• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Ejaan Bahasa dan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Ejaan Bahasa dan Indonesia"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN EJAAN

DALAM BAHASA INDONESIA

OLEH : KELOMPOK 5

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Perkembangan Ejaan dalam Bahasa Indonesia” dengan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota kelompok 5 yang memberi fasilitas dan turut membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai wujud nyata dalam usaha melestarikan dan mengembangkan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis, kami sampaikan terimakasih.

(3)

PENDAHULUAN

Ejaan merupakan hal yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa terutama dalam ragam bahasa tulis. Yang dimaksudkan dengan ejaan sendiri adalah hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca. Oleh karena itu, kita memerlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi yang di sampaikan secara tertulis.

Dalam beberapa kurun waktu ini, Indonesia mengalami beberapa perubahan ejaan. Sebelum EYD diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972, Indonesia telah menggunakan beberapa ejaan. Awalnya menggunakan Ejaan Van Ophuysen, lalu Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan Melayu-Indonesia (Melindo), baru kemudian Ejaan Yang Disempurnakan diresmikan sampai sekarang ini.

Dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa, ejaan mempunyai fungsi yang penting yaitu: sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan peristilahan, serta sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa Indonesia. Mengingat pentingnya fungsi itu pembakuan ejaan perlu di capai terlebih dahulu agar dapat menunjang pembakuan aspek aspek kebahasaan lain.

(4)

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Ejaan

Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia, Prof. Dr. H. Zaenal Arifin, M.Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M.Hum. (2010), Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, kata, pemakaian tanda baca.

B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosa kata da peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain, berfungsi sebagai :

1. Landasan pembakuan tata bahasa

2. Landasan pebakuan kosakata dan peristilahan

3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.

(5)

PEMBAHASAN

1. Van Ophusyen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu

oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan

Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut.

a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.

b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-kata ma‟moer, „akal, ta‟, pa‟. dinamai‟.

2. Soewandi

Ejaan Soewandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk menggatikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi dikenal juga dengan Ejaan Republik.

Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan Ejaan Soewandi adalah sebagai berikut.

a. Huruf oe digati dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe menjadi itu, oemoer menjadi umur.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, dan rakjat.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-an.

(6)

3. Melindo

a. Apakah yang di maksud dengan ejaan melindo ?

Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang di

susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak

Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail.

Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia.

Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo. Awalnya Ejaan

Melindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan di

kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik

antara Indonesia dan malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.

Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di umumkan.

b. Hal-hal apakah yang terdapat dalam konsep ejaan melindo?

Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena

ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan

sistem fonemis.

Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta di ganti dengan c menjadi cinta. Juga gabungan konsonan nj, seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih baru.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia Soeharto meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

(7)

No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan

yang lebih luas. Setelah itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan suray putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu.

Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya, terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan melindo dan ejaan baru.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan dj djalan, djauh j jalan, jauh

j pajung, laju y payung, layu nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat tj tjukup. Tjutji c cukup, cuci

ch tarich, achir kh tarikh, akhir

(8)

2. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta atau ilmu pengetahuan tetap dipakai.

a : b = p : q sinar-X

3. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

di- dan ke- (awalan) di dan ke (kata depan)

Ditulis di kampus

Ketua ke kampus

4. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. Contohnya : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

5. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya : sang kancil, si pengirim, sang pahlawan, si buta

Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.

A.1. Pemakaian Huruf

Dalam hubungan dengan pemakaian huruf, berikut ini disajikan pembahasan :

1. Nama-nama huruf 3. Lafal singkatan dan kata

2. Persukuan 4. Penulisan nama diri

1. Nama-nama huruf

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf yang berikut. Nama tiap-tiap huruf disertakan disebelahnya.

Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong yang biasa dieja au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan

(9)

Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam bank dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts, seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, lathin, dan hatsil tidak digunakan dalam bahasa Indonesia.

2. Lafal Singkatan dan Kata

Kadang-kadang kita merasa ragu-ragu bagaimaan melafalkan suatu singkatan atau suatu kata dalam bahasa Indonesia. Keraguan itu mungkin disebabkan oleh pengaruh lafal bahasa daerah atau lafal bahasa asing. Padahal, semua singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk singkatan tang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.

Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

AC [a se] [a ce]

Pascasarjana [paskasarjana] [pascasarjana]

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.

Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]

3. Persukuan

(10)

4. Penulisan Nama Diri

Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan hokum, nama diri lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus. Pertimbangan khusus itu menyangkut segi adat, hokum, atau kesejarahan, misalnya :

Soepomo Poedjosoedarmo

(11)

A.2. Penulisan Huruf

Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) Penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2) penulisan huruf miring.

1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf kapital itu adalah sebagai berikut.

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

 Dia bertanya, “Kapan kita pulang.”

Archimedes berkata, “Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat

cair akan mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang

seberat zat cair yang di pindahkannya.”

b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf kapital, dirangkaikan dengan kata hubung (-).

Misalnya :

 Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.

 Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati usaha kita.

c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, agama, jabatan, dan pangkat) yang diikuti nama orang. Misalnya :

 Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

(12)

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau wilayah, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya :

 Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.

 Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.

Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu dituliskan dengan huruf capital. Misalnya :

Dalam seminar itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Presiden mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet mengembangkan ilmunya untuk kepentingan bangsa dan negara.

d. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya : bahasa Sunda, bangsa Indonesia.

e. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya :

hari Lebaran

-

Masehi

f.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya :

 Asia Tenggara, Banyuwangi, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab,

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya :berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti “dan”. Misalnya :

Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Misalnya :

menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara

(13)

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan dan dokumen resmi. Misalnya :

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.

i.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya :

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma; Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan;

j.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya :

Dr. Doktor Prof Professor

M.A. Master of Art Tn. Tuan

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya :

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya :

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

l.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

 Sudahkah Anda Tahu? - Surat Anda telah kami terima

2. Penulisan Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya :

 majalah Bahasa dan Kesusastraan.

(14)

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:

 Huruf pertama kata abad ialah a.

 Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya :

 Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.

 Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

A.3. Penulisan Kata

Kita mengenal bentuk kata, dasar, kata turunan, atau kata beribuhan, kata ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya mendapat awalan atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.

1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya :

 Kantor pajak penuh sesak. - Buku itu sangat tebal 2. Kata Turunan

a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya :

bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan

b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau mendapat akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau mendahuluinya. Misalnya :

bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan

c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan

d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

(15)

Catatan :

 Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya :

 non-Indonesia, pan-Afrikanisme

 Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya :

 Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindung kita. 3. Gabungan Kata

a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya :

 duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang besangkutan. Misalnya :

 alat pandang-dengar, anak-istrisaya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.

c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya :

 acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaiman, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, dsb.

4. Partikel

a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya :

betulkah, bacalah

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contohnya :

apa pun, satu kali pun

c. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya :

adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendati pun, maupun,meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun

5. Singkatan dan akronim

(16)

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Contohnya : DPR, SMA.

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contohnya : dst., hlm.

d. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap huruf. Contohnya : a.n., s.d.

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Contohnya : cm, Cu

f. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contohnya : ABRI, PASI

g. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contohnya : Akabri, Iwapi

h. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contohnya :pemilu, tilang

6. Angka dan Lambang Bilangan

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.

a. Fungsi

menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,

melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat,

menomori bagian karangan dan ayat kitab suci, b. Penulisan

Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf

Lambang bilangan tingkat

Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an

(17)

Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat

Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh yang besar

Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat

7. Kata Ganti

a. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contohnya : kusapa, kauberi

b. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya : bukuku, miliknya

A.4. Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atasa dua golongan besar.

Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l‟exploitation de l‟homme par l‟homme, unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masing mengikuti cara asing.

Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh disamping kata standar, implement, dan objek.

Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, yang sering digunakanoleh pemakai bahasa.

Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar

System sistim Sistem

(18)

A.5 Pemakaian Tanda Baca

Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

mencakup peraturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda garis miring, (15) tanda penyingkat (apostrof).

1. Tanda Titik

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh : Saya suka makan nasi.

Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh: Irwan S. Gatot, George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contoh : Dwiki Halla

c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh: Dr. (doktor), Kol. (kolonel)

d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Contoh : dll. (dan lain-lain)

e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. Contoh : 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Contoh : Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh:

 Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.

(19)

h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Contoh : Cu (tembaga), Rp350,00

j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh : Latar Belakang Pembentukan, Sistem Acara, Lihat Pula.

2. Tanda Koma

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Contoh : Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum "dan"]

Contoh penggunaan yang salah : Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.

Contoh : Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

(20)

Contoh :

 Oleh karena itu, kamu harus datang.

e. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Contoh : Wah, bukan main.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh : Kata adik, "Saya sedih sekali".

g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh : Medan, Indonesia.

h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh : Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh : I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh : Rinto Jiang, S.E.

k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh : 33,5 m, Rp10,50

l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh : pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.

m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan : Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

(21)

berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.

3. Tanda Titik Koma

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4. Tanda Titik Dua

a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh :

 Kita memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, lemari.

b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemeriaan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh

 Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.

5. Tanda Hubung

a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

Bandingkan: tiga-puluh dua-pertiga ( ) dan

tiga-puluh-dua pertiga ( )

mesin-potong tangan (mesin potong yang

digunakan dengan tangan) mesin potong-tangan (mesin khusus untuk memotong

(22)

b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata. Contoh : Ke-315 orang berasal dari Mesir

6. Tanda Pisah

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai dengan‟ atau diantara

dua nama kota yang berarti „ke‟ atau „sampai‟, panajangnya dua ketukan. Contohnya :

 Pemerintahan Habibie tahun Mei 1998 – Desember 1999. 7. Tanda Elipsis

a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung. Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Contoh : Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

8. Tanda Tanya

a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Contoh: Kapan ia berangkat?

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh :

(23)

9. Tanda Seru

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Contoh :

 Bersihkan meja itu sekarang juga!

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

10. Tanda Kurung

a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh : Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh :

 Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Contoh : Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Contoh : Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:

 Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.

(24)

11. Tanda Kurung Siku

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh : Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

12.Tanda Petik

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh :

 "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Contoh :

 Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.

c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Contoh :

 Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Contoh : Kata Tono, "Saya juga minta satu."

e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Contoh:

 Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".

13.Tanda Petik Tunggal

(25)

 Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

 "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh : feed-back 'balikan'

14.Tanda Garis Miring

a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh : No. 7/PK/1973

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika. Contoh :

 harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)

c. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .

Contoh : 10 ÷ 2 = 5.

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau

garis pembagi dapat dipakai. Contoh:

d. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

15.Tanda Penyingkat (Apostrof)

Tanda penyingkat digunakan untuk menyingkat kata atau penghilangan bagian kata dan bagian angka tahun. Tanda ini banyak digunakan dalam ragam satra. Contoh : 1 Januari ‟88 (‟88 = 1988)

(26)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata, termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.

Fungsi ejaan antara lain :

 Sebagai landasan pembakuan tata bahasa

 Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan

 Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa Indonesia.

B. Saran

Dari uraian yang telah kami susun di atas,maka pembaca dalam menggunakan bahasa indonesia hendaknya sesuai dengan kaidah ejaan yang telah di

(27)

DAFTAR PUSTAKA

1. Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka.

2. Nasucha, Yakub H. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.

3. Arifin, Zaenal. Tasai, Amran. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademia Pressindo.

(28)

DAFTAR KELOMPOK

1. Azwar Ahmad (12071062)

2. Rosyidah Cahyani (12071042)

3. Maya Sitta Nurkartika (13071009)

4. Vicky Zulfikar Adhi Putra (13071019)

5. Eka Rahmawati (13071022)

6. M. Zainun Na‟im (13071054)

Referensi

Dokumen terkait

It is concluded that by comparing the degree of differences between the two models in daytime and night: by using the model ATC E to simulate the LST annual

Dalam upaya menjamin kesetaraan kesehatan tersebut, pemerintah terus berupaya berinovasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan , yaitu salah satunya dengan mengeluarkan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada

Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya adalah. sebagai

Modern. Jakarta: Pustaka Jaya. Buku itu membahas kesusatraan Malaysia dan sejumlah masalah- nya. Pembahasan yang dilakukan terhadap kesusastraan Malaysia ada- lah dalam rangka

Proses analisa semantik akan dicari kata-kata yang berhubungan dengan kata relasi dan kata kunci domain ontologi yang dicari, dari teks bebas yang diberikan

media berbasis web moodle lebih baik daripada yang menerapkan model pembelajaran langsung tanpa menggunakan media berbasis web moodle. Manfaat yang didapat dari hasil

Pada penggunaan MPL, siswa yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi memiliki prestasi belajar akuntansi yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai kecerdasan