• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD) Pemakaian Huruf A. Huruf Abjad B. Huruf Vokal C. Huruf Konsonan D. Huruf Diftong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Pengertian Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD) Pemakaian Huruf A. Huruf Abjad B. Huruf Vokal C. Huruf Konsonan D. Huruf Diftong"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD)

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. Justru itu untuk memahami EYD sangatlah penting untuk mengetahui pembahasan berikut ini .

I. Pemakaian Huruf A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama G g g P p pe Y y ye H h h Q q ki Z z zet I i i R r Er

B. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, i, u, e, dan o. Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam Kata

di Awal di Tengah di Akhir a adik pamit bursa

i ini minyak Arti

* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Contoh:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Sidang itu dihadiri oleh pejabat teras pemerintah. Kami menonton film seri (séri).

Pertandingan itu berakhir seri. C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf: Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata

di awal di tengah di akhir B bentuk Abdi Adab C cinta Macam -D daun Andil Abad kan bunyi hamzah.

** khusus untuk nama dan keperluan ilmu. D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan ai, au, dan oi. Huruf Diftong Contoh pemakaian dalam kata

Di awal Di tengah Di akhir Ai Ain syaitan pandai

(2)

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam kata Di awal Di tengah Di Akhir

Kh Khusus akhir tarikh Ny Nyata hanyut

-Dalam hal ini serimg kita jumpai persamaan dalam melafalkan huruf antara negara satu dengan yang lainya,persamaan ini disebabkan adanya sebuah kesepakatan diantara negara-negara yang ada,di tambah lagi adanya bahasa internasional yang pasti membuat persamaan lafal dalam pengucapan semakin terbiasa.

F. Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Contoh: ma-af, la-in, ni-at.

Huruf diftong ai,au,oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Contoh:

Au-la bukan a-u-la

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

Contoh:

Le-wat, me-rah, ba-yam, mu-ta-khir, de-la-pan.

c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

Contoh:

Sam-bal, ber-sih, pas-ti, war-ga.

Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsure lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur ituatau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaedah 1a, 1b, 1c, 1d, di atas.

Contoh:

mili-meter, mi-li-me-ter intro-speksi, in-tro-spek-si bio-grafi, bi-o-gra-fi Keterangan:

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang laindisesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

II. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh:

Ayahku pergi ke kantor.

(3)

Bagaimana kabarnya?

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh:

Aji bertanya, “Dari mana kamu?” “Aku dari rumah temanku,” jawab Tika.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Contoh:

Allah, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang. Quran, Injil, Islam, Kristen.

Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat-Nya.

Dialah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh:

Panglima Sudirman, Sultan Hasanuddin, Nabi Muhammad, Imam Syafi’i.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Contoh:

Ia baru saja di angkat menjadi panglima.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nam orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh:

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Tengah, Wakil Presiden Yusuf Kalla.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Contoh:

Siapakah presiden yang baru dilantik kemarin?

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh:

Meiko Fairuzia Adriani, Muhammad Faisal Adrianto, Agnes Monica.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Contoh:

5 newton, 220 volt.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh:

suku Jawa, bangsa Indonesia, bahasa Indonesia.

Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Contoh:

Mengindonesiakan kata asing.

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

(4)

Contoh:

tahun Masehi, hari Jum’at, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Contoh:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya 9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh:

Jawa Tengah, Surabaya, Selat Sunda, Jazirah Arab, Dataran Tinggi Dieng.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Contoh:

Menyeberangi selat, pergi ke arah barat.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Contoh:

Republik Rakyat China, Dewan Perwakilan Daerah, Departemen Kesehatan.

Hururf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Contoh:

Menjadi sebuah republik, menurut undang-undang yang berlaku.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, aerta dokumen resmi.

Contoh:

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Saya sudah membaca majalah Bahasa dan Sastra.

Ia menyelesaikan makalah “Sejarah Islam Zaman Pertengahan”.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Contoh:

S.Pd. sarjana pendidikan S.H. sarjana hokum S.Ag. sarjana agama

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Contoh:

“Kapan Ibu pergi ke pasar?” tanya Meiko. Para siswa mengunjungi Pak Hasan.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

(5)

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Anda harus angkat kaki dari rumah ini. Rumah Anda telah kami sita. Apakah Anda sudah tahu?

B. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Majalah Bahasa dan Kesusastraan,buku Negara-kertagama karangan Prapanca,surat kabar Suara Karya.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai dalam menegaskan atau mengkhususkan huruf,bagian kata,kata,atau kelompok kata.

Misalnya:

Huruf pertama kata abad ialah a.

3. Huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana. Politik devite et impera pernah merajalela di negeri ini. III. Penulisan Kata

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan. Contoh:

Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal. B. Kata turunan

1. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh:bergeletar,dikelola,penatapan,menengok,mempermainkan.

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:

bertepuk tangan,garis bawahi,menganak sungai,sebar luaskan.

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya: menggarisbawahi,menyebarluaskan,dilipatgandakan,penghancurleburan.

4. Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh:

antarkota,dasawarsa,adipati,audiogram,ekstrakurikuler,elektroteknik,introspeksi,semipropesional,da n lain-lain.

C. Gabungan Kata

1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemu,termasuk istilah khusus,unsure-unsurnya ditulis terpisah.

(6)

Misalnya: duta besar,kambing hitam,orang tua,rumah sakit umum.

2) Gabungan kata,termasuk istilah khusus,yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsure yang bersangkutan. Misalnya:

Alat pandang-dengar,anak-istri saya,buku sejarah-baru,mesin-hitung tangan. 3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya: acapkali, adakalanya, belasungkawa, halalbihalal, titimangsa, saptamarga, radioaktif. D. Kata Ganti –ku, kau, -mu, -nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;-ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:

Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu dan bukunya tersimpan di perpustakaan. E. Kata Depan di, ke, dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebgai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya:

Kain itu terletak di dalam lemari

Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. Ia datang dari Surabaya kemarin.

F. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. G. Partikel

a. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:

Siapakah gerangan Dia?

Apakah yang tersirat dalam surat itu? Apalah gunanya bersedih hati?

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:

Jangankan dua kali,satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Apa pun yang dimakannya,ia tetap kurus.

Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu,misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, sekalipun, walaupun, kalaupun, kendatipun, sungguhpun ditulis serangkai.

Misalnya:

Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.

Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.

(7)

Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Harga kain itu Rp.2.000,00 per helai.

Mereka masuk ke dalam kelas satu per satu. H. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang,nama gelar,sapaan,jabatan,atau pangkat diikuti dengan tanda titik. A.S. Kramawijaya , Muh. Yamin , Suman Hs. , Sukanto S.A.

M.Sc. master of science Sdr. Saudara

S.Kar. sarjana Karawitan Kol. Colonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

SMTP Sekolah Menengah Tengah Pertama

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. dll. dan lain-lain

sda. sama dengan atas dst. dan seterusnya kVA kilovolt-ampere TNT trinitrotoluen

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

I. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

IAIN Institut Agama Islam Negeri SIM Surat Izin Mengemudi

II. Akronim nama diiri yang berupa gabungan suku kata atau huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia. Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi.

III. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,suku kata,ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

pemilu pemilihan umum rudal peluru kendali

I. Angka dan Lambang Bilangan

• Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Angka Romawi: I,II,III,IV,….

Angka Arab: 0,1,2,3,4,5,…

• Angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, dan nilai barang.

(8)

Rp. 10.000,00

• Angka lazim untuk menandai nomor jalan,rumah,apartemen atau kamar pada alamat. Jalan Pemuda No. 104 Surabaya

Hotel Sheraton, kamar 30

• Angka yang digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya. Bab VI, pasal 20, halaman 35

Surat Al-Ikhlas : 2

• Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut: a. Bilangan utuh

27 dua puluh tujuh b. Bilangan pecahan 100% seratus persen

• Penulisan kata bilangan tingkat. Tingkat III

Tingkat ke-3 Tingkat ketiga

• Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an. Tahun 1000-an atau tahun seribuan.

IV. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasrka taraf integrasinya, unsure pinjamam dalam bahasa Indonesia dapat di bagi atas dua golongan besar. Pertama. unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, reshuffle. Unsur-unsur tersebut di pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya Masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

V. Pemakaian Tanda Baca A. Tanda Titik

Tanda titik dipakai pada atau untuk:

a. akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh :

Roni membaca buku ceita.

Dia menanyakan siapa yang duduk disana.

b. di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian. Misalnya :

a. III. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal

Pembangunan Masyarakat Desa

c. memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan jangka waktu maupun jangka waktu. Contoh : Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).

(9)

Ia lahir pada tahun 1965 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

e. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,tabel dan seterusnya. Contoh : Acara Kunjungan Adam Malik

(Bab I UUD’45)

f. Tidak dipakai dibelakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

B. Tanda Koma

a) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang. Ibu membeli buah, sayur, dan telur

b) Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan.

Andi tidak pergi ke Surabaya, tetapi ke Jakarta.

c) Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika mendahuluinya. Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

d) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk didalamnya oleh karena itu,meskipun begitu, jadi, akan tetapi. Jadi, kita harus datang tepat waktu.

e) Dipakai di belakang kata-kata seperti wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Wah, makanan ini enak sekali!

O, jadi begitu caranya?

f) Untuk memisahkan petikan dari bagian lain kalimat. “jangan malas belajar!”, seru Pak Guru.

g) Dipakai diantara alamat,tempat dan tanggal,nama tempat wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Surabaya, 8 Nopember 2008.

h) Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. i) Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dari catatan kaki.

j) Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.

k) Dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

l) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian yang lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.

“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya. C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara dalam kalimat majemuk.

Ayah mengurus tanamannya di kebun itu;Ibu sibuk bekerja di dapur;Saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

D. Tanda Titik Dua (:)

(10)

Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian.

