḥ Ha (dengan titik di

bawah)

(9)

ix

ر

Ra R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan ye

ص

ṣad ṣ Es (dengan titik di bawah)

ض

ḍad ḍ De (dengan titik di

bawah)

ط

ṭa ṭ Te (dengan titik di

bawah)

ظ

ẓa ẓ Zet (dengan titik di

bawah)

ع

‘ain …‘… Koma terbalik di atas

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

(10)

x

ه

Ha H Ha

ء

hamzah ...’… Apostrop

ي

Ya Y Ye

2. Vokal

Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ

Fathah a a

َ

Kasrah i i

َ

Dammah u u

Contoh:

No

Kata Bahasa Arab Transiterasi

1.

بتك

Kataba

(11)

xi

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu :

Tanda dan Huruf

Nama Gabungan Huruf Nama

أ

...

ى

Fathah dan ya Ai a dan i

أ

...

و

Fathah dan wau Au a dan u

Contoh :

No

Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

فيك

Kaifa

2.

لوح

Ḥaula

3. Vokal panjang (Maddah)

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan

Tanda

Nama

أ

...

ي

Fathah dan alif

atau ya ā a dan garis di atas

أ

...

ي

Kasrah dan ya ī i dan garis di atas

(12)

xii

2.

ليق

Qīla

3.

ل

وقي

Yaqūlu

4.

يمر

Ramā

4. Ta Marbutah

Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu :

a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau dammah transliterasinya adalah /t/.

b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/. c. Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

لافطلأا

ةضور

Rauḍah al-aṭfāl / rauḍatul atfāl

2.

ةحلط

Ṭalhah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.

(13)

xiii

2.

لّزن

Nazzala

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu

لا

. Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah.

Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang diikuti leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf Syamsiyyah atau Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

لجّرلا

Ar-rajulu

2.

للالجا

Al-Jalālu

7. Hamzah

Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa huruf alif. Perhatikan contoh berikut ini :

(14)

xiv

2.

نوذخأت

Taꞌkhużuna

3.

ؤنلا

An-Nauꞌu

8. Huruf Kapital

Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak digunakan.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

لوسرلاإدّممحام و

Wa mā Muhammadun illā rasūl 2.

ينلماعلا بر للهدملحا

Al-ḥamdu lillahi rabbil ꞌālamīna

9. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata baik fi’il, isim, maupun huruf ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan

(15)

xv No

1.

ينقزارلايرخ وله للها نإو

Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn / Wa innallāha lahuwa

khairur-rāziqīn

2.

نازيلماو ليكلا اوفوأف

Fa aufū al-Kaila wa al-mīzāna / Fa auful-kaila wal mīzāna

(16)

xvi

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Implementasi Perkreditan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)

“Tirta Mandiri” Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus di Desa Ponggok Kabupaten Klaten)” dengan lancar.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penyusun telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

2. Bapak Dr. M. Usman, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

3. Bapak Masjupri, S.Ag., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah).

4. Bapak H. Solakhudin Sirizar, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan nasehatnya kepada penulis selama menempuh studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

5. Ibu Diana Zuhroh, S.Ag., M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberi masukan kepada penulis selama menyusun hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Dewan Penguji, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi ini guna membawa kualitas penulisan ke arah yang lebih baik.

7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah yang telah membagikan ilmu-ilmunya selama menjadi mahasiswa dan semoga segala ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat di kehidupan yang akan datang.

(17)

xvii

mendukung, dan mendoakanku serta pengorbanan tak terbatas yang tidak bisa dinilai dengan apapun.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015, khususnya jurusan Hukum Ekonomi Syariah kelas C yang telah memberikan keceriaan, inspirasi, semangat dan berbagai pengalaman yang tidak terlupakan selama menempuh studi di Fakultas Syariah.

11. Sahabat-sahabatku (Annidatun, Pungky, Sari, Ayak, Mbak Lia Sri, dan Ratna) yang selalu memberikan dukungan lebih, menghibur dan selalu mendampingi.

12. Teman-teman KKN Mandiri Desa Gendaran, Pacitan yang sudah menjadi keluarga ke dua bagiku.

13. Bapak Junaedi Mulyono, selaku Kepala Desa Ponggok yang telah memberikan izin kepada peneliti guna meneliti di Kantor Desa Ponggok khususnya BUMDES “Tirta Mandiri”, para kaur di Kelurahan Ponggok , dan para staf di Kantor BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok yang telah membantu dalam penysunan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penyusun satu persatu yang telah berjasa dalam menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki dan menyempurnakan tulisan skripsi ini. Akhir kata, penyususn berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 17 April 2019 Penulis

(18)

xviii

Perkembangan otonomi daerah dan kepentingan-kepentingan desa saat ini mulai diperhatikan. Bukti bahwa pemerintah mulai memberikan titik berat pada prioritas pemantapan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa tercermin dengan semakin banyaknya perangkat peraturan pelaksanaan, seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri maupun peraturan lainnya. Dari adanya peraturan pelaksanaan tersebut muncul Undang yang mengatur tentang desa. Dalam Undang-Undang tersebut mengatur secara terperinci tentang desa mulai dari pengelolaan keuangan, pemerintahan desa, BUMDES, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kepentingan desa.

Dalam tulisan ini akan mengkaji mengenai pelaksanaan perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” dalam perspektif prinsip muamalah dan akad qard}. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Penelitian ini mengambil tempat di BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok Kabupaten Klaten.

Pelaksanaan perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri” dilakukan dengan cara tanpa jaminan apapun dan ditujukan hanya untuk karyawan serta pemilik investasi di BUMDES “Tirta Mandiri”. Untuk s}i>gat akad dilakukan secara lisan dan tertulis. Dalam perkreditan tersebut secara subyek hukum sudah terpenuhi. Kemudian dalam akadnya jika ditinjau dari perspektif qard} belum terpenuhi sepenuhnya. Sedangkan menurut prinsip muamalah, perkeditan BUMDES “Tirta Mandiri” ini mengandung unsur garar, z}alim, dan riba. Selain itu, untuk penerapannya secara qard} tentang tambahan (bunga) yang dijanjikan itu tidak sesuai dengan akad qard}, karena tambahan dalam qard} hanya dibolehkan jika pihak peminjam memberikan tambahan tanpa dijanjikan sebelumnya.

.

(19)

xix

The development of regional autonomy and village interests is now beginning to be noticed. Evidence that the government began to give emphasis to the priority of strengthening government administration and village development was reflected in the increasing number of implementing regulations, such as Government Regulations, Minister of Home Affairs Regulation, Minister of Home Affairs and other regulations. From the existence of the implementing regulation, a Law that regulates the village appears. In the Law it regulates in detail about the villages starting from financial management, village government, BUMDES, etc. related to village interests.

In this paper, we will examine the implementation of credit for the BUMDES "Tirta Mandiri" in Ponggok Village, Polanharjo District, Klaten Regency. The purpose of this study is to find out how the crediting of BUMDES "Tirta Mandiri" in the perspective of muamalah principles and qard}. This research is a descriptive qualitative study with a case study method. This research took place at the BUMDES "Tirta Mandiri" in Ponggok Village, Klaten Regency.

The implementation of credit at the BUMDES "Tirta Mandiri" is carried out without any guarantee and is intended only for employees and investment owners in the BUMDES "Tirta Mandiri". For the practice of contract is carried out verbally and in writing. In credit, the legal subject has been fulfilled. Then in the contract if viewed from a qard} perspective it has not been fully fulfilled. Whereas according to muamalah principle, the editing of the BUMDES "Tirta Mandiri" contains garar, z}alim, and riba. In addition, the qard} application for additional (interest) promised is not in accordance with the qard} contract, because additional in qard} is only permitted if the borrower provides additional without prior promises.

.

(20)

xx

HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ... iii

HALAMAN NOTA DINAS ... iv

HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

KATA PENGANTAR ... xvi

ABSTRAK ... xviii

DAFTAR ISI ... xx

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8 C.Tujuan Penelitian ... 8 D.Manfaat Penelitian ... 8 E. Kerangka Teori ... 9 F. Tinjauan Pustaka ... 18 G.Metode Penelitian ... 22 H.Sistematika Penulisan ... 26

BAB II LANDASAN PRINSIP MUAMALAH DAN QARD} A.Prinsip-Prinsip Muamalah ... 28

1. Muamalah Dilakukan Atas Dasar Kerelaan ... 28

2. Prinsip Manfaat Mad}arat ... 29

3. Prinsip Larangan Berbuat Z{alim ... 31

4. Prinsip Larangan Garar ... 32

(21)

xxi

D.Hukum Qard} ... 44

E. Rukun dan Syarat Qard} ... 45

F. Beberapa Permasalahan Dalam Qard}... 46

1. Kekuatan Hukum Transaksi Qard} ... 46

2. Syarat Tempo Qard} ... 47

3. Kredit Bank ... 47

4. Tambahan Pada Qard} ... 48

G.Resiko Dalam Akad Qard} ... 48

BAB III PELAKSANAAN UNIT USAHA PERKREDITAN BUMDES “TIRTA MANDIRI” DI DESA PONGGOK KABUPATEN KLATEN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

1. Sejarah Singkat Desa Ponggok ... 50

2. Kondisi Geografis ... 51

3. Kondisi Demografis ... 52

4. Kondisi Sosial Ekonomi ... 53

5. Kondisi Sosial Budaya ... 54

B.Gambaran Umum BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok ... 55

1. Organisasi ... 55

2. Tujuan Pembentukan ... 57

3. Struktur Organisasi ... 58

4. Visi Misi ... 60

C.Unit Usaha Perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” ... 61

D.Mekanisme Perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri” ... 63

E. Pelaksanaan Perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri” ... 65

(22)

xxii

A.Tinjauan Prinsip Muamalah Terhadap Pelaksanaan Perkreditan

BUMDES “Tirta Mandiri ... 72 B.Tinjauan Qard{ Terhadap Pelaksanaan Perkreditan BUMDES “Tirta

Mandiri ... 83

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 89 B.Saran ... 90

(23)

xxiii

(24)
(25)

xxv Lampiran 3 : Biodata Narasumber

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Pemerintah Desa Ponggok

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Karyawan BUMDES “Tirta Mandiri” Lampiran 6 : Pedoman Wawancara Peminjam Dana BUMDES “Tirta Mandiri” Lampiran 7 : Formulir Pengajuan Perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” Lampiran 8 : Foto-Foto Bersama Beberapa Narasumber

(26)

1

A.Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah merupakan sebuah kebutuhan dalam era globalisasi dan

reformasi. Awal pelaksanaan otonomi daerah bermula dari aspek kemandirian

dan terkesan diabaikan. Namun dengan seriusnya Pemerintah Pusat hingga

Kabupaten melaksanakan tugas otonomi daerah, kepentingan-kepentingan desa

mulai diperhatikan. Bukti bahwa pemerintah pusat mulai memberikan titik

berat pada prioritas pemantapan penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan desa tercermin dari semakin banyaknya perangkap peraturan

pelaksanaan.

Peraturan pelaksanaan dari Pemerintah Pusat tersebut meliputi Peraturan

Pemerintah (PP), Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) maupun

Keputusan Menteri dalam Negeri (Kepmendagri), yang mengatur tentang

Desa. Baik itu PP, Permendagri dan Kepmendagri yang dimaksud merupakan

peraturan pelaksanaan pengaturan mengenai Desa sesuai dengan yang

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Desa. Kemudian di perinci lagi dengan munculnya UU No. 6 Tahun 2014

tentang Desa.1

Adanya peraturan serta Undang-Undang yang dikeluarkan tersebut

menjadikan komitmen besar untuk mendorong perluasan kesejahteraan bagi

seluruh lapisan masyarakat. Untuk mensejahterakan rakyat Indonesia

1 Koentjaraningrat, Masyarakat Desa di Indonesia. (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2010), hlm. 55.

(27)

diperlukan pembangunan sampai ke desa-desa, sehingga diharapkan tidak ada

lagi desa yang akan tertinggal. Oleh karena itu, desa saat ini begitu disorot

apalagi dengan adanya aliran dana 1 Milyar lebih, yang dikucurkan dari

pemerintah ke desa.2 Desa harus memiliki kemampuan dalam mengelola

keuangan tersebut.

Pada umumnya pengelolaan dana yang baik itu dilaksanakan berdasarkan

asas kepentingan umum, fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi,

efektivitas, akuntabilitas, dan kepastian nilai ekonomi. Selain itu, Pengelolaan

dana yang dilakukan itu dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup

masyarakat desa serta meningkatkan pendapatan desa.3

Oleh karena itu, di sini salah satu desa yang dinilai dapat mengelola

dana dari pemerintah dengan baik adalah Desa Ponggok. Desa Ponggok

merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Polanharjo Kabupaten

Klaten. Desa tersebut adalah salah satu desa yang dalam pengelolaan dananya

tidak hanya digunakan untuk pembangunan saja. Namun digunakan juga untuk

pengembangan ekonomi masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa

(BUMDES).4

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dalam perundang-undangan diatur

oleh UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 87 sampai dengan pasal

90. Bahwa dalam Undang-Undang tersebut menjelaskan sebagai berikut:

2 Fabian Januarius Kuwado, “Pemerintah Keluarkan Progam Dana Kelurahan Mulai 2019”, dikutip dari https://nasional.kompas.com/ diakses 1 Desember 2018 pukul 20.00 WIB.

3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 77 ayat 1-2.

4 Sugeng Raharjo, Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan, Wawancara Pribadi, 2 November 2018, jam 10.30-11.00 WIB.

(28)

(1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa. (2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. (3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.5 (1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa. (2) Pendirian BUM Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.6 Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk a) Pengembangan usaha, dan b) Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.7 Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan: a) memberikan hibah dan/atau akses permodalan; b) melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan c) memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.8

Awal mula berdirinya Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa

Ponggok dikarenakan banyaknya permasalahan yang ada di desa tersebut dan

juga melimpahnya sumber daya alam. Kemudian Kepala Desa mulai

melakukan musyawarah dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD),

Pemerintah Desa dan kelompok warga guna membahas isu-isu strategis.

Adanya pembahasan isu-isu strategis tersebut maka terbentuklah Badan Usaha

Milik Desa (BUMDES) Desa Ponggok pada 15 Desember 2009. Kemudian

diberi nama Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) “Tirta Mandiri”9

Awal terbentuknya BUMDES, usaha yang dikelola hanya toko pakan

ikan dan pinjaman modal bagi masyarakat serta merintis kegiatan pariwisata di

Umbul Ponggok sebagai wahana rekreasi. Namun pada perkembangannya

terdapat banyak kendala yang dialami. Seperti terbatasnya Sumber Daya

5 Undang-Undang Nomor 6 …, Pasal 87 ayat 1-3. 6 Ibid., Pasal 88 ayat 1-2.

7 Ibid., Pasal 89 ayat a-b. 8 Ibid., Pasal 90 ayat a-c.

(29)

Manusia (SDM) dan sentimen negatif dari masyarakat yang pesimis bahwa

BUMDES bisa berkembang apalagi membawa perubahan untuk kesejahteraan

masyarakat.10

Akan tetapi, Kepala Desa pada saat itu tidak menyerah dan terus

berusaha guna kemajuan dari BUMDES “Tirta Mandiri”. Hingga pada akhirnya dalam jangka waktu satu tahun setelah berdirinya BUMDES yaitu

pada tahun 2010 sudah dapat menghasilkan laba kotor sebesar Rp

100.000.000,- (seratus juta rupiah). Kemudian, BUMDES “Tirta Mandiri”

mulai mengembangkan unit usaha menjadi beberapa macam diantaranya yaitu,

Umbul Ponggok, Kampung Ponggok Ciblon, Toko Desa, Perkreditan, Pusat

Study Desa, Kios dan Kolam, serta Tabungan Haji & Umroh.11

Keberadaan BUMDES di Desa Ponggok menjadi salah satu

pertimbangan untuk menyalurkan inisiatif masyarakat desa, mengembangkan

potensi desa, mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam desa,

mengoptimalkan sumber daya manusia (warga desa) dalam pengelolaannya,

dan adanya penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan

dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari Badan

Usaha Milik Desa.12

BUMDES yang ideal mampu menjadi poros kehidupan seluruh

masyarakat desa, karena ia berdiri atau ada untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat. Salah satunya yang menarik atau kerap menjadi perhatian

10 Sugeng Raharjo, Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan, Wawancara Pribadi … . 11 Ibid.

(30)

masyarakat adalah unit usaha yang ada dari BUMDES “Tirta Mandiri” di Desa

Ponggok ini yaitu perkreditan. Pengelolaan dari perkreditan ini dikelola dengan

cara meminjamkan dana bagi masyarakat Desa Ponggok yang mengajukan

pinjaman di BUMDES “Tirta Mandiri”.

Akan tetapi, perkreditan yang ada di BUMDES “Tirta Mandiri” ini hanya

ditujukan untuk karyawan dan juga masyarakat yang memiliki investasi modal

di BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok. Jadi tidak semua masyarakat Desa Ponggok dapat melakukan pinjaman. Selain itu, pengelolaan perkreditan

tersebut menggunakan bunga angsuran di setiap bulannya 1,5% flat.

Pembayaran di setiap angsurannya dengan cara dibayarkan ke kantor

BUMDES “Tirta Mandiri”.13

Adanya unit usaha perkreditan dari BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok tersebut sebenarnya cukup membantu masyarakat. Namun,

masyarakat seringkali merasa bingung bahkan belum paham mengenai

sistem perkreditan maupun investasi modal yang ada di BUMDES “Tirta

Mandiri” seperti apa dan bagaimana perbedaan dari perkreditan di Bank biasanya.14

Dalam aktivitas muamalah seperti di BUMDES “Tirta Mandiri”, Islam menyarankan agar berpedoman pada prinsip-prinsip dasar muamalah, dan

memperhatikan batasan-batasan tegas serta kejelasan obyek (barang) untuk

bermuamalah. Pedoman ini berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis sebagai

13

Rini, Bendahara BUMDES “Tirta Mandiri”, Wawancara Pribadi, 17 Desember 2018, jam 13.00 WIB.

14 Yuli Dwi Atmojo, Warga Desa Ponggok, Wawancara Pribadi, 28 Desember 2018, jam 14.24 WIB.

(31)

kerangka bangun ekonomi Islam yang memiliki nilai etik (ethics value) dan

nilai norma (norm value). Hal ini dikarenakan dalam pandangan Islam,

kegiatan ekonomi selalu dikaitkan dengan prinsip hidup yang bersumber pada

Al-Qur’an dan Hadis setiap individu muslim, baik dalam hal produksi,

distribusi, konsumsi maupun dalam kegiatan muamalah lainnya.15

Dalam bermuamalah, tentunya manusia mempunyai kepentingan

terhadap orang lain. Oleh karena itu, timbulah hubungan hak dan kewajiban.

Setiap manusia mempunyai hak yang wajib selalu diperhatikan oleh orang lain

dan dalam waktu sama juga memikul kewajiban yang harus ditunaikan

terhadap orang lain. Hubungan hak dan kewajiban itu diatur dengan

kaidah-kaidah hukum untuk menghindari bentrokan antara berbagai kepentingan.

Terlebih dalam kegiatan muamalah, prinsip tersebut haruslah mengandung

perlindungan terhadap pihak-pihak yang melakukan transaksi, terutama tentang

hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam transaksi.16

Oleh karena itu, perubahan masyarakat dalam berbagai aspeknya baik

ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain dihadapi oleh hukum Islam

dengan semestinya dan diarahkan secara sadar bukan dibiarkan begitu saja. Ini

adalah pengejawantahan dari fungsi hukum Islam sebagai pengendali

masyarakat (sosial control), perekayasa sosial (sosial engineering) dan

pensejahtera sosial (sosial welfare). Dalam hal ini hukum Islam telah

memberikan prinsip-prinsip penting mengenai pengembangan yang rasional

15

Muhammad Arif Fadhillah Lubis, “Prinsip Dasar Muamalah Keuangan Syariah”, Jurnal, 2017, hlm. 1.

16 Nurfaizal, “Prinsip-Prinsip Muamalah dan Implementasinya Dalam Hukum Perbankan Indonesia”, Jurnal, (Riau) Vol. XIII Nomor 1, 2013, hlm. 198.

(32)

dalam upaya adaptasi dengan lingkungan barunya. Melalui pola seperti ini

hukum Islam mampu menghindari terjadinya krisis hukum yang dilematis di

tengah publiknya sendiri. Dengan demikian, peranan hukum Islam khususnya

prinsip muamalah akan selalu efektif di tengah masyarakatnya, dimanapun dan

bagaimanapun modelnya.17

Dengan adanya hukum Islam tersebut khususnya dalam muamalah

diharapkan dapat meminimalisir adanya praktik-praktik seperti permasalahan

di atas. Meskipun tidak dapat langsung menghilangkan kebiasaan tersebut,

namun setidaknya dapat mengurangi praktik tersebut. Berdasarkan uraian

tersebut, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan

judul “Implementasi Perkreditan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) “Tirta Mandiri” Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus di Desa Ponggok Kabupaten Klaten).

17

(33)

B.Rumusan Masalah

Dengan adanya latar belakang di atas, maka masalah yang menjadi pokok

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan unit usaha perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” di Desa Ponggok Kabupaten Klaten?

2. Apakah pelaksanaan unit usaha perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” di

Desa Ponggok telah sesuai dengan Fiqh Muamalah?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai

penulis dalam sebuah penelitian. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan unit usaha perkreditan BUMDES “Tirta

Mandiri” di Desa Ponggok Kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” di

Desa Ponggok dalam perspektif Fiqh Muamalah.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu syariah pada umumnya. Khususnya

untuk jurusan muamalah, sehingga mampu memperkaya teori-teori

berkaitan dengan praktik perkreditan di BUMDES dalam meningkatkan

(34)

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk mendalami

praktik perkreditan di BUMDES dalam masyarakat.

b) Bagi IAIN Surakarta, yaitu penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya

hasil-hasil penelitian berkaitan dengan praktik perkreditan di BUMDES

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c) Bagi Peneliti Lain, yaitu hasil penelitian ini tentunya masih terdapat

kekurangannya. Oleh karena itu, terbuka lebar bagi peneliti lain untuk

melakukan kajian lanjutannya di masa mendatang.

d) Bagi Desa, yaitu penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk meninjau

pengelolaan dana desa melalui BUMDES yang sesuai dengan Hukum

Islam yang lebih baik lagi, serta menjalin silahturahmi yang baik antara

Mahasiswa, IAIN Surakarta dan Desa Ponggok.

E.Kerangka Teori

1. Qard}

a.Pengertian Qard}

Qard} secara etimologi merupakan bentuk masdar dari qarad}a

asy-syai’- yaqrid}uhu, yang berarti dia memutuskanya. Qard} adalah bentuk masdar yang berarti memutus. Dikatakan qarad}tu asy-syai’a bil-miqrad}, aku memutus sesuatu dengan gunting. Al-Qard} adalah sesuatu yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar.18

(35)

Adapun qard} secara terminologis adalah memberikan harta kepada orang yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya

dikemudian hari. Syafi’iyah berpendapat bahwa qard} dalam istilah syara’ diartikan dengan sesuatu yang diberikan kepada orang lain (yang pada suatu saat harus dikembalikan).”19

Jadi, qard} dapat diartikan sebagai suatu transaksi antara dua pihak yang saling terikat, dimana keterikatan tersebut merupakan akibat dari

perbuatan memberikan sesuatu pinjaman kepada pihak lain yang suatu

saat harus dikembalikan sama seperti saat meminjamnya.

b.Landasan Hukum Al-Qard}

Dasar disyari’atkannya qard} (hutang piutang) adalah Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 245.

































Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.20

Sisi pendalilan dari ayat diatas adalah bahwa Allah swt

menyerupakan amal salih dan memberi infaq fi sabilillah dengan harta

yang dipinjamkan. Dan menyerupakan pembalasannya yang berlipat

19 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2017), hlm. 273.

20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 358.

(36)

ganda dengan pembayaran hutang. Amal kebaikan disebut pinjaman

(hutang) karena orang yang berbuat baik melakukannya untuk

mendapatkan gantinya sehingga menyerupai orang yang

menghutangkan sesuatu agar mendapat gantinya.21

c.Hukum Al-Qard}

Hukum qard} (hutang piutang) mengikuti hukum taklifi: terkadang boleh, terkadang makruh, terkadang wajib, dan terkadang haram.

Semua itu sesuai dengan cara mempraktikannya karena hukum wasilah

itu mengikuti hukum tujuan.

Jika orang yang berhutang adalah orang yang mempunyai

kebutuhan sangat mendesak, sedangkan orang yang dihutangi orang

kaya, maka orang yang kaya itu wajib memberinya hutang. Jika

pemberi hutang mengetahui bahwa penghutang akan menggunakan

uangnya untuk berbuat maksiat atau perbuatan yang makruh, maka

hukum memberi hutang juga haram atau makruh sesuai dengan

kondisinya.22

Jika seorang yang berhutang bukan karena adanya kebutuhan yang

mendesak, tetapi untuk menambah modal perdagangannya karena

berambisi mendapat keuntungan yang besar, maka hukum memberi

hutang kepadanya adalah mubah.

21 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm. 274. 22 Ibid., hlm. 280.

(37)

Seseorang boleh berhutang jika dirinya yakin dapat membayar,

seperti jika ia mempunyai harta yang dapat diharapkan dan mempunyai

niat menggunakannya untuk membayar hutangnya. Jika hal ini tidak

ada pada diri penghutang. Maka ia tidak boleh berhutang. Seseorang

wajib berhutang jika dalam kondisi terpaksa dalam rangka

menghindarkan diri dari bahaya, seperti untuk membeli makanan agar

dirinya tertolong dari kelaparan.23

d.Rukun dan Syarat Al-Qard}

Rukun qard} (hutang piutang) ada tiga, yaitu s}i<gat, a>qidain (dua pihak yang melakukan transaksi), dan harta yang dihutangkan.

Penjelasan rukun-rukun tersebut beserta syarat-syaratnya adalah sebagai

berikut.24

1) S{i<gat

Yang dimaksud s}i<gat adalah ijab dan qabul. Tidak ada perbedaan dikalangan fuqaha’ bahwa ijab itu sah dengan lafal hutang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan maknanya,

seperti kata, “aku memberimu hutang” atau “aku menghutangimu”.

Demikian pula qabul sah dengan semua lafal yang menunjukkan

kerelaan , seperti “aku berhutang” atau “aku menerima” atau “aku

rida” dan lain sebagainya.25

23 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm. 280.

24 Masjupri, Fiqh Muamalah 2, (Surakarta: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Surakarta, 2016). hlm. 89.

(38)

2) ‘A<<qidain

Yang dimaksud dengan ‘a>qidain (dua pihak yang melakukan transaksi) adalah pemberi hutang dan penghutang. Keduanya

mempunyai beberapa syarat berikut.26

a) Syarat-syarat bagi pemberi hutang

Fuqaha’ sepakat bahwa syarat bagi pemberi hutang adalah termasuk ahli tabarru’ (orang yang boleh memberikan derma), yakni merdeka, baligh, berakal sehat, dan pandai (dapat

membedakan yang baik dan yang buruk). Mereka

berargumentasi bahwa hutang piutang adalah transaksi irfaq

(memberi manfaat). Oleh karenanya tidak sah kecuali dilakukan

oleh orang yang sah amal kebaikannya, seperti s}adaqah.27

Syafi’iyyah berargumentasi bahwa al-qard} (hutang piutang) mengandung tabarru’ (pemberian derma), bukan merupakan

transaksi irfaq (memberi manfaat) dan tabarru’. b) Syarat bagi penghutang

Syafi’iyah mensyaratkan penghutang termasuk kategori orang yang mempunyai ahliyah al-mua>malah (kelayakan melakukan transaksi) bukan ahliyah at-tabarru’ (kelayakan member derma). Adapun kalangan ahnaf mensyaratkan

penghutangkan mempunyai ahliyah at-tas}arrufat (kelayakan

26 Masjupri, Fiqh Muamalah 2 …, hlm. 92. 27 Ibid., hlm. 93.

(39)

memberikan harta) secara lisan, yakni merdeka, baligh, dan

berakal sehat.28

Hanabilah mensyaratkan penghutang mampu menanggung

karena hutang tidak ada kecuali dalam tanggungan. Misalnya,

tidak sah member hutang kepada masjid, sekolah, atau ribath

(berjaga diperbatasan dengan musuh) karena semua ini tidak

mempunyai potensi menanggung.

3) Harta yang dihutangkan

Syarat ketiga ini mencakup dua hal, yaitu a) diketahui kadarnya

dan b) diketahui sifatnya. Demikian ini agar mudah membayarnya.

Jika hutang piutang tidak mempunyai syarat ketiga ini, maka tidak

sah.

2. Prinsip-Prinsip Muamalah

Prinsip juga disamakan dengan asas, fundamental, pangkal, dasar,

dan pondasi. Sehingga prinsip dasar muamalah keuangan syariah

(maliyah) bisa juga diartikan asas yang dijadikan pokok dasar berpikir

terkait pondasi muamalah keuangan syariah.29 Selanjutnya, berikut ini

merupakan prinsip-prinsip dasar dalam aktivitas ekonomi

Islam/muamalah termasuk keuangan syariah yang disari dari beberapa

pandangan pakar ekonomi Islam seperti M. Umer Chapra, Muhammad

Ayub, Ibrahim Warde, Syed Nawab Haider Naqvi dan lainnya. Berikut

28 Masjupri, Fiqh Muamalah 2 …, hlm. 93.

29 K. H. Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm.15-16.

(40)

adalah prinsip dasar muamalah keuangan syariah (maliyah) yang

dimaksudkan:

a. Prinsip Tauhid/Keimanan/Kesatuan

Tauhid merupakan bagian fundamental atau dasar dalam Islam,

dan sistem nilai Islam didasarkan pada keyakinan ini. Dengan

konsep tauhid maka seyogyanya umat Islam dalam melakukan

aktivitas ekonomi memperhatikan hal-hal berikut ini: 30

Pertama, seluruh aktivitas ekonomi tidak terlepas dari nilai-nilai

ketuhanan. Kedua, seluruh aktivitas ekonomi tidak terlepas dari nilai-

nilai kemanusiaan. Ketiga, melakukan pertimbangan atas

kemaslahatan pribadi dan kemaslahatan masyarakat. Terakhir, dalam

kaitannya dengan keuangan Islam, maka prinsip tauhid ini menuntut

dan menuntun pelaku bisnis dan keuangan syariah dalam beraktivitas

ekonomi selalu mengaitkan dengan kebenaran yang bersumber dari

Allah SWT.31

b. Pengharaman Riba

Menurut terminologi, riba dirumuskan oleh ilmu fikih sebagai

tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak dari dua pihak

yang terlibat tanpa ada imbalan tertentu. Selanjutnya, konsep riba

tidak terbatas pada bunga. Setidaknya terdapat dua bentuk riba dalam

hukum Islam. Pertama, riba al-qarud yang berhubungan dengan

30 Muhammad Arif Fadhillah Lubis, “Prinsip Dasar …, hlm. 2. 31 Ibid., hlm 3-4.

(41)

tambahan atas pinjaman. Kedua, riba al-buyu‘ yang berhubungan dengan tambahan atas jual beli. Riba al-buyu‘ terdiri dari dua bentuk yaitu riba al-fad}l dan riba an-nasi’ah.32

Terkait pengharaman riba, maka tidak bisa disangkal bahwa

semua bentuk riba dilarang mutlak dalam Al-Qur’an. Beberapa ayat

dalam Al-Qur’an secara tegas mengharamkan riba. Walaupun

beberapa diantaranya yang diturunkan di Mekkah hanya

mengindikasikan ketidaksenangan terhadap riba. Fuad Zein

menelusuri karakteristik riba dalam Al-Qur’an. Dengan kajiannya

tersimpulkan bahwa jika kembali kepada pangkal persoalan larangan

riba, maka “tambahan” tidak mempunyai makna apa-apa.

Sebaliknya, ketidakadilan adalah hal yang pertentangan dengan

tujuan penetapan prinsip ekonomi Islam. Karenanya menurut Zein,

bahwa illat larangan riba seharusnya “zulm/kesengsaraan” bukan “tambahan”.33

Di Indonesia, pengharaman riba telah ditetapkan ditetapkan

melalui Fatwa MUI pada bulan Januari 2004. Berdasarkan Fatwa

MUI No. 1 Tahun 2004, dinyatakan bahwa riba adalah tambahan

(ziya>dah) tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya, dan inilah yang disebut

riba nasi’ah.34

32

Muhammad Arif Fadhillah Lubis, “Prinsip Dasar…, hlm. 5. 33

Ibid., hlm. 6-7. 34

(42)

Para ulama telah berketetapan bahwa riba bukanlah sebuah

perintah agama, melainkan juga merupakan bagian integral dari

ekonomi Islam yang mencakup etos, tujuan, dan nilai-nilai di

dalamnya. Dan dalam kaitannya dengan sistem keuangan syariah,

jelaslah bahwa dalam sistem keuangan ini sedikitpun tidak

membenarkan apalagi menganjurkan riba. Tegasnya, hakikat

pelarangan riba dalam Islam merupakan suatu penolakan resiko

finansial tambahan yang ditetapkan dalam transaksi uang maupun

jual beli yang dibebankan pada satu pihak saja, sedangkan pihak lain

dijamin keuntungannya. Inilah kezaliman (z}ulm) yang terdapat pada riba yang oleh Islam tegas dilarang.35

c. Pelarangan Garar dan Maysir

Garar diartikan oleh ulama fikih sebagai ketidaktahuan akan akibat suatu perkara (transaksi), atau ketidakjelasan antara baik

dengan buruk. Sedangkan maysir, maka dalam bahasa Arab maysir identik dengan kata qimar. Maysir mengacu pada perolehan kekayaan

secara mudah atau perolehan harta berdasarkan peluang, entah

dengan mengambil hak orang lain, atau tidak.36

d. Jujur dan Amanah

Kejujuran merupakan bekal utama untuk meraih keberkahan.

Kejujuran tidak akan melekat pada diri seseorang yang tidak

35 Muhammad Arif Fadhillah Lubis, “Prinsip Dasar…, hlm. 7. 36 Ibid.

(43)

memiliki nilai keimanan yang kuat. Salah satu hal yang bisa

menafikan semangat kejujuran dan amanah yaitu penipuan. Dalam

dunia bisnis, bentuk penipuan ini bisa diwujudkan dengan melakukan

manipulasi harga, memasang harga tidak sesuai dengan kriteria

sebenarnya, bahkan menyembunyikan cacat yang bisa mengurang

nilai obyek transaksi.37

F. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap

peneliti-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran peneliti terdahulu,

diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti,

di antaranya yaitu:

Pertama, yaitu Skripsi yang diteliti oleh Nurul Azizah, Mahasiswi

Fakultas Syariah Progam Studi S1 Hukum Ekonomi Syariah di Institut Agama

Islam Negeri Purwokerto pada Tahun 2018, dengan judul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Akad Hutang Piutang Dengan Sistem Tanggung Renteng Di

Badan Usaha Milik Desa Bersama Dananjaya Desa Bantarbarang Kec.

Rembang Kab. Purbalingga”. Hasil penelitiannya yaitu mengenai kegiatan

simpan pinjam perempuan dan usaha ekonomi produktif. Dimana sistem dari

menghutangkan dana pemberdayaan masyarakat menggunakan sistem

tanggung renteng. Tanggung renteng merupakan tanggung jawab para

peminjam baik bersama-sama, perseorangan maupun khusus salah seorang dari

mereka menanggung pembayaran seluruh hutang. Kemudian sistem hutang

(44)

piutang dengan tanggung renteng tersebut dianalisis dengan tinjauan hukum

islam yaitu akad qard}dan akad pertanggungan (d}aman).38

Kedua, yaitu Skripsi yang diteliti oleh Mirza Iskandar Putra, Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2017 jurusan Hukum

Ekonomi Syariah, yang berjudul “Pengelolaan Dana Desa Untuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Hukum Ekonomi

Syariah (Studi Kasus Di Desa Sindon Kecamatan Ngemplak Kabupaten

Boyolali)”. Dalam hasil penelitiannya tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan

dana desa di Desa Sindon tersebut tidak hanya ditujukan untuk infrastruktur

desa. Akan tetapi, sebagian kecil digunakan untuk pengembangan sosial

ekonomi masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Dimana

BUMDES tersebut menggunakan sistem simpan pinjam. Dalam penelitian ini

juga dijelaskan mengenai pengembangan usaha yang dilakukan melalui simpan

pinjam ini dinilai dapat mengentaskan kemiskinan.39

Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Alifiyatul Mawahda Agustina

Mahasiswi Fakultas Syariah Jurusan Hukum Bisnis Syariah di Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang pada Tahun 2016. Skripsinya

berjudul “Pengelolaan Hasil Jasa Pinjaman Di Unit Pengelola Kegiatan Amanah Mandiri Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Tinjauan Maqashid

38 Nurul Azizah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Hutang Piutang Dengan Sistem Tanggung Renteng Di Badan Usaha Milik Desa Bersama Dananjaya Desa Bantarbarang Kec. Rembang Kab. Purbalingga”, Skripsi, tidak diterbitkan, Progam Sarjana IAIN Purwokerto, Purwokerto, 2018, hlm. 22-25.

39

Mirza Iskandar Putra, “Pengelolaan Dana Desa Untuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah (Studi Kasus Di Desa Sindon Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)”, Skripsi, tidak diterbitkan, Progam Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2017, hlm. 12-15.

(45)

Syariah”. Dalam penelitiannya, penulis menjelaskan mengenai lembaga yang

dikelola oleh Pemerintah Desa guna mengatasi dan membantu dalam bidang

ekonomi dan mengembangkan kesejahteraan masyarakat. Lembaga ini berupa

pemberian permodalan untuk kelompok simpan pinjam perempuan yang

memiliki kegiatan usaha ekonomi dalam bentuk hutang piutang. Kemudian,

sistem simpan pinjam tersebut dikaitkan dengan teori maqashid syariah.40

Keempat, Skripsi dari Alif Nanda Lusi Mahasiswa Institut Agama Islam

Negeri Surakarta Progam Studi Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul

“Analisis Prinsip Muamalah Dalam Transaksi Jual Beli Pakaian Bekas Secara Borongan Di Pasar Notoharjo Semanggi Surakarta” pada Tahun 2018. Dalam

penelitiannya, dijelaskan mengenai jual beli dengan sistem borongan yang

dilakukan di Pasar Notoharjo Semanggi Solo. Jual beli tersebut dilakukan

dengan obyek barangnya adalah pakaian bekas. Dari jual beli tersebut

dikaitkan dengan prinsip muamalah.41

Kelima, Jurnal Penelitian dari Bambang Mahasiswa UIN Alaudin pada

tahun 2017 yang berjudul “Implementasi Badan Usaha Milik Desa Berbasis Ekonomi Islam: Suatu Kajian Implementer”. Dalam penelitiannya menjelaskan mengenai konsep ekonomi Islam pada bisnis yang dilakukan oleh Badan Usaha

Milik Desa dikarenakan pada saat ini banyak perkembangan bisnis itu hanya

berkembang dikegiatan keuangannya secara capital sedangkan untuk riilnya

40 Alifiyatul Mawahda Agustina, “Pengelolaan Hasil Jasa Pinjaman Di Unit Pengelola Kegiatan Amanah Mandiri Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Tinjauan Maqashid Syariah”, Skripsi, tidak diterbitkan, Progam Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2016, hlm. 57-60.

41 Alif Nanda Lusi, “Analisis Prinsip Muamalah Dalam Transaksi Jual Beli Pakaian Bekas Secara Borongan Di Pasar Notoharjo Semanggi Surakarta”, Skripsi, tidak diterbitkan, Progam Sarjana IAIN Surakarta, Surakarta, 2018, hlm. 6-15.

(46)

masih belum. Selain itu, kajian ini berusaha menganalisis unsur-unsur SWOT

pada konsep BUMDES, dan berusaha mempraktikkan teori Hukum Islam ke

dalam unit usaha BUMDES yang biasanya dilakukan secara konvensional.42

Dari kelima penelitian di atas terdapat kesamaan pembahasan penelitian

yaitu sama-sama mengkaji masalah penerapan adanya Badan Usaha Milik

Desa dan pemberdayaan masyarakatnya melalui simpan pinjamnya sedangkan

perbedaan dari penelitian diatas adalah pada lokasi penelitian atau studi

kasusnya. Selain itu perbedaannya dalam penelitian Nurul Azizah (2018)

menjelaskan mengenai sistem hutang piutang dengan sistem tanggung renteng

dan ditinjau dengan teori akad pertanggungan dalam Islam. Dalam Skripsi

Mirza Iskandar Putra (2017) lebih menjelaskan mengenai pengentasan

kemiskinan masyarakat melalui BUMDES yang dikaitkan dengan sistem

ekonomi islamnya secara umum.

Dalam penelitian Alifiyatul Mawahda Agustina (2016) membahas

mengenai lembaga yang dikelola Pemerintah Desa tetapi bukan BUMDES.

Selain itu lembaga tersebut mengelola keuangannya melalui simpan pinjam

yang dikaitkan dengan tinjauan maqashid syariah. Perbedaan selanjutnya

dalam skripsi Alif Nanda Lusi (2018) sama-sama membahas mengenai prinsip

muamalah. Namun dalam penelitian tersebut dikaitkan dengan jual beli pakaian

bekas sistem borongan di Pasar Notoharjo Semanggi Solo. Kemudian

perbedaan yang terakhir pada penelitian Bambang menjelaskan mengenai

adanya BUMDES ditinjau dari Ekonomi Islam bisnis yang berkaitan dengan

42 Bambang, “Implementasi Badan Usaha Milik Desa Berbasis Ekonomi Islam: Suatu Kajian Implementer”, Jurnal Iqtisaduna, (UIN Alaudin), hlm. 1-3.

(47)

Peraturan Menteri tentang desa, serta dalam penelitian ini peneliti lebih

terfokus pada pengembangan ekonomi secara riilnya yang dipraktikkan secara

syariah jadi tidak hanya sektor keungannya saja.

Kemudian, untuk penelitian yang penulis lakukan ini bertujuan

menjelaskan implementasi perkreditan dari BUMDES “Tirta Mandiri”. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan kepada pengelolaan dana

BUMDES melalui perkreditan yang dikelola oleh Desa Ponggok terhadap

pemberdayaan ekonomi masyarakatnya lalu dikaitkan dengan akad qard}.

G.METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan (Field

Research) yaitu penelitian yang bersifat deskriptif analitis dan cenderung

menggunakan analisis dengan pendekatan sosiologis normatif.43 Dalam

penelitian kualitatif, landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar

fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu, landasan teori

juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar belakang

penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Fokus dari

penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan

dengan pengelolaan perkreditan dalam hal kesejahteraan masyarakat Desa

Ponggok.44

43 Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2014) hlm. 14.

44 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 4.

(48)

2. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan oleh penulis dalam penelitian ini terbagi

menjadi dua kategori, yaitu :

a) Sumber data primer

Yaitu hasil temuan data di lapangan melalui wawancara dengan

Pengurus BUMDES “Tirta Mandiri”, pihak yang melakukan perkreditan (karyawan dan Pemilik investasi di BUMDES “Tirta Mandiri”), dan Pemerintah Desa.

b) Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai pendukung dari

masalah dalam penelitian ini. Data ini pada umumnya identik dengan

data untuk membangun landasan teori.45 Berdasarkan pengertian tersebut,

maka sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi data tertulis,

berupa buku, jurnal ilmiah, penelitian ilmiah, sekaligus data-data yang

berkaitan dengan penelitian ini guna menjadi referensi maupun sumber

pelengkap penelitian.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian mengenai perkreditan Badan Usaha Milik

Desa yang beralamat di Jalan Raya Ponggok, Desa Ponggok, Kecamatan

Polanharjo, Kabupaten Klaten. Tepatnya dari Kota Klaten +15Km berada di

sebelah Utara Kota Klaten, 10Km dari sebelah barat Jalan Raya

(49)

Solo. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari tanggal 10

November 2018 sampai dengan 27 Februari 2019.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang

diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk

dijawab pada lain waktu.46

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan

teknik semi terstruktur kepada pihak-pihak terkait yaitu Bendahara,

Sekretaris, Admin BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok, Kaur

Pelayanan Masyarakat Desa Ponggok, Kaur keuangan desa, dan dua

orang pihak yang melakukan perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri”.

b. Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan

sebagainya, yang berhubungan dan mempunyai relevansi dengan

masalah-masalah yang diteliti.47 Dalam penelitian ini penulis

menggunakan dokumentasi berupa rekaman wawancara, Data Monografi

Desa Ponggok 2018, buku RPJMDES Desa Ponggok dan Buku Panduan

BUMDES Desa Ponggok.

46 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 138.

47

(50)

5. Teknik Analisis Data

Data-data dalam penelitian ini berupa data kualitatif, yakni data yang

tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung. Untuk

memperoleh kesimpulan yang valid. Maka dari itu, data kualitatif yang telah

terkumpul tersebut dianalisa sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.48

Adapun dalam penganalisaan data ini, penulis menggunakan sistem

analisa data Miles dan Huberman, yaitu cara berfikir yang didasari oleh

penelitian lapangan. Peneliti akan menggambarkan tentang pelaksanaan

pengelolaan perkreditan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat,

apakah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah dan teori qard} atau belum.

H.Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran komprehensif berkenaan dengan penelitian

ini, maka sistematika pembahasannya disusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian,

sistematika penulisan.

Bab II Konsep Prinsip Muamalah dan Qard}

Berisi uraian tentang teori umum yang relevan dengan permasalahan

penelitian yaitu teori mengenai qard} dan juga prinsip-prinsip muamalah.

48 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 87

(51)

teori tersebut diambil dari beberapa buku serta dijelaskan dari pengertian,

rukun dan syarat, dasar hukum, selain itu dijelaskan mengenai perbedaan

pendapat dalam teori tersebut.

Bab III Pelaksanaan Unit Usaha Perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” Di Desa Ponggok

Berisi uraian tentang gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan

data-data yang relevan dengan penelitian yang akan dianalisis. Data-data yang

relevan tersebut maksudnya adalah gambaran umum Desa Ponggok, gambaran

umum BUMDES “Tirta Mandiri”, mekanisme, unit usaha perkreditan dan pelaksanaan perkreditan di BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok. Kemudian, menjelaskan mengenai kendala-kendala yang dialami oleh pihak

BUMDES dalam pengelolaannya.

Bab IV Analisis Pelaksanaan Prinsip Muamalah dan Qard} Dalam Unit Usaha Perkreditan BUMDES “Tirta Mandiri” Di Desa Ponggok Kabupaten Klaten

Berisi uraian tentang analisis data dari pelaksanaan perkreditan di

BUMDES “Tirta Mandiri” Desa Ponggok yang dihubungkan dengan teori-teori

qard} dan prinsip muamalah.

Bab V Penutup

Berisi mengenai uraian yang terdiri dari kesimpulan seluruh pembahasan

penelitian dan saran. Pada akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka dan

(52)

28

A.Prinsip-Prinsip Muamalah

1. MuamalahDilakukan Atas Dasar Kerelaan

Berbagai penjelasan tentang muamalah dimaksudkan agar dalam

aktivitas muamalah sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah. Adapun

prinsip-prinsip muamalah dalam Islam salah satu di antaranya yaitu

prinsip suka sama suka (‘an-tara>d}in). Prinsip ini menunjukkan bahwa segala bentuk aktivitas perdagangan dan muamalah tidak boleh dilakukan

dengan paksaan, penipuan, kecurangan, intimidasi, dan paktik-praktik lain

yang dapat menghilangkan kebebasan, kebenaran, dan kejujuran dalam

transaksi ekonomi.

Selaras dengan pendapat Wahbah al-Zuhaily dalam kitabnya al-

Fiqh al-Islami wa Adillatuhu yang dikutip oleh Idris dari bukunya yang

berjudul Hadis Ekonomi, menyatakan bahwa prinsip dasar yang telah

ditetapkan Islam mengenai perdagangan adalah ‘an-tara>d}in (suka sama suka) hal itu sebagaimana dengan firman Allah Al-Qur‟an surah An-Nisa‟

ayat 29:1

(53)













































“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang ba>t}il, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”. 2

Dari ayat tersebut dapat diartikan bahwa segala macam transaksi

bisnis yang menguntungkan pada dasarnya diperbolehkan dengan syarat

saling rela pihak peminjam dan pemberi pinjaman. Saling rela (suka sama

suka) merupakan prinsip dasar dalam melaksanakan transaksi muamalah,

baik peminjam, pemberi pinjaman, barang, maupun harga. Dalam arti,

peminjam dan pemberi pinjaman harus sehat akal dan baligh.3

Jadi jelas bahwa dalam pelaksanaan perkreditan tidak boleh ada

unsur keterpaksaan atau di sisi lain salah satu merasa dirugikan, maka

diantara kedua belah pihak harus sama-sama merasa untung dan didasari

atas kerelaan atau suka sama suka.

2. Prinsip Manfaat Mad}arat

Secara tidak langsung agama Islam memperingatkan bahwa suatu

bentuk muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan

manfaat dan menghindari mad}arat dalam hidup masyarakat, dengan

2 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 153.

(54)

akibat bahwa segala bentuk muamalah yang merusak kehidupan

masyarakat tidak dibenarkan. Misalnya, berdagang narkotika, ganja

dan perjudian.4

Menurut K.H Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya “Asas-asas

Hukum Muamalat” dijelaskan bahwa dalam Hukum muamalat Islam

mempunyai prinsip yang dapat dirumuskan sebagai berikut:5

1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan oleh Al-Qur„an dan sunah Rasul.

2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung

unsur- unsur paksaan.

3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan

manfaat dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat.

4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan,

menghindari unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan

kesempatan dalam kesempitan.

Selain prinsip yang disebutkan di atas, agama Islam juga

menganjurkan agar dalam bermuamalah memperhatikan prinsip

malaah. Malaah adalah sesuatu yang ditunjukan oleh dalil hukum tertentu yang membenarkan atau membatalkannya atas segala tindakan

manusia dalam rangka mencapai tujuan syara‟, yaitu memelihara agama,

jiwa, akal, harta benda, dan keturunan. Prinsip malaah. merupakan

4 Idris, Hadis Ekonomi …, hlm. 180.

5 K. H. Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 15-16.

Referensi

Dokumen terkait

Telah didapatkan Persamaan Diferensial Biasa dari transformasi Laplace akan tetapi untuk penyelesaian analitik tidak didapatkan sehingga Persamaan Diferensial Biasa dari

Terlihat pula bahwa dari hasil plot Grafik Adomian call option sama persis dengan grafik dari Difusi, sehingga dapat disimpulkan bahwa Adomian decomposition method merupakan

(1) Apabila kendaraan bermotomja musnah, tidak dipergunakan, mengalami perubahan sedemikian rupa atau untuk menggerakkan motornja dipakai bahan pembakar jang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Sistem Informasi Georafis Berbasis Web Untuk Pemetaan Tempat Kost Di Sekitar Perguruan Tinggi Di Kabupaten Jepara

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan ternak Domba/Kambing dengan kualitas ternak yang sehat, terawat serta persentase karkas yang optimal, maka kami

Sedangkan untuk besar nilai efisiensi saluran distribusi jaringan tegangan rendah yang memiliki nilai efisiensi rata-rata terbesar pada saat kapasitas sistem

Dilakukan intervensi, identifikasikan bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain – lain),

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi