• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI PERSEDIAAN DAN ASET BIOLOGIS (PSAK 14) DOSEN PEMBIMBING : DR.H.YUSKAR,SE,MA,Ak OLEH : KELOMPOK 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI PERSEDIAAN DAN ASET BIOLOGIS (PSAK 14) DOSEN PEMBIMBING : DR.H.YUSKAR,SE,MA,Ak OLEH : KELOMPOK 6"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI

PERSEDIAAN DAN ASET BIOLOGIS (PSAK 14)

DOSEN PEMBIMBING : DR.H.YUSKAR,SE,MA,Ak

OLEH : KELOMPOK 6

1. YUNITA SYAFRI YENTI 1210532068 2. ANISA AMELIA 1210532069 3. ALMIRA MUTHIA ISLAMI 1210532075

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

Segala puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “PERSEDIAAN DAN ASET BIOLOGIS (PSAK 14)” dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah Seminar Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Universitas Andalas.

Dan tak lupa pula penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak DR.H.Yuskar ,SE, MA, Ak yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan makalah dan dalam perkuliahan ini.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan sumbangan ilmu dan menambah pengetahuan pembaca dan dalam pembuatan makalah ini, pasti akan banyak didapati kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan tanggapan dari pembaca.

Padang, Februari 2016

Penulis

(3)

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI……….……..………...ii PENDAHULUAN...4 LATAR BELAKANG...4 RUMUSAN MASALAH...7 TUJUAN...7 PEMBAHASAN...8 DEFINISI PERSEDIAAN...8 PENGUKURAN PERSEDIAAN...8 Biaya Persediaan...9 Rumus Biaya...11

Nilai Realisasi Neto...12

PENGAKUAN SEBAGAI BEBAN...13

PENGUNGKAPAN...13

KESIMPULAN...17

(4)

LATAR BELAKANG

Standar Akuntansi di Indonesia yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK merupakan pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntansi Indonesia atau IAI. PSAK juga menjadi buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.

Salah satu isi dari PSAK tersebut yaitu mengenai persediaan yang diatur dalam PSAK 14 dimana mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk persediaan, apa metode-metode yang digunakan dalam menghitung biaya persediaan dan bagaimana pengungkapannya pada pencatatan dan laporan keuangan.

Persediaan merupakan unsur yang penting dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang karena persediaan diperoleh,diproduksi dan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu,perusahaan sering mengalami kesulitan dalam pencatatan dan penilaian persediaan.

Di dalam perusahaan juga sering mengalami kendala yang besar dalam persediaan,yaitu jika jumlah persediaan sedikit maka proses produksi yang dijalankan perusahaan akan terhambat,hal ini jelas akan sangat mempengaruhi pada laporan laba rugi peusahaan dan laporan posisi keuangan perusahaan. Selain dari hal tersebut masalah persediaan yang lain adalah perusahaan sering kali mengalami penumpukan barang persediaan di gudang sehingga mengakibatkan biaya persediaan yang tinggi dan akan menimbulkan kerugian pada perusahaan itu sendiri.

Kendala-kendala yang timbul akibat persediaan ini mengakibatkan masalah bagi perusahaan dalam mengelolanya,oleh karena itu perusahaan perlu mengambil suatu kebijakan yang mengatur hal tersebut.Perusahaan dapat memilih salah satu metode pencatatan dan metode penilaian persediaan yang sesuai dengan standar dan PSAK 14

(5)

telah menyediakan metode pencatatan dan penilaian persediaan yang dapat digunakan perusahaan dalam melakukan penilaian persediaan.

Aset biologis merupakan salah satu persediaan. Aset biologis adalah aset yang unik, karena mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan sebuah output. Transformasi yang terjadi pada aset biologis terdiri dari proses pertumbuhan, produksi dan prokreasi yang dapat menyebabkan berbagai perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan aset yang berupa tumbuhan atau hewan tersebut. Aset biologis dapat menghasilkan aset baru yang terwujud dalam agricultural produce atau berupa tambahan aset biologis dalam kelas yang sama. Adanya transformasi biologis pada aset biologis, maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kesepakatan dan kontribusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan yang ekonomis bagi perusahaan.

Pengukuran, pengakuan, dan penyajian terhadap aset biologis harus menggunakan metode akuntansi yang tepat agar entitas bisa menentukan nilai dari semua kelompok aset biologisnya dengan wajar. Kewajaran penilaian aset biologis ini juga harus disesuaikan dengan kontribusi dari aset tersebut pada keuntungan entitas. Ini dilakukan untuk memenuhi prinsip kesesuaian antara pendapatan dan beban (matching) dalam penyusunan laporan keuangan entitas.

Perlakuan akuntansi mengenai aset biologis pada perusahaan agrikultur telah diatur dalam IAS 41 sesuai penyampaian dari Komite Standard Akuntansi Internasional atau International Accounting Standard Committee (IASC). IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi, penyajian laporan keuangan, dan pengungkapan terkait dengan kegiatan pertanian yang tidak tercakup dalam standar lainnya. Kegiatan pertanian adalah manajemen oleh entitas transformasi biologis hewan atau tanaman (aset biologis) hidup untuk dijual, menjadi hasil pertanian, atau ke aset biologis tambahan. Selain itu, IAS 41 mengatur, antara lain, perlakuan akuntansi untuk aset biologis selama periode pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi, serta untuk pengukuran awal hasil pertanian pada titik panen.

(6)

Perbedaan PSAK 14 (Revisi 2008) PSAK 14 (1994) 1. Adopsi IAS 2 PSAK 14 (2008): Persediaan

mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 2 (2003):

Inventories, kecuali untuk beberapa paragraf.

PSAK 14(1994) tidak mengadopsi IAS 2.

2. Ruang Lingkup PSAK 14 (2008) tidak diterapkan untuk pialang-pedagang komoditi yang mengukur

persediaannya pada nilai wajar.

sedangkan PSAK 14 (1994) tidak mengatur hal tersebut.

3. Biaya Perolehan

Dalam PSAK 14 (revisi 2008) tidak diatur demikian

Dalam PSAK 14 (1994) selisih valuta

asing yang terkait pembelian persediaan dapat diakui

sebagai biaya perolehan persediaan.

4. Pembayaran Tangguh

Biaya perolehan persediaan secara tangguh diatur dalam PSAK 14 (2008) yang

dapat menimbulkan beban bunga.

sedangkan PSAK 14

(1994) tidak mengatur hal tersebut.

5. Rumus Biaya Rumus biaya yang digunakan dalam PSAK 14 (2008) adalah FIFO dan rata-rata tertimbang,

sedangkan PSAK 14 (1994) adalah FIFO, LIFO, dan

rata-rata tertimbang.

PSAK 14 ini telah direvisi dari PSAK 14 tahun 1994 dan direvisi pada tahun 2008, dan mengalami penyesuaian pada tahun 2014. PSAK 14: Persediaan mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 2 Inventories per efektif 1 januari 2014 kecuali:

(7)

1. IAS 2 paragraf 29(c ) tentang pengecualian untuk asset biolojik tidak diadopsi karena IAS 41 Agriculture belum diadopsi

2. IAS 2 paragraf 20 tentang biaya hasil panen agrikultur dari asset biolojik tidak diadopsi karena IAS 41 Agriculture belum diadopsi

3. IAS 2 paragraf 40 tentang tanggal efektif

4. IAS 2 parafraf 40A – 40B tentang tanggal efektif tidak diadopsi karena tidak relevan

5. IAS 2 paragraf 40C tentang tanggal efektif tidak diadopsi karena tidak relevan. Adopsi IAS 2 menjadi PSAK 14 telah mengakomodir amandemen tersebut. 6. IAS paragraph 42 tidak diadopsi karena tidak relevan

7. PSAK 14 paragraf 40a tentang tanggal efektif penyesuaian

Secara umum perbedaan antara PSAK 14 (2008) dengan PSAK 14 (penyesuaian 2014) adalah:

Perihal PSAK 14 (2008) PSAK 14 (penyesuaian 2014) Definisi Nilai Wajar

(paragraf 06)

Nilai wajar adalah jumlah suatu asset dipertukarkan antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar.

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

(paragraf 07) …nilai wajar mencerminkan suatu jumlah dimana persediaan yang sama dapat dipertukarkan antara pembeli dan penjual yang berpengetahuan dan berkeinginan di pasar.

…nilai wajar mencerminkan suatu harga dimana transaksi teratur untuk menjual persediaan yang sama di pasar utama (atau paling

menguntungkan) untuk persediaan tersebut akan terjadi antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang ada pada makalah ini adalah : 1. Apakah definisi persediaan menurut PSAK 14?

2. Bagaimana pengukuran persediaan dan biaya-biaya apa saja yang ada pada persediaan?

3. Bagaimana cara menghitung persediaan beserta rumusnya? 4. Bagaimana penghitungan nilai realisasi neto persediaan? 5. Bagaimana pengakuan persediaan tersebut?

(8)

TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui definisi persediaan menurut PSAK 14.

2. Mengetahui bagaimana pengukuran persediaan dan biaya-biaya apa saja yang ada pada persediaan.

3. Mengetahui bagaimana cara menghitung persediaan beserta rumusnya. 4. Mengetahui bagaimana penghitungan nilai realisasi neto persediaan. 5. Mengetahui bagaimana pengakuan persediaan.

PEMBAHASAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 14 Definisi persediaan

Menurut PSAK 14 persediaan adalah aset :

 yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa

 dalam proses produksi untuk penjualan tersebut

 atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

(9)

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.Persediaan juga mencakup barang jadi yang diproduksi,atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa, di mana entitas belum mengakui pendapatan yang terkait (lihat PSAK 23: Pendapatan).

Tujuan

Tujuan pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai asset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas asset tersebut sampai pendapatan terkait diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman dalam menentukan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai realisasi neto. Pernyataan ini juga memberikan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan.

PENGUKURAN PERSEDIAAN

Persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.

Biaya Persediaan

Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.

Biaya Pembelian

Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya(Kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.

(10)

Biaya Konversi

Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overheadproduksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi.Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan,tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik,dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung,mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memerhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana.Tingkat produksi actual dapat digunakan jika mendekati kapasitas normal. Pengalokasian jumlah overhead produksitetappadasetiap unit produksi tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak terpakainya pabrik. Overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Overhead produksi variable dialokasikan pada unit produksi atas dasar penggunaan actual fasilitas produksi.

Biaya Lain-lain

Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggantertentu sebagai biaya persediaan.

Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah:

1. jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal.

2. biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya.

(11)

3. biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.

4. biaya penjualan.

Biaya Persediaan Pemberi Jasa

Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur persediaan tersebut pada biaya produksinya. Biaya persediaan tersebut terutama meliputi biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya lainnya yang terkait dengan personalia penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya.

Teknik Pengukuran Biaya

Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkantingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas. Biaya standar di-review secara reguler dan, jika diperlukan,direvisi sesuai dengan kondisi terakhir.

Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk menilai persediaan dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan memiliki marjin yang sama di mana tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi nilai jual persediaan dengan persentase marjin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan dengan memerhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya di bawah harga jual normal. Rumus Biaya

Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti dengan persediaan lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi spesifik terhadap biayanya masing masing.

Identifikasi khusus biaya artinya biaya–biaya spesifik diatribusikan ke item persediaan tertentu. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi item yang

(12)

dipisahkan untuk proyek tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian, identifikasi spesifik biaya tidak tepat ketika terdapat jumlah besar item dalam persediaan yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan demikian, metode pemilihan item yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk menentukan di muka dampaknya dalam laporan laba rugi.

Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf diatas, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (FIFO) atau rata rata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama.

Misalnya persediaan yang digunakan dalam suatu segmen operasi mungkin memiliki keguanaan yang berbeda dari jenis persediaan yang sama yang digunakan dalam segmen operasi yang lain.

Formula FIFO mengasumsikan item persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap item ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari item yang serupa pada awal periode dan biaya item yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan entitas.

Nilai Realisasi Neto

Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.

Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi neto secara terpisah untuk setiap item dalam persediaan. Namun demikian, dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok item yang serupa atau berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk dalam lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, yang diproduksi dan dipasarkan di

(13)

wilayah yang sama,dan tidak dapat dievaluasi terpisah dari item-item lain dalam lini produk tersebut.

Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini memertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode.

Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan yang dimiliki. Misalnya, nilai realisasi neto dari jumlah persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak penjualan atau jasa yang bersifat pasti didasarkan pada harga kontrak. Jika kontrak penjualan lebih sedikit daripada jumlah persediaan yang dimiliki, maka nilai realisasi neto untuk kelebihannya didasarkan pada harga jual umum.

PENGAKUAN SEBAGAI BEBAN

Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.

Beberapa persediaan dialokasikan ke pos aset lainnya,misalnya, persediaan yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Persediaan yang dialokasikan ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aset tersebut.

PENGUNGKAPAN

Laporan keuangan harus mengungkapkan:

1. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan.

(14)

2. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas.

3. jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.

4. jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.

5. jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.

6. jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.

7. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan.

8. nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi pemakai laporan keuangan.Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagangan, perlengkapan produksi, bahan, barang dalam penyelesaian, dan barang jadi. Persediaan dalam pemberi jasa biasanya disebut pekerjaan dalam penyelesaian.

Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode, seringkali disebut sebagai beban pokok penjualan, meliputi biaya-biaya yang sebelumnya diperhitungkan dalam pengukuran persediaan yang saat ini telah dijual, overhead produksi yang tidak teralokasi, dan jumlah biaya produksi persediaan yang tidak normal. Kondisi tertentu dari entitas juga memungkinkan untuk memasukkan biaya lainnya, seperti biaya distribusi.

Beberapa entitas mengadopsi suatu format laporan laba rugi yang mengakibatkan jumlah yang diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan. Dalam format ini, entitas menyajikan analisa beban menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat dari beban. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui sebagai beban untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya bersama-sama dengan jumlah perubahan neto persediaan pada periode tersebut.

(15)

Contoh Penilaian Persediaan penghitungan HPP dengan metode FIFO dan rata-rata tertimbang sistem Physical

Sebuah PT ABC melakukan beberapa transaksi selama bulan januari 2014 berikut rincian transaksinya :

 Tanggal 1 januari 2014 terdapat persediaan barang awal sebanyak 100 unit dengan harga perunit Rp 125.000

 Tanggal 5 januari 2014 terjadi pembelian barang dagangan sebanyak 75 unit dengan harga per unit 130.000

 Tanggal 10 januari 2014 terjadi penjualan barang dagangan sebanyak 125 unit dengan harga per unit 150.000

 Tanggal 15 januari 2014 terjadi pembelian barang dagangan sebanyak 80 unit dengan harga per unit 135.000

 Tanggal 20 januari 2014 terjadi pembelian barang dagangan sebanyak 50 unit dengan harga per unit 140.000

 Tanggal 25 januari 2014 terjadi penjualan barang dagangan sebanyak 100 unit dengan harga per unit 175.000

 Tanggal 30 januari 2014 terjadi pembelian barang dagangan sebanyak 75 unit dengan harga per unit 145.000

1. Penghitungan HPP dengan metode FIFO

Ketika menghitung HPP dengan metode FIFO maka harga per unit barang menggunakan harga perunit dari barang yang masuk terlebih dahulu (mulai dari harga per unit persediaan awal dilanjutkan dengan harga per unit barang yang dibeli pertama kali dan seterusnya). sedangkan saat menghitung persediaan akhir dengan metode ini dihitung dengan mengalikan barang yang masih tersedia (barang pada ahir periode berjalan) dengan harga per unit barang.

Berdasarkan transaksi PT.ABC maka Harga pokok penjualan (HPP) dan persediaan ahir dihitung sebagai berikut:

a. Perhitungan Harga Pokok Penjualan dengan metode FIFO Transaksi penjualan tangal 10 januari 2013

Dijual 125 unit barang dagang, Harga Pokok penjualan dihitung sebagai berikut: HPP = Jumlah fisik barang x Harga per unit

(16)

100 unit x Rp 125.000 = Rp 12.500.000 25 Unit x Rp 130.000 = Rp 3.250.000

HPP transaksi penjualan tanggal 10 januari adalahRp 15.750.000 Transaksi Penjualan tangal 25 Januari 2013

Dijual 100 Unit barang dagang, Harga Pokok Penjualan dihitung sebagai berikut: HPP = Jumlah fisik barang x Harga per unit

50 unit x Rp 130.000 = Rp 6.500.000 50 Unit x Rp 135.000 = Rp 6.750.000

HPP transaksi penjualan tanggal 25 januari adalah Rp 13.250.000

Dengan demikian HPP dalam bulan januari adalah 15.750.000 + 13.250.000 = Rp 29.000.000

2. Penghitungan persediaan akhir dengan metode FIFO

Persediaan yang masih tersedia atau belum dijual sebanyak 155 unit dengan rincian, barang yang dibeli tanggal 15 januari masih tersisa 30 unit karena telah dijual 50 unit, barang yang dibeli tanggal 20 dan 30 januari masih utuh karena belum terjual masing-masing sebanyak 50 unit dan 75 unit.Dengan demikian nilai persediaan barang dagang ahir pada bulan januari dengan metode FIFO adalah sebagai berikut: Nilai Persediaan barang dagang ahir dihitung dengan rumus; = Jumlah fisik persediaan barang x Harga Per unit barang

=> 30 unit x Rp 135.000 = Rp 4.050.000 => 50 unit x Rp 140.000 = Rp 7.000.000 => 75 unit x Rp 145.000 = Rp 10.875.000+ Total ...= Rp 21.925.000

3.Penghitungan HPP dan Penilaian persediaan akhir dengan metode rata-rata tertimbang.

Harga rata-rata barang per unit:

(100x125.000)+(75x130.000)+(80x135.000)+(50x140.000)+(75x145.000)

(100+75+80+50+75) =134.000

(17)

Nilai persediaan akhir =155 unit x134.000 = 20.770.000

HPP = (Persediaan awal + Pembelian)-Persediaan akhir

HPP = (100x125.000)+(75x130.000)+(80x135.000)+(50x140.000)+(75x145.000)-20.770.000

HPP = 50.925.000-20.770.000 HPP = 30.155.000

ASET BIOLOGIS

Definisi Aset Biologis

Aset biologis merupakan jenis aset berupa hewan dan tumbuhan hidup, seperti yang didefinisikan dalam IAS 41:

“Biological asset is a living animal or plant”

Sesuai dengan karakteristik mengenai aset, maka aset biologis ini pun juga merupakan hasil dari transaksi ekonomi entitas di masa lalu, dikendalikan sepenuhnya oleh entitas, dan juga diharapkan akan memberikan manfaat bagi entitas di masa mendatang.

Karakteristik khusus yang melekat pada aset biologis terletak pada adanya proses transformasi atau perubahan biologis atas aset ini sampai pada saatnya aset ini dapat dikonsumsi atau dikelola lebih lanjut oleh entitas. Tranformasi biologis merupakan proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang disebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan menghasilkan aset baru dalam bentuk produk agrikultur atau aset biologis tambahan pada jenis yang sama.

(18)

Contoh-contoh umum dari aset biologis termasuk binatang seperti kambing, domba, sapi,kerbau, sapi, dan ikan. Aset biologis termasuk tanaman seperti sayuran, tanaman, kebun-kebun anggur, pohon, dan kebun buah-buahan.

Tabel di bawah ini memberikan contoh aset biologis, hasil pertanian dan peternakan dan produk yang hasilnya pengolahan setelah panen.

Aset Biologis Produk Pertanian/ Peternakan Produk yang merupakan hasil dari pengolahan setelah panen

domba wol Benang, karet

Pohon di hutan

Tanaman Pohon ditebang Log, kayu

Tanaman tebu Panen (batang) tebu Gula

Sapi perah Susu keju

Vines Buah anggur Anggur

Pohon buah-buahan Buah Buah olahan

Pengakuan Aset Biologis

Dalam IAS 41, entitas dapat mengakui aset biologis jika dan hanya jika: a. perusahaan mengontrol aset tersebut sebagai hasil dari transaksi masa lalu; b. memungkinkan diperolehnya manfaat ekonomi pada masa depan yang akan mengalir ke dalam perusahaan; dan

c. mempunyai nilai wajar atau biaya dari aset dapat diukur secara andal.

Aset biologis dalam laporan keuangan dapat diakui sebagai aset lancar maupun aset tidak lancar sesuai dengan jangka waktu transformasi biologis dari aset biologis yang bersangkutan. Aset biologis diakui ke dalam aset lancar ketika masa manfaat/masa transformasi biologisnya kurang dari atau sampai dengan 1 (satu) tahun dan diakui sebagai aset tidak lancar jika masa manfaat/masa transfomasi biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun.

Pengukuran Aset Biologis

Di dalam IFRS, pernyataan tentang pengukuran aset biologis diatur dalam IAS 41. Berdasarkan IAS 41, aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar. Aset biologis harus diukur pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai

(19)

wajar dikurangi estimasi biaya penjualannya, kecuali jika nilai wajar tidak bisa diukur secara andal.

IAS 41 mensyaratkan bahwa aset biologis harus diakui dan diukur sebesar nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (point of sale cost). Metode ini harus digunakan pada pengakuan awal dan pada akhir setiap periode pelaporan. Produksi pertanian juga harus diukur sebesar nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (point of sale cost) pada titik panen. Biaya untuk menjual (point of sale cost) adalah biaya tambahan secara langsung disebabkan pembuangan aset, termasuk komisi broker, pajak penghasilan, dan pajak lain-lain.

Nilai wajar aset biologis didapatkan dari harga aset biologis tersebut pada pasar aktif. Pasar aktif (active market) adalah pasar dimana item yang diperdagangkan homogen, setiap saat pembeli dan penjual dapat bertemu dalam kondisi normal dan dengan harga yang dapat dijangkau. Biaya penjualan terdiri atas komisi untuk perantara atau penyalur yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang, serta pajak atau kewajiban yang dapat dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang diperlukan untuk memasukkan barang ke dalam pasar tidak termasuk ke dalam biaya penjualan ini. Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, pengukuran aset biologis juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk mendapatkan aset biologis tersebut dan kemudian menjadikannya sebagai nilai dari aset biologis tersebut.

Jika pasar aktif tidak ada, maka entitas dalam menentukan nilai wajar dapat menggunakan satu atau lebih hal berikut, bila tersedia:

1. transaksi paling baru dari harga pasar, asalkan belum ada perubahan signifikan dalam

keadaan ekonomi antara tanggal transaksi itu dan akhir periode pelaporan; 2. harga pasar untuk aset serupa dengan penyesuaian untuk mencerminkan

perbedaan, dan

3. sektor benchmark seperti nilai sebuah kebun dinyatakan per baki ekspor, atau hektar,

(20)

Berdasarkan penelitian dalam penerapan IAS 41, implementasi standar ini dirasakan masih sulit bagi perusahaan seperti di Prancis, Australia, dan Inggris. Dalam penelitian tersebut ditemukan pula bahwa pengukuran aset biologis berbasis biaya historis (historical cost) masih digunakan secara luas.

PENERAPAN FAIR VALUE DAN HISTORICAL COST PADA ASET BIOLOGIS Di Indonesia, sebagaimana diuraikan dalam Landasan Teori, pengakuan dan pengukuran Aset Biologis masih didasarkan pada aturan yang berlaku pada Aset Tetap. Hal ini berarti, Aset Biologis dianggap mengalami penyusutan sebagaimana properti atau mesin. Asumsi tersebut tidaklah relevan. Pertimbangan mendasar adalah karena tidak semua Aset Biologis dapat disusutkan. Selain itu, pengukuran dengan metode historical cost pada Aset Biologis lebih sulit dibandingkan pada Aset Tetap lainnya. Misalnya, setiap kali terjadi perawatan dan pemberian asupan kebutuhan Aset Biologis seperti pepohonan, maka hal tersebut harus dimasukkan ke dalam penambah nilai Aset karena mengakibatkan transformasi biologis (tanaman bertambah tinggi dan besar). Sementara, perawatan tersebut sulit diukur karena mengakibatkan banyak item. Hal inilah yang menjadikan pengukuran dengan historical cost menjadi lebih rumit. Untuk menyajikan data yang benar-benar objektif berdasarkan metode ini, maka harus dilakukan penilaian dan pengukuran mendetil pada tiap item untuk perawatan Aset Biologis.

Dalam pengukuran menggunakan metode fair value, penilaian atas Aset Biologis cenderung lebih mudah. Pengukuran nilai akan didasarkan pada kondisi pasar aset tersebut pada saat penilaian. Pendekatan yang dapat digunakan juga bervariasi, tergantung ketersediaan data dan kesesuaian dengan karakteristik Aset Biologis. Misalnya, jika Aset Biologis tersebut memiliki banyak data pembanding, maka Pendekatan Perbandingan Data Pasar dapat digunakan. Pemanfaatan metode ini sangat praktis dan menghasilkan nilai yang lebih relevan dengan kondisi pasar, meskipun lebih bersifat subjektif (dari pendapat Penilai Properti). Meskipun demikian, pengambilan keputusan nilai yang tepat tersebut juga tentunya didasarkan pada pertimbangan berupa data pasar yang seakurat mungkin sehingga meminimalkan unsur subjektivitas dari Penilai Properti.

(21)

Keuntungan lainnya dari pengukuran Aset Biologis dengan metode fair value adalah nilai aset yang dinilai bisa lebih mencerminkan realitas. Hal ini dikarenakan Aset Biologis, meskipun dalam satu jenis, memiliki beragam karakteristik. Keunikan Aset Biologis ini tidak disadari dalam metode historical costs, tapi diakui dalam fair value. Sehingga, setiap Aset Biologis yang diukur dapat mendekati nilainya di pasar dengan karakteristik Aset Biologis yang berbeda-beda. Contoh penyajian Aset Biologis di Indonesia selama ini misalnya pada laporan keuangan Astra Agro Lestari. Aset Biologis berupa tanaman perkebunan (khususnya tanaman karet) disajikan pada Aset Tidak Lancar. Tanaman perkebunan ini meliputi Tanaman Menghasilkan (mature plantations) dan Tanaman Belum Menghasilkan (immature plantations). Astra Agro Lestari mengakui Aset Biologis sebagai Aset Tetap sebagaimana diatur dalam PSAK 16 dengan pengukuran didasarkan pada historical costs. Penerapan PSAK tersebut terlihat pada kebijakan akuntansi yang dijelaskan pada Catatan Atas Laporan Keuangannya. Immature plantation disajikan sebesar biaya akuisisinya dimana biaya tersebut termasuk biaya persiapan, penanaman, penyuburan, dan perawatan. Ketika tanaman telah tumbuh menjadi mature plantations maka biaya akan diakumulasikan dan direklasifikasi menjadi mature plantations. Mature plantations akan disusutkan menggunakan metode garis lurus dengan estimasi umur ekonomis 20 tahun (Astra Agro Lestari, 2011).

Beberapa item yang harus diungkapkan dalam IAS 41 adalah sebagai berikut:

1. Entitas harus mengungkapkan keuntungan atau kerugian yang timbul saat pengakuan awal aset biologis dan hasil agrikultur pada perubahan nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualan aset biologis. (IAS 41:40),

2. Entitas harus memberikan deskripsi pada setiap kelompok aset biologis (IAS 41:41), pengungkapan aset biologis tersebut dapat berbentuk narasi atau deskripsi (IAS 41:42). Deskripsi perhitungan dari setiap kelompok aset biologis harus membedakan antara aset biologis yang bersifat dapat dikonsumsi dengan aset biologis pembawa, atau antara aset biologis yang belum dewasa dengan yang telah

(22)

dewasa. Perbedaan ini memberikan informasi yang mungkin dapat bermanfaat dalam menilai arus kas masa depan (IAS 41:43). Aset biologis yang dapat dikonsumsi (comsumable) adalah aset biologis yang akan dipanen sebagai produksi agrikultur atau untuk tujuan dijual, misalnya produksi daging, ternak yang dimiliki untuk dijual, jagung dan gandum, serta pohon-pohon yang ditanam untuk dijadikan kayu. Sedangkan aset biologis pembawa adalah aset biologis selain yang tergolong pada aset biologis habis, seperti ternak untuk memproduksi susu, tanaman anggur, dan pohon-pohon yang menghasilkan kayu sementara pohon tersebut masih tetap hidup. Pembawa aset biologis yang tidak menghasilkan produk agrikultur dinamakan self-regeneration (IAS 41:44). Aset biologis dapat diklasifikasikan baik sebagai aset biologis yang telah dewasa atau yang belum dewasa. Aset biologis yang telah dewasa adalah aset biologis yang telah mencapai spesifikasi untuk dipanen (untuk aset biologis konsumsi) atau aset biologis yang mampu mempertahankan panen secara rutin (untuk aset biologis pembawa) (IAS 41:45).

3. Jika tidak diungkapkan dalam publikasi informasi keuangan, suatu entitas harus menjelaskan hal-hal berikut ini (IAS 41:46):

a. Sifat dari kegiatan yang melibatkan kelompok aset biologis,

b. Tindakan non-keuangan atau perkiraan jumlah fisik setiap kelompok aset biologis pada akhir periode maupun hasil pertanian selama periode tersebut. 4. Entitas harus menyajikan rekonsiliasi perubahan dalam jumlah tercatat aset biologis

awal dan akhir periode berjalan. Rekonsiliasi tersebut mencakup (IAS 41:50): a. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar dikurangi

estimasi biaya penjualan,

b. Peningkatan aset biologis karena pembelian,

c. Penurunan aset biologis yang disebabkan oleh penjualan dan aset biologis tersebut dikategorikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual,

(23)

d. Adanya penurunan aset biologis karena panen,

e. Adanya peningkatan aset biologis karena penggabungan usaha,

f. Perbedaan yang timbul karena penjabaran laporan keuangan ke dalam mata uang pelaporan yang berbeda, serta perubahan lainnya.

5. Nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualan aset biologis dapat berubah karena adanya perubahan fisik dan harga pasar. Dalam kasus seperti ini, entitas dianjurkan untuk mengungkapkan jumlah perubahan nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualan berdasarkan kelompok dan memasukkannya dalam laporan laba/rugi. Namun, informasi ini kurang berguna ketika siklus produksi kurang dari satu tahun, misalnya: ternak ayam. (IAS 41:51).

Pengungkapan Tambahan Aset Biologis ketika Nilai Wajar Tidak dapat Diukur secara Andal. Jika entitas mengukur aset biologis pada biaya dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai pada akhir periode, maka entitas harus mengungkapkan aset biologis seperti ketentuan berikut ini (IAS 41:54):

1. Deskripsi aset biologis,

2. Penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat diukur secara andal,

3. Jika mungkin, kisaran perkiraan di mana nilai wajar tidak dapat diandalkan, 4. Metode penyusutan yang digunakan,

5. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, dan

6. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (diagregasikan dengan akumulasi kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.

Jika selama periode berjalan, entitas mengukur aset biologis pada biaya dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai, suatu entitas harus mengungkapkan setiap keuntungan atau kerugian dan rekonsiliasi harus mengungkapkan jumlah yang terkait dengan aset biologis secara terpisah. Selain itu, rekonsiliasi harus mencakup jumlah berikut ini untuk disertakan dalam laporan laba/rugi (IAS 41:55):

(24)

1. Penurunan kerugian,

2. Pengembalian kerugian penurunan nilai, dan 3. Penyusutan.

KESIMPULAN

 Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah.

 Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini memertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode.

 Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut.

 Pengukuran awal dalam menentukan nilai aset biologis dilakukan dengan menggunakan metode biaya historis.

 Aset biologis akan mengalami tiga tahap reklasifikasi untuk pengakuan di dalam akun-akun di laporan posisi keuangan, yaitu tahap Tanaman Belum Menghasilkan, Tanaman Menghasilkan, dan Persediaan.

 Penurunan nilai aset biologis dilakukan berupa tanaman tahunan dapat dialami oleh entitas pada masa aset berada dalam kualifikasi TBM, TM, maupun dalam bentuk hasil produk tanamannya.

 Penyajian aset biologis, berupa tanaman perkebunan, dikelompokkan dalam akun persediaan dan akun aset tidak lancar. Akun persediaan akan menampung tanaman perkebunan yang telah siap dijual menurut jenis usaha entitas. Akun aset tidak lancar akan menampung tanaman perkebunan milik entitas yang belum bisa dijual karena masih mengalami proses pertumbuhan. Klasifikasi yang selanjutnya adalah tanaman perkebunan yang disajikan sebagai aset tidak lancar entitas. Di lingkungan industri perkebunan,aset tidak lancar berupa aset biologis ini sering juga disebut dengan akun tanaman produksi. Tanaman

(25)

produksi disajikan dalam laporan posisi keuangan entitas sebagai tanaman perkebunan yang merupakan bagian dari kelompok aset tidak lancar.

 Dalam hal pengklasifikasian akun untuk aset biologis, tidak ada perbedaan antara standar akuntansi nasional dan IAS 41. Letak perbedaannya adalah pada unsur penyusutan. Pada konsep fair value yang diterapkan oleh IAS 41 ini, tidak ada akun akumulasi penyusutan dalam penyajian tanaman perkebunan yang telah menghasilkan. Jika ada selisih dalam tahap pengukuran kembali ini, bisa berupa kerugian atau keuntungan, entitas wajib memasukkannya dalam item laporan laba rugi periode berjalan. Apabila entitas menggunakan konsep fair value dalam mengukur dan menyajikan aset biologisnya, maka entitas harus menyajikan daftar rekonsiliasi perubahan atas nilai tercatat pada tanaman perkebunan di antara awal dan akhir periode berjalan.

 Pengukuran menggunakan konsep fair value ini menjawab kelemahan penyajian aset biologis jika menggunakan konsep biaya historis. Dengan konsep ini, entitas tetap dapat mengetahui laba atau rugi bersih yang dialaminya pada periode-periode selama proses transformasi biologis pada tanaman perkebunan sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan manfaat ekonomis bagi entitas.

Gambar

Tabel di bawah ini memberikan contoh aset biologis, hasil pertanian dan peternakan dan produk yang hasilnya pengolahan setelah panen.

Referensi

Dokumen terkait

The construc- tion of crop genomic-DNA libraries using trans- formation-competent BAC vectors such as the BIBAC and TAC vectors should accelerate the positional cloning of novel

Dan hasil rasio marjin laba bersih menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan JX dapat menjadi lebih efisien dan laba bersih

Data yang digunakan adalah data sekunder perdagangan ekspor dan impor produk elekrtonik antara Indonesia dengan China yang diperoleh dari BPS, dan data kinerja makro

[r]

Banyak definisi mengenai folklor yang disampaikan oleh para ahli salah satunya adalah yang disampaikan oleh James Danandjaja (1984:2) yang menyatakan bahwa

Sebagian dari fosfat alkali akan memasuki aliran darah dengan demikian kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi indikator yang  baik tentang tingkat pembentukan

[r]

Pembangunan ekonomi merupakan peroses sebuah kenaikan pendapatan total serta pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan sebuah penduduk serta