Ayah membeli bahan bangunan seperti : pasir, batu bata, semen, kayu, dan lain-lain. Sesudah ungkapan atau kata yang memerlukan pemerian.

Contoh:

1. Ketua : M.Hadlor

Sekretaris : Shinta Hamidah

 Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Ibu : “Kapan kamu pergi ke Jakarta?”

Doni : “mungkin minggu depan Bu”

Tidak dipakai kalau rangkaian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Dipakai diantara jilid atau nomor dan halaman,diantara bab dan ayat dalam kitab. Surat Al-Baqarah : 27

E. Tanda Hubung (-)

Untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

 Menyambung awalan dengan bagian kata akhiran dan depannya pada pergantian baris. Menyambung unsur-unsur kata ulang.

Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

Untuk merangakaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. F. Tanda Pisah

o Untuk menyatakan suatu pikiran tambahan.

o Memperluas rangkaian bagian kalimat, sehingga menjadi lebih jelas.

o Dipakai diantara dua nilangan berarti ‘sampai dengan’ sedangkan bila dipakai antara dua tempat atau kota berarti ke atau sampai.

o Menyatakan suatu ringkasan atau gelar. G. Tanda Elipsis (…)

Untuk menyatakan ujaran yang terputus-putus

Menyatakan ada bagian yang dihilangkan dalam suatu kutipan

Digunakan pada akhir kalimat karena menghilangkan bagian tertentu sesudah kalimat itu berakhir. Untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri kelanjutan dari sebuah kalimat.

H. Tanda Tanya

Dipakai pada akhir kalimat tanya

Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya

I. Tanda Seru

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan yang berupa seruan atau erintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

J. Tanda Kurung

o Dipakai untuk mengapit tambahan penjelasan.

(11)

o Mengapit huruf atau kata yang didalam kata dapat dihilangkan. o Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. K. Tanda Kurung Siku

Untuk mengapit huruf, kata, kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan bagi orang lain, serta mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

L. Tanda Petik

1) Tanda petik untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaran dan naskah atau bahan tertulis lain.

2) Mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

3) Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. 4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

5) Ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang diartikan khusus pada bagian kalimat.

M. Tanda Petik Tunggal

a) Untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

b) Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna,terjemahan,atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

N. Tanda garis miring

a) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap. O. Tanda penyingkat atau apostrof

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata bagian angka tahun. Dia t’lah pergi dari kehidupanku. (t’lah = telah)

Dari semua penjelasan di atas pemakaian EYD amatlah penting dalam semua karya tulis,karena semua hal yang behubungan dengan tulisan pasti menggunakan aturan ini baik resmi maupun tidak resmi,secara tiadk langsung dengan adanya pemakaian EYD dengan benar akan memberi pengajaran pada orang awam yang kurang tau tentang aturan dalam tulis menulis.

I.2 Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Di sempurnakan Ada beberapa kaidah bahasa yang perlu kita perhatikan:

Aturan bahasa Indonesia diambil dari bahasa Austronesia dengan kaidah yang paling penting ditempatkan di muka sedangkan yang kurang penting di belakang. Kaidah inilah yang disebut hukum DM (Diterangkan, Menerangkan)

Akibat pengaruh bahasa lain, misalnya Sansekerta, banyak kata-kata Indonesia yang salah kaprah. Misalnya: Bina Graha, Perdana Menteri, Bumi Putera, Mobil Brigade. Yang benar: Graha Bina, Menteri Perdana, Putera Bumi, Brigade Mobil.

1. Kata benda tidak mempunyai bentuk jamak. Untuk menunjukkan bentuk jamak, kita harus memakai kata tambahan seperti angka (sebutkan berapa), banyak, beberapa, semua, segala. Sebenarnya, penjamakan kata benda tidak boleh diulangi. Pengulangan hanya dilakukan pada kata sifatnya.

(12)

Seharusnya: Banyak mobil, kuda bagus-bagus

Pengulangan kata benda bisa berbahasa karena banyak kata benda yang, kalau diulangi, bisa berarti lain. Misalnya: kuda-kuda (alat olahraga yang menyerupai kuda); mata-mata (spion); alun- alun (lapangan di tengah kota) dan sebagainya.

Dalam hal ini pun ada yang sudah terlanjur salah kaprah tetapi tetap kita pakai. Misalnya, Perserikatan

Bangsa-Bangsa. Menurut Almarhum Amin Singgih, pakar bahasa Indonesia, seharusnya yang benar Perserikatan Bangsa. Bahasa Indonesia tidak mengenal maskulin dan feminim dalam pemakaian kata. Misalnya: ia/dia (untuk pria/wanita); engkau (untuk pria/wanita); kita (untuk pria/wanita); mereka (untuk pria/wanita) dan sebagainya. Sedangkan putera-puteri, dewa-dewi, siswa-siswi adalah pengaruh bahasa Sansekerta.

Referensi

Dokumen terkait

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali seperti di,

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali