• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesantunan-Dalam-Ejaan-Dan-Istilah-Etika-Dan-Analisis-Praktis (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesantunan-Dalam-Ejaan-Dan-Istilah-Etika-Dan-Analisis-Praktis (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MAKALAH

BAHASA INDONESIA BAHASA INDONESIA

“Kesantunan dalam Ejaan dan Istilah: Etika dan Analisis Praktis”  “Kesantunan dalam Ejaan dan Istilah: Etika dan Analisis Praktis” 

Oleh: Oleh:

Yurika

Yurika Diana Diana Fitri Fitri 115040200111046115040200111046

Intan

Intan Ratri Ratri Prasundari Prasundari 115040201111025115040201111025

Fakultas Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya 2012 2012

(2)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I

BAB I PENDPENDAHULUAAHULUAN N ... ... ... 33

1.1 L

1.1 LATARATARBBELAKANGELAKANG... ... 3... 3

1.2 T

1.2 TUJUANUJUAN ... 3 ... 3

BAB II

BAB II ISI ISI ... ... 4... 4 2.1

2.1 EEJAANJAAN... 4... 4

2.2 I

2.2 ISTILAHSTILAH ... 20 ... 20

2.3 K 

2.3 K ESANTUNANESANTUNANEEJAAN DANJAAN DANIISTILAHSTILAH ... 24 ... 24

BAB III

BAB III PENUPENUTUP TUP ... ... ... 2525

3.1 K 

3.1 K ESIMPULANESIMPULAN... ... 25... 25

DAFTA

(3)

Bab I

Pendahuluan

Latar Belakang

Bahasa merupakan unsure yang sangat penting bagi kehidupan bersosial. Tanpa bahasa tidak akan ada interaksi antar individu. Bahasa sendiri tidak hanya meliputi kata yang terucap (bahasa verbal), namun juga meliputi bahasa tubuh yang tercermin dari gerakan yang umum disebut dengan bahasa non verbal. Bahasa dalam kaca mata masyarakat umum, lebih di tekankan pada kata yang terucap maupun kata yang tertulis (lisan dan tulisan).

Bahasa yang kita gunakan, umumnya adalah bahasa yang baik. Bahasa yang baik belum tentu benar. Bahasa yang baik lebih menekankan pada pemilihan, sedangkan bahasa yang benar adalah memilih kata yang baik serta menggunakan kaidah yang telah disempurnakan. Bahasa yang berupa tulisan merupakan penerapan bahasa yang baik dan benar terutama untuk tulisan ilmiah. Sering kita dengar bahwa menulis lebih sulit daripada berkata langsung. Selain pemilihan kata yang sesuai dengan kondisi, penggunaannya harus sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan.

1.1 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui kaidah ejaan yang benar. 2. Mengetahui kaidah istilah yang benar.

(4)

Bab II Isi

2.1 Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan  penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca. Perkembangan ejaan di Indonesia

diawali dengan ejaan van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan bahasa melayu pada 1901. Ciri khas yang menonjol adalah penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang dan sajang, penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe dan kamoe, serta digunakannya tanda diakritik dan trema pada kata ma‟moer dan do‟a. Setelah mengelami  perkembangan kedudukan Ejaan van Ophuijsen tergantikan oleh Ejaan Soewandi. Ejaan

Soewandi atau Republik ditetapkan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan van ophuijsen. Ciri yang menonjol adalah penggunaan huruf u untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak k menggatikan tanda diakritik , dan penulisan kata depan di dan awalan di yang sama , yakni dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah peraturan bahasa Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada saat Kongres Bahasa Indonesia sampai saat ini.

Berikut ini adalah pedoman umum ejaan yang baik edisi kedua berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16 – 20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4 – 6 Maret 1991.

2.1.1 Pemakaian Huruf

Berikut adalah abjad yang digunakan dalam Bahasa Indonesia yang terdiri atas huruf  berikut

(5)

Penggunaan huruf abjad juga termasuk kedalam huruf konsonan, dan vocal. Seprti yang kita ketahui huruf vocal meliputi a, i, u, e, dan o sedangkan huruf konsonan adalah huruf abjad lain selain kelima huruf vocal tersebut. Selain itu terdapat pula huruf yang merupakan gabunag antara huruf konsonan yang nantinya akan menghasilkan 1 huruf konsonan, seperti kh, sy, ng, dan ny. Bahasa Indonesia juga mengenal huruf diftong, yang dilambangkan dengan ai, au dan oi.

2.1.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring 1. Huruf Kapital

Huruf capital atau huruf besar dugunakan pada saat seperti berikut.

a. Huruf pertama yang berada di kata pada awal kalimat. Contoh:

Dia mengantuk Apa maksudnya?

 b. Dipakai sebagai huruf petikan langsung. Contoh:

Adiknya bertanya, “Kapan kita pulang?” Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

c. Digunakan sebagai huruf petama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti milik Tuhan.

(6)

Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Al-Quran, Weda, Islam, Kristen Tuhan akan menunjukan jalan kebenaran pada hamba-Nya

d. Digunakan pada nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti dengan nama orang.

Contoh: Imam Syafii, Haji Agus Salim, Sultan Hasanudin

e. Digunakan pada huruf pertama jabatan yang diikuti dengan nama orang, instansi, dan daerah.

Contoh:

Presiden Susillo Bambang Yudoyono Mentri BUMN Jero Wacik

f. Digunakan pada huruf pertama nama orang Contoh

Kartini

Istri Setyowati

g. Huruf pertama nama suku, bangsa, dan bahasa.

Contoh: bangsa Indonesia, suku Dayak, bahasa Inggris

h. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa bersejarah. Contoh:

tahun Masehi, bulan Agustus, hari Rabu, hari Waisak, hari Kebangkitan Nasional i. Huruf pertama geografi

Contoh:

Kota Malang, Pegunungan Everst, Danau Toba, Prefektur Hokaido

 j. Huruf pertama semua unsure nama Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi, kecuali kata seperti dan

Contoh:

Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

k. Dipakai sebagai huruf pertama setiap unsure bentuk ulang sempurna yang terdapat nama  badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Contoh:

(7)

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:

Dr. doctor

M.A. master of arts

n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti  bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan  pengacuan.

Misalnya:

“Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.

o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

Sudahkah Anda tahu? 2. Huruf Miring

Huruf miring digunakan pada kondisi seperti berikut.

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:

majalah  Bahasa dan Sastra, buku  Negarakertagama  karangan Prapanca, surat kabar Suara Rakyat.

 b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf  bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

(8)

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

 Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama. 2.1.3 Penulisan Kata

1. Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh: Kantor pajak penuh sesak.

2. Kata Turunan/Jadian

a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.

 b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya

Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.

c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulus serangkai.

Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu

ditulis serangkai.

Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, 3. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, 4. Gabungan Kata

a. Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa

 b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan  pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang  bersangkutan.

(9)

Misal: Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya: Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, 5. Kata Ganti – ku, -mu, dan – nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan –  nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil. 6. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.

7. Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. 8. Partikel

Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.

9. Singkatan dan Akronim

 Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

A.S Kramawijaya Muh. Yamin Suman Hs.

2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

(10)

GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara

3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:

dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya

4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Misalnya: Cu cuprum

TNT trinitrotulen

 Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti

tanda titik.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis selurhnya dengan huruf capital.

Misalnya:

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara

 b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaptal.

Misalnya:

Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

Pemilu pemilihan umum

Radar radio detecting and ranging 10. Angka dan Lambang Bilangan

 Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim

digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

(11)

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000), M (1.000.000)

 Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjagng, berat, luas, dan isi, (ii) satuan

waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya:

0,5 sentimeter 1 jam 20 menit

5 kilogram pukul 15.00

 Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar

 pada alamat. Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169

 Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9

 Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

Bilangan utuh >> Dua belas 12 Bilangan pecahan >> Setengah ½

 Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalamkehidupan abad ke-20 ini; lihan Bab II; Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.

 Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.

Misalnya:

tahun ‟50-an atau tahun lima puluhan uang 5000-an atau uang lima ribuan

 Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,

kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

(12)

Misalnya:

Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

 Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat

diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

 Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).

2.1.4 Tanda Baca 1. Tanda Baca Titik

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:

Ayahku tinggal di Solo.

Biarlah mereka duduk di sana.

 b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:

a. III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Misalnya:

Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak  berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

(13)

Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa. 2. Tanda Koma

a. Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.

 b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara  berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan.

Misalnya:

Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului indukn kalimatnya.

Misalnya:

Kalau hari hujan, saya tida datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya: O, begitu?

Wah, bukan main!

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:

Kata ibu “Saya gembira sekali.”

“Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”

g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

(14)

Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan raya Salemba 6, Jakarta.

h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar  pustaka.

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta:PT Pustaka Rakjat.

i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:

W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

 j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya utnuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

B. Ratulangi, S.E.  Ny. Khadijah, M.A.

k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya: 12,5 m Rp12,50

l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya:

Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang aki-laki yang makan sirih.

3. Tanda Titik Koma (;)

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:

(15)

 b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

4. Tanda Dua Titik (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya:

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

 b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:

Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan

c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!” Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)

d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan , serta (iv) di antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya:

Tempo, I (34), 1971: 7 Surah Yasin: 9

5. Tanda Hubung (-)

a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya:

(16)

Di samping cara-cara lama itu ju-ga cara yang baru

 b. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya:

Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

c. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya:

 p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973

d. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata.

Misalnya:

 ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5.000), tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial

Bandingkan dengan:

Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tanggung jawab dan kesetiakawanan social

e. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan  berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

Misalnya:

se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Menteri Sekretaris Negara.

f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure  bahasa asing.

Misalnya:

di-smash, pen-tackle-an 6. Tanda Pisah

a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar  bangun kalimat.

(17)

Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu―saya yakin akan tercapai―diperjuangkan  oleh  bangsa itu sendiri.

 b. Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti „sampai dengan‟ atau„sampai ke‟.

Misalnya: 1910―1945 7. Tanda Elipsis (…)

a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya:

Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

 b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya:

Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut. 8. Tanda Tanya ( ? )

a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:

Kapan ia berangkat?

 b. Tanda taya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.

Misalnya:

Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?). 9. Tanda Seru ( ! )

Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah y menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:Alangkah seramnya peristiwa itu!

Bersihkan kamar itu sekarang juga!

10. Tanda Kurung ((…))

a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:

(18)

Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kan itu.

 b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok  pembicaraan.

Misalnya:

Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Misalnya:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).

d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Misalnya:

Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal. 11. Kurung Siku ([…])

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.

Misalnya:

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

 b. Tanda kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Misalnya:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan.

12. Tanda Petik (“…”)

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan daan nskah atau  bahan tertulis lain.

Misalnya:

“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

(19)

Misalnya:

Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.

c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja. Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.

d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung. Misalnya:

Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Misalnya:

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.

Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya. 13. Tanda Petik Tunggal („…‟)

a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya:

Tanya Basri, “Kau dengar bunyi „kring-kring‟ tadi?”

 b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Misalnya:

feed- back „balikan‟ 14. Tanda Garis Miring (/)

a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomormpada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:  No. 7/PK/1973

Jalan Kramat III/10

 b. Tanda gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. Misalnya:

(20)

dikirimkan lewat „dikirim lewt darat atau darat/laut lewat laut‟

harganya Rp25,00/lem bar „harganya Rp25,00 tiap lembar‟ 15. Tanda Penyingkat atau Apostrof

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya:

Ali „kan kusurati. („kan = akan) Malam „lah tiba. („lah = telah) 1 Januari ‟88. (‟88 = 1988) 2.2 Istilah

Istilah

Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang has dalam bidang ilmu  pengetahuan, teknologi, dan seni.

a. Persyaratan Istilah yang santun dan benar ;

1. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu,

2. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama.

3. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik. 4. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).

5. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.

 b. Penyerapan Istilah

1. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat keperluan masa depan.

(21)

2. Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.

3. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.

4. Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.

5. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi  buruk.

 Macam-Macam Istilah

Istilah terdiri dari dua macam yaitu istilah umum dan istilah khusus. Istilah umum adalah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum.

Contoh:

Anggaran belanja. Penilaian.

Daya. Radio.

 Nikah. Takwa.

Istilah khusus adalah istilah yang pemakaiannya dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu.

Contoh:

Apendektomi Kurtosis

Bipatride Pleisosen

C.Sumber Istilah dan Kata Nama a.Kosakata Bahasa Indonesia

Kata Nama Istilah

Bumi Siliwangi apotek hidup

Kota Bunga daya angkut

(22)

Taman Mekar Sari taman burung

Taman Mini Indonesia taman laut

wisata bahari karang

menara  permata

 b.Kosakata Bahasa Serumpun

Asing Bahasa Serumpun

Peat gambut

Pain nyeri

Device gawai

c.Kosakata Bahasa Asing

Istilah Terjemahan

Asing Indonesia

Samenwerking kerjasama

Balanced budget anggaran berimbang

Medication pengobatan ii.Istilah Serapan Asing Indonesia Agent agen Atom atom Amputation amputasi Bungalow bungalo Energy energi

iii.Istilah Serapan Terjemahan

Asing Indonesia

(23)

Clay colloid koloid lempung

Clearance volume volume ruang bakar

Supermarket pasar swalayan

Subdivision subbagian

iv. Contoh daftar istilah pertanian

Alih guna lahan : peralihan penggunaan lahan dari hutan menjadi lahan  perkebunan, lahan sawah menjadi areal pemukiman dan seterusnya.

Bahan organik tanah : Hasil dekomposisi seresah tumbuhan, hewan yang mati, produk sintesa mikroba, serta asam-asam

Bioaktivator : Aktivator biologis perombakan bahan organik

Cekaman air : Kondisi di mana tanaman kekurangan air dan layu akibat dari defisit neraca air

Evaporasi : proses hilangnya air melalui penguapan dari permukaan tanah,permukaan batang,dan permukaan daun.

Absorpsi, aktif : Pergerakan ion-ion dan air ke dalam akar tanaman sebagai hasil  proses proses metabolisme oleh akar, dan seringkali melawan gradien aktifitas.

Absorpsi, pasif : Pergerakan ion-ion dan air ke dalam akar tanaman sebagai hasil difusi sepanjang gradien aktifitas.

(24)

2.2 Kesantunan Ejaan dan Istilah

Santun berarti memberi penghargaan atau menghormati pendengar maupun  pembaca. Rasa hormat dan kesantunan disini terhadap pembaca bukan berarti menggunakan kata-kata yang manis ataupun yang menggunakan kata yang berbelit- belit. Gaya bahasa dan kesantunan yang dimaksud dalam ejaan dan istilah adalah kejelasan dan kesingkatan serta dapat dimengerti oleh pembaca. Kejelasan disini  berarti tidak membuat pembaca berpikir keras untuk mencari tahu atau mengerti terhadap apa yang ditulis atau dimaksud dalam sebuah karya tulis. Kesingkatan merupakan keefektifan dalam penulisan dan menggunakan kata-kata yang efisien. Selain itu kesantunan dalam ejaan dan istilah termasuk dalam penggunaan kalimat yng sesuai dengan ejaan yng disempurnakan sesuai dengan kaidah yang telah dijelaskan.

Intinya dalam pembuatan sebuah karya tulis harus menggunakan istilah dan ejaan yang dapat mudah dimengerti dan ditangkap oleh pembaca,sehingga yang dimaksud dengan kesantunan ejaan dan istilah adalah digunakannya kata atau bahasa yang singkat,jelas,dan mudah dimngerti.

(25)

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi ujar suatu bahasa dan hubungan lambang satu dengan lambang yang lain baik penggabungan ataupun dalam pemisahannya. Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kesantunan dalam ejaan dan istilah merupakan perpaduan dalam menggunakan istilah dengan ejaan yang sesuai dengan kaidah yang berlaku.

(26)

Daftar Pustaka

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2000. PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN (Online).

(http://badanbahasa.kemdiknas.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/pedoman_umum-ejaan_yang_disempurnakan.pdf , Diakses tanggal 18 Mei 2012)

Laili Niswatun 'Azizah. 2012. Kesantunan Ejaan dan Istilah (online).

http://blog.ub.ac.id/lailiniswatunazizah/2012/05/15/makalah-bahasa-indonesia-kesantunan-ejaan-dan-istilah/ , Diakses tanggal 18 Mei 2012)

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kota/kabupaten yang termasuk dalam golongan tinggi berada pada interval 73.63-75.54 yaitu Kabupaten Purworejo, Kabupaten Seragen, Kabupaten Grobogan,

It is concluded that by comparing the degree of differences between the two models in daytime and night: by using the model ATC E to simulate the LST annual

Dalam upaya menjamin kesetaraan kesehatan tersebut, pemerintah terus berupaya berinovasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan , yaitu salah satunya dengan mengeluarkan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada

Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya adalah. sebagai

media berbasis web moodle lebih baik daripada yang menerapkan model pembelajaran langsung tanpa menggunakan media berbasis web moodle. Manfaat yang didapat dari hasil

Modern. Jakarta: Pustaka Jaya. Buku itu membahas kesusatraan Malaysia dan sejumlah masalah- nya. Pembahasan yang dilakukan terhadap kesusastraan Malaysia ada- lah dalam rangka

Proses analisa semantik akan dicari kata-kata yang berhubungan dengan kata relasi dan kata kunci domain ontologi yang dicari, dari teks bebas yang diberikan